Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FALSAFAH TEORI KEPERAWATAN


TEORI KEPERAWATAN DORTHY E. JOHNSON 

(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Falsafah Teori Keperawatan yang
dibimbing oleh Ns Wulan Noviantika)

Disusun Oleh:
Neng Rina Amelia putri
NIM. C.0105.20.022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Berkat rahmat dan karunia-Nya, terselesaikanlah makalah yang berudul “Teori
Keperawatan Dorothy E. Johnson” ini dengan sebaik-baiknya.

Makalah Falsafah Teori Keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Falsafah Teori Keperawatan, yaitu “Teori Keperawatan Dorothy E.
Johnson”. Melalui Penugasan ini diharapkan para Mahasiswa dapat memahami
tentang Teori Keperawatan Dorothy E. Johnson yang pada gilirannya dapat di
implementasikan dalam pembelajaran. Dapat memahami serta mampu
menyampaikan ide/gagasan pemecahan masalah Teori Keperawatan Dorothy E.
Johnson.

Saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


dalam menyelesaikan makalah ini. Kepada semua rekan-rekan, saya mengucapkan
selamat membaca dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadikan fram of think dalam megambil suatu
putusan pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah, dan bahkan sebagai
bagian hidup yang integrative kritik dan saran perbaikan sangat saya harapkan demi
kelengkapan dan penyempurnaan tugas ini.

Cimahi, 10 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Biografi Dorothy E. Johnson......................................................................3

B. Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi -definisi).....................4

C. Sistem Perilaku (Behavioral System).........................................................5

D. Subsistem....................................................................................................5

E. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson.......................................7

F. Asumsi-Asumsi...........................................................................................8

G. Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan


Proses keperawatan.....................................................................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................11

A. Kesimpulan...............................................................................................11

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERILAKU..............................................iii

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................xviii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstark yang
dapat diorganisir menjadi symbol-symbol yang nyata, sedangkan konsep keperawtan
merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa, attau kejadian yang didasari oleh fakta- fakta yang telah diobservasi tetapi
kurang absolute atau kurang bukti secara langsung.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat mengingat dalam model
praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakian dan nilai
yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan
dan keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawatat dalam mengembangkan
tujuannya.

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang


situasi kerja melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi
untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa
yang harus dikerjakan pada saat itu.

 Model konseptual keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan


pengajaran. Oleh karena itu, model harus diperkenalkan untuk memperkuat
profesi perawat khususnya dalam mengoreksi pemikiran yang salah tentang profesi
perawatan, bahwa perawat merupakan pembantu dokter dan tidak sedikit yang
berfikiran bahwa perawat hanya mengikuti perintah dokter.

1
Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses- proses
keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual keperawatan
yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek, pendidikan dan penelitian
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apakah Biografi Dorothy E. Johnson?
2. Bagaimana Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi-definisi)?
3. Apa itu Sistem Perilaku (Behavioral System)?
4. Sebutkanlah tujuh Subsistem yang di identifikasi oleh Johnson?
5. Seperti apakah Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson?
6. Sebutkanlah yang termasuk Asumsi-asumsi dalam Teori Dorthy E.
Johnson?
7. Apa yang dimaksud Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan
dan Proses Keperawatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Dorothy E. Johnson.
2. Mengetahui Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi-definisi).
3. Mengetahui Sistem Perilaku (Behavioral System).
4. Mengetahui tujuh Subsistem yang di identifikasi oleh Johnson.
5. Mengetahui Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson.
6. Mengetahui Asumsi-asumsi dalam Teori Dorthy E. Johnson.
7. Mengetahui Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan
Proses keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Dorothy E. Johnson

Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di


Savannah, Georgia. Pada tahun1933 Johnson memperoleh gelar A.A. dari Armstrong
junior College di Savannah, Georgia. Pada tahun 1949-1978 Johnson menjadi
instruktur dan asistenprofesor dalam perawat kesehatan anak-anak (pediatric nursing)
di Vanderbilt University School of Nursing. Pada tahun 1955-1956 Johnson menjadi
penasehat pediatric nursing yang ditugaskan di Sekolah kesehatan Kristen bidang
Keperawatan di Vellore, India Selatan. Dan Johnson mendapatkan Penghargaan yang
paling dibanggakan yaitu Faculty Award. Pada tahun 1975 mendapatkan penghargaan
kembali sebagai Lulu Hassenplug Distinguished Achievement Award dari
Asisi. Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan
perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari
penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai
individu dan bukan pada entitas yang spesifik.

Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi


dan etnologi untuk membangun teorinya. ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri
sistem-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport, R. Chin dan
W. Buckley. struktur teori sistem perilaku dipolakan sesudah model sistem; sistem
dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama
untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisannya, Johnson mengkonseptualkan
manusia sebagai sistem perilaku dimana fungsi adalah observasi perilaku adalah teori
sistem biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan sistem biologi yang
terdiri dari bagian biologi dan penyakit adalah hasil gangguan sistem biologi.

Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa


perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien
sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain

3
seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku,
untuk mengembangkan teorinya.

Johnson mencatat bahwa meski literatur menunjukkan ide dukungan lain yaitu
bahwa manusia merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide tersebut adalah
asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku didukung dalam ilmu-
ilmu perilaku, tetapi literatur empiris mendukung dugaan bahwa sistem perilaku
merupakan keseluruhan yang belum dikembangkan. Dalam sistem biologis,
pengetahuan atas bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruhan sistem.
B. Konsep Utama Teori Dorthy E. Johnson (Definisi -definisi)

Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk


membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2
sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan
sosial terjadap lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara
kesehatannya. Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu,
yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.

Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan ‘’behavioral sistem


theory’’. Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli perilaku
dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya
dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsif terhadap perubahan-perubahan
dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi
oleh kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah ditunjukkan
mempunyai signifikansi adaptif utama.

4
Dengan memakai definisi sistem oleh rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan, “A system is a whole that functions as a whole by virtue of
the interpedence of it’s part.” (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi bagian
dan elemen-elemen”. Disamping itu, manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam
bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap kekuatan yang mengenai
mereka.
C. Sistem Perilaku (Behavioral System)

Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan


maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan
lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan
situasi dengan lingkunganya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan
untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup fleksibel untuk
mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.
D. Subsistem

Karena behavioral sistem memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-


bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat
dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan
saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung aktifitas subsistem-
subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman
dan pembelajaran. system yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di kontrol
oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah
affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive.

5
1. Subsistem Pencapaian (Achievement), merupakan tingkat pencapaian
prestasi melalui ketrampilan yang kreatif, subsistem achievement
berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau
menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan. cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan
intelektual, fisikis, kreatif, mekanis dan social.
2. Subsistem Perhubungan (afiliasi), pencapaian hubungan dengan
lingkungan yang adekuat. Subsistem attacement-afiliative mungkin
merupakan yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan
untuk semua organisasi social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan
kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan
serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
3. Subsistem Penyerangan (agresi), Koping terhadap ancaman di
lingkungan adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan
(preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti
Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku
sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki
maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat
meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri
dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati dan dilindungi.
4. Subsistem Ketergantungan (Dependency), sistem perilaku dalam
mengadaptasikan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu
mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan.
konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan
dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari
hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah bergantung total
kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan derajat

6
yang lebih besar. jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk
kelangsungan kelompok social
5. Subsistem Eliminasi, Hal-hal yang berhubungan dengan pembuangan zat-
zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh secara biologis.
6. Subsistem Ingesti, Hal-hal yang berhubungan dengan pola makan
7. Subsistem Seksualitas, pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai.
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan
kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan
mating, system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis
kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang luas) perilaku-perilaku
berdasar prinsip jenis kelamin.
E. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson

Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan


pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang
selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal
maupun eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari
pengaruh yang ditimbulkanya. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem
eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Sebagai suatu sistem,
didalamnya terdapat komponen sub sistem yang membentuk sistem tersebut,
diantaranya komponen sub sistem yang membentuk sistem perilaku menurut Johnson
adalah :

1. Ingestif, yaitu berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan


banyaknya makan dan minum sebagai suatu subsistem tingkah laku.
2. Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan
yang kreatif.
3. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan
dan berbagai ancaman yang ada di lingkungan.

7
4. Eliminasi, berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya
zat yang tidak di butuhkan oleh tubuh dikeluarkan secara bilogis sebagai
suatu subsistem tingkah laku.
5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan
dicintai.
6. Afiliasi, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam
kehidupan social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
7. Ketergantungan,  merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku
dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Berdasarkan sub sistem tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah
system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa
keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat
berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan system perilaku
tersebut. Klien dalam hal ini adalaha manusia yang mendapat bantuan
perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau
ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan
yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk
memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
F. Asumsi-Asumsi

1. Perawatan (nursing)

Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan


eksternal untukmemberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam
kondisi stres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau
dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik
sebelum dan selama gangguan keseimbangan system dan karenanya
membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan control. Aktivitas
perawatan tadak bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat pelengkap
(komplementer) bagi medis/ pengobatan.

8
2. Orang (person)

 Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,


pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan
dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk
keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari
bagian-bagian interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan
untuk menjaga keseimbangan. pengeluaran energi yang luar biasa, yang
menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan
penyembuhan.

3. Kesehatan (health)

Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit


dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis,
psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para
pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.

Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling


ketergantungan subsistem-subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha
mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku
fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau
fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system
membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan, suplai energi
yang lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.

4. Lingkungan

Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan
bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan
pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan

9
lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon
terhadap factor lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan
yang menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu
keseimbangan system perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah
energi yang tidak tentu dibutuhkan supaya system membangun kembali
eqilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan
stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.
G. Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan
Proses keperawatan

Model Konseptual Keperawatan adalah suatu abstraksi yang dioperasikan


dengan menggunakan proses keperawatan yang mencakup :
1. Pengkajian

Pengkajian data spesifik mengenai kebutuhan kesehatan klien yang


langsung berhubungan dengan unit kedua model keperawatan yaitu klien.
Misalnya teori Henderson, klien dipandang memiliki 14 kebutuhan dasar, maka
data yang dikumpulkan juga tentang 14 kebutuhan dasar tersebut.

2. Diagnosa

Dalam tahap ini, masalah klien baik yang aktual maupun potensial
ditulis sebagai suatu diagnosa keperawatan yang disesuaikan dengan model
keperawatan yang digunakan.

3. Perencanaan 

Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan


model konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola
intervensi dari model konseptualyang digunakan.

4. Implementasi 

10
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang
bukan merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung
mempengaruhi intervensi keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak
menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut.
a. Bagaimana klien beradaptasi dan bereaksi
b. Apa yang dipandang klien sebagai kebutuhan
c. Bagaimana klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan Jawaban
dari pertanyaan pertanyaan tadi akan membantu perawat menilai
keefektifan dari proses perawat secara keseluruhan dan model
keperawatan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan ‘’behavioral sistem


theory’’. Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli perilaku
dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya
dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsif terhadap perubahan-perubahan
dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi

11
oleh kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah ditunjukkan
mempunyai signifikansi adaptif utama.

12
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERILAKU

I. PENGKAJIAN
1. Biodata

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 26 tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Alamat : Kisaran

Tanggal Masuk RS : 12 Maret 2016

No. Register : 03.30.28

Ruangan kamar : Dolok Martimbang

Tanggal pengkajian : 24 Mei 2016

Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

2. Keluhan Utama

Klien sering tiba-tiba ingin merusak barang, memukul orang. Klien


mudah marah dan tersinggung bila diajak berbicara. Klien merasa tidak nyaman

iii
diruangannya karena klien menganggap orang yang tidak dikenalnya adalah
orang jahat.

3. Genogram

Keterangan:
: Laki-kaki

: Perempuan

: Klien
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative

Klien sering melamun dan tidak mau melakukan apa-apa, lebih


suka menyendiri. Tiba-tiba ingin mengamuksaat diajak berbicara oleh
orang disekitarnya dan klien mengatakan dengan menyendiri atau
mengamuk, keadaan akan menjadi lebih baik danklien merasa puas.

b. Quantity/quality

Klien mengatakan tidak suka di ruangannya karena klien merasa


bahwa ada yang mengancam dirinya sehingga klien merasa tidakaman
dan nyaman oleh karena itu juga klientampak lebih senang menyendiri.

iv
c. Severity

Klien merasa cemas, takut dengan orang-orang


dilingkungansekitarnya sehingga klien merasa tidak aman dan nyaman.

d. Time

Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut selama 1


tahun terakhir ini.

5. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 1 tahun terakhir ini dan
klien baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sebelumnya tidak
pernah dirawat ataupun dioperasi.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti
klien, begitu juga dengan saudara kandung klien tidak memiliki riwayat
gangguan jiwa dan juga keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
dan anggota keluarga tidak ada yang meninggal.

7. Riwayat Keadaan Psikososial

Klien mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh


keluarga karena penyakitnya.Klien tidak merasakan ada yang kurang dari
dirinya, klien paling menyukai bentuk tubuhnya yaitu hidungnya karena ia
merasa hidungnya mancung, klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke
rumah tetapi klien merasa jengkel, kesal karena sudah dianggap sakit jiwa oleh
seluruh keluarganya apalagi klien hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak
memiliki pekerjaan dan hanya tamatan SMP, klien juga merasa orang-orang
disekitarnya terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya sehingga klien
merasa tidak aman dan nyaman. Saat diajak berkomunikasi klien tampak tegang

v
dan menjawab dengan suara tinggi. Sesaat setelah marah-marah klien tampak
menyesal dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.

Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti, hubungan


keluarga klien kurang harmonis karena klien sering berkelahi dengan ayah dan
abangnya dan selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi
dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan
kurang percaya dengan orang lain, klien menganggap orang lain adalah
ancaman karena kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di
ruangan, menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa
semua orang memusuhinya. Klien menganut keyakinan Agama Kristen tetapi
selama klien di rumah sakit klien jarang mengikuti ibadah.

8. Status Mental

Klien sadar penuh (compos mentis), klien berperilaku curiga melihat


orang lain, klien kurang memperhatikan penampilannya, karena ia rasa tidak
terlalu penting. Saat wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien
berbicara cepat, pandangan tajam dan menjawab pertanyaan dengan singkat-
singkat dengan suara agak tinggi dan klien kurang konsentrasi, klien
mengatakan sering ingin marah terhadap orang-orang disekitarnya karena klien
merasa bahwa orang-orang terlihat memusuhinya sehingga ia rasa mengancam
dirinya. Proses pikir klien terganggu terlihat dari apa saja yang dikatakannya
tentang orang-orang yang ada disekitarnya, klien terus berpikir bahwa semua
orang adalah orang jahat dan mengancam dirinya.

9. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan


dara (TD): 110/90 mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi
badan: 160cm, berat badan: 63kg.Bentuk kepala klien bulat, simetris dan
normal dengan kulit kepala kotor dan bau, wajah klien tampak merah dan

vi
tegang, klien memiliki 2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada kelainan,
pandangan klien tajam ketika klien marah, hidung klien simetris dengan dua
lubang hidung dan tidak ada cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri
dan kanan, tetapi klien sesekali mendengar suara-suara yang menyuruhnya
melakukan kekerasan, mulut klien kurang bersih, bibir menghitam karena
rokok, gigi merapat, gigi kuning dan kotor, klien dapat membedakan rasa asam
dan manis, rahang klien terlihat mengatup ketika rasa marah muncul, tidak
dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit klien warna coklat dan sedikit kotor,
akral klien hangat dan turgor kembali normal, kulit disekitar mata terdapat
lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan tangannya ketika rasa marah
muncul, suka melempar dan memukul, klien sering gelisah dan berjalan
mondar-mandir di ruangan.

10. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

Klien makan 3 kali sehari, nafsu makan klien kuat, tidak ada riwayat
alergi maupun mual muntah. Saat makan klien tampak memisahkan diri baik
saat sarapan, makan siang maupun makan sore. Klien saat makan lahap, 1 porsi
makanan habis dengan nasi + lauk + sayur, tidak ada masalah saat makan dan
minum.

Tubuh klien terlihat kurang bersih tetapi klien rajin mandi, gigi dan
mulut terlihat kotor, kuku kaki dan tangan panjang. Aktivitas mandi, makan,
eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri tetapi masih berantakan, klien
kurang mau beraktivitas dengan orang lain karena selalu curiga dan selalu ingin
marah dengan teman lain yang mendekatinya dan juga klien tidak mau ikut
kebaktian yang diadakan di rumah sakit.

Klien BAB 2 kali sehari, karakter feses normal, tidak ada perdarahan,
terakhir BAB dipagi hari, tidak diare dan tidak pernah menggunakan laksatif.
Klien kurang lebih 4 kali sehari BAK, tidak menggunakan kateter, tidak nyeri,
tidak menggunakan diuretic dan tidak ada masalah saat BAK.

vii
Mekanisme koping klien maladaptif. Klien mengatakan apabila ada
masalah maka ia akan menyendiri, memikirkan sendiri masalahnya, klien
jarang membicarakan masalahnya dengan orang lain.

II. ANALISIS DATA


No. Data Masalah Keperawatan
1. DS: Gangguan rasa nyaman
Klien mengatakan merasa cemas, bahwa ada
yang mengancam dirinya diruangan
DO:
1. Klien menyendiri
2. Klien tidak suka jika ada yang mendekat
kepadanya
3. Klien khawatir orang lain menyakiti dirinya
2. DS: Resiko Perilaku
Klien mengatakan mudah marah dan sering Kekerasan
emosi hingga ingin merusak barang-barang,
memukul orang.
DO:
1. Marah-marah tanpa sebab
2. Gelisah dan tidak nyaman
3. Terlihat sering mengepalkan tangan
4. Merusak barang-barang
III. RUMUSAN MASALAH
1. Masalah Keperawatan:
a. Gangguan Rasa Nyaman
b. Resiko Perilaku kekerasan
2. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Gangguan rasa nyaman ditandai dengan klien merasa gelisah, cemas,
kurang puas dengan keadaan, kurang senang dengan situasi tersebut,

viii
ketidakmampuan untuk relaks, curiga dan merasa terancam di lingkungan
sekitarnya.
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Gangguan Rasa Nyaman
Perencanaa Keperawatan
Dx:
Gangguan rasa nyaman
NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat kecemasan
2. Kepuasan klien: lingkungan fisik
3. Tingkat rasa takut
4. Tingkat rasa stress
Rencana Tindakan Rasional
NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Clasification): dan meyakinkan
1. Pengurangan kecemasan 2. Manipulasi lingkungan klien untuk
2. Manajemen lingkungan: mendapatkan kenyamanan yang
kenyamanan optimal
3. Pemberian obat 3. Pertahankan prinsip 6 benar obat
4. Dukungan spiritual 4. Mendorong klien untuk mengikuti
5. Peningkatan sistem dukungan kegiatan ibadah dan berdoa
6. Dukungan kelompok 5. Anjurkan klien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan
masyarakat
6. Anjurkan klien mengikuti TAK

