SISTEM PERILAKU
1) CELSY P. HELLY
2) DWI SULASTRI RADJA
3) FRANS LODO
4) JORHANS ALFREDO BOIMAU
5) KRISANTA CENTIKA RUNESI
6) MARIANI DES NANI
7) MARLINCE NGURA GULLING
8) MARIO F.M. PUTRA
9) MUSA ANDREAS TANGKO
10) MARTHA MAGA GORO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “TEORI SISTEM PERILAKU” dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan ................................................................................................2
Tujuan Umum........................................................................... 2
Tujuan Khusus.....................................................................................2
D. Asumsi utama...................................................................................12
b.Penyelesaian Kasus.............................................................................20
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat
untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan
ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan
diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar
seperti; adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya
tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun
asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien. Oleh karena itu suatu
teori perlu di analisis dan di evaluasi terus-menerus agar berdayaguna dalam
memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seperti teori yang
di kembangkan oleh Dorothea Johnson tentang Model Sistem Perilaku.
Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses-
proses keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual
keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek,
pendidikan dan penelitian keperawatan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Memahami penerapan teori model konseptual Dorothy E. Johnson dalam
asuhan keperawatan.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi sejarah Model Konseptual Keperawatan Dorothy E.
Johnson
2. Menganalisi fokus Model Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
3. Mengidentifikasi isi /konten Model Konseptual Keperawatan Dorothy E.
Johnson
BAB II
KONSEP TEORI
b. Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang
menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik
manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi.
Person adalah system dari bagian-bagian interpendent yang membutuhkan
beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah
penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan
yang rendah mengganggu keseimbangan sistem perilaku , integritas
manusia terancam. Usaha-usaha manusia untuk menbangun kembali
keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang
menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan
penyembuhan.
c. Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami (elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor
biologis, psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang
diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person
bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling
ketergantungan subsistem-subsistem dari system perilaku. Manusia
berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah
ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam
persyaratan struktural atau fungsional cenderung mengarah ke
memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan sejumlah energi
minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar yang
tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
d. Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang
bukan bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi
system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan
yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk
berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga
equilibrium dalam respon terhadap factor lingkungan dengan mengatur
dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gaya lingkungan yang
kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku dan
mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan
supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat
melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.
3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawaan harus diawali dari penyelesaian masalah
di subsistem dengan berorientasi pada tujuan fungsional keseimbangan system
perilaku secara keseluruhan. Jika dikaitkan dengan diagnosis keperawatan
perencanaan tindakan merupakan suatu hal yang agak rumit karena sedikitnya
input klien pada penyusunannya. Rencana tindakan berfokus pada tindakan
perawat untuk memodifikasi perilaku klien. Tindakan ini bertujuan untuk
menciptakan homeostasis pada subsistem berdasarkah hasil pengkajian perawat
tentang goal, set, choice serta perilaku klien yang bisa diamati. Rencana
tindakan terdiri atas perlindungan, pengasuhan dan stimuli pada subsistem.
4. Impelementasi
Implementasi yang dilakukan oleh perawat mengambarkan kekuatan
eksternal dalam memanipulasi subsistem sehingga kembali dalam keadaan
seimbang, model keperawatn Johnson berfokus dan bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan subsistem. Implementasi berfokus pada
pencapaian tujuan tindakan keperawatan yang telah ditentukan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan tindakan untuk mencapai
keseimbangan pada subsistem yang bermasalah. Data dasar harus ada untuk
mengevaluasi apakah klien telah kembali pada perilaku dasarnya. Jika terjadi
penyimpangan seperti pada pengkajian maka jika klien telah kembali ke
perilaku dasarnya perawat harus mampu mengobservasi hal tersebut. Evaluasi
dari implementasi bisa terlaksana dengan baik apabila tujuan tindakan telah
dirumuskan dengan jelas sebelum dilakukannya implementasi.
