ATRESIA ANI
DISUSUN OLEH:
SELVIANA
SARIFUDIN
PRODI DIII
T.A 2020/2021
Asuhan Keperawatan Atresia Ani
yang lengkap meliputi fisik, mental dan sosial yang memungkinkan orang hidup
produktif secara sosial. Kondisi dinamis dalam rentang sehat sakit yang
dorongan individu agar mampu secara mandiri atau kelompok untuk mencapai
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat
yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science
and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klienss secara
manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita
ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara
Cacat bawaan adalah keadaan cacat yang terjadi sebelum terjadi kelahiran.
Istilah anomaly congenital adalah cacat fisik maupun non fisik, sedangkan
malformasi dan dismorfikongenital diartikan berupa cacat fisik saja. Salah satu
masalah cacat fisik seperti Atresia ani. Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya
tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu
sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutup nya lubang badan normal atau
organ tubular secara congenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak
adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau
rongga tubuh, hal ini bias terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian
karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada
seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubang nya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi
maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti
keadaan normalnya.
yaitu:
3. Anus imperforate dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embroilogik didaerah usus,
rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
4. Rektum berupa kelainan letak tengah di daerah anus seharusnya terbentuk secara
lazim terdapat lekukan anus (analdimple) yang cukup dalam. Namun, pada
kelainan yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang
5. Kelainan letak tinggi Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki,
sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada
fistula rekto vagina. Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula
rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat
dilalui jika mekonium jika berukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat
mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar.
Oleh karena itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula. Kelainan
bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi. Gangguan
ginjalakut harus secara konfrehensif untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut
Bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menimbul komplikasi yang
mambahayakan pada bayi, komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia
E.J.2002).
Insidensi Atresia Ani di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di
Data yang didapatkan kejadian atresia ani timbul dengan perbandingan 1 dari
atresia ani di Jawa Tengah, khususnya di Semarang yaitu sekitar 50% dalam
kurun waktu tahun 2007-2009, di RS Dr. Kariadi Semarang terdapat 20% pasien
dengan kasus atresia ani, Menyikapi kasus yang demikian serius akibat dari
komplikasi penyakit atresia ani, maka penulis mengangkat kasus atresia ani untuk
lebih memahami perawatan pada pasien dengan atresia ani. (WHO, 2001).
cukup besar. Dari berbagai penelitian yang ada frekuensi penderita atresia ani
angka yang sangat bervariasi tergantung pada tingkat atresia ani di tiap-tiap
1.3 Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang Asuhan keperawatan pada
2. Mengetahui pengkajian keperawatan yang tepat pada klien dengan atresia ani.
5. Mengetahui Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan atresia ani.
Di dalam usus ini makanan sudah berwujud dalam bentuk ampas. Adanya
Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya penyerapan air akan
terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan cair yang disebut dengan gejala
diare. Apabila seseorang menahan buang air besar, maka akan menyebabkan
penyerapan air yang berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan
dalam usus besar, di antaranya adalah kol, ubi, bawang, dan kacan gmerah.
Struktur dan fungsi Anatomi fisiologi Anus. Feses akan didorong oleh
otot-otot polos di sekitarnya menuju ke anus dan tertimbun di situ dan akhirnya
menyebabkan seseorang merasa ingin buang air besar. Proses buang air besar ini
dan mengeluarkan feses dari anus. Feses yang dihasilkan dari organ pembuangan
tumbuhan lebih banyak menghasilkan feses, karena sulit dicerna. Makanan yang
lain umumnya 95% dapat diserap oleh usus halus dan 5% menjadi kotoran dalam
bentuk feses. Sekitar 75% kandungan feses terdiri dari air. Sisanya adalah berupa
Importa anus (atresia ani) adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada
distal usus (anus ) atau tertutupnya anus secara abnormal (suriadi 2006).
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam
atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum.
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya
nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan
tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara
berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai
saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu
anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan
Suddarth.2002.
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam
(Schwartz,2000)
2.3 Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan
anus.
