Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

“TEORI ROY DALAM KEPERAWATAN APLIKASI TATANAN


PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6
Andi Winda Ekawati / RA (R011221063)
Nurul Hidayah / RA (R011221123)
Mashunadyah / RB (R011221068)
Izulkharimah / RA (R011221081)
Nur Aysa / RB (R011221074)
Selvi Oktavia A / RC (R011221070)
Nabila Juliana. K / RA (R011221009)
Intan Ayu Purnama / RA (R011221099)
Andi Nabilah A.G / RC (R011221072)
Rhima Ramlayani / RC (R011221062)

Dosen Pengampu : Kusrini Kadar, S.Kp.,MN.,PhD

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
makalah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Solawat serta salam penulis curah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memperjuangkan ajaran agama islam ini hingga
sampai terhadap kita, dan tidak lupa kepada sahabat-sahabatnya, keluarganya dan tabiit tabiin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Falsafah Dan Teori
Keperawatan yang berjudul “Teori Roy Dalam Keperawatan Aplikasi Tatanan Pelayanan
Keperawatan Kesehatan” sebagai bentuk tugas kelompok dari salah satu komponen yang harus
dipenuhi pada perkuliahan semester satu di Universitas Hasanuddin dengan dosen pengampu
Ibu Kusrini Kadar, S.Kp.,MN.,PhD.

Terima kasih penulis ucapkan kepada aspek-aspek yang telah berkontribusi


memberikan waktu dan bertanggung jawab atas pembagian tugas materi yang telah disepakati
bersama. Kami menyadari masih terdapat kekurangan sehingga kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca demi tersusunya makalah yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................


DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I Pendahuluan .........................................................................................................1


A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II Pembahasan.........................................................................................................2
A. Sejarah Callista Roy………………………………………………………….. 2
B. Filosofi Teori Roy ………………………………………………………….. 3
C. Pola pengembangan Konseptual Callista Roy ………………………….. 4
D. Teori adaptasi Callista Roy ………………………………………………………….. 4
E. Paradigma keperawatan Teori Roy …………………………………………………….. 5
a. Manusia ……………………………………………………………………….5
b. Lingkungan ……………………………………………………………………...6
c. Sehat – sakit ……………………………………………………………………..6
d. Keperawatan ………………………………………………………………….6
F. Metode Teori Roy ………………………………………………………….. 7
G. Pengaplikasian Teori Roy ………………………………………………………….. 7
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................ 11

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi
yang kurang eksis, kurang profesiona, bahkan kurang kurang menjanjikan dalm hal finansial.
Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar
Dunia keprawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dngan profes- profesi lain. Tugas ini
akan terasa berat bila perawat perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi
keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.

Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan


mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy
memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus
baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai
tingkatan usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa
tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan
tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep
teori Roy.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah serta filosofi teori Callista Roy dalam keperawatan?
2. Bagaimana bentuk pengaplikasian teori Callista Roy dalam keperawatan ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah serta filosifi dari teori Callista Roy dalam keperawatan
2. Menjelaskan bentuk pengaplikasian teori Callista Roy dalam keperawatan

1
BAB II
Pembahasan

A. SEJARAH

Sister Callista Roy adalah seorang suster Sain Joshep, Carondelet, lahir pada 14
Oktober 1939 di Los Angeles, California. Roy menyelesaikan pendidikan Diploma
Keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint Mary’s College, Los Angeles dan
mendapat gelar sarjana keperawatan kemudian menyelesaikan Master Keperawatan di
California University pada tahun 1966. Roy menyelesaikan PhD Sosiologi pada tahun
1977 di Universitas yang sama.

Roy bersama Dorothy E. Johnson mengembangkan teori model konseptual


keperawatan. Ketika bekerja sebagai perawat anak, Roy melihat suatu perubahan besar
pada anak dan mereka berkemampuan untuk beradaptasi dalam respon yang lebih besar
terhadap perubahan fisik dan psikologis. Roy mengembangkan konsep dasar model ini
pada saat menjadi mahasiswa pascasarjana di University of California, Los Angeles,
dari tahun 1964 sampai 1966. Roy mulai mengoperasionalkan modelnya pada tahun
1968. Pada saat itu Mount Saint Mary’s College mengadopsi teori adaptasi sebagai
dasar filosofi kurikulum keperawatannya. Model Adaptasi Roy pertama kali diterbitkan
dalam bentuk artikel di jurnal Nursing Outlook tahun 1970 dengan judul “Adaptation:
A Conceptual Framework for Nursing”. (Roy, 1970)

Roy adalah profesor asosiet dan ketua Departemen Keperawatan di Mount Saint
Mary’s College sampai tahun 1982. Ia diangkat menjadi profesor pada tahun 1983 oleh
Mount Saint Mary’s College dan University of Portland. Kemudian, Roy membantu
merintis dan mengajar program magister selama musim panas di Universitas Portland.
Tahun 1983-1985, ia mengikuti program pasca doktoral di Universitas California, San
Fransisco, sebagai perawat klinis di bidang neurosains. Selama itulah ia menjalankan
penelitian pada intervensi keperawatan untuk pemulihan pada kasus cedera kepala dan
pengaruh model keperawatan dari pengalamannya terhadap pengambilan keputusan
klinis. Roy mulai menjadi seorang teoris keperawatan di Sekolah Keperawatan Boston
College pada tahun 1987.

Roy telah menerbitkan banyak buku, bab buku, dan artikel yang ditulisnya juga
seminar pada berbagai kuliah atau lokakarya yang berfokus pada teori adaptasi
keperawatannya. Roy membuat perbaikan dan pernyataan kembali dalam bukunya, The
Roy Adaption Model (RAM) yang diterbitkan pada tahun 1999.

2
B. FILOSOFI TEORY ROY
Teori Adaptasi Calista Roy diambil dari berbagai sumber dari teoritis
keperawatan. Menurut Roy (1984), penerima asuhan keperawatan yaitu individu,
keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai "Holistic adaptif system"
dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. Roy mengembangkan ilmu dan
filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu:
• Asumsi dari Teori Sistem
1. Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu
bagian ke bagian lain;
2. Sistem adalah bagian dari yang berfungsi bagian yang satu dengan
yang lain saling ketergantungan;
3. Sistem mempunyai input, output, control, proses dan umpan balik;
4. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi;
5. Sistem kehidupan lebih kompleks dari sistem mekanik, mempunyai
standar dan umpan balik langsung terhadap fungsinya.

• Asumsi dari Teori Melson.


1. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan
organism;.
2. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi,
yang dapat berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual,
dan stimulus residual
3. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan
lingkungan;
4. Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus.

• Asumsi dari Humanisme.


1. Individu mempunyai kekuatan kreatif;
2. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran
sebab akibat;
3. Manusia merupakan makhluk holistic;
4. Opini manusia dan nilai yang akan datang;
5. Mobilisasi antar manusia bermakna.

3
C. POLA PENGEMBANGAN KONSEPTUAL CALLISTA ROY
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawata pada
tahun 1964. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam
keperawatan. pada model pengembangannya, Roy menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan
manusia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi
persoalan tersebut Roy mengemukakan teori adaptasi.
Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri, berespon melakukan
peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri keadaan lingkungan
sekitarnya dalam suatu rentang kontinu sehat – sakit. Sumber- sumber yang mendukung
perkembangan teori ini : Didasari dari teori adaptasi Helson, yang mengatakan bahwa
respon adaptive adalah fungsi yang muncul ketika ada stimulus dan level adaptasi..
Stimulus adalah setiap factor yang mengakibatkan sebuah respon. Stimulus dapat muncul
dari lingkungan internal maupun eksternal. Setelah mengembangkan teorinya, Roy
mempresentasikan teori tersebut pada praktek keperawatan, riset dan pendidikan
keperawatan. Selain itu pengembangan model konseptual C.Roy dikontribusi oleh
lebih dari 1500 mahasiswa di fakultas dimana C.Roy bekerja. Pemerintah Amerika
saat itupun sangat mendukung perkembangan teori ini, diantaranya dengan
menyediakkan 100. 000 perawat di USA disiapkan untuk praktek menggunakan teori
ini.

