Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL

BEDAH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
- SELVIANA (P18014)
- SYARIFUDDIN (p1801)

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Medical Bedah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar , 26 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORITIS.....................................................................................................................................5
A. STRUKTUR DAN FUNGSI INTEGUMEN.............................................................................................5
A. Fungsi Kulit......................................................................................................................................5
B. Gangguan sistem integument..........................................................................................................6
C. Pencegahan gangguan kulit.............................................................................................................7
D. Pemeriksaan diagnostic...................................................................................................................7
E. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem integumen....................................................8
B. SISTEM IMUN DAN GANGGUAN IMUN.............................................................................................16
A. Pengertian Sistem Imun.................................................................................................................16
B. Respon Imun..................................................................................................................................17
C. Sifat Khas Respon Imun.................................................................................................................17
E. Imunodefesiensi............................................................................................................................18
BAB III........................................................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................................................19
A. Kesimpulan....................................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................................19

3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Terbentuk dari sel-sel putih, sumsu tulang belakang dan jaringan limfoid
yang mencakup mkelenjar timus, kelenjar limfe, tonsil serta adenoid. Di antara sel-sel
darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfotik B (sel B) dan limfosit T (sel
T). kedua ini berasal darilimfosit yang dibuat dalm sumsum ulang. Limfosit B mencapai
maturitasnya dalam sumsum tulang kelenjat timus tempat sel-sel tersebut menapai
maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang
berbeda.
Sistem integumen adalah sutu sistem penyusun tubuh makhluk hidup yang
berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Fungsinya antara lain yaitu sebagai
pelindung, respirasi an termoregulasi. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan
melindungi terhadap mikroorganisme serta menjada keseimbangan tubuh, misalnya
menjadi pucat, kemerahan, atau suhu tubuh meningkat. Gangguan psikis juga data
mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misalnya stress, ketakutan dan
keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem integumen ?
2. Apa fungsi dari sistem integumen ?
3. Bagaimana pencegahan dari gangguan sistem integumen?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostic sistem integumen ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada sistem integumen ?
6. Apa definisi dari sistem imun?

4
7. Apa fungsi dari sistem imun tersebut ?
8. Apa sifat khas dari respon imun tersebut?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
anamnesa gangguan sistem integument dan sistem imun.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari sistem imun
b. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari sistem integumen
c. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dari gangguan sistem integumen
d. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic sistem integumen
e. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada sistem integumen
f. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari sistem imun
g. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari sistem imun tersebut
h. Mahasiswa dapat mengetahui sifat khas dari respon imun tersebut

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. STRUKTUR DAN FUNGSI INTEGUMEN


Kulit merupakan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak terujung, semuanya
memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-
kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:

1. Lapisan epidermis
Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Sel
mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. Bagian terluar terdiri
dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granolusum, stratum spinosum, dan
stratum basale.
2. Lapisan dermis
a. Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis. Berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis.
b. Pars retikulare, bagian bawah yang menonjol ke arah subkutis. Terdiri atas serabut-
serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis

6
Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat
penyimpanan energi.

A. Fungsi Kulit
a. Fungsi proteksi
Melindungi tubuh dari trauma, benteng pertahanan terhadap gangguan kimiawi
bakteri, virus, dan jamur.
b. Fungsi absorpsi
Sifat permiabel-selektif, kulit menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang
larut dalam lemak, sedangkan air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit.
c. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan keringat.
Sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit.

d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis yang peka
terhadap rangsangan panas , dingin, rabaan,dan tekanan.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kemampuan vasokonstriksi pada suhu dingin sehingga meningkatkan suhu tubuh,
kemampuan vasodilatasi pada suhu panas sehingga menurunkan suhu, serta
kemampuan termorigulasi melalui evaporasi atau berkeringat.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen di sebut melanosit. Dengan bantuan sinar matahari dan
beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan di ubah menjadi melonosom,
selanjutnya di ubah lagi menjadi melanin. Jumlah melanin inilah yang akan
menentukan warna kulit seseorang.
g. Fungsi pembentukan vitamin
Dihidroksi kolestrol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari sehingga
terbentuk vitamin D.

