Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TEORI DOROTHY JONSON

SISTEM PERILAKU

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2

1) CELSY P. HELLY
2) DWI SULASTRI RADJA
3) FRANS LODO
4) JORHANS ALFREDO BOIMAU
5) KRISANTA CENTIKA RUNESI
6) MARIANI DES NANI
7) MARLINCE NGURA GULLING
8) MARIO F.M. PUTRA
9) MUSA ANDREAS TANGKO
10) MARTHA MAGA GORO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “TEORI SISTEM PERILAKU” dengan baik.

Kami mengucapakan terima kasih kepda semua pihak dalam penyusunan


makalah ini. Didalam penyusunan makalah ini, kami menyadari banyak sekali
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan
semua sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, atas perhatiannya kami ucapkan
terimah kasih.

Kupang, september 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Tujuan ................................................................................................2

Tujuan Umum........................................................................... 2

Tujuan Khusus.....................................................................................2

BAB II KONSEP TEORI

A. Sejarah Teori Dorothy E. Johnson ....................................................3

B. Fokus Unik Teori Dorothy E. Johnson..............................................4

C. Pedoman Analisis dan Evaluasi Teori Berdasarkan Kriteria Fawcett 5

D. Asumsi utama...................................................................................12

E. Analisa konsep teori dan Parsimony dari teori..................................14

F. Empirical Evidence Base...................................................................15

G. Pragmatis dari teori untuk praktik klinis telah dibahas.....................17

BAB III APLIKASI


A.Kasus..................................................................................................20

b.Penyelesaian Kasus.............................................................................20

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................23

3.2 Saran ...............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat
untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan
ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan
diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar
seperti; adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya
tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun
asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien. Oleh karena itu suatu
teori perlu di analisis dan di evaluasi terus-menerus agar berdayaguna dalam
memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seperti teori yang
di kembangkan oleh Dorothea Johnson tentang Model Sistem Perilaku.
Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses-
proses keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual
keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek,
pendidikan dan penelitian keperawatan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Memahami penerapan teori model konseptual Dorothy E. Johnson dalam
asuhan keperawatan.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi sejarah Model Konseptual Keperawatan Dorothy E.
Johnson
2. Menganalisi fokus Model Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
3. Mengidentifikasi isi /konten Model Konseptual Keperawatan Dorothy E.
Johnson
BAB II
KONSEP TEORI