2.4 Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
4. Rektum berupa kelainan letak tengah di daerah anus seharusnya terbentuk secara
lazim terdapat lekukan anus (analdimple) yang cukup dalam. Namun, pada
kelainan yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang
5. Kelainan letak tinggi Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki,
sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada
fistula rektovagina. Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula
rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat
dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat
mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar.
Oleh karena itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula. Kelainan
bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi. Gangguan
2.5 Patofisiologi
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik, Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga
kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan, Berkaitan dengan sindrom down,
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
3. Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke
vagina/perineum Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
(Betz. Ed 7. 2002)
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
1) Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan
dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah
berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan
menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila
2) Pengobatan
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
3) Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra,
dilatasi hegar,atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat
bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan
normal.
antara lain:
c) Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap
dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan
Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital
Ano Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka
lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu
Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal
tinggi karena harus membuka dinding perut. Perlu dilakukan pemeriksaan dengan
NGT untuk mencari ada tidaknya atresia pada bayi baru lahir terutama dengan
faktor resiko ibu yang memiliki polihidramnion ataupun tanda dari bayi seperti
mulut berbuih, air liur yang terus keluar, batuk dan sesak nafas, ataupun kembung.
Dalam perujukan, perlu dilakukan tindakan khusus saat pemindahan, yaitu untuk
mencegah hipotermia, sumbatan jalan nafas dan aspirasi dengan suction berulang,
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang
1) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
2) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada
5) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum
tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum
- Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah
tersebut.
- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
kolon/rectum.
- Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
1) Pengkajian
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu
5) Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk
buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus,
7) Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
8) Pola Persepsi Kognitif
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka
inisisi.
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
14) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi
terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja
Dx Pre Operasi
muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
Dx Post Operasi
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
3. Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
5. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan post operasi
6. Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
7) Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak
terkontrol.
B. Rencana Asuhan Keperawatan
3 Cemas orang tua Setelah dilakukan Jelaskan dengan Agar orang tua
berhubungan dengan tindakan asuhan istilah yang dimengerti mengerti kondisi klien
kurang pengetahuan keperawatan oleh orang tua tentang
tentang penyakit dan diharapkan hasil, anatomi dan fisiologi
prosedur perawatan. Kecemasan orang tua saluran pencernaan Pengetahuan tersebut
dapat berkurang normal. Gunakan alay, diharapkan dapat
media dan gambar membantu
Kriteria Hasil :
Beri jadwal studi menurunkan
Klien tidak lemas
diagnosa pada orang kecemasan
tua
Membantu
mengurangi
kecemasan klien
Beri informasi pada
orang tua tentang
operasi kolostomi Informasi akurat
Jelaskan prosedur dapat menurunkan
yang akan dilakukan, ansietas dan rasa takut
berikan kesempatan karena ketidaktahuan.
untuk bertanya dan
jawab dengan jujur.
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan Kaji kulit tiap hari, Menentukan garis
kulit berhubungan tindakan asuhan catat dasar dimana
dengan terdapat stoma keperawatan warna,turgor,sirkulasi perubahan pada status
sekunder dari kolostomi diharapkan hasil dan sensasi. dapat dibandingkan
kerusakan itegritas dan melakukan
Pertahankan
kulie teratasi / hilang.
KH ; instruksikan dalam intervensi.
Keadaan umum hygiene kulit, misalnya
Mempertahankan
klien baik membasuh kulit da
kebersihan karena
Kulit kembali mengeringkan nya
kulit yang rapuh dapat
normal dengan hati-hati.
menjadi barier infeksi.
Dorong klien untuk
Menurunkan tekanan
ambulasi / turun dari
pada kulit dari istirahat
tempat tidur jika
lama ditempat tidur.
memungkinkan.
Mengurangi stress
Ubah posisi secara
pada titik tekanan,
teratur dang anti sprei
meningkatkan aliran
sesuai kebutuhan.
darah kejaringan dan
Tutupi luka tekan meningkatkan proses
yang terbuka dengan penyembuhan.
pembalut steril.
Dapat mengurangi
Berikan matras atau kontaminasi bakteri,
tempat tidur busa . meningkatkan proses
penyembuhan.
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta:
EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Ovedoff, David. 2009. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2011. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC.