Anda di halaman 1dari 22

AUTISME PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :

Cecep Rama Dani ( 1700001002 )


Widiawati ( 1700001043 )

Dosen Pengampu :
NS. Wirdan Fauzi Rahman.,S. Kep .Ners. M.Kep

AKPER RS. EFARINA PURWAKARTA


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta
karunianya-Nya kami dapat menyalesaikan makalah” AUTISME PADA ANAK ”.
Dengan selasainya makalah ini, kami mmengucapkan rasa terimakasih semua
pihak yang telah mau membantu dalam menyelesaiakn tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Purwakarta, 30 Maret 2019

Penyusun

AUTISME PADA ANAK i


DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.LATAR BELAKANG MASALAH ............................................. 1
B.RUMUSAN MASALAH .............................................................. 1
C.TUJUAN MASALAH .................................................................. 2
D.MANFAAT PENULISAN ............................................................ 3
BAB II KONSEP MEDIS ............................................................................. 4
A.DEFENISI ..................................................................................... 4
B.KLASIFIKASI .............................................................................. 5
C.ETIOLOGI .................................................................................... 6
D.PATOFISIOLOGI ......................................................................... 8
E.MANIFESTASI KLINIS ............................................................... 10
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ................................................. 12
G.PENATALAKSANAAN .............................................................. 13
PENYIMPANGAN KDM ............................................................................. 15
BAB III KONSEP KEPERAWATAN ........................................................ 16
A.PENGKAJIAN ............................................................................... 16
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................... 17
C.INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................ 18
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 21
A.KESIMPULAN ............................................................................. 21
B.SARAN ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... iii

AUTISME PADA ANAK ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak Autisme juga merupakan
pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik.
Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak
Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak Autisme. Dalam
pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak Autisme, penyebabnya
dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat
nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat
mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum
bisa mandiri. Oleh karena itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui anak
Autisme tersebut.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering dari
wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan
gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan
gejala-gejala seperti-austik atau memberi kecenderungan penderita pada perkembangan gejala
austik. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan Khusus
Autisme, maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Bagaimana jenis-jenis anak Autisme ?
3. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
4. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
5. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
6. Apa sajakah dan bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
7. Apa saja penatalaksana anak autis?
8. Bagaimana Pengkajian pada klien anak dengan Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
9. Apa saja Diagnosa Keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
10. Apa saja Intervensi Keperawatan yang diberikan pada klien anak dengan
Berkebutuhan Khusus “ Autisme”.

Autisme Pada Anak 1


C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep
Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
2. Tujuan Khusus
Konsep Medis Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengertian Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
b. Memperoleh informasi tentang jenis-jenis Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
c. Memperolah pengetahuan tentang Etiologi Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
d. Memperoleh pengetahuan bagaimana patofisiologi Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
e. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
f. Memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
g. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
Konsep keperawanan Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengkajian pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
b. Memperoleh informasi tentang diagnosa keperawanan pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
c. Memperoleh informasi tentang intervensi keperawanan pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Dan
diharapkan agar menjadi acuan mahasiswa/mahasiswi dalam membuat asuhan

Autisme Pada Anak 2


keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Disamping itu juga sebagai
syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

BAB II

Autisme Pada Anak 3


KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme (paham/aliran).
Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan perkembangan dalam dunianya
sendiri. Beberapa pengartian autis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,
2003)
b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak
Austistik”. (American Psychiatic Association, 2000)
c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,
komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak
lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia 3 tahun). “Sumber dari
Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya. Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
pendidikan secara khusus sejak dini.
b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan
otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
c. Segi psikologi: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek

Autisme Pada Anak 4


komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan
secara psikologis.
d. Segi sosial: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi
sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan keterampilan sosial agar
dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan
fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga anak
autisme mempunyai dunianya sendiri.

B. KLASIFIKASI
Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV
merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah lingkup PDD (Perpasive Development
Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention
Deficit Disorder).
Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah lingkup PDD, yaitu:
1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya
hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif
serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan
aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara,
serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.