A. Bibliografi Dorothy Johnson


Dorothy Johnson dilahirkan di Savannah, Georgia, pada 1919. Dia
seorang Sarjana Muda Dalam Ilmu Pengetahuan Keperawatan dari Universitas
Vanderbilt, Nashville, Tennesse, dan tentang ilmu kesehatan dari Harvard. Dia
memulai penerbitan idenya tentang keperawatan segera setelah wisuda dari
Vanderbilt. Pengalaman profesional johnson meliputi: sebagian besar
mengajar, meskipun dia adalah seorang staf perawat di dewan kesehatan
Chatham Savanah pada tahun 1943-1949 . Dia adalah seorang instruktur dan
asisten profesor di keperawatan pediatrik universitas keperawatan di
Vanderbilt dari tahun 1949 hingga pensiun pada tahun 1978. Johnson adalah
seorang Asisten profesor keperawatan anak, seorang rekan profesor
keperawatan, dan seorang profesor keperawatan di Universitas California di
Los Angeles.
Pada tahun 1955 dan 1956 , Johnson adalah penasehat keperawatan
pediatrik ditugaskan pada sekolah Cristian Medis perguruan tinggi
keperawatan di Vellore, India Selatan. Dari tahun 1965 sampai tahun 1967, ia
menjabat sebagai ketua pada Komite Asosiasi Perawat California yang
mengembangkan spesialisasi klinis. Publikasi Johnson termasuk empat buku,
lebih dari 30 artikel dalam majalah dan banyak makalah, laporan,
procedingsan (laporan rapat) dan monograf (karya ilmiah).
Dari sekian banyak penghargaan yang ia terima, Johnson paling bangga
terhadap penghargaan dari mahasiswa fakultas pascasarjana pada tahun 1975.
Dia meninggal pada bulan Februari 1999 pada usia 80 tahun, dia senang
bahwa model sistem behavioralnya telah ditemukan, berguna dalam
memajukan pengembangan suatu teori yang berbasis keperawatan dan telah
digunakan sebagai model untuk praktik keperawatan secara institusi, tapi ia
melaporkan bahwa sumber kepuasan terbesarnya berasal dari karir produktif
dari murid-muridnya.
B. Fokus Unik Theory Dorothy E. Jhonson
Fokus unik dari Model Sistem Perilaku adalah manusia sebagai sistem
perilaku (Johnson, 1968, 1978a, 1980, 1990a). Lebih khusus lagi, fokus dari
Model Sistem Perilaku adalah pada tingkah laku sosial, yaitu ciri dan
tindakan yang dapat diamati dari manusia yang memperhitungkan keberadaan
aktual atau tersirat dari makhluk sosial lainnya. Secara khusus, fokusnya
adalah pada bentuk perilaku yang telah terbukti memiliki signifikansi adaptif
utama (Fawcett, 2005).
Perhatian khusus diberikan pada masalah struktural atau fungsional
aktual atau potensial dalam sistem perilaku secara keseluruhan dan dalam
berbagai subsistem dan fungsi perilaku yang kurang dari tingkat yang
diinginkan atau optimal (Johnson, 1980, 1990). Dua jenis kelainan sistem
perilaku bersifat sangat relevan, yaitu yang berhubungan secara tangensial
atau perifer terhadap gangguan pada sistem biologis. Artinya, mereka
diendapkan hanya oleh fakta penyakit atau konteks perlakuan situasional, dan
hal-hal yang merupakan bagian integral dari gangguan sistem biologis,
dimana mereka terkait langsung atau mendapat konsekuensi langsung dari
gangguan sistem biologis tertentu ataupunterhadap perawatannya (Johnson,
1968).
Johnson (1990) juga menekankan bahwa penerimaan sistem perilaku
sebagai klien adalah komponen utama dari model keperawatan ini. Johnson
mengklaim bahwa konsep manusia sebagai sistem perilaku, atau gagasan
bahwa pola respons spesifik manusia membentuk keseluruhan yang
terorganisir dan terpadu adalah asli dengan dirinya, sejauh yang ia tahu
(Johnson, 1980). Terdapat banyak literatur yang menyatakan dukungan pada
klaimnya tersebut, salah satunya adalah Ackoff yang menggunakan istilah
Behavioral System pada tahun 1960.
C. Pedoman Analisis dan Evaluasi Teori Berdasarkan Kriteria Fawcett
1. Antecendent (sesuatu) yang mendahului pengetahuan dari keperawatan
dan adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam pengembangan
teori.
Model Sistem Perilaku Johnson bersumber dari keyakinan Nightingale
bahwa tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu mencegah atau
menyembuhkan penyakit atau cedera (Loveland - Cherry & Wilkerson ,
1983) . Ilmu dan seni keperawatan harus fokus pada pasien sebagai individu
dan bukan pada penyakit spesifik yang sesungguhnya (Johnson, 1992).
Johnson melaporkan bahwa model sistem perilaku didasarkan pada tubuh
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya yang dikembangkan selama
bertahun-tahun oleh para peneliti dari suatu disiplin ilmu.
Johnson menggunakan keilmuan perilaku dalam psikologi, sosiologi dan
etnologi untuk mengembangkan teorinya. Johnson sangat bergantung pada
teori sistem dan menggunakan konsep-konsep dan definisi dari Rapoport,
Chinn, dan Buckley (Johnson, 1980). Struktur teori sistem perilaku terpola
setelah satu model sistem; sistem didefinisikan sebagai ringkasan bagian-
bagian yang berfungsi untuk membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh.
Dalam tulisan-tulisannya, Johnson mengkonsepkan seseorang sebagai suatu
sistem perilaku dimana hasil fungsinya adalah perilaku yang diamati. Sebuah
analogi untuk model sistem perilaku adalah teori sistem biologi, di mana
seseorang dipandang sebagai sistem biologis yang terdiri dari bagian-bagian
biologis dan penyakit adalah hasil dari gangguan sistem biologi.
Johnson mencatat bahwa, seseorang adalah suatu sistem perilaku dan
pola respon spesifik seseorang dari suatu keseluruhan yang terorganisir dan
terintegrasi. Sama seperti pengembangan pengetahuan tentang seluruh sistem
biologis diawali dengan bagian-bagian pengetahuan, pengembangan
pengetahuan sistem perilaku berfokus pada respon perilaku spesifik.
Pengembangan model sistem perilaku dari perspektif filosofis, Johnson (1980)
menulis bahwa keperawatan memberikan kontribusi dengan memfasilitasi
fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama, dan setelah sakit. Dia
menggunakan konsep dari disiplin lain, seperti pembelajaran sosial, motivasi,
stimulasi sensorik, adaptasi, modifikasi perilaku, proses perubahan, ketegangan
dan stres untuk memperluas teorinya untuk praktek keperawatan.

2. Teori dijelaskan dengan dan ruang lingkup teori


Teori keperawatan Dorothy E Johnson disebut dengan behavioral system
theory (teori  sistem tingkah laku). Model Dorothy Johnson (1980, 1990)
adalah sintesis dari teori dan konsep ilmu perilaku dan biologi, yang
terintegrasi ke dalam kerangka kerja sistematis, seperti yang tertuang dalam
buku Nursing Theories in Practice yakni the study of the output of the
intraorganismic structures and processes as they are coordinate and
articulated, and as they respond to changes in sensory stimulation (output dari
struktur dan proses-proses intra-organismik yang dikoordinasi dan di
artikulasikan serta bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan dalam
sensori stimulasi).

3. Gambarkan konsep dan proporsi teori tersebut


Model Johnson ini berfokus pada teori mengenai perilaku sosial manusia
yang kurang lebihnya banyak dipengaruhi oleh kehadiran langsung dan tidak
langsung makhuk sosial lainnya.
1. Sistem (System)
Menurut Dorothy E. Johnson, sistem merupakan keseluruhan yang
berfungsi berdasarkan atas ketergantungan bagian-bagiannya (a system is
whole that functions as whole by virtue of the interdependence of its part).
Johnson mendefinisikan sistem tersebut berdasarkan definisi sistem
Rapoport pada tahun 1968.
2. Perilaku (Behavior)
Johnson mendefinisikan perilaku didasarkan pada pernyataan-pernyataan
dari para ahli perilaku dan biologi. Definisi dari perilaku tersebut adalah
output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang dikoordinasi
dan di artikulasikan serta bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan
dalam sensori stimulasi (the study of the output of the intraorganismic
structures and processes as they are coordinate and articulated, and as they
respond to changes in sensory stimulation).
3. Sistem Perilaku (Behavioral System)
Sistem perilaku mencakup pola, perulangan, dan cara-cara bersikap
untuk mengungkapkan maksud tertentu. Pola sistem perilaku ini akan
membentuk unit fungsi yang terorganisasi dan terintegrasi dalam
menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya dan menciptakan hubungan seseorang dengan objek,
peristiwa, serta situasi di lingkungannya (this system determines and limits
the interactions between the person and his or her environment, and
establishes the relationship of the person to the objects, events, and
situations in the environment).
Sebagai sistem perilaku, manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan atau stabilitas dengan cara mengatur dan beradaptasi agar
mencapai keberhasilan pada beberapa tingkatan suatu fungsi dengan efisien
dan efektif.
4. Subsistem (Subsystem)
Subsistem adalah sistem didalam suatu sistem dimana sistem berada
pada lebih dari satu tingkat. Behavioral system memiliki banyak target
untuk dicapai, sehingga sistem tersebut terbagi dalam subsistem-subsistem
yang memiliki target masing-masing. Subsistem merupakan bagian dari
sistem yang kompleks dengan tujuan khusus sendiri dan dapat
dipertahankan hubungannya dengan subsistem lain atau lingkungannya
selama subsistem itu tidak terganggu. Tujuh subsistem yang diidentifikasi
oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interrelated).
Aktivitas subsistem ini dikendalikan langsung oleh motivasi sehingga dapat
berubah secara terus-menerus karena perkembangan psikologi manusia atau
kedewasaan (maturation), pengalaman hidup (life experience), dan
pembelajaran (learning). Sistem tersebut akan menunjukkan adanya lintas
budaya (cross culturally) dan hal tersebut di kendalikan atau di kontrol oeh
berbagai factor yaitu factor biologis, psikologis, dan sosiologi.
Tujuh elemen subsistem yang di jelaskan oleh Johnson yaitu
attachment-affiliative, ketergantungan (dependency), pola makan
(ingestive), eliminasi (eliminative), seksualitas (sexual), pencapaian
(achievement), dan penyerangan (aggressive). Berikut akan dijelaskan
ketujuh elemen tersebut, yaitu:
a. Subsistem attachement-affiliative
Subsistem hubungan kasih sayang (attachement-affiliative) adalah perilaku
yang terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan hubungan
interpersonal dengan orang tua, teman sebaya, figure otoritas. Hal tersebut
dapat membangun rasa memiliki dan hubungan kekerabatan dengan orang
lain termasuk perilaku kasih sayang, interpersonal, dan keterampilan
berkomunikasi. Subsistem attachement-affiliative mungkin merupakan
yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua
organisasi sosial. Pada tingkatan umum, hal itu memberikan kelangsungan
(survival) dan keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi
sosial, kedekatan (intimacy) dan susunan serta pemeliharaan ikatan sosial
yang kuat.
b. Subsistem ketergantungan (dependency)
Pada hakikatnya, manusia tidak akan pernah terlepas dari manusia yang
lain. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi dan juga dengan
lingkungannya seling memberi dan menerima. Subsistem dependency
membantu untuk mengembangkan perilaku yang memerlukan respon
pengasuhan. Dalam mengembangkan perilaku tersebut, dibutuhkan suatu
konsekuensi yaitu bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan, dan
bantuan fisik. Namun dalam pengembangannya, ditemukan hambatan-
hambatan yaitu salah satunya perilaku yang bergantung total kepada orang
lain. Subsistem ketergantungan ini sangat penting adanya untuk suatu
komunitas agar saling tercipta interaksi untuk membantu satu dengan yang
lainnya.
c.  Subsistem biologis
Subsistem biologis terdiri dari ingestion dan eliminasi (eliminative)  yang
berkaitan dengan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak, dan dengan
kondisi apa kita makan, dan dengan kondisi apa kita keluarkan. Ingesti
(ingestion) merupakan perilaku yang terkait dengan asupan sumber daya
yang diperlukan dari lingkungan eksternal, termasuk makanan, cairan,
informasi, benda, untuk tujuan perkembangun hubungan yang efektif
dengan lingkungan. Sedangkan eliminasi (eliminative)  merupakan
perilaku yang terkait dengan pelepasan produk-produk yang tidak
dibutuhkan. Respon-respon ini dikaitkan dengan sosial dan psikologis
seperti halnya pertimbangan biologis.
d. Subsistem seksual (sexual)
Subsistem seksual yaitu perilaku yang terkait dengan identitas, gender atau
spesifik untuk tujuan memastikan kesenangan (gratification) atau
prokreasi (procreation) dan pengetahuan serta perilaku yang kongruen
dengan seks biologis. Sistem respon ini dimulai dengan perkembangan
identitas jenis kelamin dan  perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis
kelamin.
e.  Subsistem agresif
Agresif dalam subsistem ini adalah perilaku yang berhubungan dengan
ancaman aktual atau potensial dalam lingkungan untuk tujuan menjamin
kelangsungan hidup manusia. Subsistem agresif terdiri dari dua komponen
yaitu perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal
tersebut mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan
Feshback.
f.  Subsistem achievement
Achievement merupakan perilaku yang terkait dengan penguasaan diri
sendiri dan lingkungan untuk tujuan menghasilkan efek yang diinginkan
termasuk kegiatan pemecahan masalah, pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan pribadi. Subsistem achievement berusaha memanipulasi
lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau
lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan. Cakupan perilaku
prestasi termasuk kemampuan intelektual, fisikis, kreatif, mekanis dan
sosial.
5. Equilibrium
Jhonson menyatakan bahwa equilibrium merupakan konsep kunci dalam
tujuan khusus keperawatan. Hal ini didefenisikan sebagai suatu stabilitas
tetapi lebih atau kurang kekal (fana), dan menyatakan dimana individu berada
dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkungannya.
6. Tension
Konsep tension didefenisikan sebagai penegangan dan dapat dipandang
sebagai hasil akhir dari suatu gangguan dalam equilibrium, disebabkan karena
disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.
7. Stressor
Rangsangan internal atau eksternal yang dihasilkan tension dan hasil dalam
ketidakstabilan (instability) disebut stressor. Stressor bisa jadi positif dan
negative, mungkin bisa endogenous atau exogenous. Menurut Johnson,
stressor internal terdiri dari faktor biologis, psikologis, dan sosial. Sistem
hubungan terbuka (the open linked) meliputi psikologi, personality, dan
sistem kelompok kecil (keluarga) dan sistem sosial.