ix
Resiko Perilaku Kekerasan
Perencanaa Keperawatan
Dx: Perilaku kekerasan
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, verbal, dan dengan
terapi obat.
Rencana Tindakan Rasional
1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien merupakan
2. Bantu klien mengidentifikasi hal yang mutlak serta akan
penyebab perilaku kekerasan. memudahkan dalam melakukan
3. Klien dapat mengidentifikasi dalam pendekatan dan tindakan
tandatanda perilaku kekerasan. keperawatan kepada klien.
4. Diskusikan bersama klien perilaku 2. Berikan klien kesempatan
kekerasan apa yang dilakukan saat mengungkapkan perasaan kesalnya
marah. untuk mengurangi setress dan
5. Diskusikan akibat perilaku penyebab perasaan kesal diketahui.
kekerasannya. 3. Menarik kesimpulan bersama klien
6. Bantu klien untuk mengontrol supaya klien mengetahui secara garis
perilaku kekerasan dengan cara fisik, besar tanda-tanda marah atau kesal.
verbal, dan minum obat 4. Klien mengetahui perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan dan dapat
membantu klien menemukan cara
yang dapat menyelesaikan masalah
5. Dengan mengetahui akibat perilaku
kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku kekerasannya

x
6. Mengajarkan kepada klien cara
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik, verbal, maupun spiritual.
7. Latih klien minum obat secara teratur
dengan prinsip 5 benar (benar nama,
pasien, obat, waktu,dan dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat).

V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


1. Gangguan Rasa Nyaman
Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 24 Gangguan 1. Mengajarkan pasien S:
Mei 2016 rasa untuk melakukan 1. Klien mengatakan
nyaman teknik tarik napas masih cemas/takut
dalam (relaksasi) dengan teman
2. Mengusahakan diruangannya
lingkungan yang karena mereka akan
kondusif bagi klien dan berbuat jahat
meyakinkan klien kepada klien
bahwa ia aman dekat 2. Klien mengatakan
perawat. tidak mau minum
3. Menjelaskan manfaat obat
obat (Risperidone 2mg, O:
Chloro 50 mg) kepada 1. Klien tampak
klien gelisah
2. Klien kurang fokus
A:
1. Gangguan rasa
nyaman (+)

xi
2. Klien tidak mau
minum obat (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan klien
mengikuti ibadah
2. Anjurkan klien
bergabung dengan
kegiatan kelompok
seperti TAK.
Rabu, 25 Mei Gangguan 1. Menanyakan kembali S:
2016 rasa kepada klien cara 1. Klien lupa dengan
nyaman relaksasi tarik napas manfaat minum
dalam dan manfaat obat
minum obat 2. Klien mengatakan
2. Menjelaskan kembali akan minum obat
kepada klien bahwa agar dia cepat
minum obat sangat pulang
penting untuk 3. Klien mengatakan
kesembuhan klien tidak ingin
3. Mengajarkan kepada mengikuti kegiatan
klien untuk berdoa dan ibadah
mengikuti kegiatan 4. Klien mengikuti
ibadah TAK dan mulai
4. Menjelaskan kepada berinteraksi dengan
klien manfaat teman diruangannya
berinteraksi dengan O:
teman seperti 1. Klien tampak
mengikuti TAK tenang
2. Klien ingin

xii
dikunjungi
keluarganya
A:
Klien tidak ingin
mengikuti ibadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Kamis, 26 Gangguan 1. Menanyakan kembali S:
Mei 2016 rasa kepada klien topic 1. Klien masih
nyaman pertemuansebelumnya mengingat topik
2. Menjelaskan kembali yang
manfaat beribadah dibicarakansemalam
3. Memberi motivasi 2. Klien mengatakan
bahwa keluarga klien sudah mulai
pasti ingin klien cepat nyaman dengan
sembuh dan pulang lingkungannya
karna saat
mengikuti TAK dia
berinteraksi dengan
teman-temannya
3. Klien mengatakan
malas mengikuti
kegiatan ibadah
4. Klien mengatakan
ingin bertemu
dengan keluarganya
O:
1. Klien tenang
2. Klien sudah mau
berbicara dengan

xiii
temannya
A:
Klien tidak ingin
mengikuti kegiatan
ibadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan

2. Resiko Perilaku Kekerasan


Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya dengan 1. Klien mau berjabat
09.00 WIB SP 1 menggunakan salam tangan dan
terapeutik, berjabat berinteraksi
tangan, menjelaskan 2. Klien mengatakan
tujuan interaksi, dan marah dan kesal
membuat kontrak topik, jika diganggu,
waktu, dan tempat 3. Klien mengatakan
setiap kali bertemu jika dia mulai
klien. marah jantungnya
2. Mendiskusikan tentang berdetak kencang,
penyebab marah, kesal tangan mengepal,
yang dialami klien muka merah
3. Mengidentifikasi tanda- 4. Klien mengatakan
tanda perilaku kalau sudah marah
kekerasan akan melempar
4. Mengkaji perilaku barang-barang,
kekerasan apa yang berkelahi
dilakukan saat marah 5. Klien mengatakan

xiv
5. Mengkaji akibat orang-orang
perilaku kekerasan disekitarnya
klien menjadi takut
6. Membantu klien 6. Klien
mengontrol perilaku mengorientasikan
kekerasan secara fisik. kembali cara tarik
Menganjurkan klien nafas dalam dan
memasukan ke dalam memukul kasur dan
jadwal kegiatan harian bantal.
O:
1. Klien tampak
gelisah
2. Tangan mengepal -
Klien tidak mau
berjabat tangan
A:
Klien masih cepat
marah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien masih ingat
11.00 WIB SP 2 2. Menanyakan kembali kepada perawat dan
kepada klien bagaimana klien mampu
cara mengontrol mengorientasikan
perilaku kekerasan kembali cara tarik
secara fisik 1. napas dalam.
3. Melatih klien minum 2. Klien mengatakan
obat secara teratur malas minum obat.
dengan prinsip 6 benar O:

xv
(benar klien, obat, 1. Klien tampak
dosis, cara, waktu dan tenang
kontinuitas) 2. Klien mau berjabat
4. Menganjurkan klien tangan
memasukan ke dalam A:
jadwal kegiatan harian Klien malas minum
obat (+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 25 Mei Perilaku 1. Membina hubungan S:
2016 10.00 kekerasan saling percaya 1. Klien tersenyum
WIB SP 3 2. Menanyakan kembali 2. Klien minum obat
kepada klien prinsip 6 3. Klien mengatakan
benar minum obat mau mencoba
3. Mengajarkan klien cara meminta dengan
mengungkapkan rasa baik, menolak
marah secara verbal dengan baik,
4. Menganjurkan klien mengungkapkan
memasukan ke dalam perasaan dengan
jadwal kegiatan harian baik.
O:
1. Klien tenang
2. Ekspresi wajah baik
A:
Klien belum bisa
meminta dengan baik
(+)
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 25 Mei Perilaku 1. Membina hubungan S:

xvi
2016 13.00 kekerasan saling percaya 1. Klien mengatakan
WIB SP 4 2. Diskusikan hasil latihan senang perawat
mengontrol perilaku berbincang-bincang
kekerasan secara verbal dengannya lagi
3. Mengajarkan klien 2. Klien
latihan untuk beribadah mengorientasikan
4. Masukan ke jadwal cara meminta,
latihan berdoa menolak dan
mengungkapkan
perasaan dengan
baik
3. Klien mengatakan
tidak ingin
mengikuti ibadah
O:
1. Mimik wajah klien
baik
2. Klien ingin
beribadah
A:
Klien tidak ingin
beribadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan

xvii
DAFTAR PUSTAKA
Ari, T. (2013). Teori Keperawatan. Jakarta: PT Gramedia.
Effendy. (2004). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Faisal. (2004). Macam-macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta:


Pustaka Populer Obor.

Johnson, D. E. (2006). Nursing Theorists and Their Work. St. Louis, Missouri. USA:
Westline Industrial Drive.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta :
Salemba Medika.

Sunaryo. ( 2004). Psikologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Wawan, & Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widoyono. (2012). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

xviii

Anda mungkin juga menyukai