Autisme Pada Anak 5


3. Pervasive Developmental Disorder–Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada
istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan
keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak
laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional
tangan yang digantikan dengan gerakan-gerakan tangan yang berulang-ulang pada rentang
usia 1–4 tahun.
5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal
selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-
kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
C. ETIOLOGI
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak anak
autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai timbul kelainan tersebut
memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar, kekurangan
nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan makanan. Diyakini bahwa ganguan
tersebut terjadi pada fase pembentukan organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara
0 ± 4 bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu.
Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara diketemukan
beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis
otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan
pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab
atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian). Juga
didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan
keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau kekacauan impuls di
otak.
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut
hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan emosi yang
disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak terdapat dalam makanan
yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang
tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autis terkandung timah
hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi.
Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif atau sangat
pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat. Terjadilah
kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif
juga disebabkan gangguan hippocampus. Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel – sel saraf dan sel otak, namun diperkirakan menjadi penyebab utama dari
kelainan autisme, walaupun bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan.

Autisme Pada Anak 6


Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya gejala
autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan
oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (post partum)
juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada
bayi. Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome) dan tidak
sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein ini hanya terpecah sampai
polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua protein tersebut terserap kedalam aliran darah
dan menimbulkan efek morfin pada otak anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena
nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi
karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.
D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls
listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di
lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin,
terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga,
pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang
berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan
pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps.
Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain
growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam
belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal
pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived
neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene
peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan
sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth
factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal
pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth without guidance, di mana
bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.

Autisme Pada Anak 7


Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil
pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye
diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan
mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan
akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived
neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme
disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi
sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam
berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi
gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa
kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi
selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses mengingat, serta
kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan
memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi
lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang
dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman menemukan berkurangnya
ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur
dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam
proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan
oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam
lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol,
keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa
kehamilan.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak
dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat
berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia
(meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicara monoton
seperti robot.

Autisme Pada Anak 8


2. Gangguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila
dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila
menginginkan sesuatu, menarik tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut
melakukan sesuatu untuknnya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain
bila didekati malah menjauh.
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan sabun menjadi satu
deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan mengamati dengan seksama dalam
jangka waktu lama. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau
mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai atau benda lainnya. Tidak
spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan
temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura-pura. Sering
memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus menempatkan
barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam
rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari dan berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri seperti
memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam),
duduk diam bengong denagn tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal.
Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata.
Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan
sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak. Tidak dapt berbagi
perasaan (empati) dengan anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau
mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga.
Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian

Autisme Pada Anak 9


tertentu. Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari
pelukan.
7. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional. Kecerdasan
sering diukur melalui perkembangan nonverbal, karena terdapat gangguan bahasa.
Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar
5% mempunyai IQ diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan
pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang menonjol
di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat
menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes
secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme,
maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autisme:
 Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan
tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi
verbal
 The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18
bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
 The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
 The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan
konsentrasi.
G. PENATALAKSANAA
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan.

Autisme Pada Anak 10


1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Umunya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan kepada
keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif dapat
mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologi, yang saat ini dievaluasi, mencakup obat
fenfluramine, lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai. Terapi
anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi edukasi yang intensif,
lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf yang terlatih baik, peran serta orang tua
dapat meningkat prognosis.
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk lebih bisa
menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus menerapkan terapi
perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga di rumah harus bersikap sama
dan konsisten dalam menghadapi anak autis. Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi
okupasi, dan menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi dinyatakan
belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi (terapi obat)
berguna terhadap gejala yang menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-
psikotik teradap perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood (suasana
hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap ansietas, kecemasan,
mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan mengurangi ansietas dan fluktuasi
mood. Perilaku mencederai diri sendiri dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat
naltrexone.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
1) Mengurangi masalah perilaku.
2) Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat meningkatkan
kemahiran berbicara. menagement perilaku dapat mengubah perilaku destruktif dan
agresif.
3) Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant conditioning yaitu
dukungan positif (hadiah) dan dukungan negatif (hukuman).
4) Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.
Mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan praktis.