Sumber: Tamilarasi & Kanimozhi (2009)


Teori sistem perilaku Johnson mengupas dua komponen utama: pasien
dan perawatan. Pasien merupakan sistem perilaku dengan tujuh subsistem
yang saling berkaitan. Setiap subsistem dapat digambarkan dan dianalisa
dalam hal-hal persyaratan-persyaratan struktur dan fungsi. Empat elemen
struktural yang telah diidentifikasi termasuk : (1) dorongan (drive) atau tujuan
(goal); (2) set, kecenderungan betindak (predisposition); (3) pilihan (choice),
alternatif untuk bertindak; (4) perilaku (action/behavior). Menurut Lobo
(2002), Johnson mengembangkan empat asumsi pada struktur dan fungsi pada
setiap subsistem:
1. Tujuan (goal). Tujuan dinilai dari bentuk perilaku yang terjadi dan
konsekuensi untuk mencapainya. Tujuan akhir dalam setiap sistem adalah
sama pada semua individu tetapi metode yang digunakan mungkin berbeda.
2. Set. Setiap individu mempunyai predisposisi untuk mencapai tujuan, hal yang
pasti lebih baik dengan hal lainnya. Johnson menjelaskan bahwa setiap
individu akan membandingkan pilihan yang sesuai dan memilih yang paling
diinginkan.
3. Pilihan (choice). Setiap subsistem mempunyai pilihan yang sesuai. Pilihan
berkembang sebagai kematangan individu dan juga lebih matang pada
individu. Johnson menekankan bahwa tindakan yang dipilih individu untuk
mencapai tujuannya mungkin tidak dapat diterima atau mungkin tidak sesuai
norma masyarakat.
4. Perilaku (action/behavior). Subsistem membuat hasil yang dapat diamati,
dimana perilaku individu mengizinkan perawat untuk menuliskan tindakan
individu dalam mencapai sebuah tujuan.
Setiap subsistem agar dapat mencapai keadaan optimal memerlukan
adanya perlindungan (protection), pengasuhan (nurturance), dan stimuli
(stimulation). Ketiga hal ini disebut sebagai persyaratan fungsional (functional
requirement). Sistem dan subsistem cenderung memelihara diri sendiri (Self-
Maintaining) dan mengekalkan diri sendiri (Self Perpetuating) selama kondisi
eksternal dan internal sesuai dan dapat diprediksi. Jika kondisi-kondisi dan
sumber daya penting terhadap kebutuhan fungsi mereka tidak cocok atau
interrelationship antar subsistem tidak harmonis, akan menghasilkan perilaku
disfungsional. Respon-respon subsistem dibangun melalui motivasi,
pengalaman, dan proses belajar serta dipengaruhi oleh faktor-lakior biologis,
psikologis dan sosial. Sistem perilaku berusaha untuk mencapai keseimbangan
dengan adaptasi terhadap stimulan lingkungan dan internal. Kondisi
ketidakstabilan dalam sistem perilaku menghasilkan kebutuhan terhadap
intervensi perawatan. Identifikasi sumber masalah dalam sistem mengarahkan
tindakan perawatan yang cocok yang menghasilkan pemeliharaan atau
pemulihan keseimbangan sistem perilaku. Perawatan dilihat sebagai kekuatan
regulator eksternal yang bertindak unfuk memulihkan keseimbangan sistem
perilaku.
Dapat disimpulkan bahwa konsep utama dalam model system perilaku
Dorthy E. Jhonson adalah :
1. Manusia memiliki dua sistem utama, sistem biologis dan sistem perilaku.
Pengobatan dan penyembuhan berkofus pada sistem biologis, keperawatan
berfokus pada sistem perilaku.
2. Masyarakat berkaitan dengan lingkungan di mana individu berada. Menurut
Johnson perilaku individu dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam
lingkungan.
3. Kesehatan adalah respon adaptif dari fisik, mental, emosional, dan sosial
terhadap rangsangan internal dan eksternal dalam rangka menjaga stabilitas
dan kenyamanan.
4. Keperawatan memiliki tujuan utama yaitu untuk mendorong keseimbangan
dalam diri individu, dimana fokus utama adalah menjaga keseimbangan dalam
sistem perilaku ketika penyakit terjadi pada seorang individu.

