(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Falsafah Teori Keperawatan yang
dibimbing oleh Ns Wulan Noviantika)
Disusun Oleh:
Neng Rina Amelia putri
NIM. C.0105.20.022
Makalah Falsafah Teori Keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Falsafah Teori Keperawatan, yaitu “Teori Keperawatan Dorothy E.
Johnson”. Melalui Penugasan ini diharapkan para Mahasiswa dapat memahami
tentang Teori Keperawatan Dorothy E. Johnson yang pada gilirannya dapat di
implementasikan dalam pembelajaran. Dapat memahami serta mampu
menyampaikan ide/gagasan pemecahan masalah Teori Keperawatan Dorothy E.
Johnson.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadikan fram of think dalam megambil suatu
putusan pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah, dan bahkan sebagai
bagian hidup yang integrative kritik dan saran perbaikan sangat saya harapkan demi
kelengkapan dan penyempurnaan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Biografi Dorothy E. Johnson......................................................................3
D. Subsistem....................................................................................................5
F. Asumsi-Asumsi...........................................................................................8
A. Kesimpulan...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................xviii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstark yang
dapat diorganisir menjadi symbol-symbol yang nyata, sedangkan konsep keperawtan
merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa, attau kejadian yang didasari oleh fakta- fakta yang telah diobservasi tetapi
kurang absolute atau kurang bukti secara langsung.
1
Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses- proses
keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual keperawatan
yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek, pendidikan dan penelitian
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apakah Biografi Dorothy E. Johnson?
2. Bagaimana Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi-definisi)?
3. Apa itu Sistem Perilaku (Behavioral System)?
4. Sebutkanlah tujuh Subsistem yang di identifikasi oleh Johnson?
5. Seperti apakah Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson?
6. Sebutkanlah yang termasuk Asumsi-asumsi dalam Teori Dorthy E.
Johnson?
7. Apa yang dimaksud Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan
dan Proses Keperawatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Dorothy E. Johnson.
2. Mengetahui Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi-definisi).
3. Mengetahui Sistem Perilaku (Behavioral System).
4. Mengetahui tujuh Subsistem yang di identifikasi oleh Johnson.
5. Mengetahui Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson.
6. Mengetahui Asumsi-asumsi dalam Teori Dorthy E. Johnson.
7. Mengetahui Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan
Proses keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Dorothy E. Johnson
3
seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku,
untuk mengembangkan teorinya.
Johnson mencatat bahwa meski literatur menunjukkan ide dukungan lain yaitu
bahwa manusia merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide tersebut adalah
asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku didukung dalam ilmu-
ilmu perilaku, tetapi literatur empiris mendukung dugaan bahwa sistem perilaku
merupakan keseluruhan yang belum dikembangkan. Dalam sistem biologis,
pengetahuan atas bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruhan sistem.
B. Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi -definisi)
4
Dengan memakai definisi sistem oleh rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan, “A system is a whole that functions as a whole by virtue of
the interpedence of it’s part.” (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi bagian
dan elemen-elemen”. Disamping itu, manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam
bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap kekuatan yang mengenai
mereka.
C. Sistem Perilaku (Behavioral System)
5
1. Subsistem Pencapaian (Achievement), merupakan tingkat pencapaian
prestasi melalui ketrampilan yang kreatif, subsistem achievement
berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau
menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan. cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan
intelektual, fisikis, kreatif, mekanis dan social.
2. Subsistem Perhubungan (afiliasi), pencapaian hubungan dengan
lingkungan yang adekuat. Subsistem attacement-afiliative mungkin
merupakan yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan
untuk semua organisasi social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan
kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan
serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
3. Subsistem Penyerangan (agresi), Koping terhadap ancaman di
lingkungan adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan
(preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti
Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku
sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki
maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat
meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri
dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati dan dilindungi.
4. Subsistem Ketergantungan (Dependency), sistem perilaku dalam
mengadaptasikan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu
mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan.
konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan
dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari
hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah bergantung total
kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan derajat
6
yang lebih besar. jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk
kelangsungan kelompok social
5. Subsistem Eliminasi, Hal-hal yang berhubungan dengan pembuangan zat-
zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh secara biologis.
