Anda di halaman 1dari 67

FALSAFAH KEPERATAN

“TEORI KEPERAWATAN: ADAPTATION MODEL”

(SISTER CALISTA ROY)

Kelompok 7

Vivi Ramadhani (2011316037)


Pendi Gunawan (2011316038)
Anggi Putri Nurpha (2011316039)
Andini Delly Putri (2011316040)
Ahmad Mudhofir (2011316041)
Della Fatimah (2011316042)
Syafitri Wulandari (2011316058)

PROGRAM B KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Falasah Keperawatan yang berjudul “Teori
Keperawatan: Adaptation Model (Sister Calista Roy)” dalam penerapan asuhan
keperawatan dengan berbasis Adaptation Model”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Falsafah Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak- pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
kami, yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 29 Oktober 2020

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................. 1
C. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Latar Belakang Teori/Sejarah Calista Roy .......................................... 3
B. Sumber Teori untuk Pengembangan Teori .......................................... 4
C. Konsep Umum dan Defenisi ................................................................ 9
D. Paradigma Keperawatan Model Konseptual Callista Roy ................ 18
E. Aplikasi Teori .................................................................................... 19

BAB III APLIKASI DI BERBAGAI TATANAN PELAYANAN

A. Pelayanan Klien Anak ........................................................................ 23


B. Pelayanan Maternitas (Khusus Ruangan Bersalin) ............................ 25
C. Pelayanan Orang Dewasa (Klien dengan DM tipe 2) ........................ 27
D. Pelayanan Lansia (di PSTW) ............................................................. 35

BAB IV REKOMENDASI SOAL


Rekomendasi Soal ............................................................................ 37

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ 39
B. SARAN ............................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional yang diberikan kepada klien
secara manusiawi, komprehensif, individualistik dan berkesinambungan sejak klien
membutuhkan pelayanan sampai mereka mampu produktif kembali baik bagi dirinya
maupun orang lain. Teori adaptasi Roy merupakan teori model keperawatan yang
menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara
mempertahankan perilaku adaptif serta mampu merubah perilaku yang inadaptif.
Penerapan teori akan untuk membantu seseorang beradaptasiterhadap perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi selama sehat dan
sakit (Tomey & Alligood,2006). Pendekatan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan teori adaptasi Roy dipandang sangat ideal untuk diterapkan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan profesional terutama pada pasien dengan
penyakit kronis yang memerlukan proses adaptasi panjang terhadap perubahan status
kesehatannya.

Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan


mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana
Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi
terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini
dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Aplikasi proses keperawatan menurut konsep
teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang
mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan
perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang
telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.

1
B. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman tentang Teori Keperawatan: Adaptation Model (Sister
Calista Roy)
2. Mahasiswa dapat mengetahui latar belakang teori/sejarah Teori Keperawatan:
Adaptation Model (Sister Calista Roy)
3. Mahasiswa dapat mengetahui sumber teori untuk pengembangan teori
4. Mahasiswa dapat mengetahui konsep umum dan definisi Teori Keperawatan:
Adaptation Model (Sister Calista Roy)
5. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan temua empiris Teori Keperawatan:
Adaptation Model (Sister Calista Roy)
6. Mahasiswa dapat mengetahui paradigma keperawatan
7. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi teori

C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami arti dari Teori Keperawatan: Adaptation Model
(Sister Calista Roy)
2. Mahasiswa mampu memahami latar belakang teori/sejarah Teori Keperawatan:
Adaptation Model (Sister Calista Roy)
3. Mahasiswa mampu memahami sumber teori untuk pengembangan teori
4. Mahasiswa mampu memahami konsep umum dan definisi Teori Keperawatan:
Adaptation Model (Sister Calista Roy)
5. Mahasiswa mampu memahami penggunaan temua empiris Teori Keperawatan:
Adaptation Model (Sister Calista Roy)
6. Mahasiswa mampu memahami paradigma keperawatan
7. Mahasiswa mampu memahami aplikasi teori

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Teori/Sejarah Calista Roy


Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister
Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang
sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep
A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy
humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping
manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari
ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (

3
1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar
kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu
lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi,
menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model
adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.
Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam
keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam
kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Sumber Teori untuk Pengembangan Teori


Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari Harry
Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
a) Focal stimuli : Individu segera menghadap
b) Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
c) Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan
stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan

4
teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan
lingkungan.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy
mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S.
Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever
penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas
keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain
konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling
bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.

Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka


kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari
1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi,
menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk penyaringan model.

Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan


profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai
kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh
manusia dan spiritnya.

1. TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu :
a. Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
b. Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi
peran dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis,

5
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat
efektor yang telah disebutkan.

2. Mode Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy,
1991).
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai
fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy
1991).
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).

6
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi
untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan
proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
3. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering
terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau
hilang kemampuan seksualitas.
2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.

7
4. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya .
5. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai.

Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam


menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan
untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat
dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-
respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan
respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses
umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi
atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin
serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan
kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,
dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan
untuk mencari bantuan.

8
C. Konsep Umum dan Defenisi
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak dan dapat di
organisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola nyata
atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang du
dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi tapi kurang absolute atau bukti secara
langsung.

Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk


menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori
keperawatan dapat di bedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau
aktivitas lainnya.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan
sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu
sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model keperawatan
mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah
model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam memberikan pelayanan kepada
kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan alam hal ini
dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969).
Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.

9
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan


keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang
sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.

System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai


kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik
( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara

10
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada
yang toleransi tetapi ada yang tidak.

11
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang
di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b. Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik
untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan
fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau
proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal
yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses
pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih
sayang.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku
ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang

12
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.

Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses


kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem
pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang
dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy
memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol
yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan
bagian sub sistem adaptasi.

Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep


keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a) Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b) Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c) Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
 Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.

13
 Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
 Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

6. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya :


1. Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
2. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-
pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain.
4. Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok.

Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang
untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-
Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat

14
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu
harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien


dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut
Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
a. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat
sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut
berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian,
energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan
lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan
tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap
individu secara kontunyu beradaptasi.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai


sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan
yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol
adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi.
Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan

15
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia
dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat
sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme
koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator.

b. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon


adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal
dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu.
Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat
adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan
secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada
umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang.

16
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur,
dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi
yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

c. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu
keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi


terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat
dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang
dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut
dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

d. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul)

17
yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin
dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik
tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi
dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.

D. Paradigma Keperawatan Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus
adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia,
kesehatan dan lingkungan.
1. Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-
orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan
kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus
perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan
adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan
adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi
dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
kesehatan.

18
2. Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input,
control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah
karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan
antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
3. Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh
dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat
dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam
model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang
adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng
terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping
yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
4. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang
adaptif.

E. Aplikasi Teori

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan


proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,
langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.

19
1. Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan.
Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan
holistic.

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien


tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic;
jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri,
fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya,
strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik

2. Perumusan diagnosa keperawatan


Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
a. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada
kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
b. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang
tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode
diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan
oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.

20
c. Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani
mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada
kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus
secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat.

Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan


menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping
seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
5. Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada

21
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.

22
BAB III
APLIKASI BERBAGAI TATANAN PELAYANAN

A. Apllikasi Teori Adaptasi Roy di Pelayanan Klien Anak


Saat pasien anak dirawat dirumah sakit maka akan menimbulkan stress akibat
hospitalisasi, sehingga perawat memiliki dan menerapkan beberapa peran yang berasal
dari teori adaptasi Calista Roy. Cara menerapkan teori adaptasi ini pun berbeda
berdasarkan tingkatan perkembangan anak, yang terbagi menjadi: Bayi, toddler, pra
sekolah, sekolah, dan remaja. Tahapan keperawatan:
a. Pengkajian
1) Melakukan pengkajian perilaku yang dilakukan untuk mengetahui respon pasien
yang merupakan system adaptive manusia.
2) Melakukan pengkajian stimulus, yaitu dengan menganalisis data yang muncul
dalam pola perilaku pasien, respon yang bersifat adaptif perlu perawat
pertahankan
b. Diagnosa
Dengan menerapkan 4 model adaptasi, perilaku yang ditemukan disimpulkan
menjadi suatu respon adaptasi atau dengan membuat diagnosa keperawatan
berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan
memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh
c. Rencana tindakan
Rencana tindakan dirancang untuk mengatasi atau menstimulus fokal kontektual
dan residural, dan pada pelaksanaannya berfokus pada besarnya kemampuan koping
atau tingkat adaptasi, pada pasien anak hal ini bergatung pada tingkatan
perkembangan anak, rencana tindakan ditunjukkan pada peningkatan kemampuan
koping secara luas.

23
Contoh kasus penerapan teori adaptasi Roy
an. K, perempuan usia 1,5 tahun, dengan diagnosa medis pneumonia komunitas dan
diare akut. Pada pengkajian perilaku model adaptasi fisiologis terkait cairan
didapatkan data bahwa klien BAB cair dari pagi 5x warna kuning dan ada lendir,
warna urin kuning pekat, hasil pemeriksaan urin lengkap: kuning agak keruh, klien
gelisah, rewel. Turgor kulit sedang, mukosa bibir kering. Hasil pemeriksaan
laboratorium: natrium 140 mEq/L, kalium 3,4 mEq/L, klorida 99 mEq/L, ca 7,6 mg/dl,
fosfat inorganik 2,8 mg/dl.
1. Pengkajian
a. Pada pengkajian perilaku model adaptasi interdependensi, dan konsep diri
didapatkan data bahwa klien saat ini rewel, dan sangat tergantung sepenuhnya
pada ibunya.
b. Pada pengkajian stimulus model adaptasi fisiologis terkait cairan didapatkan
data bahwa stimulus fokal: kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, serta intake
cairan tidak adekuat. Stimulus kontekstual: diare meningkatkan kehilangan
cairan, dan elektrolit, sedangkan sesak napas meningkatkan penggunaan cairan
untuk metabolisme tubuh.
c. Pada pengkajian stimulus model adaptasi interdependensi didapatkan data
bahwa stimulus fokal: klien merasa lelah, dan tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya. Pada pengkajian stimulus model adaptasi konsep diri didapatkan data
bahwa stimulus fokal: kelemahan tubuh
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan terkait cairan yang muncul pada klien adalah kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare.
2. Rencana dan tindakan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan, mengukur tanda – tanda vital, menilai
turgor kulit, dan tingkat kesadaran klien, mengukur intake dan output cairan setiap shift,
memberikan klien minum air melalui NGT, menganjurkan klien tetap diberikan ASI,

24
menimbang berat badan klien setiap hari, memantau pemberian cairan parenteral KaEN
3B, memantau hasil lab terkait cairan.
3. Evaluasi
Evaluasi didapatkan bahwa kekurangan volume cairan pada klien teratasi.

Dalam kasus ini peran spesialis keperawatan anak sebagai care giver, client advocate,
counsellor, Educator, collaborator, dan change agent dapat dilaksanakan. Peran ini
dilakukan melalui tindakan memberikan asuhan keperawatan menggunakan aplikasi
model adaptasi Roy, memberikan penjelasan pada saat orang tua memutuskan bahwa
anaknya akan dirawat di rumah walaupun kondisi anak belum baik. Tindakan lainnya
adalah memberikan pendidikan kesehatan pada klien, dan keluarga, melakukan
kerjasama dengan profesi kesehatan lainnya, memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan evidence based practice (James, Nelson, & Ashwill, 2013).

B. Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy di Pelayanan Maternitas ( Ruang Bersalin)

Teori keperawatan Adaptasi Roy menitik beratkan pada kemampuan seseorang


melakukan adaptasi terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus residual
yang dipengaruhi oleh subsistem kognator dan subsistem regulator. Peran perawat
adalah memberikan intervensi keperawatan yang dapat mengoptimalkan subsistem
regulator dan subsistem kognator tersebut sehingga pasein mampu mencapai tingkat
adaptasi yang adaptif.

Pengkajian dilakukan tanggal 7 Desember 2012. Ny. B, 48 tahun, SMP, Ibu rumah
tangga, Jawa, Islam. Klien Ny. B datang ke rumah sakit karena akan melakukan
persalinan anak pertama. Klien mengatakan cemas karena akan melakukan operasi
sesar pertama. Klien takut jika operasi dapat menyebabkan dia merasa sakit lama atau
bahkan kematian. Asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan mempersiapkan
psikologis klien dalam menghadapi operasi sesar pertama. Asuhan keperawatan

25
diberikan dengan memberikan informasi tentang operasi yang akan dilakukan, dampak
serta pencegahan infeksi yang mungkin ditimbulkan. Klien diberikan asuhan
keperawatan tentang bagaimana klien harus terbiasa dengan kondisi fisik akibat
pembedahan. Klien juga diberikan asuhan keperawatan tentang manajemen gejala yang
mungkin ditimbulkan sebagai dampak post op sesar tersebut. Klien diberikan dukungan
motivasi agar lebih lebih semangat dan bias merawat anak dengan baik, menganjurkan
klien untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan, menganjurkan pada keluarga untuk
terus memberikan dukungan pada klien. Setelah diberikan asuhan keperawatan, klien
telah dapat beradaptasi secara fisik maupun psikologis serta mampu melakukan
pengelolaanemosional terhadap operasi sesar yang akan dilakukan (Ika, 2014).

Kecemasan dalam menghadapi persalinan sesar menjadi permasalahan yang selalu


muncul pada pasien. Kecemasan menjadi stimulus fokal pada perubahan perilaku klien.
Kondisi fisik dan psikologis, fakor lingkungan menjadi stimulus kontekstual, sedangkan
usia, pengalaman menjalani operasi sesar menjadi stimulus residual. Asuhan
keperawatan berdasarkan Teori Adaptasi Roy, menekankan pada perubahan stimulus
agar respon adaptif dapat tercapai (Roy, 2009). Maka asuhan keperawatan diberikan
pada pasien ditekankan pada upaya untuk menurunkan kecemasan. Asuhan
keperawatan diberikan melalui pemberian informasi tentang prosesr operasi sesar,
kemungkinan dampak dari operasi ini.. Mengajarkan klien manajemen dalam
mengurangi kecemasan misalnya dengan relaksasasi nafas dalam (Ika, 2014).

Kombinasi teori keperawatan Symptom management Humphreys dapat melengkapi


teori adaptasi Roy. Teori ini memberikan pengetahuan pada perawat dalam membantu
pasien melakukan pengelolaan terhadap gejala yang dirasakan pasien sebagai dampak
operasi sesar. Dengan demikian, model Adaptasi Roy dan teori Symptom Management
Humphreys dianggap sesuai diterapkan agar pasien dapat meningkatkan kualitas hidup
melalui adaptasi terhadap kondisi pasca operasi sesar dan melakukan pengelolaan gejala
secara mandiri (Ika, 2014).

26
C. Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy di Pelayanan Orang Dewasa

Proses keperawatan menurut teori adaptasi Roy terdiri dari : Pengkajian perilaku,
pengkajian stimulus, diagnosa keperawatan, tujuan, rencana tindakan dan
evaluasi.Keenam elemen ini sama dengan 5 fase dari proses keperawatan.
1. Pengkajian
a) Pengkajian perilaku adalah fisiologis yaitu : kebutuhan oksigen,
nutrisi,eliminasi, aktivitas dan istirahat, perlindungan, sensasi, cairan
dan elektrolit,fungsi saraf, sfungsi endokrin. Konsep Diri yaitu physicalself
(body sensation danbody Image), thepersonalself (self consistency, self
ideal,moral-ethical-spiritualself). Fungsi Peran mengidentifikasi pola interaksi
sosial individu dengan oranglain, dengan 3 klasifikasi yaitu primer, sekunder
dan tersier.
b) Pengkajian stimulus terdiri dari stimulus fokal, kontekstual dan residual.
2. Diagnosa keperawatan, menggunakan 3 cara yaitu : tipologi diagnosa menurut Roy,
respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif, menyimpulkan respon
klien dari satu atau lebih mode adaptif yang terkait dengan stimulus yang sama
3. Rencana tindakan dan implementasi berfokus pada kemampuan koping individu
atau tingkat adaptasinya
4. Evaluasi dengan cara membandingkan data-data yang ditemukan pada pasien
dengan indikator yang telah dibuat.
5. Penerapan konsep teori adaptasi Roy dapat disesuaikan dengan Nursing
Intervention Classification dan Nursing Out come Classification.