D. Philosophical claims yang menjadi dasar dari teori tersebut? Apakah


mereka menjelaskan secara eksplisit? (asumsi-asumsi yang
disampaiakan)
a. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan
eksternal untuk memberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien
dalam kondisi strres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang
berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan
eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan system dan
karenanya membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan control.
Aktivitas perawatan tidak bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat
pelengkap (komplementer) bagi medis/ pengobatan.

b. Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang
menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik
manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi.
Person adalah system dari bagian-bagian interpendent yang membutuhkan
beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah
penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan
yang rendah mengganggu keseimbangan sistem perilaku , integritas
manusia terancam. Usaha-usaha manusia untuk menbangun kembali
keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang
menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan
penyembuhan.

c. Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami (elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor
biologis, psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang
diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person
bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling
ketergantungan subsistem-subsistem dari system perilaku. Manusia
berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah
ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam
persyaratan struktural atau fungsional cenderung mengarah ke
memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan sejumlah energi
minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar yang
tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.

d. Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang
bukan bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi
system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan
yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk
berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga
equilibrium dalam respon terhadap factor lingkungan dengan mengatur
dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gaya lingkungan yang
kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku dan
mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan
supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat
melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.

E. Analisa konsep teori Johnson


Menurut Gonzalo (2011), Analisa yang dapat dijabarkan dari teori behavior
Dorothy Johnson, yaitu:
1. Model perilaku Johnson jelas dalam menjabarkan kerangka Individu-orientasi.
Tidak mempertimbangkan secara luas keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Dalam modelnya, fokusnya adalah dengan apa perilaku orang tersebut
menciptakan konsep yang lebih selaras dengan aspek psikologis.
3. Mengkategorikan perilaku yang berbeda dengan focus intervensi keperawatan
pada tujuh subsistem. Pada gilirannya kualitas pelayanan yang diberikan oleh
perawat dapat berkurang karena dukungan perawatan kecil dalam melihat
individu sebagai sistem adaptif secara keseluruhan.

F. Parsimony dari teori tersebut?

Kekuatan dari teori behavior yang dikembangkan oleh Johnson yaitu:


1. Memberikan kerangka acuan bagi perawat terhadap perilaku klien tertentu.
2. Model perilaku Johnson dapat digeneralisasi di seluruh umur dan lintas
budaya.

Kelemahan teori behavior yang dikembangkan oleh Johnson yaitu:


1. Johnsons tidak jelas memaparkan hubungan antara konsep dan subsistem.
2. Definisi yang kurang jelas untuk hubungan timbal balik dan antara subsistem
membuat sulit untuk melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas.
3. Kurangnya keterkaitan yang jelas antara konsep sehingga menimbulkan
kesulitan dalam mengikuti logika kerja Johnson.
(Gonzalo, 2011)
G. Adakah empirical adequancy telah dibahas dalam kaitannya dengan
kesesuaian dengan empirical evidene?
Beberapa konsep Johson diidentifikasi dan didefinisikan dalam teorinya
menunjukkan bahwa ketegangan menghasilkan perubahan perilaku dan
manifestasi dari ketegangan dengan seorang individu tergantung pada faktor
internal dan eksternal. Konsep Johnson dari stres yaitu, bahwa stres adalah
suatu proses di mana ada interaksi antara berbagai rangsangan yang mungkin
positif dalam bahwa mereka hadir, atau negatif dalam sesuatu yang diinginkan
atau dibutuhkan tidak hadir. Memandang stres sebagai kesatuan
dimanifestasikan oleh sindrom tertentu yang terdiri dari semua perubahan
yang nonspesifik diinduksi dalam sistem biologis.
Struktur teori system perilaku di polakan sesudah model system; system
dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi
bersama-sama untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisannya, Johnson
mengkonseptualkan manusia sebagai system perilaku dimana fungsinya pada
observasi perilaku adalah teori system biologi, yang menyatakan bahwa
manusia merupakan system biologi yang terdiri dari bagian biologi dan
penyakit adalah hasil gangguan system biologi. Pengembangan teori dari
sebuah perspektif filosofis, Johnson menuliskan bahwa perawatan merupakan
konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama
dan sesudah penyakit.
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan
pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem
perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di
lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal juga memiliki keinginan
dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya.
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya.
Masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus
yang penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruha subsistem dan
masing-masing mempunyai struktur dan fungsi. Masing-masing subsistem
mempunyai suatu set respons atau kecenderungan perilaku yang telah
ditetapkan dan diarahkan kepada tujuan atrau dorongan yang umum. Respons-
respons tersebut dibentuk melalui kematangan,pengalaman, dan pembelajaran.
Respons dipengaruhi oleh factor-faktor psikososial. Seiring waktu , respons
dapat dimodifikasi,tetapi suatu pola respons berulang yang dapat diamati terus
berlanjut.
Teori behavior Johnson telah berkembang luas, bukti pengembangannya
yaitu banyak terlihat dari hasil-hasil penelitian. Salah satunya contoh
penelitian yang telah dituangkan kedalam sebuah jurnal sebagai berikut:
Judul: Upaya meningkatkan perilaku pasien dalam tatalaksana diabetes
mellitus dengan pendekatan teori model behavioral system dorothy e. johnson
(Changing the Patient’s Behavior in Diabetes Mellitus Management by
Application Dorothy E. Johnson’s Behavioral System Model)