7
B. Gangguan sistem integument
1. Efek Psikologis Masalah Kulit
Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan terjadi
perubahan penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat menimbulkan reaksi
psikologis. Sebagian besar klien dengan masalah kulit memiliki perasaan yang lebih
sensitive sehingga timbul perasaan kurang dihargai, rendah diri, dianggap jijik dan
perasaan dikucilkan. Ketika hal itu terjadi, perawat tidak boleh memperlihatkan
gerakan nonverbal maupun verbal yang negative.
2. Masalah Utama Kulit
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya adalah
faktor kebersihan, daya tahan tubuh (imunitas), kebiasaan, atau perilaku sehari-hari
(makanan, pergaulan, atau pola hubungan) seksual, faktor fisik, bahan kimia,
mikrobiologi, serta faktor lingkungan. Banyak klien dengan masalah penyakit kulit
lebih senang berobat jalan dan dirawat dirumah, karena merasa tdak bermasalah
secara klinis, dan baru mau menjalani perawatan dirumah sakit jika kondisi
penyakitnya sudah parah. Ini perlu diperhatikan oleh perawat maupun klien menjalani
peawatan dirumah. Klien perlu dibekali dengan pengetahuan tentang proses
penyakit., cara perawatan lesi, prosedur pengobatan, maupun pola hidupnya. Hal ini
perlu dilakukan agar penyakit klien tidak menjadi kronis dan klien dapat berobat
secara tuntas sehingga tidak menulari angota keluarga atau orang lain.

C. Pencegahan gangguan kulit


1. Untuk mencegah gangguan kulit tindakan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Mempertahankan kulit sehat.
b. Hindari penggunaan sabun, deterjen, atau bahan allergen yang dapat
menimbulkan iritasi.
c. Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering, dan
jangan terus-menerus menggunakan tatarias yang tebal.
d. Cegah menggaruk kulit yang keras dan kasar.
e. Keringkan daerah yang selalu lembab.
f. Pakai pakaian yang longgar dan dapat menyerap keringat pada hari-hari yang
panas.

8
2. Menghindari bahan penyebab penyakit kulit
a. Menghindari bahan-bahan yang merusak kulit pada kebanyakan orang.
Contohnya sinar matahari yang terik, sebaiknya gunakan payung untuk
melindungi kulit.
b. Mencegah bahan spesifik yang diketahui merusak kulit atau menimbulkan alergi
untuk orang tertentu (mis, bahan-bahan kosmetik).
c. Gunakan krim tabir surya.
3. Observasi perubahan kulit:
a. Amati kulit secara keseluruhan dan sering. Gunakan cermin untuk melihat
seluruh tubuh.
b. Catat dan konsultasikan perubahan warna, ukuran, dan keadaan cedera kulit yang
sudah ada.
4. Hindari terapi sendiri:
a. Jangan gunakan resep lama pada cedera kulit baru atau lesi yang lain, serta jangan
gunakan obat yang tidak diketahui secara pasti kegunaannya.
b. Segera dapatkan nasihat medis atau kunjungi tempat pelayanan kesehatan bila
terjadi gangguan kulit (Long, 1996).
c.

D. Pemeriksaan diagnostic
Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila
jaringan yang diambil cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi local. Digunakan
untuk menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau jamur
pada kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui
mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu. Cara pengambilan bahan
untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat yang terdapat pada permukaan lesi.
Alat yang digunakan untuk mengambil eksudat harus steril.
Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus. Mempersiapkan
lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan lampu berwarna-warni karena hal ini
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada kasus tertentu, pencahayaan dengan

9
menggunakan sinar matahari (sinar untraviolet) justru sangat membantu dalam
menentukan jenis lesi kulit.
Uji temple. Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, juga untuk mengidentifikasi
respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan apakah klien menderita dermatitis
kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Uji ini menggunakan bahan kimia yang
ditempelkan pada kulit. Selanjutnya, kita lihat bagaimana reaksi local yang ditibulkan.
Apabila ditemukan kelainan atau ada perubahan pada kulit, hasil uji ini positif.

E. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem integumen

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Tanggal dan waktu pengkajian
b. Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin,
pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
c. Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.

Menurut Bursaids (1998), disamping menggali keluhan-keluhan diatas,


anamnesis harus menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat
diagnosis, yaitu :

1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan
7. Efek terpapar sinar matahari.