PENYIMPANGAN KDM

Partus lama Genetik Keracunan Pemakaian


logam antibiotik
MK: Resti berlebihan
infeksi
Gangguan
>>> neurotropin
nutrisi dan
dan neuropaptida Infeksi jamur
oksigenisasi

Autisme Pada Anak 11


Kebocoran usus dan tidak
Gg pada otak Kerusakan pada sempurna pencernaan
sel purkinye dan kasein dan gluten
hippocampus
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien

Autisme Pada Anak 12


Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia
pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak
yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada
tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend apa saja.
Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70
dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5%
mempunyai IQ diatas 100.
 Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cidera otak
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.

Autisme Pada Anak 13


 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
e. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
f. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya pada orang lain.
2. Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
keterlambatan dalam berbahasa.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan sensitif terhadap
penglihatan.
4. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan mikroorganisme (jamur).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
NO Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1. Kelemahan Klien mau  Memulai Mandiri : Mandiri :
interaksi sosial memulai interaksi  Batasi jumlah  Memberikan kepada
berhubungan interaksi dengan pengasuh pada klien untuk
dengan dengan pengasuh anak. mempermudah
ketidakmampua pengasuh nya dalam interaksi
nya

Autisme Pada Anak 14


n untuk percaya  Tunjukan rasa  Menunjukkan rasa
pada orang lain. kehangatan/kera kehangatan akan
mahan dan membuat klien
penerimaan pada mudah percaya pada
anak. pengasuh
 Tingkatkan  Memelihara
pemeliharaan dan kepercayaan akan
hubungan mempereat interaksi
kepercayaan. antara klien dengan
pengasuhnya
 Motivasi anak  Membuat klien akan
untuk beirnteraksi dengan
berhubungan lingkungan sekitar
dengan orang klien
lain.

2. Gangguan Agar pasien  Meng- Mandiri :


komunikasi dapat meng- indiksi-  Mintalah pasien  Mengidentifikasi
verbal dan non indikasi-kan kan pe- untuk adanya disatria
verbal pemaham- mahaman mengucapkan sesuai komponan
berhubungan an tentang tentang suara sederhana motorik dari bicara (
dengan maslah masalah seperti “sh” atau seperti lidah, gerakan
keterlamba komunikasi komuni- “pus” bibir, kontrol napas )
tan dalam kasi yang dapat mem-
berbahasa  Mem-buat pengaruhi artikulasi
metode dan mungkin juga
komunika tidak desertai afasia
si di mana motorik
kebutuh-  Kaji tipe/derajat  Membantu
an dapat disfungsi, seperti menentukan daerah
diekspresi pasien tidak dan derajat
kan tampak kerusakan serebal
 Meng- memahami kata yang terjadi dan
gunakan atau mengalami kesuliatan pasien
sumber- kesulitan dalam beberapa atau
sumber berbicara seluruh tahap
dengan komunikasi, dengan
tepat mengucap-kan kata-
kata dengan benar
 Perhatikan  Pasien mungkin
kesalahan dalam kehilangan
komunikasi dan kemampuan untuk
berikan umpan memantau ucapan
balik yang keluar dan tidak
menyadari bahwa
komunikasi yang
diucapkan tidak
nyata
 Bicaralah dengan  Pasien tidak perlu
nada normal dan merusak
hindari pendengaran dan
percakapan yang meninggikan suara
cepat, berikan dapat menimbul-kan
pasien jarak marah pasien/men-
waktu untuk yebabkan kepedihan.
merespon Memfokus-kan
respons dapat
mengabitkan frustasi

Autisme Pada Anak 15


dan mungkin
menyebab-kan
pasien terpaksa untuk
bicara “otomatis”,
seperti me-
mutarbalikan kata,
berbicara,
kasar/kotor
 Hargai  Kemampuan pasien
kemampuan untuk merasakan
pasien sebelum harga diri, sebab
terjadi penyakit, kemampuan
hindari “pem- intelektual pasien
bicaraan yang seringkali tetap baik
merendah-kan”
pada pasien