Penulis: Nur Aini, Widati Fatmaningrum, Ah. Yusuf

Metode Penelitian : Penelitian eksperimen dengan rancangan


Randomized Control Group Pretest Posttest Design

Populasi & sampel : Populasi yaitu adala pasien diabetes mellitus di


Poli Diabet Rumkital Dr. Ramelan Surabaya sejumlah 40 orang pada bulan
Mei 2010. Sampel sebanyak 13 orang untuk masing-masing kelompok
perlakuan dan control diperoleh melalui teknik simple random sampling.
Kesimpulan : Pemberian motivasi dan edukasi dapat memperbaiki
perilaku pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus melalui peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik. Selanjutnya apabila perilaku pasien sudah
baik maka gula darah akan stabil.
H. Pragmatis dari teori untuk praktik klinis telah dibahas

Perawat masa kini dituntut untuk menggunakan metode pendekatan


pemecahan masalah (problem solving approach) didalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan
proses keperawatan dalam semua aspek keperawatan. Untuk dapat menerapkan
proses keperawatan maka perawat harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, tindakan diagnosa keperawatan, memformulasi rencana, dan
melaksanakan tindakan keperawatan secara membuat evaluasi.
1. Pengkajian
Komponen yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah yang berkaitan dengan
7 subsistem yang telah ditetapkan oleh Johnson yaitu :
a. Subsistem Keterikatan (Attachment-Affiliation): berfokus pada hubungan
dan kehadiran orang lain dalam sistem sosial dimana klien berada.
b. Subsistem Ketergantungan (Dependency): berfokus pada bagaimana cara
klien menyampaikan apa yang dibutuhkannya kepada/dari orang lain di
lingkungannya sehingga orang lain bisa membantunya memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Subsistem Seksualitas (Sexuality): berfokus pada pola dan perilaku seksual
d. Subsistem Agresif (Aggressive): mengandung pertanyaan tentang
bagaimana cara klien melindungi dirinya dari ancaman dan bagimana ia
menjaga keamanan diri.
e. Subsistem Eliminasi: mencakup eleminasi yaitu mengkaji pola buang air
besar dan buang air kecil pada klien serta keadaan social yang mendukung
proses tersebut
f. Subsistem Ingesti: mengkaji pola intake cairan dan makanan pada klien,
termasuk lingkungan social dimakan makanan dan minuman tersebut
dicerna.
g. Subsistem Pencapaian (Achievement): berfokus pada bagaiman cara
individu memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu.
h. Subsistem restoratif adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengurangi
kelelahan dan/atau mencapai status keseimbangan dengan cara mengisi dan
menganti distribusi energi diantara subsistem; meredistribusi energi.
Subsistem ini berfokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADLs).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan bisa muncul dari masalah keperawatan yang
bersumber pada subsistem atau antar subsistem. Diagnosis lebih mengarah
pada subsistem dibandingkan berfokus pada masalah. Johnson dalam tulisan
ilmiahnya tidak pernah menyebutkan pengklasifikasin diagnosis secara
langsung. Pengklasifikasian ini dilakukan oleh Gruup, ia mengklasifikasikan
empat diagnosis untuk menggambarkan gangguan pada atau antar subsistem
yaitu :
a. Insufisiensi (Ketidakcukupan), terjadi saat subsistem tidak berfungsi atau
tidak berkembang sesuai kapasitas maksimal karena tidak memadainya
persyaratan fungsional (perlindungan-asuhan-stimulus), gangguan ini terjadi
pada subsistem.
b. Disceprancy (Ketidaksesuaian), terjadi ketika perilaku tidak sesuai dengan
konsep tujuan. Keganjilannya adalah adanya ketidakcocokan antara
tindakan dan tujuan dari subsistem walaupun set dan choice kemungkinan
berpegaruh kuat terhadap tindakan yang tidak efektif tersebut.
c. Gangguan yang ditemukan pada lebih dari satu subsistem diklasifikasikan
sebagai Incompatibility (Ketidakcocokan), disebut demikian ketika terjadi
konflik dari dua atau lebih subsistem perilaku dalam situasi yang sama
sehingga merugikan individu.
d. Dominance (Dominasi), terjadi saat salah satu subsistem perilaku digunakan
lebih dominan dari yang lain, sehingga merugikan subsistem lainnya. Area
ini juga di yakini oleh Johnson sebagai sesuatu yang akan terus
berkembang.

3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawaan harus diawali dari penyelesaian masalah
di subsistem dengan berorientasi pada tujuan fungsional keseimbangan system
perilaku secara keseluruhan. Jika dikaitkan dengan diagnosis keperawatan
perencanaan tindakan merupakan suatu hal yang agak rumit karena sedikitnya
input klien pada penyusunannya. Rencana tindakan berfokus pada tindakan
perawat untuk memodifikasi perilaku klien. Tindakan ini bertujuan untuk
menciptakan homeostasis pada subsistem berdasarkah hasil pengkajian perawat
tentang goal, set, choice serta perilaku klien yang bisa diamati. Rencana
tindakan terdiri atas perlindungan, pengasuhan dan stimuli pada subsistem.