6. Subsistem Ingesti, Hal-hal yang berhubungan dengan pola makan
7. Subsistem Seksualitas, pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai.
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan
kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan
mating, system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis
kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang luas) perilaku-perilaku
berdasar prinsip jenis kelamin.
E. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson
7
4. Eliminasi, berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya
zat yang tidak di butuhkan oleh tubuh dikeluarkan secara bilogis sebagai
suatu subsistem tingkah laku.
5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan
dicintai.
6. Afiliasi, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam
kehidupan social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
7. Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku
dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Berdasarkan sub sistem tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah
system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa
keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat
berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan system perilaku
tersebut. Klien dalam hal ini adalaha manusia yang mendapat bantuan
perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau
ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan
yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk
memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
F. Asumsi-Asumsi
1. Perawatan (nursing)
8
2. Orang (person)
3. Kesehatan (health)
4. Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan
bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan
pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan
9
lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon
terhadap factor lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan
yang menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu
keseimbangan system perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah
energi yang tidak tentu dibutuhkan supaya system membangun kembali
eqilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan
stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.
G. Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan
Proses keperawatan
2. Diagnosa
Dalam tahap ini, masalah klien baik yang aktual maupun potensial
ditulis sebagai suatu diagnosa keperawatan yang disesuaikan dengan model
keperawatan yang digunakan.
3. Perencanaan
4. Implementasi
10
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang
bukan merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung
mempengaruhi intervensi keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak
menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut.
a. Bagaimana klien beradaptasi dan bereaksi
b. Apa yang dipandang klien sebagai kebutuhan
c. Bagaimana klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan Jawaban
dari pertanyaan pertanyaan tadi akan membantu perawat menilai
keefektifan dari proses perawat secara keseluruhan dan model
keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
oleh kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah ditunjukkan
mempunyai signifikansi adaptif utama.
12
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERILAKU
I. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kisaran
2. Keluhan Utama
iii
diruangannya karena klien menganggap orang yang tidak dikenalnya adalah
orang jahat.
3. Genogram
Keterangan:
: Laki-kaki
: Perempuan
: Klien
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative
b. Quantity/quality
iv
c. Severity
d. Time
Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 1 tahun terakhir ini dan
klien baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sebelumnya tidak
pernah dirawat ataupun dioperasi.
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti
klien, begitu juga dengan saudara kandung klien tidak memiliki riwayat
gangguan jiwa dan juga keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
dan anggota keluarga tidak ada yang meninggal.
v
dan menjawab dengan suara tinggi. Sesaat setelah marah-marah klien tampak
menyesal dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.
8. Status Mental
9. Pemeriksaan Fisik
vi
tegang, klien memiliki 2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada kelainan,
pandangan klien tajam ketika klien marah, hidung klien simetris dengan dua
lubang hidung dan tidak ada cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri
dan kanan, tetapi klien sesekali mendengar suara-suara yang menyuruhnya
melakukan kekerasan, mulut klien kurang bersih, bibir menghitam karena
rokok, gigi merapat, gigi kuning dan kotor, klien dapat membedakan rasa asam
dan manis, rahang klien terlihat mengatup ketika rasa marah muncul, tidak
dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit klien warna coklat dan sedikit kotor,
akral klien hangat dan turgor kembali normal, kulit disekitar mata terdapat
lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan tangannya ketika rasa marah
muncul, suka melempar dan memukul, klien sering gelisah dan berjalan
mondar-mandir di ruangan.
Klien makan 3 kali sehari, nafsu makan klien kuat, tidak ada riwayat
alergi maupun mual muntah. Saat makan klien tampak memisahkan diri baik
saat sarapan, makan siang maupun makan sore. Klien saat makan lahap, 1 porsi
makanan habis dengan nasi + lauk + sayur, tidak ada masalah saat makan dan
minum.