BAB III
APLIKASI
A. KASUS
Seorang laki-laki berusia 67 tahun datang ke rumah sakit untuk berobat
setelah mengalami nyeri hebat pada abdominal dan juga pada pembuluh
darahnya (lebam/biru) setelah terbentur dengan kursinya. Pasien ini
mempunyai riwayat penyakit DM tipe II dan hipertensi. Gulanya 187mg/dl, TD
188/100 mmHg, tinggi 160 cm dan berat badan 60 kg. Pasien mengkonsumsi
obat-obatan antihipertensi, anticoagulant, antiinflamasi, dan antidiabetik. Enam
(6) minggu Terakhir ini pasien mengalami acute cerebral vascular accident
(CVA) yang menyebabkan lengan dan kaki kanan mati rasa dan paralisis
partial, kehilangan perasaan (expressive aphasia) dan ganguan menelan. 4
minggu pasien dirawat dan mampu berjalan dengan jarak yang pendek dengan
sebuah tongkat dan bantuan. Dia lemah dan gampang lelah. Dia mendapat obat
acetaminophen untuk lengan kanannya yang merupakan terapi dan sebelum
tidur. Dia khawatir tentang kelanjutan terapinya dan mengindikasikan
perhatian tentang hilangnya janjinya dengan ahli ortopedik yang mengevaluasi
lengan kanannya. Dia menyatakan bahwa makanan tidak berasa seperti
biasanya (pencicipan terganggu) dan tidak ada nafsu makan. Dengan dukungan
dari keluarganya, dia makan dengan porsi kecil.
Pasien sudah menikah 45 tahun yang lalu dan mempunyai 2 orang anak.
Dia sebagai pemimpin di gereja dan komunitas sosial. Keluarga dan temannya
mengunjungi dia selama di rumah sakit. Dia sangat senang ketika ada yang
mengunjunginya, akan tetapi jika tidak ada pengunjung, dia duduk diam
diruang gelap dan tertidur. Dia menangis pada saat keluarganya memeluknya
untuk meninggalkannya.
B. PENYELESAIAN KASUS
1. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu
menyelesaikan masalah. Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat
ini melalui 7 subsistem tingkah laku, berdasarkan data di atas kita
mendapatkan bahwa ada pada subsistem :
a. Achievement : pasien menerima beberapa perkembangan kedewasaannya.
Dia mengulang kembali bagaimana melakukan aktivitas sehari-hari,
berjalan, berbicara, keterampilan kognitif-motor seperti membaca, menulis,
dan berbicara.
b. Attachment-affiliative : pasien sudah menikah dengan dua anak yang
memberikan dukungan, mempunyai banyak teman dan kontak sosial yang
baik ketika mengunjunginya
c. Aggressive-protective : pasien cemas tentang perjalanan istrinya ke rumah
sakit malam hari dan apabila tidak makan dengan baik ketika tinggal
dengannya di rumah sakit
d. Dependency : dia mengalami stroke, mengakibatkan penurunan fungsi
lengan dan kaki sebelah kanan, yang mempunyai efek terhadap mobilitas
dan kegiatan sehari-harinya. Dia berpotensi untuk jatuh, ketidakmampuan
untuk merasakan nyeri pada lengan atau kakinya, dan lemah. Istrinya
mengambil alih peran tanggung jawab keuangan dan keseimbangan
dirumah.
e. Ingestive : sejak stroke, pasien mengalami penurunan nafsu makan. Dia
kehilangan 8 kg dalam 6 minggu. Belajar untuk menelan. Pasien mencoba
untuk makan sendiri dengan tangan kiri tetapi butuh bantuan untuk
memotong makanan.
f. Eliminative : pasien mampu buang air kecil tanpa kesulitan tetapi
menyediakan alat untuk berjalan ke kamar mandi. Pasien mengalami
konstipasi ketika asupan makanan dan cairan berkurang
g. Sexual : ada perubahan dalam hubungan seksual dengan istrinya akibat
nyeri yang dirasakan, keterbatasan menggunakan sisi kanan, dan lemah.
2. Pengkajian lingkungan
Mengkaji faktor lingkungan internal dan eksternal yang menciptakan
tension dan ancaman keseimbangan dan kestabilan sistem behavior.