Kasus : Tn. L berumur 65 tahun sejak 3 bulan yang lalu didiagnosa gagal ginjal derajat
4. Saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Airlangga hari ke 3. Pada saat dilakukan
pengkajian oleh perawat, pasien mengeluh sulit untuk bernafas, hasil pemeriksaan fisik
didapatkan adanya dispneu berat dan otot bantu nafas sternocleidomastoideus pada saat
inspirasi, dan otot abdominalis saat ekspirasi, RR 9x/menit. Tn. L juga mengeluh gatal,

27
mual dan muntah serta tidak nafsu makan. Pasien hanya mampu menghabiskan 1/3
porsi makan dan tampak adanya distensi abdomen. Edema di ekstremitas bawah derajat
3, BB naik 4kg dari BB awal MRS (60kg), suhu 37 C, TD 150/95 mmHg, nadi=
135x/menit denyutnya kuat, terdapat asites, suara nafas creckles, distensi vena juguler,
kulit lembab, suara jantung terdapat suara tambahan S3 dan S4 (gallop). Hasil
pengukuran CVP 15 mmHg, produksi urin terakhir dalam rentang 5 jam sebanyak 120
cc berwarna gelap, hasil pemeriksaan darah dan elektroloit menunjukkan: hematokrit
35%, BUN 36 mg/dL, hasil BGA menunjukan hipoksemia (PCO2 28 mmHg) dan hasil
pemeriksaan radiologis terdapat edema dan kongesti vaskular pulmoner. Natrium 160
mmol/L, berat jenis urin 1,010.

A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1. Identitas
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Tamat : SMP
Dx medis : gagal ginjal derajat 4
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sulit untuk bernafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sulit untuk bernafas. Saat ini sedang dirawat di Rumah
Sakit Airlangga hari ke 3
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal derajat 4 sejak 3 bulan yang lalu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang di sarankan dokter melainkan
pasien berusaha mencari obat2 tradisional karena keterbatasan biaya

28
6. Riwayat Obat-obatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan yang di sarankan dokter melainkan
pasien berusaha mencari obat2 tradisional karena keterbatasan biaya.
7. Pola Kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan buruk merokok tapi sudah berhenti sejak 2008
8. Psikososial Ekonomi
Pasien mempunyai koping yang baik, ia mau mematuhi apapun yang
disarankan oleh dokter dan percaya kepada dokter serta tenaga kesehatan
lain bahwa ia akan kembali sehat seperti sedia kala. Pasien mempunyai
hubungan yang baik dengan orang lain seperti dengan pasien lain dalam
satu ruangan. hubungan dengan masyarakat serta keluarga juga baik. Dan
pasien merupakan kelompok ekonomi menengah kebawah.
b. Pemeriksaan Fisik
Status Kesehatan
a) Keadaan umum : pasien terlihat disorientasi dan bingung
b) Kesadaran: Somnolen
c) TTV
 TD : 150/ 95 mmHg
 T : 37ᵒ C
 N : 135 x/menit
 RR : 29 x/menit
d) BB dari 60 kg ke 64 kg, TB : 182 cm, IMT: 19.32
Review of System
a) B1 : dipsneu, terdapat otot bantu nafas sternocleidomastoideus (inspirasi)
dan otot abdominalis (ekspirasi), menggunakan cuping hidung, suara
nafas creckles, PaO2 : 72 mmhg, PCO2 40 mmHg, dengan saturasi oksigen
70%, HCO3 18 mEg/L
b) B2 : Terdapat suara tambahan S3 dan S4 positif

29
c) B3 : GCS= 446
d) B4 : output urin 24 cc/ jam, input cairan 1200cc/hari, distensi abdomen
Balance cairan:
Balance cairan = intake – output
= 1200 - 576
= 624 cc/hari
e) B5 : mual muntah, tidak nafsu makan, habis hanya 1/3 porsi makan
f) B6 : udema ekstermitas bawah
Skin : Gatal , lembab, terdapat banyak luka/ bekas garukan pada kulit
Kardiovaskular : Terdapat suara tambahan S3 dan S4 positif
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium
 Hematokrit : 35% (40% - 52%)
 BUN : 36 mg/dL (8 – 20 mg/dL)
 CVP : 15 mmHg
 BGA : hipoksemia
 Na : 160 mmol/L (135-145 mmol/L)
 BJ Urin : 1,010
 Albumin : 1,9
 Albuminuria : 269 mg/dL
 Kreatinin : 6 mg/dL
 Eritrosit :10 / LPB
 Leukosit : 8/LPB
b) Hasil pemeriksaan radiologis
Ditemukan edema dan kongesti vaskuler pulmonar

B. ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Gagal ginjal derajat 4 Ketidakefektifan pola

30
 Pasien mengeluh sulit ↓ nafas
untuk bernafas Kerusakan fungsi ginjal
 Pasien mengatakan sesak ↓
yang dirasakan memberat GFR menurun
saat pasien dalam posisi ↓
Retensi cairan
berbaring dan membaik

saat pasien duduk/berdiri
Edema

DO :
Cairan masuk ke paru
 RR 29x/ menit ↓
 Nadi 135x/menit Edema dan kongesti
denyutnya kuat vaskular pulmoner
 Sesak nafas dengan ↓
karakteristik dangkal, Disfusi O2 dan CO2
cepat terganggu
 Orthopnea ↓
 Pernapasan cuping hidung. Hiperventilasi
 Hasil pemeriksaan fisik
paru :
Inspeksi : adanya dispneu
berat, pengunaan otot
bantu nafas
sternocleidomastoideus
saat inspirasi dan otot
abdominalis saat ekspirasi
Palpasi : taktil fremitus
teraba kanan kiri lemah
Perkusi : redup
Auskultasi : suara nafas
creckles
Hasil pemeriksaan
radiologis : Terdapat
edema dan kongesti
vaskular pulmoner
DS: pasien mengeluh sulit Disfungsi ginjal Kelebihan volume
untuk bernafas ↓ cairan
Mekanisme regulasi

31
DO: cairan & elektrolit
- Tampak adanya edema terganggu
di ekstremitas bawah ↓
derajat 3 Peningkatan volume
- Terdapat asites interstisial
- Peningkatan BB menjadi ↓
64 kg Retensi cairan
- TD = 150/95 mmHg ↓
Edema dan asites
- Nadi = 135x/menit

denyutnya kuat
Kelebihan volume
- Distensi vena jugularis
cairan
- CVP 15 mmHg
- Hematokrit 35%
- BUN 36 mg/dL
- Natrium 160 mmol/L
- Output urine 24 cc/jam
= 576 cc/hari, urine
berwarna gelap
- Intake total 1200 cc/hari
- Balance cairan
- = intake - output
- = 1200-576
- = 624 cc (lebih dari
kebutuhan tubuh)
DS : CKD Gangguan Pertukaran
- Pasien mengeluh sulit ↓ Gas
bernafas (dispnea berat) Peningkatan Retensi Na
DO : & H2O
- pH = 6 (N=7,35-7,45) ↓
- pernafasan dangkal dan CES meningkat
cepat ↓
- PaO2 = 72 mmHg (N= Tekanan kapiler naik

80-95 mmHg)
Vol. Interstisial naik
- HCO3- = 18 mEq/L

(N=22-26 mEq/L ) Edema
- Saturasi O2 = 70% ↓
(N=95-99%) Preload naik

32
- PCO2 = 28 mmHg ↓
(N=35-45 mmHg) Beban jantung naik
- Pasien menggunakan ↓
nafas cuping hidung Hipertrofi ventrikel kiri

Payah jantung kiri

Bendungan atrium kiri
naik

Tekanan vena
pulmonaria

Kapiler paru naik

Edema paru

Gangguan pertukaran
gas
DS: gangguan fungsi ginjal Nutrisi kurang dari
- pasien mengeluh mual dan ↓ kebutuhan tubuh
muntah, tidak nafsu makan gangguan keseimbangan
asam basa
DO: ↓
Hasil dari Atopometri, asidosis metabolik
Biochemical, Clinical, ↓
Dietary: asam lambung
A. BB 64 kg, TB 182 cm, meningkat
IMT 19,32 ↓
B. Albumin 1,9 gr/dL iritasi mukosa lambung
(rendah, nilai normal ↓
3.4-5.0 gr/dL) mual muntah

C. Mulut dan mukosa
nafsu makan menurun
bersih dan lembab,

Abdomen distensi (+) nutrisi kurang dari
D. Nafsu makan menurun,
kebutuhan
porsi makan tidak habis,
dari porsi yang

33
disediakan pasien
menghabiskan 1/3 porsi
DS: Pasien mengeluh gatal gagal ginjal kronik Resiko kerusakan
DO: ↓ integritas kulit
BUN: 36 mg/dL Kerusakan fungsi filtrasi
ginjal

Ureum gagal di sekresi

Ureum dalam darah
tinggi

uremia

Timbul rasa gatal atau
pruritus, kulit kering

Resiko pasien untuk
menggaruk

Resiko kerusakan
integritas kulit
DS: Pasien mengeluh mual Gagal ginjal St 4 Risiko
dan muntah ↓ ketidakseimbangan
Kerusakan mikroskopis elektrolit
DO: ginjal
- Na = 160 mmol/L ↓
- K = 4,8 mEq/L Kerusakan nefron
- Cl= 84 mEq/L ↓
- Ca = 9 mg/dl Terganggunya
- Bradikardi= 135x/menit pengaturan
- Hipertensi= 150/95 keseimbangan elektrolit
mmHg ↓
- Edema Kontrol ekskresi
- Kenaikan BB= 4 kg elektrolit tidak stabil

Peningkatan atau
penurunan elektrolit
serum

34
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema dan kongesti vaskular
pulmoner
2. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulator sekunder akibat
gagal ginjal
3. Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan keinginan untuk makan,
sekunder akibat: anoreksia, mual dan muntah
5. Resiko kerusakan intergritas kulit behubungan dengan perubahan metabolic
6. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan atau
penurunan serum elektrolit sekunder dengan keruskan fungsi ginjal

D. Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy di Pelayanan Lansia

Seorang lansia di pstw mengatakan di antarkan ke sini oleh keluarganya pasien


mengatakan memilki keluarga suami dan anak2 nya , pasien mengatakan memilki 5.
Saat ditanya pasien sekarang berada di ruangan mana , hari ini dan kapan di
antarkan ke pstw ini pasien terlihat bingung dan tidak ingat klienn mengatakan
ingin di antarkan ke panti karena selalu bermasalah dengan keluarga nya yang selalu
ingin menjual tanah milik keluarga, saat di laukan pemeriksaan fisik TD : 125/80
mmhg, Nadi 83 x/m, suhu 36.8*c, napas 22x/m

Diagnosa Keperawatan :

Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori

Perencanaan keperawatan :

Dalam kasus di atas yang sesuai dengan teori roy adalah teori adaptasi. Teori
adaptasi Roy merupakan teori model keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan

35
perilaku adaptif serta mampu merubah perilaku yang inadaptif. Roy menyatakan
jika manusia merupakan system yang adaptif. Konsep model adaptasi Roy
menjabarkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan kepada lansia dapat
berupa stimulus dari lingkungan sekitar termasuk keluarga dan lingkungan sebagai
sumber pendukung, berdasarkan teori roy saat pasien bisa melakukan adpatasi
kepada masalah dan llingkungan dan di bantu oleh orang di sekitar pasien maka
diharapkan pasien mngetahui tentang kondisi nya saat ini dan mampu menerima dan
dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehtan dari pasien

Tindakan keperawatan secara generalis seperti mengkaji derajat kerusakan


mempertahankan lingkungan yang nyaman; melakukan pendekatan dengan pola
lambat dan tenang; berhadapan dengan individu ketika berbicara; memanggil klien
sesuai namanya; berbicara dengan nada suara rendah dan perlahan; selingi interaksi
dengan humor, memberi kesempatan klien mengumpulkan barang-barang milik
pribadi; menciptakan aktivitas sederhana tanpa kompetitif sesuai kemampuan klien
seperti stimulasi kognitif dengan musik, menonton acara televisi; melakukan hobi
dan melakukan aktivitas harian sesuai kemampuan

36
BAB IV

REKOMENDASI SOAL UJIAN

1. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat empat elemen esensial yaitu,
kecuali...
a. Keperawatan
b. Manusia
c. Kesehatan
d. Lingkungan
e. Kebudayaan
Jawaban : e
2. Berikut ini mana yang termasuk tiga komponen dalam mpdel adaptasi Roy ?
a. Complex stimuli
b. Ficial stimuli
c. Risidual sitimuli
d. Contextual stimuli
e. Fixal stimuli
Jawaban : d
3. Apa tujuan keperawatan menurut Calista Roy ?
a. Meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon
adaptasi
b. Melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan terapeutik
c. Membantu keseimbangan individu dalam penyelesaian koping
d. Membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
e. Mengidentifikasi adanya stresor pada pasien
Jawaban : a
4. Pengertian manusia menurut teori calista Roy ?
a. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus menerus
berinteraksi

37
b. Manusia adalah keseluruhna dari sosiologi yang terus menerus berinteraksi
dengan lingkungan
c. Manusia dapat digambarkan secara holistik
d. Manusia adalah yang mendapatkan asuhan keperawatan
e. Manusia sebagai sebuah sistem adaptif
Jawaban : b

5. Menurut Calista Roy Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan


berikut, kecuali...
a. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
b. Pengembangan konsep diri positif
c. Penampilan peran social
d. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
e. Perasaan empati terhadap sesama manusia
Jawaban : e

38
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out
come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh
penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan
perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-
konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah
mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk
praktik, pendidikan, dan penelitian.

Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti


individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem
adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang
merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan
energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu
harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi
perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat.

B. Saran

Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu
mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya
melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon
adaptif. Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat
adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.

39
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R., Tomey, A. M, (2006), Nursing theory: Utilization & application,


3rd edition,Missouri : Mosby
Hidayat,Aziz Alimul.2008.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : Salemba
Medika
Ika Widi Astuti. Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 35-43.
”Penerapan Teori Adaptasi Roy Dan Symptom Management Humphreys Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Kanker Ovarium Post Operasi Sitoreduktif Dengan Kemoterapi . Ners
Spesialis Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana http://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2014/09/

James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing care of children. Fourth
Edition. Missouri:Elsevier.

Potter dan Perry,2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC


https://ayuarwana.wordpress.com
http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-keperawatan.html

http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-keperawatan.html

40
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
CALISTA ROY

KELOMPOK 7
KELOMPOK 7
VIVI RAMADHANI (2011316037)

PENDI GUNAWAN (2011316038)

ANGGI PUTRI NURPHA (2011316039)

ANDINI DELLY PUTRI (2011316040)

AHMAD MUDHOFIR (2011316041)

DELLA FATIMAH (2011316042)

SYAFITRI WULANDARI (2011316058)


