Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “model konseptual perilaku
johnson” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami
berterimakasih kepada Bapak Wirdan Fauzi Rahman, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep adalah suatu ide dimana terdapat kesan abstrak yang dapat diorganisir
menjadi simbol-simbol yang nyata. Kosep keperawatan adalah suatu ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi kerja melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi
untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa
yang harus dikerjakan pada saat itu..
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-
masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis,
dan ekonomi.
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan
pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang
selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas baik di lingkungan internal
maupun eksternal.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penyusun dapat merumuskan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi Dorothy E. Johnson?
2. Bagaimana Konsep Utama Dorothy E. Johnson?
3. Bagimana Konsep Dan Teori Keperawatan Menurut Dorothy E. Johnson?
4. Bagaimana Konsep Perilaku?
5. Bagaimana Subsistemnya?
6. Bagaimana Paradigma Teori Tingkah Laku?
7. Bagaimana Proses Keperawatan?
1
8. Bagaimana Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan Dan Proses
Keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penyusun dalam pembuatan makalah
ini memiliki tujuan umum yaitu untuk menjelaskan biografi Dorothy E. Johnson,
konsep dan teori keperawatan menurut Dorothy E. Johnson, konsep perilaku,
subsistem, asumsi-asumsi, proses keperawatan, hubungan antara model
konseptual keperawatan dan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penyusun dalam pembuatan makalah
asuhan keperawatan ini memiliki tujuan khusus yaitu:
1. Mahasiswa Mampu Memahami Biografi Dorothy E. Johnson
2. Mahasiswa Mampu Memahami Konsep Utama Teori Johnson
3. Mahasiswa Mampu Memahami Konsep Dan Teori Keperawatan Menurut
Dorothy E. Johnson
4. Mahasiswa Mampu Memahami Konsep Perilaku
5. Mahasiswa Mampu Memahami Subsistem
6. Mahasiswa Mampu Memahami Paradigma Teori Tingkah Laku
7. Mahasiswa Mampu Memahami Proses Keperawatan
8. Mahasiswa Mampu Memahami Hubungan Antara Model Konseptual
Keperawatan Dan Proses Keperawatan
D. Sistematika penulisan
Dalam makalah ini penyusun ingin mempermudah pemahaman maupunn
penelahaan terhadap isi makalah sehingga diperoleh gambaran ringkas dalam
penyusunan makalah ini. Dalam pembuaan makalah ini penyusun membaginya dalam
tiga bab, dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab I pendahuluan
2
2. Bab II tinjauan teori
Pada bab ini mencangkup biografi, konsep utama, konsep dan teori
keperawatan, konsep perilaku, subsistem, paradigma, proses keperawatan,
hubungan antara model konseptual keperawatan dan proses keperawatan.
3. Bab III penutup
Pada bab ini penyusun menyimpulkan secara keseluruhan teori keperawatan
gerontik menurut johnson.
4. Daftar Pustaka
Penyusun melampirkan referensi-referensi yang didapat dalam pembuatan
makalah terkait model teori keperawatan gerontik menurut johnson.
E. Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu menambah pengetahuan tentang konsep dan
teori keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Biografi
4
Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale, yaitu
tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau
mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada
pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang spesifik. Johnson memanfaatkan
hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun
teorinya .
5
dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adaptasi terhadap kekuatan yang
mengenai mereka.
D. Konsep Perilaku
6
Dalam dunia kesehatan, ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Kedua faktor tersebut adalah faktor keturunan atau genetik dan faktor lingkungan
(enviromental). Faktor keturunan atau genetik memandang bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh warisan biologis dari kedua orang tua. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku, pada hakikatnya identik dengan faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu. Faktor yang dimaksud dapat berupa faktor
pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan yang merupakan
kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan faktor
waktu yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan.
Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau produktif seta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
7
terjadi pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-masing subsistem
mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang penting untuk suatu performa
terintegrasi dari keseluruhan subsistem dan masing-masing mempunyai struktur dan
fungsi. Adapun tujuh komponen subsistem menurut Dorothy Johnson, yaitu sebagai
berikut:
1. Ketergantungan
Ketergantungan merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku
dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Johnson
mencirikan subsistim ketergantungan dari lampiran atau subsistem affiliative.
Hasil dari perilaku ketergantungan adalah persetujuan, perhatian atau bantuan
pengenalan dan fisik. Sulit untuk memisahkan subsistem ketergantungan dari
affiliative atau subsistem lampiran karena tanpa seseorang diinvestasikan atau
terlampir ke perorangan untuk menjawab ke individu itu merupakan perilaku
ketergantungan, subsistem ketergantungan harus menghidupkan lingkungan yang
berfungsi atau berguna.
2. Ingestif
Ingestif yaitu berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan
banyaknya makan dan minum sebagai suatu subsistem tingkah laku. Sumber
dalam memelihara integritas serta mencapai kesenangan dalam pencapaian
pengakuan dari lingkungan. Subsistem ingestif berhubungan ke perilaku
mengepung masukan dari makanan. Ini berhubungan ke sistem biologi.