Tubuh klien terlihat kurang bersih tetapi klien rajin mandi, gigi dan
mulut terlihat kotor, kuku kaki dan tangan panjang. Aktivitas mandi, makan,
eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri tetapi masih berantakan, klien
kurang mau beraktivitas dengan orang lain karena selalu curiga dan selalu ingin
marah dengan teman lain yang mendekatinya dan juga klien tidak mau ikut
kebaktian yang diadakan di rumah sakit.
Klien BAB 2 kali sehari, karakter feses normal, tidak ada perdarahan,
terakhir BAB dipagi hari, tidak diare dan tidak pernah menggunakan laksatif.
Klien kurang lebih 4 kali sehari BAK, tidak menggunakan kateter, tidak nyeri,
tidak menggunakan diuretic dan tidak ada masalah saat BAK.
vii
Mekanisme koping klien maladaptif. Klien mengatakan apabila ada
masalah maka ia akan menyendiri, memikirkan sendiri masalahnya, klien
jarang membicarakan masalahnya dengan orang lain.
viii
ketidakmampuan untuk relaks, curiga dan merasa terancam di lingkungan
sekitarnya.
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Gangguan Rasa Nyaman
Perencanaa Keperawatan
Dx:
Gangguan rasa nyaman
NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat kecemasan
2. Kepuasan klien: lingkungan fisik
3. Tingkat rasa takut
4. Tingkat rasa stress
Rencana Tindakan Rasional
NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Clasification): dan meyakinkan
1. Pengurangan kecemasan 2. Manipulasi lingkungan klien untuk
2. Manajemen lingkungan: mendapatkan kenyamanan yang
kenyamanan optimal
3. Pemberian obat 3. Pertahankan prinsip 6 benar obat
4. Dukungan spiritual 4. Mendorong klien untuk mengikuti
5. Peningkatan sistem dukungan kegiatan ibadah dan berdoa
6. Dukungan kelompok 5. Anjurkan klien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan
masyarakat
6. Anjurkan klien mengikuti TAK
ix
Resiko Perilaku Kekerasan
Perencanaa Keperawatan
Dx: Perilaku kekerasan
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, verbal, dan dengan
terapi obat.
Rencana Tindakan Rasional
1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien merupakan
2. Bantu klien mengidentifikasi hal yang mutlak serta akan
penyebab perilaku kekerasan. memudahkan dalam melakukan
3. Klien dapat mengidentifikasi dalam pendekatan dan tindakan
tandatanda perilaku kekerasan. keperawatan kepada klien.
4. Diskusikan bersama klien perilaku 2. Berikan klien kesempatan
kekerasan apa yang dilakukan saat mengungkapkan perasaan kesalnya
marah. untuk mengurangi setress dan
5. Diskusikan akibat perilaku penyebab perasaan kesal diketahui.
kekerasannya. 3. Menarik kesimpulan bersama klien
6. Bantu klien untuk mengontrol supaya klien mengetahui secara garis
perilaku kekerasan dengan cara fisik, besar tanda-tanda marah atau kesal.
verbal, dan minum obat 4. Klien mengetahui perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan dan dapat
membantu klien menemukan cara
yang dapat menyelesaikan masalah
5. Dengan mengetahui akibat perilaku
kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku kekerasannya
x
6. Mengajarkan kepada klien cara
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik, verbal, maupun spiritual.
7. Latih klien minum obat secara teratur
dengan prinsip 5 benar (benar nama,
pasien, obat, waktu,dan dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat).
xi
2. Klien tidak mau
minum obat (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan klien
mengikuti ibadah
2. Anjurkan klien
bergabung dengan
kegiatan kelompok
seperti TAK.