Siapakah Callista Roy ?
 Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph
of Carondet.
 Roy dilahirkan pada tanggal 14 Oktober
1939 di Los Angeles California
 Setelah mendapatkan gelar perawat Roy
memulai pendidikannya di Sosiologi dan
menerima gelar M.A 1973 dan ph.D 1977 di
California
Konsep Dasar Keperawatan C.Roy
Konsep Roy mulai dikembangkang pada
tahun 1970 dan banyak digunakan pada
tahun 1976, 1984 dan 1991.
Model ini banyak digunakan dalam
pendidikan,pelayanan dan riset.
Konsep Roy berfokus pada ndividu sebagai
suatu sistem bio-psiko-sosial yang adaptif
Model keperawatan yg menguraikan
bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya.
Sebagai individu dan makhluk holistik
memiliki sistem adaptif yang selalu
beradaptasi secara keseluruhan.
Roy memandang bahwa individu dan
lingkungan sumber stimulus yang
membutuhkan modifikasi. Sebagai suatu
sistem terbuka individu menerima stimulus
dari diri dan lingkungan.
Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi
yang memiliki berbagai pandangan atau
keyakinan sbb:

1. Manusia sebagai makhluk holistik yg


selalu berinteraksi dengan lingkungannya
2. Untuk mencapai homeostasis seseorang
harus beradaptasi sesuai dengan
perubahan yg ada
3. Terdapat 3 tingkatan adaptasi pada
manusia menurut Roy diantaranya
a. Stimulus Lokal : Stimulus yg langsung
dengan seseorang dan punya pengaruh
kuat terhadap seseorang individu.
b. Stimulus Kontekstual : Stimulus internal
maupun eksternal yg dialami seseorang
yg dapat mempengaruhi, dapat
diobservasi dan diukur secara subjektif.
c. Stimulus Residual : ciri tambahan yg ada
atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan yag
sukar di obeservasi
4. Sistem adaptasi memiliki 4 model
adaptasi

a. Fungsi fisiologis : Oksigenasi,nutrusi,eliminasi


dll
b. Konsep diri : Bagimana seseorang mengenal
pola interaksi sosial dalam berhubungan
dengan orang lain
c. Fungsi peran : Proses penyesuain
berhubungan dengan peran seseorang
mengenal pola interaksi sosial.
d. Interdependent : Pola tentang kasih sayang,cinta
yg dilakukan melalui hubungan secara intrpersonal

5. Dalam proses penyesuaian diri idividu


harus meningkatkan energi agar
mampu melaksanakan tujuan untuk
kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan untuk meningkat
respons adaptif.
Tujuan asuhan keperawatan adalah
membantu untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan sbb :

1. Pemenuhan kebutuhan Fisiologis


2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara
kemandirian dan ketergantungan
Model adaptasi Roy
Kemampuan adaptasi seseorang :
1. Input
Input sebagai stimulus yg menimbulkan respons
2. Mekanisme Kontrol (regulator) dan proses
(kognator)
Regulator :Respon sistem
kimiawi,saraf/endokrin,otak,medula spinalis ang
diteruskan sebagai perilaku atau respons
Kognator: fungsi otak dalam memproses
nformasi,penilaian dan emosi.
3. Output
Otputnya adalah perilaku yang dapat diamati
,diukur atau dapat dikemukakan secara subjektif

OUPUT DAPAT BERUPA:


 RESPONS ADAPTIF MAUPUN RESPONS
MALADAPATIF
APLIKASI BERBAGAI TATANAN
PELAYANAN
• Contoh kasus penerapan teori adaptasi Roy
• an. K, perempuan usia 1,5 tahun, dengan diagnosa
medis pneumonia komunitas dan diare akut. Pada
pengkajian perilaku model adaptasi fisiologis terkait
cairan didapatkan data bahwa klien BAB cair dari pagi
5x warna kuning dan ada lendir, warna urin kuning
pekat, hasil pemeriksaan urin lengkap: kuning agak
keruh, klien gelisah, rewel. Turgor kulit sedang, mukosa
bibir kering. Hasil pemeriksaan laboratorium: natrium
140 mEq/L, kalium 3,4 mEq/L, klorida 99 mEq/L, ca 7,6
mg/dl, fosfat inorganik 2,8 mg/dl.
Pengkajian

• Pada pengkajian perilaku model adaptasi interdependensi, dan


konsep diri didapatkan data bahwa klien saat ini rewel, dan sangat
tergantung sepenuhnya pada ibunya.
• Pada pengkajian stimulus model adaptasi fisiologis terkait cairan
didapatkan data bahwa stimulus fokal: kehilangan cairan dan
elektrolit tubuh, serta intake cairan tidak adekuat. Stimulus
kontekstual: diare meningkatkan kehilangan cairan, dan elektrolit,
sedangkan sesak napas meningkatkan penggunaan cairan untuk
metabolisme tubuh.
• Pada pengkajian stimulus model adaptasi interdependensi
didapatkan data bahwa stimulus fokal: klien merasa lelah, dan tidak
bisa beraktivitas seperti biasanya. Pada pengkajian stimulus model
adaptasi konsep diri didapatkan data bahwa stimulus fokal:
kelemahan tubuh
Diagnosa keperawatan