D. TEORI ADAPTASI CALISTA ROY


Menurut Calista Roy pada tahun 1984, dalam asuhan keperawatan sebagai
penerima asuhan keperawatan yaitu individu, keluarga, masyarakat yang dipandang
sebagai “Holistic adaptasi sistem” dalam segala cara aspek merupakan satu kesatuan.
Sistem terdiri dari proses input, kontrol, output dan umpan balik.
a. Input
Roy mengidentifikasikan bahwa input sebagai stimulus, yang
merupkan kesatuan informasi. Bahan-bahan atau energi dari lingkunan yang
dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam 3 tingkatan,yaitu :
• Stimulus fokal adalah stimulus internal atau eksternal menghadapi sistem
manusia yang efeknya lebih segera. Stimulus fokal langsung beradaptasi
dengan seseorangdan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang
individu.
• Stimulus kontekstual adalah stimulus lain yang dialami seseorang yang
dapatmempengaruhi , kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subjektif.

4
• Stimulus residual adalah stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
b. Kontrol
Bentuk mekanisme coping yang digunakan adalah proses kontrol
seseorang menurut Roy, yang terbagi menjadi :
• Subsistem Regulator adalah respon sistem kimiawi, saraf atau endokrin,
otak dan medulla spinalis yang diteruskan sebagai perilaku atau respons
(Asmadi, 2008). Subsistem regulator memiliki komponen-komponen
berupa input proses dan output.
• Subsitem Kognator adalah berhubungan dengan fungsi-fungsi otak dalam
memproses sebuah informasi, penilaian serta emosi (Asmadi, 2008).
Stimulus dari subsitem kognator dapat berupa eksternal maupun internal.
c. Output dan Umpan Balik
Output dalam sistem adaptasi berupa respon prilaku individu yang
dapat diamat, diukur, atau dikemukakan serta dikaji oleh perawat baik secara
objektif maupun subjektif. Respon prilaku ini dapat menjadi umpan balik bagi
individu maupun lingkungannya. Roy mengkatagorikan output dari sistem
adaptasi ini berupa respon adaptasi dan respon inefektif. Respon adaptif dapat
meningkatkan integritas individu, sedangkan respon inefektif tidakdapat
mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu.

E. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI ROY


Paradigma Keperawatan pada teori Roy ini memiliki empat elemen penting
yaitu Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat-
sakit dan Keperawatan.
a. Manusia
• Menurut Roy manusia bersifat holistic, yang mempunyai system adaptif.
Sebagia system yang adaptif, manusia dijelaskan sebagai kseluruhan dengan
bagian-bagian fungsi sebagai kesatuan dari beberapa tujuan. System manusia
meliputi:Orang-orang sebagai individu atau dalam kelompok, keluarga,
organisasi, komunitas, dan social sebagai sebuah keseluruhan.
• Roy mengakatan bahwa manusia sebagia sebuah system adaptif.Sebagai
system adaptif, manusia dapat digambakan secara holistik sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, control, out put, dan proses umpan balik.
• Proses control manusia sebagai suatu system adaptasi adalah mekanisme
koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem
regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan

5
sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atu cara-cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
b. Lingkungan
• Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsure penting
dalam lingkungan. Roy mendifinisikan lingkungan sebagai semua kondisi
yang berasal dari internal dan ekternal, yang mempengaruhi dan berakibat
terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok (Nursalam,
2016). Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis
yang diterima.individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan
lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses
stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari tubuh individu.
Manifestasi yang tampak akan tercermin dari prilaku individu sebagai
respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengirangi resiko
akibat dari lingkungan sekitar
• Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan residual
stimulasi.Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk
perkembangan keluarga dan budaya.
c. Sehat-Sakit
• Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau
keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau
kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan
kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi, integritas
adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan
pada kondisi sehat sejahtera.
• Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan merasakan seperti
individu dan kelompok, menggunakan kesadaran dengan memilih untuk
membuat kesatuan individu dan lingkungan.
• Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam masa antara
tujuan dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi, penguasaan,
personal dan perubahan lingkungan.
d. Keperawatan
• Roy (1983), menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Sabagai ilmu keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status

6
kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik
dia mendefinikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan
adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi
kesehatan secara positif.
• Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan kelompok dalam
empat adaptasi model yang berkontribusi untuk kesehatan, kualitas hidup dan
kematian dengan bermartabat.
• Pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-faktor yang mempengaruhi
adaptasi dan intervensi untuk mempertinggi kemampuan dan memperluas
interaksi lingkungan.

F. METODE TEORI ROY


Metode yang digunakan adalah studi kasus yaitu dengan cara mengumpulkan
data pasien, dimulai dari pengkajian, menentukan diagnosis, melakukan perencanaan,
melaksanakan tindakan, dan melakukan evaluasi. Subjek penelitian yang dijadikan studi
kasus yaitu salah satu pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular, tidak menentukan
jenis kelamin dan tidak membatasi umur.

G. PENGAPLIKASIAN TEORI ROY


Seorang laki-laki berumur 63 tahun, masuk rawat inap hari pertama perawatan
dengan diagnosis CHF ec. IHD. Pasien mempunyai riwayat merokok, riwayat hipertensi 7
tahun, pernah dirawat dengan stroke, riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM) dan jantung
5 tahun.

7
Dari hasil pengkajian didapatkan prioritas diagnosa keperawatan penurunan
curah jantung. Penetapan intervensi keperawatan dengan dua mekanisme kontrol di dalam
konsep ilmu keperawatan Roy:

1) Regulator: rencana aktivitas keperawatan yaitu:


a) Monitoring tanda-tanda vital,
b) Catat tanda dan gejala penurunan cardiac out put,
c) Monitor adanya disritmia,
d) Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas,
e) Monitor tehadap sesak napas, fatique, takhipnea dan ortopnea,
f) Auskultasi bunyi jantung,
g) Lakukan EKG 12 lead,
h) Auskultasi suara paru,
i) Berikan obat diuretik,
j) Elevasikan bagian kepala tempat tidur,
k) Monitor adanya distensi vena jugularis dan edema perifer,
l) Pantau berat badan, intake dan output pasien,
m) Berikan obat vasodilator.
2) Kognator, Aktivitas yang dilakukan yaitu:
a) Hindari aktivitas penyebab valsalva manuver,
b) Anjurkan pasien bedrestl,
c) Rencanakan bersama pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah, meliputi
pembatasan diet dan pembatasan aktivitas. Kriteria hasil menunjukkan status
8
sirkulasi yang baik ( tidak ada edema, acites, distensi vena jugularis), adanya
peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (tidak mengalami nyeri dada dan
sesak napas), menjelaskan obat, aktivitas, diet, dan batasan yang diperlukan
untuk penyakitnya.
Implementasi dilakukan pada hari pertama sampai hari kelima perawatan
pasien dipasang kateter menetap untuk memantau intake dau out put cairan. Diberikan
injeksi furosemide 80 mg bolus. Memberikan obat vasodilator isosorbit dinitrate 5 mg.
Pasien bedrest, aktivitas diminimalkan, semua aktivitas ditempat tidur. Pemantauan tanda
vital sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Melakukan pembatasan cairan (balance
negatif cairan) .
Respon pasien merupakan evaluasi keperawatan setelah intervensi
keperawatan, hasil evaluasi setelah 24 jam perawatan TD: 130/90, HR: 65x/menit, SpO2
97% dengan O2 nasal 3 lpm, denyut nadi perifer kuat 65x/menit, adanya distensi vena
jugular, intake oral 700 ml/24 jam, output 4500 cc/24 jam balans cairan defisit -3800 ml,
pitting edema tungkai bawah derajat 1. Pasien beradaptasi terhadap nyeri dada dirasakan
sudah tidak ada, pasien mampu membatasi intake cairan, sedangkan perilaku maladaptif
sesak nafas bertambah bila melakukan aktivitas.
Hasil evaluasi hari kedua perawatan pasien melaporkan sesak saat tidur.TD:
110/80, HR: 74x/menit, SpO2 99% dengan O2 nasal kapan perlu, denyut nadi perifer kuat
74x/menit, distensi vena jugular (+), output urin 4000 ml dalam 24 jam, intake
oral+parenteral 700 ml/24 jam, output 4000cc balance cairan excess -3300 ml, pitting
edema tungkai bawah (+). Pasien didapatkan belum tercapainya adaptasi fisiologis-fisik
pada klien dengan tanda-tanda penurunan curah jantung. Adaptasi terhadap haluaran urine
dan sudah tidak menggunakan oksigen nasal.
Hari ketiga perawatan TD: 120/70, HR: 97x/menit, SpO2 99% dengan O2 nasal
kanul 3 lpm, denyut nadi perifer kuat 95x/menit, distensi vena jugular (+), output urin 120
ml dalam 24 jam. Pada hari ketiga ini pasien mengalami penurunan haluaran urine sehingga
dikolaborasikan dengan dokter mendapatkan injeksi furosemide via syringe pump 5
mg/kgBB.
Hari ke empat perawatan, pasien melaporkan sesak berkurang, TD: 100/70,
HR: 80x/menit, SpO2 96% dengan O2 kapan perlu, denyut nadi perifer kuat 80x/menit,
respirasi 20x/menit, temp.36,5⁰C, distensi vena jugular (+), output urin 1500 ml dalam 24
jam, intake oral+parenteral 700 ml/24 jam, balans cairan excess -800 ml, pitting edema
tungkai bawah berkurang. Didapatkan mulai tercapainya adaptasi fisiologis-fisik pada klien
dengan tanda-tanda penurunan curah jantung berkurang.
Hari kelima perawatan pasien melaporkan sesak tidak ada lagi TD: 100/70, HR:
80x/menit, SpO2 99% tidak menggunakan oksigen tambahan, denyut nadi perifer kuat
80x/menit, distensi vena jugular (+), output urin 1500 ml dalam 24 jam, intake

9
oral+parenteral 700 ml/24 jam, balance cairan excess -800 ml, pitting edema tungkai bawah
(-). Didapatkan sudah tercapainya adaptasi fisiologis-fisik pada pasien, tidak menggunakan
injeksi diuretik, mampu dalam pembatasan cairan, balance cairan seimbang. Pasien mampu
beradaptasi terhadap perubahan gaya hidup didukung oleh keluarga.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana
Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat
dari berbagai tingkatan usia.
- Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif
menjadi adaptif. Penentuan tujuan yang terdiri atas tujuan jangka Panjang (hidup, tumbuh,
reproduksi dan kekuasaan) serta tujuan jangka pendek (stimulus focal,konteksual dan
residual).
- Asuhan keperawatan pada pasien CHF dengan melakukan pendekatan Teori Model
Adaptasi Roy, dimulai dari pengkajian perilaku pasien dengan gangguan kardiovaskular
dan stimulus yang muncul (fokal, residual, dan kontekstual), menentukan diagnosis
berdasarkan hasil pengkajian, melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan untuk
menstimulasi perilaku maladaptif menjadi adaptif, dan melakukan evaluasi .
B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan pasien dengan penyakit kronis, khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif, dapat diaplikasikan dengan menggunakan Teori
Keperawatan Model Adaptasi Roy.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rosalinda, D. (2017). Teori dan Model Keperawatan Callista Roy & Jean Watson.
academia.edu, 2-3.
Pardede, J. A. (2018). Teori Dan Model Adaptasi Sister Calista Roy: Pendekatan Keperawatan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1).
Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan: Keperawatan (Vol. 1). UMMPress.
Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy dalam Pemberian ASKEP dengan Artritis Rematoid Kota
Bengkulu Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma
Publishing Group. Mansjoer, E, Doenges, 2012.

iii

Anda mungkin juga menyukai