4. Impelementasi
Implementasi yang dilakukan oleh perawat mengambarkan kekuatan
eksternal dalam memanipulasi subsistem sehingga kembali dalam keadaan
seimbang, model keperawatn Johnson berfokus dan bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan subsistem. Implementasi berfokus pada
pencapaian tujuan tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan tindakan untuk mencapai
keseimbangan pada subsistem yang bermasalah. Data dasar harus ada untuk
mengevaluasi apakah klien telah kembali pada perilaku dasarnya. Jika terjadi
penyimpangan seperti pada pengkajian maka jika klien telah kembali ke
perilaku dasarnya perawat harus mampu mengobservasi hal tersebut. Evaluasi
dari implementasi bisa terlaksana dengan baik apabila tujuan tindakan telah
dirumuskan dengan jelas sebelum dilakukannya implementasi.
BAB III
APLIKASI

A. KASUS
Seorang laki-laki berusia 67 tahun datang ke rumah sakit untuk berobat
setelah mengalami nyeri hebat pada abdominal dan juga pada pembuluh
darahnya (lebam/biru) setelah terbentur dengan kursinya. Pasien ini
mempunyai riwayat penyakit DM tipe II dan hipertensi. Gulanya 187mg/dl, TD
188/100 mmHg, tinggi 160 cm dan berat badan 60 kg. Pasien mengkonsumsi
obat-obatan antihipertensi, anticoagulant, antiinflamasi, dan antidiabetik. Enam
(6) minggu Terakhir ini pasien mengalami acute cerebral vascular accident
(CVA) yang menyebabkan lengan dan kaki kanan mati rasa dan paralisis
partial, kehilangan perasaan (expressive aphasia) dan ganguan menelan. 4
minggu pasien dirawat dan mampu berjalan dengan jarak yang pendek dengan
sebuah tongkat dan bantuan. Dia lemah dan gampang lelah. Dia mendapat obat
acetaminophen untuk lengan kanannya yang merupakan terapi dan sebelum
tidur. Dia khawatir tentang kelanjutan terapinya dan mengindikasikan
perhatian tentang hilangnya janjinya dengan ahli ortopedik yang mengevaluasi
lengan kanannya. Dia menyatakan bahwa makanan tidak berasa seperti
biasanya (pencicipan terganggu) dan tidak ada nafsu makan. Dengan dukungan
dari keluarganya, dia makan dengan porsi kecil.
Pasien sudah menikah 45 tahun yang lalu dan mempunyai 2 orang anak.
Dia sebagai pemimpin di gereja dan komunitas sosial. Keluarga dan temannya
mengunjungi dia selama di rumah sakit. Dia sangat senang ketika ada yang
mengunjunginya, akan tetapi jika tidak ada pengunjung, dia duduk diam
diruang gelap dan tertidur. Dia menangis pada saat keluarganya memeluknya
untuk meninggalkannya.
B. PENYELESAIAN KASUS
1. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu
menyelesaikan masalah. Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat
ini melalui 7 subsistem tingkah laku, berdasarkan data di atas kita
mendapatkan bahwa ada pada subsistem :
a. Achievement : pasien menerima beberapa perkembangan kedewasaannya.
Dia mengulang kembali bagaimana melakukan aktivitas sehari-hari,
berjalan, berbicara, keterampilan kognitif-motor seperti membaca, menulis,
dan berbicara.
b. Attachment-affiliative : pasien sudah menikah dengan dua anak yang
memberikan dukungan, mempunyai banyak teman dan kontak sosial yang
baik ketika mengunjunginya
c. Aggressive-protective : pasien cemas tentang perjalanan istrinya ke rumah
sakit malam hari dan apabila tidak makan dengan baik ketika tinggal
dengannya di rumah sakit
d. Dependency : dia mengalami stroke, mengakibatkan penurunan fungsi
lengan dan kaki sebelah kanan, yang mempunyai efek terhadap mobilitas
dan kegiatan sehari-harinya. Dia berpotensi untuk jatuh, ketidakmampuan
untuk merasakan nyeri pada lengan atau kakinya, dan lemah. Istrinya
mengambil alih peran tanggung jawab keuangan dan keseimbangan
dirumah.
e. Ingestive : sejak stroke, pasien mengalami penurunan nafsu makan. Dia
kehilangan 8 kg dalam 6 minggu. Belajar untuk menelan. Pasien mencoba
untuk makan sendiri dengan tangan kiri tetapi butuh bantuan untuk
memotong makanan.
f. Eliminative : pasien mampu buang air kecil tanpa kesulitan tetapi
menyediakan alat untuk berjalan ke kamar mandi. Pasien mengalami
konstipasi ketika asupan makanan dan cairan berkurang
g. Sexual : ada perubahan dalam hubungan seksual dengan istrinya akibat
nyeri yang dirasakan, keterbatasan menggunakan sisi kanan, dan lemah.