3. Perubahan Agar pasien  Memulai Mandiri :


persepsi sensori dapat peka atau mem-  Evaluasi adanya  Munculnya
behubungan terhadap pertahan- gangguan gangguan
dengan sensitif penglihatan kan tingkat penglihatan, catat penglihatan dapat
terhadap kesadaran penurunan lapang berdampak negatif
penglihatan dan fungsi pandang, terhadap kemampuan
per-septual perubahan pasien untuk
 Mengakui ketajaman menerima
perubah-an persepsi dan lingkungan dan
dalam adanya mempelajari kembali
kemampuan pandangan ganda keterampilan
dan adanya sensorik dan
 Men- meningkatkan
trasikan terjadinya cidera
perilaku  Dekati pasien  Pemberian
untuk dari daerah pengenalan terhadap
mengkompe penglihatan yang adanya oranag/benda
nsasi normal, biarkan dapat membantu
terhadap lampu menyala, masalah persepsi,
defisit hasil letakkan benda mencegah pasien dari
dalam terkejut. Pe-nutupan
jangkauan mata mungkin dapat
lapang menurunkan
penglihatan kebingungan karena
yang normal adanya pandangan
ganda
 Ciptakan  Menurunkan atau
lingkungan membatasi jumlah
yang sederhana, stimulus penglihatan
pindahkan yang mungkin dapat
perabot yang menimbulkan
membahayakan kebingungan
terhadap intepretasi
lingkungan;
menurunkan
terjadinya
kecelakaan
 Bicara  Pasien mungkin
dengan tenang, mengalami
per-lahan keterbatasan dalam
dengan rentang perhatiana

Autisme Pada Anak 16


mengguna-kan atau masalah
kalimat yang pemahaman
pendek, dengan
mempertahanka
n kontak mata
 Anjurkan pasien  Penggunaan stimulus
untuk penglihatan dan
mengamati sentuhan mem-bantu
kakinya bila dalam
perlu dan mengintregasi-kan
menyadari sisi yang sakit dan
posisi bagian memungkinkan
tubuh tertentu pasien untuk
mengalami kelalaian
sensasi dan pola
gerakan normal
4. Risiko tinggi Risiko  Mem-pert Mandiri :
infeksi infeksi pada ahankan  Berikan  Cara pertama untuk
behubungan klien dapat nomoter perawatan anti- menghindari infeksi
dengan mikro- teratasi dari tanda- sesptik,
organisme tanda pertahankan
(jamur) infeksi cuci tangan
 Men-capai yang baik
penyembu  Observasi  Deteksi dini
han luka daerah yang perkembangan
pada mengalami infeksi
waktu-nya kerusakan memungkinkan
untuk melakukan
tindakan dengan
segera dan
pencegahan tehadap
komplikasinya
 Pantau suhu  Dapat
tubuh secara mengindikasikan
teratur perkembangan yang
selanjutnya
memerlukan
tindakan dengan
segera
 Berikan  Menurunkan
perawatan kemungkinan
parienal terjadinya
pertumbuhan infeksi
mikroorganisme

BAB IV

PENUTUP

Autisme Pada Anak 17


A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak
wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu
tampak pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensorik, yang
terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini penyebab pasti autis belum
diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika
dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian
autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan
akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita.
Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan,
tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat
kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung suka
mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tapi bagi anak
autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi STIK Makassar Yapma dapat memahami asuhan
keperawatan autisme pada anak dan khususnya bagi orang tua yang memiliki
anak autisme.

Autisme Pada Anak 18


DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/192463554/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-
ANAK-DENGAN-AUTISME-docx#download. Diakses 1 desember 2014 pukul
13:46:58 wita.

http://dhie-akamoto.blogspot.com/2012/04/askep-autisme-pada-anak.html diakses
1 desember 2014 pukul 13:51:53 wita

Marilynn E.1999.rencana asuhan keperawatan.Edisi tiga.Jakarta:EGC

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih
Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul.2006. pengantar ilmu keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta


:Salemba Medika

Autisme Pada Anak iii

Anda mungkin juga menyukai