Hospitalisasi dan test diagnostic menambah stress. Stroke menghasilkan
gangguan beberapa fisik dan kognitif yang mempengaruhi ketergantungan,
perawatan diri, belajar, kematangan, dan sosialisasi. Hospitalisasi pada saat
ini dapat membatalkan atau menurunkan prognosis fisik pasien dan
rehabilitasi bicara. Pasien membutuhkan bantuan untuk bergerak didalam
lingkungan rumah sakit.
Pasien dan istrinya aktif di gereja dan berpartisipasi di beberapa
aktivitas sosial. Selama sakit, dirawat, dan lemah telah menurunkan
kemampuan pasien untuk berpartisipasi di kegiatan sebelumnya. Meskipun
dalam melakukan aktivitas sehari-hari pasien dapat menggerakkan sisi kirinya
dan menggunakan tongkat, tetapi dia masih butuh bantuan.
3. Komponen struktural
a. Tujuan (Goal/drive) : pasien memperlihatkan motivasi untuk test
diagnostic dan kembali ke rumah. Dia berusaha untuk melakukan program
rehabilitasi berobat jalan. Istrinya memberikan dukungan positif baginya.
b. Set : jelas bahwa pasien dibiasakan untuk membuat keputusan diri sendiri
dan menjadi seorang pemimpin. Dan juga jelas bahwa dia dibiasakan
untuk memastikan bahwa istrinya nyaman dengan keputusan yang
diambil.
c. Choice : meskipun pasien setuju melakukan test diagnostic, dia tidak
mengalami nyeri yang berkepanjangan dan pendarahan sejak dirawat.
Sehingga dia fokus ke tujuan rehabilitasi.
d. Actions : pasien bersosialisasi dengan pengunjungnya dan keluarganya
dengan aktif dalam berbicara. Permintaan bantuannya hanya untuk
kebutuhan fisik dan kognitif. Dia minta doa dari keluarga dan teman-
temannya untuk dukungan spiritual terhadap penyakitnya.
5. Perawatan
Tindakan keperawatan adalah kekuatan regulasi eksternal yang harus
melindungi, merangsang dan memelihara untuk menjaga organisasi dan
integrasi atau sistem perilaku pasien. Tindakan keperawatan ini harus fokus
pada penyediaan penjelasan uji diagnostik yang akan dilakukan pasien beserta
hasil uji tesnya. Identifikasi makanan favorit dan dorongan mencegah
sembelit akan sangat dibutuhkan oleh pasien. Perawat harus memberi
advokasi tentang kesehatan fisik dan terapi wicara untuk merangsang
kemampuan fungsional dan memperkuat perilaku pasien serta untuk
mengurangi ketergantungan pasien terhadap kebutuhan. Ini akan sama
penting dengan terus mendorong sosialisasi pasien dengan teman-teman dan
keluarganya. Pasien dan istrinya akan membutuhkan dukungan dan
pengajaran untuk mengidentifikasi metode beradaptasi dan mengelola sistem
ketidakseimbangan dan ketidakstabilan serta mengidentifikasi tindakan yang
akan meningkatkan perilaku untuk menciptakan keseimbangan sistem dan
stabilitas.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan
untuk membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien
untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan
terdiri dari dua system yaitu sitem biologi dan tingkah laku tertentu.
Lingkungan termasuk masyarakat adalah system eksternal yang berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons
adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosialo terhadap lingkungan internal dan
eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya.
Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu
terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.
B. SARAN
Pemahaman yang lebih terperinci lagi mengenai Teori Behavior Johnson
dapat kita temukan dengan melakukan pegamatan perilaku manusia serta
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan perilaku untuk mencegah,
mengatasi dan menghindari suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Fatmaninggrum W., & Yusuf, A.(2011). Upaya meningkatkan perilaku
pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus dengan pendekatan teori model
behavioral system dorothy e.Johnson. Jurnal Ners Volume 6. Diperoleh
pada tanggal 14 November 2014 di
journal.lib.unair.ac.id/index.php/jn/article/download/579/579
Tomey, A., M. & Alligood, M., R. (2006). Nursing theory and their work. Sc.
Louis: Mosby, Inc.