10
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau
pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat kimia
atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik
yang baru, terpapar sinar matahari.
e. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,
lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-
bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman keras, olah raga
atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
f. Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan

2. Pemeriksaan Kulit
a. Peubahan menyeluruh
 Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien dapat
diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit. Turgor kulit
umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan lansia,
kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya
elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air ekstrasel.
 Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat
berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat
meliputi kasar, kering atau halus.
 Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel.
 Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan
kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan
teksturnya. Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak dan
orang dewasa. Kulit telapak tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada
penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau
lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan seberapa mudah kulit kembali seperti
semula. Normalnya, kulit segera kembali ke posisi awal . pada area pitting tekan
kuat area tersebut selama 5 detik dan lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam
millimeter, edema +1 sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding
dengan kealaman 4 mm.

11
b. Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh
klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan
evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit. Distribusi lesi dan komposisi
kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Lesi yang
timbul hanya pada daerah tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut berkaitan
dengan keistimewaan susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang
lembab permukaan kulit bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah
terinfeksi jamur superficial. Kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah aksila,
lipat paha, lipat bokong, dan lipatan di bawah kelenjar mamae.
c. Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan
tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat
berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang perubahan ini
dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya trauma garkan dan
pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi.
Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam sekunder
untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat
diagnosis penyakit kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula,
papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor. Ruam sekunder
adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion, ekskoriasio, ulkus, dan
parut.
d. Data objektif yang mungkin ditemukan
1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan,
dan bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula,
atau urtikaria.

12
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri,
kalor/panas, tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan
darah) didapatkan kelainan.

Keluhan :

1. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata, terkelupas,
lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.
2. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun, obat,
tanaman, bahan kimia)
3. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
4. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
5. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu, dikucilkan
orang lain, harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh integument
adalah :
1. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan, terbukanya
ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tentang pelaksanaan
nyeri.
2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.
3. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada kulit.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Pada rencana tindakan keperawatan meliputi kriteria, tujuan, tindakan, rasional,


penyusunan menyesuaikan dengan teori dan memodifikasi tindakan keperawatan melihat
kondisi pasien dengan mengikut sertakan keluarga pasien. Pada tahap perencanaan
keperawatan, penulis menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan pola kegawat

13
daruratan pasien. Dari intervensi yang disusun oleh penulis, intervensi untuk tiga diagnosa
keperawatan sudah disusun sesuai dengan teori.

D. IMPLEMENTASI

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus ini, umumnya telah sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Dalam tahap pelaksanaan ini,
penulis menerapkan pengetahuan dan ketrampilan berdasarkan teori yang ada. Asuhan
Keperawatan yang diberikan secara berkesinambungan dan terus-menerus, penulis
bekerjasama dengan perawat ruang, pasien dan keluarga. Pada kasus ini pelaksanaannya
sudah sesuai dengan kondisi pasien, tanpa menyimpang dari perencanaan yang telah dibuat.
Adapun faktor pendukung dari pelaksanaan adalah adanya kerjasama yang baik antara
penulis dengan perawat ruang, pasien, dan keluarga.

SISTEM IMUN DAN GANGGUAN IMUN

A. Pengertian Sistem Imun


Sistem Imun dan Gangguan Imun Merupakan semua mekanisme yang digunakan
badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya
yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang berguna untuk :
1. Pertahanan
2. Homeostasi
3. Pengawasan

Terdapat pada darah perifer (10 20%), sumsum tulang, jaringan limfoid perifer, lien,
tonsil. Adanya rangsangan, sel B, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma,
yang mampu membentuk Ig : G, M, A, D, E
1. Limfosit T
Terdapat pada darah perifer (60 70 %), parakortek kel limfe, periarterioler lien. Punya
reseptor : T cell receptor (TCR), untuk mengikat Ag spesifik. Mengekspresikan mol
CD4, CD8
2. Sel natural killer
sell null (non B non T) ok TCR (-), dan tak menghasilkan AB. 10 20 % limfosit perifer
mampu membuat lisis sel tumor. Mengekspresikan CD16, CD56 pada permukaan bentuk