2. Pengkajian lingkungan
Mengkaji faktor lingkungan internal dan eksternal yang menciptakan
tension dan ancaman keseimbangan dan kestabilan sistem behavior.
Hospitalisasi dan test diagnostic menambah stress. Stroke menghasilkan
gangguan beberapa fisik dan kognitif yang mempengaruhi ketergantungan,
perawatan diri, belajar, kematangan, dan sosialisasi. Hospitalisasi pada saat
ini dapat membatalkan atau menurunkan prognosis fisik pasien dan
rehabilitasi bicara. Pasien membutuhkan bantuan untuk bergerak didalam
lingkungan rumah sakit.
Pasien dan istrinya aktif di gereja dan berpartisipasi di beberapa
aktivitas sosial. Selama sakit, dirawat, dan lemah telah menurunkan
kemampuan pasien untuk berpartisipasi di kegiatan sebelumnya. Meskipun
dalam melakukan aktivitas sehari-hari pasien dapat menggerakkan sisi kirinya
dan menggunakan tongkat, tetapi dia masih butuh bantuan.

3. Komponen struktural
a. Tujuan (Goal/drive) : pasien memperlihatkan motivasi untuk test
diagnostic dan kembali ke rumah. Dia berusaha untuk melakukan program
rehabilitasi berobat jalan. Istrinya memberikan dukungan positif baginya.
b. Set : jelas bahwa pasien dibiasakan untuk membuat keputusan diri sendiri
dan menjadi seorang pemimpin. Dan juga jelas bahwa dia dibiasakan
untuk memastikan bahwa istrinya nyaman dengan keputusan yang
diambil.
c. Choice : meskipun pasien setuju melakukan test diagnostic, dia tidak
mengalami nyeri yang berkepanjangan dan pendarahan sejak dirawat.
Sehingga dia fokus ke tujuan rehabilitasi.
d. Actions : pasien bersosialisasi dengan pengunjungnya dan keluarganya
dengan aktif dalam berbicara. Permintaan bantuannya hanya untuk
kebutuhan fisik dan kognitif. Dia minta doa dari keluarga dan teman-
temannya untuk dukungan spiritual terhadap penyakitnya.

4. Kebutuhan fungsional (functional requirements)


Pasien membutuhkan bantuan luar untuk tiga kebutuhan fungsionalnya
yaitu perlindungan (protection), pengasuhan (nurturing), dan stimulasi.
Ketidakmampuannya merasakan disisi kanannya dan gangguan mobilitasnya
meningkatkan potensial nyeri. Protective atau perlindungan disediakan seperti
pegangan tangan (palang). Pasien membutuhkan bantuan untuk menyediakan
makanan tetapi yang bisa menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum.
Sosialisasi dan kepuasan pada fasilitas rehabilitasi rawat jalan merupakan
metode penting untuk stimulasi pasien. Stimulasi juga dapat disediakan oleh
teman dan keluarganya.

5. Perawatan
Tindakan keperawatan adalah kekuatan regulasi eksternal yang harus
melindungi, merangsang dan memelihara untuk menjaga organisasi dan
integrasi atau sistem perilaku pasien. Tindakan keperawatan ini harus fokus
pada penyediaan penjelasan uji diagnostik yang akan dilakukan pasien beserta
hasil uji tesnya. Identifikasi makanan favorit dan dorongan mencegah
sembelit akan sangat dibutuhkan oleh pasien. Perawat harus memberi
advokasi tentang kesehatan fisik dan terapi wicara untuk merangsang
kemampuan fungsional dan memperkuat perilaku pasien serta untuk
mengurangi ketergantungan pasien terhadap kebutuhan. Ini akan sama
penting dengan terus mendorong sosialisasi pasien dengan teman-teman dan
keluarganya. Pasien dan istrinya akan membutuhkan dukungan dan
pengajaran untuk mengidentifikasi metode beradaptasi dan mengelola sistem
ketidakseimbangan dan ketidakstabilan serta mengidentifikasi tindakan yang
akan meningkatkan perilaku untuk menciptakan keseimbangan sistem dan
stabilitas.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan
untuk membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien
untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan
terdiri dari dua system yaitu sitem biologi dan tingkah laku tertentu.
Lingkungan termasuk masyarakat adalah system eksternal yang berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons
adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosialo terhadap lingkungan internal dan
eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya.
Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu
terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.

B. SARAN
Pemahaman yang lebih terperinci lagi mengenai Teori Behavior Johnson
dapat kita temukan dengan melakukan pegamatan perilaku manusia serta
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan perilaku untuk mencegah,
mengatasi dan menghindari suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Fatmaninggrum W., & Yusuf, A.(2011). Upaya meningkatkan perilaku
pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus dengan pendekatan teori model
behavioral system dorothy e.Johnson. Jurnal Ners Volume 6. Diperoleh
pada tanggal 14 November 2014 di
journal.lib.unair.ac.id/index.php/jn/article/download/579/579

Gonzalo. (2011). Theoretical foundations of nursing. Diperoleh pada tanggal 14


November 2014 di http://nursingtheories.weebly.com/dorothy-
johnson.html

Lobo, M (2002). Behavioral System Model: Dorothy E. Johnson in: George, J.


Nursing theories: the base for professional nursing practice. Ed 5th. Upper
River Saddle: Pearson Education

Tamilarasi, B. dan Kanimozhi, M. (2009). Improving quality of life in breast


cancer survivors : theoretical approach. The nursing journal of india. Vol
C No. 12. Diperoleh pada tanggal 17 November 2014 di
http://www.tnaionline.org/dec-09/7.htm

Tomey, A., M. & Alligood, M., R. (2006). Nursing theory and their work. Sc.
Louis: Mosby, Inc.

Anda mungkin juga menyukai