Rabu, 25 Mei Gangguan 1. Menanyakan kembali S:
2016 rasa kepada klien cara 1. Klien lupa dengan
nyaman relaksasi tarik napas manfaat minum
dalam dan manfaat obat
minum obat 2. Klien mengatakan
2. Menjelaskan kembali akan minum obat
kepada klien bahwa agar dia cepat
minum obat sangat pulang
penting untuk 3. Klien mengatakan
kesembuhan klien tidak ingin
3. Mengajarkan kepada mengikuti kegiatan
klien untuk berdoa dan ibadah
mengikuti kegiatan 4. Klien mengikuti
ibadah TAK dan mulai
4. Menjelaskan kepada berinteraksi dengan
klien manfaat teman diruangannya
berinteraksi dengan O:
teman seperti 1. Klien tampak
mengikuti TAK tenang
2. Klien ingin
xii
dikunjungi
keluarganya
A:
Klien tidak ingin
mengikuti ibadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Kamis, 26 Gangguan 1. Menanyakan kembali S:
Mei 2016 rasa kepada klien topic 1. Klien masih
nyaman pertemuansebelumnya mengingat topik
2. Menjelaskan kembali yang
manfaat beribadah dibicarakansemalam
3. Memberi motivasi 2. Klien mengatakan
bahwa keluarga klien sudah mulai
pasti ingin klien cepat nyaman dengan
sembuh dan pulang lingkungannya
karna saat
mengikuti TAK dia
berinteraksi dengan
teman-temannya
3. Klien mengatakan
malas mengikuti
kegiatan ibadah
4. Klien mengatakan
ingin bertemu
dengan keluarganya
O:
1. Klien tenang
2. Klien sudah mau
berbicara dengan
xiii
temannya
A:
Klien tidak ingin
mengikuti kegiatan
ibadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
xiv
5. Mengkaji akibat orang-orang
perilaku kekerasan disekitarnya
klien menjadi takut
6. Membantu klien 6. Klien
mengontrol perilaku mengorientasikan
kekerasan secara fisik. kembali cara tarik
Menganjurkan klien nafas dalam dan
memasukan ke dalam memukul kasur dan
jadwal kegiatan harian bantal.
O:
1. Klien tampak
gelisah
2. Tangan mengepal -
Klien tidak mau
berjabat tangan
A:
Klien masih cepat
marah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien masih ingat
11.00 WIB SP 2 2. Menanyakan kembali kepada perawat dan
kepada klien bagaimana klien mampu
cara mengontrol mengorientasikan
perilaku kekerasan kembali cara tarik
secara fisik 1. napas dalam.
3. Melatih klien minum 2. Klien mengatakan
obat secara teratur malas minum obat.
dengan prinsip 6 benar O:
xv
(benar klien, obat, 1. Klien tampak
dosis, cara, waktu dan tenang
kontinuitas) 2. Klien mau berjabat
4. Menganjurkan klien tangan
memasukan ke dalam A:
jadwal kegiatan harian Klien malas minum
obat (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 25 Mei Perilaku 1. Membina hubungan S:
2016 10.00 kekerasan saling percaya 1. Klien tersenyum
WIB SP 3 2. Menanyakan kembali 2. Klien minum obat
kepada klien prinsip 6 3. Klien mengatakan
benar minum obat mau mencoba
3. Mengajarkan klien cara meminta dengan
mengungkapkan rasa baik, menolak
marah secara verbal dengan baik,
4. Menganjurkan klien mengungkapkan
memasukan ke dalam perasaan dengan
jadwal kegiatan harian baik.
O:
1. Klien tenang
2. Ekspresi wajah baik
A:
Klien belum bisa
meminta dengan baik
(+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 25 Mei Perilaku 1. Membina hubungan S:
xvi
2016 13.00 kekerasan saling percaya 1. Klien mengatakan
WIB SP 4 2. Diskusikan hasil latihan senang perawat
mengontrol perilaku berbincang-bincang
kekerasan secara verbal dengannya lagi
3. Mengajarkan klien 2. Klien
latihan untuk beribadah mengorientasikan
4. Masukan ke jadwal cara meminta,
latihan berdoa menolak dan
mengungkapkan
perasaan dengan
baik
3. Klien mengatakan
tidak ingin
mengikuti ibadah
O:
1. Mimik wajah klien
baik
2. Klien ingin
beribadah
A:
Klien tidak ingin
beribadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Ari, T. (2013). Teori Keperawatan. Jakarta: PT Gramedia.
Effendy. (2004). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Johnson, D. E. (2006). Nursing Theorists and Their Work. St. Louis, Missouri. USA:
Westline Industrial Drive.
Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Wawan, & Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
xviii