14
> besar dibanding sel B dan T, mempunyai granula azurofilik dalam sitoplasma : large
granula limphocyt.
3. Sel dentritik dan langerhans.
a. Sel dentritik : pada jar limfoid.
b. Sel langerhans : pada epidermis.
Termasuk sel APC (antigen presenting cell) / sel penyaji.
4. Sitokin.
Merupakan messenger molecule dalam sistem imun. Regulasi RI perlu interaksi antara
limfosit, monosit, sel radang, sel endotel perlu mediator agar terjadi kontak antar sel.
Co : IL 1 17, IFN ? g, TNF, TGF.
a. Kategori Sitokin :
1. Mediator imunitas humoral, yang berfungsi sebagai pelindung terhadap inf. Virus
(interveron), memicu RI non spesifik terhadap radang (IL -1, TNF ?, IL
2. Berhubungan dengan regulasi pertumbuhan, aktivasi dan deferensiasi limfosit (IL
-2, IL -4, TGF B)
b. Mengaktifkan sel radang (IFN g, TNF ?, IL -5, faktor penghambat migrasi)
c. Merangsang hemopoisis (CSF, GM-CSF, IL -3, IL -7)

B. Respon Imun
Respon imun berawal sewaktu sel B atau T berikatan, seperti kuci dengan anak
gemboknya, dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B sebagai benda
asing. Selama perkembangan masa janin di hasilkan ratusan ribu sel B dan sel T yang
memilki potensi yang berikatan dengan protein spesifik. Protein yang dapat berikatan
dengan sel T dan B mencakup protein yang terdapat di membran sel bakteri,
mikoplasma, selubung virus, atau serbuk bunga, debu, atau makanan tertentu.

C. Sifat Khas Respon Imun


1. Tujuan respon imun
Untuk melenyapkan benda yang bersifat antigenik dengan cepat, hal ini dilakukan
oleh tubuh melalui dua macam cara:

15
a. Respon imun humoral, dipengaruhi oleh imunoglobulin, gammaglobulin dalam
darah, yang disintesis oleh hospes sebagai respon terhadap masuknya benda
antigenik.
b. Reaksi imunologis kedua, respon imun selular, dilakukan secara langsung oleh
limfasit yang berproliferasi akibat amsuknya antigen tersebut. Sel-sel ini bereaksi
secara spesifik antigen (tanpa intervensi dari imunoglobulin).

D. Jaringan Imunoreaktif
Bagian respon imun yang mengakibatkan pembentukan antibody imunoglobulin
atau proliferasi sel-sel reakstif antigen kadang-kadang disebut sebagai fase aferen atau
fase induksi dari respon imun. Limfosit dan makrofag adalah sel-sel yang terutama
bertanggung jawab atas bagian respon ini. Lebih khusus, apa yang dinamakan jaringan
limfosit tubular yang terlihat. Sekali antibodi sudah disintesis atas sel-sel
reaktifan/antigen sudah berproliferasi, maka mereka akan tersebar secara luas sembarang
tempatdapat terjadi reaksi imunologis yang efisien.

E. Imunodefesiensi
Respon imun berkurang / ? tidak mampu melawan infeksi secara adekuat. Ada 2 bentuk:
1. Primer
a. Herediter
b. gejala : 6 bulan 2 tahun
2. Sekunder
perubahan Fs. Imunologik : inf, malnutrisi, penuaan, imunosupresi, kemoterapi dll.

F. Imunopatologi
Rx hipersensitivitas : respon imun berlebihan.
Imunodefisiensi : respon imun berkurang
Autoimun : hilangnya toleransi diri : rx sistem imun terhadap jaringan sendiri

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah suatu sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Komponen
dari sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar yakni :
1. kulit merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia. Terdiri dari dua bagian yaitu
kulit tipis dan kulit tebal.

17
2. Rambut merupakan organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama
mamalia.
3. Bulu merupakan struktur keratin yang karakteristiknya terdapat pada bangsa aves
dianggap sebagai modifikasi dari sisik.
4. Kuku, adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari.
5. Kelenjar keringat, berupa saluran melingkar dan bemuara pada kulit ari dan
berbentuk pori-pori halus.

Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanismepadaorganismeyang


melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuhpatogen serta seltumor.sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya
atau asalnya,yaitu :

1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)


2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

B. Saran
Makalah ini hanya mencakup materi-materi umum Sistem Integumen dan sistem
imun sehingga masih diperlukan referensi-referensi lain dalam menyusun makalah
maupun pembuatan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001 Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & suddarth-
Ed. 8. Vol 3. Jakarta: EGC

18
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan-Ed. 2. Jakarta:
Salemba Medika

Taylor, C. M., Ralph, S. S. Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana Asuhan-Ed. 10. Jakarta:
EGC

19

Anda mungkin juga menyukai