Bagaimanapun penekanan untuk keperawatan dari perspektifnya Johnson adalah
berarti dan struktur dari peristiwa sosial untuk memperoses makanan ketika
makanan dimakan. Perilaku berhubungan ke proses pencernaan dari makanan
mungkin berhubungan lebih untuk menginginkan secara sosial bisa diterima pada
satu budaya tertentu dibandingkan ke kebutuhan biologi dari perorangan. Ingestif
mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan menginternalisasi
lingkungan eksternal (Gruubs, 1980).
3. Eliminasi (eliminative)
Eliminasi merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau
barang yang tidak berguna secara biologis atau dapat dikatakan bahwa eliminasi
8
mengeluarkan produk-produk sisa biologis dari sistem. Subsistem
eliminasi berhubungan ke perilaku mengepung eksresi dari sisa buangan dari
tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit terpisah dari satu perspektif sistem
biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku dari
makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat
untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda secara sosial
perilaku yang dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tetapi keberadaan
dari hal itu pola yang tersisa dari budaya ke budaya.
4. Seksual
Seksual digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai.
Maka hilang dan terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh
yang cukup besar dalam proses keperawatan. Seksual menciptakan
dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang lain. Subsistem seksual
mencerminkan tingkah laku berhubungan ke prokreasi. Biologi berdua dan
pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada subsistim seksual. Perilaku juga
akan bervariasi sesuai dengan genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan
suatu masukan pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama
perilaku bisa diterima oleh masyarakat luas.
5. Agresif
Agresif merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan
dari berbagai ancaman yang ada di lingkungan sekitar. Agresif melindungi diri
dan orang lain dari benda-benda, orang, ide-ide yang memiliki potensi
mengancam serta berfungsi sebagai mekanisme perlingdungan diri.
Subsistem agresif berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan
perlindungan dan penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti
sesuatu bahwa menghasilkan tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup
atau wilayah diancam. Subsistim agresif tidak meliputi perilaku itu dengan satu
penggunaan primer untuk melukai individu lain.
9
mencapai inklusi sosial, keakraban, dan ikatan sosial yang kuat untuk amanah dan
akhirnya untuk bertahan.
Akhirnya, subsistem perampungan menimbulkan perilaku coba itu untuk
mengontrol lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan
keterampilan sosial adalah beberapa area yang Johnson kenali. Area lain dari
pemenuhan pribadi atau sukses juga boleh diliputi di subsistem ini.
7. Pencapaian (Achievement)
Achievement merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan
yang kreatif dalam perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian menguasai atau
mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian beberapa standar
kesempurnaan, seperti keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.
Masing-masing subsistem mengharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan
fungsi harus dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk
mempetahankan kestabilan dan keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipenuhi
melalui upaya individual sendiri atau melalui bantuan dari lingkungan.
Kebutuhan ini mencangkup perlindungan, pemeliharaan, dan stimulasi.
Masing-masing sistem dan subsistem mengembangkan respon respon
yang berpola, berulang dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional
yang terorganisasi dan terintegrasi. Respon-respon yang berpola ini menentukan
interaksi dari subsistem, system, dan lingkungan. Pola perilaku menetapkan
hubungan system atau orang dengan benda- benda, peristiwa, dan situasi dalam
lingkungan. Pola-pola ini teratur, bertujuan dan dapat diprediksi yang
mempertahankan efesiensi sistem.
Dalam pandangan Johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien.
Jika sistem seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan
lingkungan eksternal, maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur
eksternal untuk memodifikasi atau mengubah struktur atau memandu kebutuhan
fungsi guna memulihkan kestabilan.
E. Subsistem
Karena behavioral sistem memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-
bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
10
subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat
dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan
saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung aktifitas subsistem-
subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman
dan pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di kontrol
oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah
affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive.
11
2. Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan yang
kreatif.
3. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan
berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
4. Eliminasi, berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya zat yang
tidak di butuhkan oleh tubuh dikeluarkan secara bilogis sebagai suatu subsistem
tingkah laku.
5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
6. Afiliasi, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam
kehidupan social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
7. Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam
mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Berdasarkan sub
sistem tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah system perilaku individu,
sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi
permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat
menyeimbangkan system perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalaha manusia
yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh
kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status
kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk
memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
12
7. Konsekuensi tindakan keperawatan
1. Perawatan (nursing)
Perawatan seperti yang dipandang Johnson adalah tindakan eksternal
untuk memberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi stres
dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan
sumberdaya. Seni dan ilmu memberikan eksternal baik sebelum dan selama
gangguan keseimbangan sistem dan karenanya membutuhkan pengetahuan
tentang order, disorder dan kontrol. Aktivitas perawatan tidak bergantung pada
wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis atau
pengobatan.
2. Orang (person)
3. Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami
dan dinamis yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial.
Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan
memfokuskan pada manusia bukan pada penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan
subsistem–subsistem dari sistem perilaku. Manusia berusaha mencapai
13
keseimbangan dalam sistem ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional.
Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan struktural atau fungsional
cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika sistem membutuhkan
sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan, suplai energi yang lebih besar
yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4. Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang bukan
bagian sistem perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi sistem dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Sistem perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap faktor
lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya.
Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan sistem
perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya sistem membangun kembali eqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.
Ilmu keperawatan memadukan sintesis dan penerapan pengetahuan ilmu
biofisik, perilaku dan humanistik di sertai dengan studi tentang hubungan perawat
dengan klien dan lingkungan dalam konteks kesehatan. Dasar pengetahuan ini
dengan cepat berubah dan meluas karena di tunjang oleh penelitian dan teori baru
yang menyediakan informasi tambahan. Perawat menerapkan dasar pengetahuan
yang luas ini melalui berpikir kritis, keterampilan psikomotor dan tindakan
interpersonal untuk membantu klien mencapai potensi kesehatannya yang
optimum.
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu
praktik keperawatan yang dilakukan dengan cara sistematik. Selama proses
keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, membuat penilain yang bijaksana dan diagnosis,
mengidetifikasi hasil akhir kesehatan yang diinginkan klien dan merencanakan
menerapkan serta mengefaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna mencapai
hasil akhir tersebut.
14
H. Proses Keperawatan Menurut Johnson
15
Ada banyak celah tentang keterangan seluruh individu jika model sistem
tingkah laku Johnson hanya memandukan penilaian. Pola hubungan keluarga
hanya disinggung pada affiliative dan subsistem ketergantungan. Keterangan
dasar yang berhubungan dengan status pendidikan, status ekonomi, dan jenis
tempat tingal juga berhubungan cukup besar dengan komponen-komponen
subsistem. Faktor ini dengan jelas diidentifikasi sebagai satu aspek penting dari
semua subsistem.
2. Diagnosa
Berdasarkan teori sistem perilaku menurut Johnson yang menngambarkan
diagnosa cukup rumit. Diagnosa cenderung umum ke satu subsistem sedikit
spesifik terhadap satu masalah. Grubbs telah mengajukan empat katagori dari
sistem tingkah laku Johnson, yaitu:
a. Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistem tertentu
bukan berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh ini
sehubungan dengan kekurangan dengan kebutuhan fungsional.
b. Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol
dimaksud. incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari
subsistem, walau cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak
efektif.
c. Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistem pada keadaan yang
sama menilai dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
d. Kekuasaan perilaku di subsistem sesuatu dipergunakan lebih dari lain
subsistem dengan tanpa melihat keadaan kerusakan dari subsistem yang lain.
3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan
model konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola
intervensi dari model konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang
bukan merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung
mempengaruhi intervensi keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak
menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
16
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi
berhubungan dengan bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi, kebutuhan
klien serta tujuan klien. Jika perawat sudah dapat menjawabnya, akan membantu
perawat menilai keefektifan dari proses perawat secara keseluruhan dan model
keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis
bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada
pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin
ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan
modifikasi perilaku untuk mengembangkan teorinya.
17
BAB III
1. Kasus
Tn. E bekerja disebuah kebun binatang. Dia diserang oleh harimau hingga
mendapat luka di bagian kepala dirujuk ke balai pengobatan untuk penanganan
lukanya. Dalam penanganan luka, diketahui ternyata luas luka mencapai hingga
ketulang tengkorak, hal ini membuatny aharus bisa berhenti sementara dari
pekerjaan. Sering bertemu dengan teman-teman sekerjanya, agak membuat dia
tertekan. Istri Tn. E setiap hari meluangkan waktu membuatkannya makanan kecil
karena memang istrinya suka memasak dan ternyata dengan kegiatan memasak itu
istri Tn. E dapat menekan kecemasannya sehubungan dengan keadaannya. Setelah
3 minggu berlalu penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan walaupun tidak
terjadi infeksi luka. Pada kunjungan pemeriksaan, istrinya dengan yakin
mengatakan bahwa selama perawatan bahwa selama perawatan dirumah,
suaminya sering minum air banyak sehingga berakibat fatal terhadap Tn. E. Dia
bertanya apakah ada obat yang dapat membantu Tn. E tidur malam hari.
18
menyimpulkan bahwa Tn tersebut mungkin menderita penyakit Diabetes
Mellitus. Dengan ditentukannya diagnosis, perawat membantu bapak tersebut
memperbaiki system keseimbangan dengan memodifikasi pola tingkah laku
untuk mencapai homeostasis. Pada akhirnya luka Tn. E mulai mengalami
kemajuan setelah penyakit diabetesnya diidentifikasi dan dikendalikan. Dia
sudah bisa kembali bekerja dan bertemu teman-temannya lagi. Istrinya
senang karena mendapat resep makanan sesuai dengan penyakit diabetes
suaminya dan pengalaman masak pada dirinya. Masalah teratasi dengan
menggunakan model dan teori keperawatan tingkah laku menerut Dorothy E.
Johnson.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
B. Saran
semoga dalam pembuatan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca terutama didalam “Konsep Dasar Keperawatan” tentang “Aplikasi
Model Konseptual Keperawatan Menurut Johnson”
20
DAFTAR PUSTAKA
21