• Diagnosa keperawatan terkait cairan yang


muncul pada klien adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui diare
Rencana dan tindakan
• Tindakan keperawatan yang telah dilakukan, mengukur
tanda – tanda vital, menilai turgor kulit, dan tingkat
kesadaran klien, mengukur intake dan output cairan
setiap shift, memberikan klien minum air melalui NGT,
menganjurkan klien tetap diberikan ASI, menimbang
berat badan klien setiap hari, memantau pemberian
cairan parenteral KaEN 3B, memantau hasil lab terkait
cairan.
Evaluasi
• Evaluasi didapatkan bahwa kekurangan volume cairan
pada klien teratasi.
Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy di
Pelayanan Maternitas
( Ruang Bersalin)
• Pengkajian dilakukan tanggal 7 Desember 2012.
Ny. B, 48 tahun, SMP, Ibu rumah tangga, Jawa,
Islam. Klien Ny. B datang ke rumah sakit karena
akan melakukan persalinan anak pertama. Klien
mengatakan cemas karena akan melakukan
operasi sesar pertama. Klien takut jika operasi
dapat menyebabkan dia merasa sakit lama atau
bahkan kematian. Asuhan keperawatan diberikan
dengan tujuan mempersiapkan psikologis klien
dalam menghadapi operasi sesar pertama.
• Kecemasan dalam menghadapi persalinan sesar menjadi
permasalahan yang selalu muncul pada pasien. Kecemasan menjadi
stimulus fokal pada perubahan perilaku klien. Kondisi fisik dan
psikologis, fakor lingkungan menjadi stimulus kontekstual,
sedangkan usia, pengalaman menjalani operasi sesar menjadi
stimulus residual. Asuhan keperawatan berdasarkan Teori Adaptasi
Roy, menekankan pada perubahan stimulus agar respon adaptif
dapat tercapai (Roy, 2009). Maka asuhan keperawatan diberikan
pada pasien ditekankan pada upaya untuk menurunkan kecemasan.
Asuhan keperawatan diberikan melalui pemberian informasi
tentang prosesr operasi sesar, kemungkinan dampak dari operasi
ini.. Mengajarkan klien manajemen dalam mengurangi kecemasan
misalnya dengan relaksasasi nafas dalam (Ika, 2014).
• Kombinasi teori keperawatan Symptom management
Humphreys dapat melengkapi teori adaptasi Roy. Teori
ini memberikan pengetahuan pada perawat dalam
membantu pasien melakukan pengelolaan terhadap
gejala yang dirasakan pasien sebagai dampak operasi
sesar. Dengan demikian, model Adaptasi Roy dan teori
Symptom Management Humphreys dianggap sesuai
diterapkan agar pasien dapat meningkatkan kualitas
hidup melalui adaptasi terhadap kondisi pasca operasi
sesar dan melakukan pengelolaan gejala secara mandiri
(Ika, 2014).
Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy di
Pelayanan Orang Dewasa
• Kasus : Tn. L berumur 65 tahun sejak 3 bulan yang lalu didiagnosa gagal
ginjal derajat 4. Saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Airlangga hari ke 3.
Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat, pasien mengeluh sulit untuk
bernafas, hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya dispneu berat dan
otot bantu nafas sternocleidomastoideus pada saat inspirasi, dan otot
abdominalis saat ekspirasi, RR 9x/menit. Tn. L juga mengeluh gatal, mual
dan muntah serta tidak nafsu makan. Pasien hanya mampu menghabiskan
1/3 porsi makan dan tampak adanya distensi abdomen. Edema di
ekstremitas bawah derajat 3, BB naik 4kg dari BB awal MRS (60kg), suhu
37 C, TD 150/95 mmHg, nadi= 135x/menit denyutnya kuat, terdapat
asites, suara nafas creckles, distensi vena juguler, kulit lembab, suara
jantung terdapat suara tambahan S3 dan S4 (gallop). Hasil pengukuran
CVP 15 mmHg, produksi urin terakhir dalam rentang 5 jam sebanyak 120
cc berwarna gelap, hasil pemeriksaan darah dan elektroloit menunjukkan:
hematokrit 35%, BUN 36 mg/dL, hasil BGA menunjukan hipoksemia (PCO2
28 mmHg) dan hasil pemeriksaan radiologis terdapat edema dan kongesti
vaskular pulmoner. Natrium 160 mmol/L, berat jenis urin 1,010.
PENGKAJIAN

• Anamnesa
• Identitas
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Tamat : SMP
• Dx medis : gagal ginjal derajat 4
• Keluhan Utama
Pasien mengeluh sulit untuk bernafas
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sulit untuk bernafas. Saat ini sedang dirawat di
Rumah Sakit Airlangga hari ke 3
• Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal derajat 4 sejak 3 bulan yang lalu
Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy di
Pelayanan Lansia
• Seorang lansia di pstw mengatakan di antarkan ke
sini oleh keluarganya pasien mengatakan memilki
keluarga suami dan anak2 nya , pasien
mengatakan memilki 5. Saat ditanya pasien
sekarang berada di ruangan mana , hari ini dan
kapan di antarkan ke pstw ini pasien terlihat
bingung dan tidak ingat klienn mengatakan ingin
di antarkan ke panti karena selalu bermasalah
dengan keluarga nya yang selalu ingin menjual
tanah milik keluarga, saat di laukan pemeriksaan
fisik TD : 125/80 mmhg, Nadi 83 x/m, suhu
36.8*c, napas 22x/m
Diagnosa Keperawatan

• Perubahan proses pikir berhubungan dengan


kehilangan memori
Perencanaan keperawatan
• Dalam kasus di atas yang sesuai dengan teori roy
adalah teori adaptasi. Teori adaptasi Roy
merupakan teori model keperawatan yang
menguraikan bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara
mempertahankan perilaku adaptif serta mampu
merubah perilaku yang inadaptif.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai