Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP RASA HAUS

PADA PASIEN CKD DENGAN TERAPI HEMODIALISA

Effect Of Chewing Xylitol Gum Toward Thirst of CKD Patients Who Undergo
Hemodialysis

Ni Putu Eka Ariani1, I Dewa Putu Gede Putra Yasa2, I Made Arisusana3,
1
STIKes Wira Medika PPNI Bali
2
Poltekes Denpasar
3
STIKes Wira Medika PPNI Bali
Jalan Kecak No 9A Gatot Subroto Timur Denpasar – Bali, 80239, e-mail:
stikes_wikabali@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Pasien Cronic Kidney Desease yang menjalani terapi hemodialisis umumnya mengeluh haus
dan mulut kering karena penurunan sekresi saliva yang disebabkan oleh peningkatan kadar urea dalam
darah dan pembatasan cairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen
karet xylitol terhadap rasa haus pada pasien CKD dengan terapi hemodialisis di ruang hemodialisis BRSU
Tabanan. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah quasy ekperiment dengan rancangan
nonequivalen control group. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non propability sampling
dengan tehnik purposive sampling yang melibatkan 20 responden dengan 10 kelompok perlakuan dan 10
kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur rasa haus menggunakan Dialysis Thirst
Inventory (DTI) yang pengukurannya dilakukan sebelum mengunyah permen karet xylitol dan setelah
mengunyah dua butir (3gram) permen karet xylitol oleh pasien dengan terapi hemodialisis selama lima menit
dengan interval waktu empat jam sekali selama satu hari. Hasil: Rata-rata nilai rasa haus pada kelompok
perlakuan sebelum mengunyah permen karet sebesar 32,80, dan setelah mengunyah permen karet menjadi
21,7 (p=0,000) dan rata-rata nilai rasa haus awal pada kelompok kontrol sebesar 33,00 dan rata-rata nilai
rasa haus akhir 32,4 (p=0,081). Diskusi: Rata-rata selisih nilai rasa haus pada kelompok perlakuan dan
kontrol (p=0,000) yang bearti ada pengaruh yang signifikan mengunyah permen karet xylitol terhadap rasa
haus pada pasien CKD dengan terapi hemodialisis.

Kata kunci : Permen Karet Xylitol, Rasa Haus, Hemodialisis (HD)

ABSTRACT
Introduction: Chronic Kidney Disease patients who undergo hemodialysis commonly complain about thirst
and xerostomia due to decrease of salivary secretion that cause by increase of urea on blood and fluid
restriction. The purpose of study is to know the effect chewing xylitol gum toward thirst of CKD patients who
undergo hemodialysis at hemodialysis unit of Tabanan General Hospital. Method: This study is quasy
eksperiment with nonequivalen control group design. Sampling on this study use non probability sampling
with purposive sampling with 20 samples, 10 samples on experiment group while another 10 samples on
control group. Thirst was measured by Dialysis Thirst Inventory (DTI) before chewed xylitol gum and after
chewed two grains ( 3grams) xylitol gum on hemodialysis patients for five minutes every four hours in one
day. Result: of study showed the mean score of thirst on experiments group pretest 32,80, posttest 21,7
(p=0,000) and mean score on control group pretest is 33,0, posttest 32,4 (p=0, 081). Discussion: Mean
different of thisty score of experiment group -11,10, control group -0,60 (p=0,000) from the result conclode
that there was significance effect of chewing xylitol gum toward thirst of CKD patients who undergo
hemodialysis.

1
Keywords : Xylitol Gum, Thirst, Hemodialysis (HD)

Alamat Korespondensi : Jalan Gatot Subroto 2 Blok G No 1


Email : echaariani.ea@gmail.com

cairan. Kelebihan cairan dapat


meningkatkan Interdialytic Weight Gain
PENDAHULUAN (IWG) atau penambahan berat badan
Gagal Ginjal adalah suatu keadaan terutama saat proses dialisis.Melalui
klinis yang ditandai dengan penurunan pembatasan cairan inilah maka resiko
fungsi ginjal yang irreversibel, dan pada timbulnya komplikasi dapat ditekan. Namun,
suatu derajat tertentu memerlukan terapi dengan adanya pembatasan cairan ini dapat
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis pula menimbulkan beberapa efek pada
atau transplantasi ginjal. Uremia adalah tubuh penderita. Diantaranya adalah
suatu sindrom klinik dan laboratorik yang kekacauan hormonal, perubahan sosial dan
terjadi pada semua organ, akibat penurunan psikologi, munculnya rasa haus dan
fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik xerostomia atau suatu gejala berupa mulut
(Sudoyo, 2009). kering akibat produksi kelenjar ludah yang
berkurang (Bots et al, 2005).
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan hingga tahun 2015 Rasa haus adalah keluhan subjektif
sebanyak 36 juta orang warga dunia yang didapatkan karena faktor penurunan
meninggal akibat penyakit gagal ginjal. Di sekresi saliva sedangkan Xerostomia adalah
Amerika diperkirakan terdapat lebih dari istilah medis untuk masalah keluhan
380.000 penderita GGK menjalani subjektif mulut kering (dry mouth), mulut
hemodialisis reguler (USRDS, 2011). kering adalah salah satu faktor yang dapat
Persatuan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menstimulasi munculnya rasa haus.
2004 menyatakan dalam Widiana (2005), di Keadaan mulut kering dan rasa haus
Indonesia diperkirakan ada 70.000 penderita dikarenakan penurunan sekresi saliva yang
gagal ginjal, dan penyakit ini menempati diperkirakan terjadi sebanyak 11-15% pada
urutan pertama dari semua penyakit ginjal, pasien GGK dengan terapi hemodialisa
dan khususnya di Bali, prevalensi gagal (Bots et al, 2005). Penyebab xerostomia
ginjal kronik mencapai 6%. Data dari Dinas pada pasien GGK dikarenakan kadar urea
Kesehatan Provinsi Bali jumlah pasien gagal darah (BUN) lebih tinggi dari 8-23 mg/dl.
ginjal kronik yang tercatat pada tahun 2012 Uremia yang terjadi secara terus menerus
sebanyak 915 orang. dapat menyebabkan terjadinya
polineuropati. Neuropathi dan depresi pada
Berbagai masalah dapat terjadi pada system saraf otonom terutama terjadi pada
pasien GGK seperti penambahan berat Nervus Glosofaringeal dan Nervus Facialis
badan, edema, peningkatan tekanan darah, yang mempersarafi kelenjar ludah dan dapat
sesak nafas, mual muntah serta gangguan menyebabkan tertekannya saraf simpatis
jantung. Pasien yang menjalani terapi dan parasimpatis yang berfungsi sebagai
hemodialisa sebagian besar harus sekretonik (Ameregon, 1991; Ganong, 2008;
mempertahankan pembatasan asupan Cristopher, 2010).
cairan untuk mencegah terjadinya kelebihan

2
Rasa haus dan xerostomia yang pelembab antibakteri (oral balance), dan
disebabkan oleh berkurangnya sekresi produk stimulant saliva seperti salagen,
saliva dapat mengakibatkan rasa ditemukan hanya dapat mengurangi keluhan
ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri, rasa haus sebanyak 10% (Veerman et al,
peningkatan tingkat caries gigi, infeksi mulut 2005).
kesulitan berbicara dan menelan makanan,
sehingga asupan gizi pun menurun serta Salah satu tehnik mengunyah yang
penambahan berat badan dikarenakan baik adalah dengan mengunyah permen
meningkatnya intake cairan. Keluhan- karet xylitol. Xylitol merupakan gula alkohol
keluhan yang muncul ini dapat atau gula polialkohol tipe pentitol karena di
mempengaruhi tingkat kualitas hidup (Bots dalam molekulnya xylitol mengandung lima
et al, 2005). Peningkatan sekresi saliva rantai atom karbon atau lima golongan
dapat dipengaruhi oleh berbagai hidroxil. Xylitol dimetabolisme di hati dan
rangsangan, yaitu rangsangan mekanis, dikonversikan menjadi D-xylulose dan
rangsang kimia, dan rangsang neuronal. glukosa oleh polyol dehydrogenase
Rangsang mekanis dihasilkan dari aktifitas (Khairunissa, 2010).
pengunyahan. Rangsang neuronal Xylitol merupakan pemanis yang
dihantarkan oleh system saraf otonom, baik aman bagi penderita diabetes dan
simpatis maupun parasimpatis. Rangsang hiperglikemia, sehingga banyak digunakan
kimia diperoleh dari rangsangan seperti bertahun-tahun di Amerika, Rusia, dan
manis, asin, asam, pedas, dan pahit Eropa. Xylitol diabsorbsi lebih lambat
(Ameregon, 1991). daripada gula biasa karena memiliki indeks
Rangsangan mekanis dan kimiawi glikemik yang sangat rendah yaitu tujuh
seperti mengunyah dan rasa manis dapat sedangkan, gula memiliki indeks glikemik
menggerakkan reflek saliva dengan sampai 90 dan dilepaskan ke dalam darah
menstimulasi reseptor yang dipantau oleh 13 kali lebih cepat dibanding xylitol. Hal ini
nervus trigeminal (V) dan nervus fasialis menyebabkan xylitol tidak memberi
(VII) sebagai pengecap. Stimulasi saraf kontribusi terhadap meningkatnya gula
parasimpatis akan mempercepat sekresi darah dan juga tidak memberi efek
pada semua kelenjar saliva, sehingga hiperglikemik yang disebabkan respon
menghasilkan produksi saliva dalam jumlah insulin yang tidak cukup (Rachima, 2008).
banyak (Amerongen, 1991; Ganong, 2008; Seluruh permen karet jenis gula
Christoper, 2010). Mengunyah makanan alcohol dapat digunakan untuk
seperti permen karet dapat menstimulasi meningkatkan produksi saliva, namun salah
aliran saliva untuk bekerja lebih baik, satu permen karet jenis xylitol lebih sesuai
konsumsi makanan yang membutuhkan karena mengandung kadar gula lebih
pengunyahan yang banyak seperti permen rendah, karena permen karet yang
karet yang manis juga bisa merangsang mengandung xylitol mampu meningkatkan
kelenjar saliva, dengan mengunyah permen kuantitas saliva dan meningkatkan pH
karet sebanyak enam kali selama dua mukosa mulut lebih tinggi dibandingkan
minggu dapat mengatasi penurunan sekresi permen karet non xylitol (Corsello et al,
saliva pada pasien GGK (Stephen dan 1994). Efektifitas mengunyah permen karet
Nicola, 2011). Selama ini cara untuk sebagai cara mengatasi xerostomia telah
meningkatkan volume saliva dengan dibuktikan pada penelitan yang melibatkan
menggunakan saliva pengganti seperti gel 65 orang pasien dengan terapi hemodialisa

3
dan diberikan permen karet selama dua menurunkan rasa haus pada pasien dengan
minggu. Hasil penelitian menunjukkan terapi hemodialisis. Berdasarkan hal
penurunan gejala xerostomia dan rasa haus tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
(Bots et al, 2005). Kuantitas atau jumlah pengaruh mengunyah permen karet xylitol
saliva yang dihasilkan selama mengunyah terhadap rasa haus pada pasien CKD
permen karet pada pasien GGK dengan dengan terapi hemodialisis di Unit
hemodialisa telah dibuktikan dengan Hemodialisis BRSU Tabanan Tahun 2014.
penelitian dengan melibatkan 40 orang
pasien dengan terapi hemodialisa yang
diberikan permen karet, hasil dari penelitian BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan
ini menunjukkan perbedaan yang sangat
adalah Quasy experimental dengan
bermakna terhadap stimulasi mengunyah
dengan pemberian permen karet (Yahrini, menggunakan rancangan nonequivalen
2009). control group yaitu rancangan penelitian
yang mengungkapkan hubungan sebab
Hasil study pendahuluan di BRSU akibat dengan cara melibatkan kelompok
Tabanan dengan tehnik wawancara pada 10 kontrol disamping kelompok eksperimental
orang pasien CKD dengan terapi (Nursalam,2013). Populasi pada penelitian
hemodialisis pada tanggal 18 Maret 2014 ini adalah semua pasien yang menjalani
menunjukkan bahwa 100% pasien mengeluh terapi Hemodialisis di Unit Hemodiaisis
mengalami sensasi rasa haus dan mulut BRSU Tabanan dimana rata-rata populasi
kering. Akibat sensasi rasa haus dan mulut dalam sebulan adalah 645 pasien.
kering tersebut, pasien sering melanggar . Teknik pengambilan sampel yang
aturan pembatasan cairan yang harus digunakan adalah dengan teknik non
dijalankan. Menurut perawat BRSU Tabanan probability sampling dengan tehnik
edukasi telah diberikan kepada pasien purposive sampling. Sugiono (2011)
sebagai salah satu upaya untuk pembatasan menyatakan untuk penelitian eksperimen
cairan, akan tetapi masih banyak pasien sederhana, yang menggunakan kelompok
yang tidak melakukan apa yang telah kontrol dan kelompok ekperimen diambil
diinformasikan. Hal ini disebabkan oleh dengan dengan cara systematic sampling.
sensasi rasa haus yang dirasakan pasien. Systematic sampling adalah tehnik
Dari hasil wawancara dengan perawat di pengambilan sampel berdasarkan urutan
Ruang Hemodialisa BRSU Tabanan sudah dari anggota populasi. Pada penelitian ini
ada SOP tentang edukasi pembatasan sampel diambil dari populasi pasien CKD
cairan bagi pasien CKD dengan terapi yang menjalani terapi Hemodialisis di unit
Hemodialisis namun di dalamnya belum Hemodialisis BRSU Tabanan yang
terdapat point anjuran untuk mengunyah ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan
permen karet xylitol sebagai salah satu cara kriteria ekslusi penelitian. Dalam hal ini
untuk mengurangi asupan cairan. peneliti menetapkan sampel yang digunakan
sebanyak 20 orang.
Melihat dampak masalah dan hasil Penelitian dilakukan di Unit
study pendahuluan di atas, terlihat bahwa Hemodialisis BRSU Tabanan. Peneliti
permen karet dapat meningkatkan produksi memilih tempat ini sebagai tempat penelitian
saliva pasien CKD melalui rangsangan karena banyak terdapat pasien CKD dengan
mekanik dan kimiawi. Namun, penelitian terapi Hemodialisis. Penelitian telah
tersebut belum dapat menjelaskan seberapa dilaksanakan pada tanggal 05 sampai 12
besar peningkatan produksi saliva dapat

4
Juni 2014. Dalam penelitian ini variabel rasa haus sebelum dan setelah mengunyah
bebas adalah Mengunyah Permen Karet permen karet xylitol pada kelompok kontrol
Xylitol dan variabel terikat adalah rasa haus dan perlakuan dilakukan uji independent t
pada pasien CKD dengan terapi test. Ha diterima apabila nilai p value < 0,05
Hemodialisis. artinya ada perbedaan nilai rasa haus pada
Teknik pengumpulan data sebagai kelompok kontrol dan perlakuan pada pasien
berikut: Pengkajian awal di lakukan 10 menit CKD dengan terapi Hemodialisis.
sebelum mengunyah permen karet xylitol
dengan pedoman wawancara Dyalisis Thirst HASIL
Inventory (DTI) untuk mengetahui score rasa Tabel 1. Nilai rasa haus sebelum mengunyah
haus pasien CKD dengan terapi permen karet xylitol pada kelompok
Hemodialisis. Peneliti dibantu oleh dua orang perlakuan
peneliti pendamping. Setelah hasil dari V n Min Maks Rata-
pengkajian awal terkumpul, peneliti
rata
kemudian memberikan dua butir permen Rasa 10 30 35 32,80
karet xylitol untuk dikunyah selama lima
menit. Mengunyah dua butir permen karet Haus
xylitol selama lima menit dilakukan dengan
Pretest
interval waktu empat jam sekali selama satu
hari. Pada keesokan harinya peneliti kembali
Berdasarkan tabel satu dari 10
melakukan pengukuran akhir nilai rasa haus
responden pada kelompok perlakuan
menggunakan DTI. Mentabulasi data umum
sebelum mengunyah permen karet xylitol,
responden, data pengkajian awal dan
diperoleh nilai rasa haus tertinggi 35, nilai
pengkajian akhir pada kelompok kontrol dan
rasa haus terendah 30, dengan nilai rata-rata
perlakuan dan dilakukan analisis data.
rasa haus 32,80.
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
Tabel 2. Nilai rasa haus setelah mengunyah
lembar check list/ SPO Mengunyah Permen
permen karet xylitol pada kelompok
Karet Xylitol dan lembar wawancara berupa
perlakuan
Dyalisis Thirst Inventory untuk mengukur
V n Min Maks Rata-
rasa haus sebelum dan sesudah mengunyah rata
permen karet xylitol yang dilakukan pada Rasa 10 18 25 21,7
sampel yang diteliti. Analisis bivariat Haus
digunakan untuk melihat pengaruh variabel Posttest
bebas Mengunyah Permen Karet Xylitol
terhadap variabel terikat rasa haus pada Berdasarkan tabel dua, didapatkan
pasien CKD dengan terapi Hemodialisa dari 10 responden pada kelompok
sebelum dan setelah dilakukan intervensi perlakuan, setelah mengunyah permen karet
pada kelompok kontrol dan perlakuan. xylitol, diperoleh nilai rasa haus tertinggi 25,
Setelah semua data terkumpul, data nilai rasa haus terendah 18 dengan nilai rasa
kemudian diolah dan dianalisis dengan haus rata-rata 21,7.
menggunakan uji parametrik paired t test. Ha
diterima apabila nilai p value < 0,05 artinya Tabel 3. Analisis nilai rasa haus awal tanpa
ada perbedaan nilai rasa haus sebelum dan intervensi mengunyah permen karet
setelah mengunyah permen karet xylitol. xylitol pada kelompok kontrol
Setelah didapatkan hasil perbedaan nilai V n Min Maks Rata-

5
rata m
Rasa 10 30 35 33,00
Rasa
Haus
Haus 21,7
Pretest
Setelah
Berdasarkan tabel tiga dari 10
orang responden pada kelompok kontrol Berdasarkan tabel lima dari 10
diperoleh nilai rasa haus awal tanpa itervensi responden dalam penelitian ini terdapat
mengunyah permen karet xylitol dengan nilai perbedaan nilai rasa haus responden
rasa haus tertinggi 35, nilai rasa terendah 30 sebelum dan setelah mengunyah permen
dan nilai rata-rata rasa haus 33,0. karet xylitol pada kelompok perlakuan
dengan selisih rata-rata perbedaan nilai rasa
Tabel 4. Nilai rasa haus akhir tanpa haus mencapai 11,1 dengan p=0,000. Dari
intervensi mengunyah permen hasil analisis bearti p<0,05 dengan demikian
karet kylitol pada kelompok kontrol H0 ditolak. Bearti ada perbedaan yang
V n Min Maks Rata- bermakna rata-rata nilai rasa haus pada
rata pasien dengan terapi hemodialisis sebelum
Rasa 10 29 35 32,4 dan setelah mengunyah permen karet xylitol.
Haus
Posttes
Tabel 6. Perbedaan nilai rasa haus awal dan
t
akhir tanpa intervensi mengunyah
permen karet xylitol pada kelompok
Berdasarkan tabel empat dari 10
kontrol
orang responden pada kelompok kontrol
V n Rata- Selisih SD P
diperoleh nilai rasa haus akhir tanpa
itervensi mengunyah permen karet xylitol rata rata-
dengan nilai rasa haus tertinggi 35, nilai rasa
terendah 29 dan nilai rata-rata rasa haus rata
Rasa
33,0.
Haus 33,0

Tabel 5. Perbedaan analisa nilai rasa haus Awal 10 0,06 0,96 0,081
Rasa
pada pasien CKD dengan terapi
hemodialisis sebelum dan setelah Haus 32,4
mengunyah permet karet xylitol
pada kelompok perlakuan Akhir
V n Rata Selisi SD P
Berdasarkan tabel enam dari 10
-rata h responden dalam penelitian ini terdapat
perbedaan nilai rasa haus awal dan akhir
rata-
tanpa intervensi mengunyah permen karet
rata xylitol pada kelompok kontrol dengan selisih
Rasa 1 11,1 2,1 0,00 rata-rata perbedaan nilai rasa haus sebesar
0,06 dengan p=0,081. Dari hasil analisis
Haus 0 32,8 3 0
bearti p>0,05 dengan demikian H0 diterima.
Sebelu Bearti tidak ada perbedaan yang bermakna

6
rata-rata nilai rasa haus pada pasien dengan 1.1.1 Rasa haus sebelum dan setelah
terapi hemodialisis tanpa intervensi mengunyah permen karet xylitol pada
mengunyah permen karet xylitol pasien CKD dengan terapi hemodialisis
. yang menjadi subyek penelitian pada
Tabel 7. Perbedaan rasa haus pada kelompok perlakuan
kelompok perlakuan dan kontrol
pada pasien CKD dengan terapi Berdasarkan hasil penelitian
hemodialisis diperoleh data bahwa rasa haus pada pasien
V n Rata- Selisih SE P CKD yang menjadi subyek penelitian
sebelum mengunyah permen karet xylitol
rata rata- pada kelompok perlakuan, diperoleh data
rata gambaran rasa hausnya berada dalam
Rasa rentang munculnya rasa haus dengan rata-
rata nilai rasa haus sebelum mengunyah
Haus -11,1 permen karet xylitol adalah 32,80 dengan
Perlakuan 10 -10,500 0,74 0,000 nilai rasa haus terkecil 30,0 nilai rasa haus
Rasa terbesar 35, dan standar deviasi 1,932
dengan sedangkan nilai rasa haus pada
Haus -0,60 pasien CKD dengan terapi hemodialisis
Kontrol 10 setelah mengunyah permen karet xylitol
pada kelompok perlakuan dengan rata-rata
Berdasarkan tabel tujuh dari 20 nilai rasa haus 21,7. Nilai rasa haus terkecil
18,0 nilai rasa haus terbesar 25,0 dengan
responden dalam penelitian ini terdapat standar deviasi 2,311.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau
perbedaan nilai rasa haus pada kelompok penyakit ginjal tahap akhir merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
perlakuan dan kelompok kontrol dengan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
perbedaan selisih rata-rata antara kelompok untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan, elektrolit,
perlakuan dan kontrol -10,50 dengan menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah)
p=0,000 Hal ini menunjukkan bahwa nilai (Smeltzer dan Bare, 2008). Pembatasan
cairan pada pasien GGK, sangat perlu
signifikan (p <0,05) dengan demikian
dilakukan, hal ini bertujuan untuk mencegah
diperoleh H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan terjadinya edema dan komplikasi
kardiovaskuler (Sudoyo, 2009). Pembatasan
terdapat perbedaan rerata skor rasa haus cairan merupakan faktor yang paling penting
karena apabila cairan tubuh berkurang
yang bermakna antara kelompok perlakuan hingga mencapai 8% maka kecepatan aliran
saliva berkurang hingga mencapai nol yang
dan kelompok kontrol.
memicu terjadinya kekeringan pada mulut
yang menyebabkan munculnya rasa haus
(Astiti, 2010).
PEMBAHASAN

7
Peningkatan sekresi saliva dapat sebagai hasil dari rangsangan mekanis
ditingkatkan dengan cara stimulasi. berupa pengunyahan yang menyebabkan
Stimulasi saliva tergantung dari banyak berkurangnya sensasi mulut kering dan rasa
faktor salah satunya adalah mengunyah haus.
(Snow and Wackyn, 2004). Hal ini didukung 1.1.2 Rasa haus awal dan akhir pada
oleh penelitian Simatupang (2006) yang pasien CKD dengan terapi hemodialisis
menyatakan bahwa mengunyah permen tanpa intervensi mengunyah permen
karet rendah gula tidak hanya bermanfaat karet xylitol yang menjadi subyek
meningkatkan produksi saliva bagi individu penelitian pada kelompok control
yang mengalami sensasi mulut kering dan
rasa haus namun dapat juga membantu Berdasarkan hasil penelitian
pengikisan mineral gigi. Peningkatan sekresi diperoleh data rasa haus awal dan akhir
saliva merupakan keuntungan utama pada pasien CKD dengan terapi
mengunyah permen karet yang terjadi dari Hemodialisis tanpa intervensi mengunyah
proses mastikasi dan rasa permen karet. permen karet xylitol yang menjadi subyek
Sekresi saliva meningkat setelah lima penelitian pada kelompok kontrol. Gambaran
sampai tujuh menit mengunyah permen rasa haus awal tanpa intervensi mengunyah
karet karena sebagian besar pemanis dan permen karet xylitol pada kelompok kontrol
rasa dari permen karet telah terurai dalam dengan nilai rasa haus terkecil 30,0 nilai rasa
mulut (Dodds, 2007). Seluruh permen karet haus terbesar 35,0 nilai rata-rata rasa haus
dapat digunakan untuk meningkatkan 33,00 dan standar deviasi 1,825 sedangkan
sekresi saliva, namun permen karet jenis nilai akhir rasa haus pada pasien CKD
xylitol lebih sesuai karena mengandung dengan terapi hemodialisis tanpa intervensi
kadar gula lebih rendah, permen karet yang mengunyah permen karet xylitol pada
mengandung xylitol mampu meningkatkan kelompok perlakuan dengan rata-rata nilai
kuantitas saliva lebih tinggi dibandingkan rasa haus 32,4. Nilai rasa haus terkecil 29,0
permen karet non xylitol (Bots et al, 2005). nilai rasa haus terbesar 35,0 dengan standar
deviasi 2,118.
Berdasarkan hasil penelitian Munculnya sensasi mulut kering
diketahui bahwa terjadi perubahan rasa haus dan rasa haus selain diakibatkan oleh
pada 10 responden penelitian yang pembatasan cairan disebabkan juga oleh
dilakukan pengukuran postest nilai rasa haus peningkatan kadar urea dalam darah yang
setelah mengunyah permen karet xylitol menyebabkan menurunnya sekresi saliva.
sebanyak dua butir (3 gram) setiap empat Uremia yang terjadi secara terus menerus
jam sekali selama satu hari pada kelompok dapat menyebabkan terjadinya polineuropati.
perlakuan. Pengukuran postest Neuropati dan depresi pada sistem saraf
menunjukkan 10 responden yang mengalami otonom terutama terjadi pada saraf perifer
peningkatan rasa haus sebelum mengunyah nervus trigeminal (V) dan nervus facialis (VII)
permen karet xylitol mengalami penurunan yang mempersyarafi kelenjar mayor (parotis,
nilai rasa haus setelah mengunyah permen submandibularis, dan sublingual) dan minor
karet xylitol dengan rata-rata nilai rasa haus (kelenjar Van ebner) serta menyebabkan
menjadi 21,70. Nilai rasa haus terkecil tertekannya saraf simpatis dan parasimpatis
adalah 18,0 dan nilai rasa haus terbesar yang berfungsi sebagai sekretonik
adalah 25,0. Hasil ini menunjukkan (Amerongen, 1991; Ganong, 2008;
penurunan rasa haus yang diakibatkan oleh Christopher, 2010). Peningkatan sekresi
peningkatan sekresi saliva yang terjadi saliva dapat ditingkatkan dengan cara

8
stimulasi. Stimulasi saliva tergantung dari sebelum dan setelah mengunyah permen
banyak faktor salah satunya adalah karet xylitol di Unit Hemodialisis BRSU
mengunyah (Snow and Wackyn, 2004). Tabanan pada kelompok perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian Hasil penelitian ini sesuai dengan
diketahui bahwa tidak terjadi perubahan rasa
haus pada 10 responden penelitian yang teori menurut Guyton dan Hall (2003) yang
dilakukan pengukuran akhir nilai rasa haus
menyatakan bahwa dengan memberikan
tanpa intervensi mengunyah permen karet
xylitol pada kelompok kontrol. Pengukuran rangsangan mekanik berupa pengunyahan
awal menunjukkan 10 responden yang
mengalami peningkatan rasa haus dan yang dipersyarafi oleh saraf mandibularis
pengukuran akhir menunjukkan 10
responden tanpa intervensi mengunyah (motorik yang merupakan inervasi dari saraf
permen karet xylitol tidak mengalami
trigeminalis dapat memberikan stimulus ke
perubahan nilai rasa haus yang signifikan
dengan rata-rata nilai rasa haus 32,4. Nilai nucleus salivatori superiol dan inferiol yang
rasa haus terkecil 29,0 nilai rasa haus
terbesar 35,0. Hasil ini menunjukkan tidak diteruskan ke saraf otonom dan memberikan
terjadinya perubahan rasa haus yang
signifikan diakibatkan oleh penurunan stimulus sekretonik ke saraf perifer
sekresi saliva yang terjadi karena faktor
glosofaringeal dan saraf facialis yang berada
pembatasan cairan dan peningkatan kadar
urea dalam darah yang menyebabkan pada kelenjar saliva mayor dan minor untuk
munculnya sensasi mulut kering dan rasa
haus. menskresikan saliva lebih banyak.
1.1.3 Perbedaan nilai rasa haus
sebelum dan setelah mengunyah Efektifitas mengunyah permen karet
permen karet xylitol pada kelompok sebagai cara mengatasi xerostomia dan rasa
perlakuan haus telah dibuktikan pada penelitian yang
melibatkan 65 pasien dengan terapi
Setelah data terkumpul dilakukan uji
hemodialisa dan diberikan permen karet.
perbedaan nilai rasa haus sebelum dan
Hasil penelitian menunjukkan penurunan
setelah mengunyah permen karet xylitol
gejala xerostomia dan rasa haus (Bots et al,
pada pasien CKD dengan terapi
2005). Hal yang sama dikemukakan oleh
Hemodialisis pada kelompok perlakuan.
Verman et al, (2005) bahwa mengunyah
Dilakukan analisis data dengan uji Paired
permen karet merupakan terapi alternative
Samples T-Test. Hasil uji Paired Samples T-
yang dapat diberikan untuk merangsang
Test menunjukkan bahwa nilai rasa haus
kelenjar ludah atau terapi paliatif pada
sebelum dan setelah mengunyah permen
pasien yang menjalani hemodialisa.
karet xylitol pada kelompok perlakuan selisih
Berdasarkan hasil penelitian
nilai rata-rata rasa haus 11,1 dan simpangan
diketahui bahwa terjadi perubahan rata-rata
baku 2,13 dengan p=0,000. Dari hasil
nilai rasa haus pada 10 responden penelitian
analisis bearti p<0,05 dengan demikian H0
yang dilakukan pengukuran nilai rasa haus
ditolak. Bearti ada perbedaan yang
setelah mengunyah permen karet xylitol
bermakna rata-rata nilai rasa haus pada
sebanyak dua butir (3 gram) setiap empat
pasien CKD dengan terapi hemodialisis
jam sekali selama satu hari pada kelompok

9
perlakuan. Pengukuran nilai rasa haus merangsang timbulnya sensasi mulut kering
sebelum dan setelah mengunyah permen (Edgar dan O Mullane, 1996 dalam Astiti,
karet xylitol menunjukkan 10 responden 2010).
Kekeringan pada mulut
yang mengalami peningkatan rasa haus
menyebabkan ujung-ujung saraf di mulut
sebelum mengunyah permen karet xylitol secara langsung dirangsang oleh
mengalami penurunan nilai rasa haus kekeringan, yang menyebabkan munculnya
setelah mengunyah permen karet xylitol rasa haus yang dapat diatasi hanya dengan
dengan selisih nilai rata-rata rasa haus 11,1 membasahi mulut walaupun sebenarnya
dan standar deviasi 2,13 dengan p=0,000. tidak ada ingesti air. Kekeringan di mulut
Hasil ini menunjukkan rata-rata penurunan dapat terjadi apabila sekresi saliva tertekan
oleh faktor yang tidak berkaitan dengan
rasa haus setelah mengunyah permen karet
kandungan air dalam tubuh, misalnya efek
xylitol, rata-rata penurunan rasa haus ini ektra renal, rasa cemas, merokok atau obat
diakibatkan oleh peningkatan sekresi saliva tertentu (Sherwood, 2001).
yang terjadi sebagai hasil dari rangsangan Hal yang sama dikemukakan Guggeinheimer
mekanik berupa pengunyahan yang dan Moore (2003) dan Jung (2005) bahwa
menyebabkan berkurangnya sensasi mulut pasien yang menjalani terapi hemodialisa
kering dan rasa haus. karena penyakit ginjal tahap akhir dapat
1.1.4 Perbedaan nilai rasa haus awal mengalami penurunan fungsi kelenjar ludah
dan akhir tanpa intervensi mengunyah yang berakibat pada timbulnya sensasi rasa
permen karet xylitol pada kelompok haus dan mulut kering. Manifestasi ini dapat
control juga berhubungan dengan penggunaan
obat-obatan untuk mengobati penyakit yang
Setelah data terkumpul dilakukan menyertai.
uji perbedaan nilai rasa haus awal dan akhir Berdasarkan hasil penelitian
tanpa intervensi mengunyah permen karet diketahui bahwa tidak terjadi perubahan rata-
xylitol pada pasien CKD dengan terapi rata nilai rasa haus yang signifikan pada 10
Hemodialisis pada kelompok kontrol. responden penelitian yang dilakukan
Dilakukan analisis data dengan uji Paired pengukuran akhir nilai rasa haus tanpa
Samples T-Test. Hasil uji Paired Samples T- intervensi mengunyah permen karet xylitol
Test menunjukkan bahwa nilai rasa haus pada kelompok kontrol. Pengukuran awal
awal dan akhir tanpa intervensi mengunyah menunjukkan 10 responden yang mengalami
permen karet xylitol pada kelompok kontrol peningkatan rasa haus dan pengukuran
dengan selisih nilai rata-rata rasa haus 0,06 akhir menunjukkan 10 responden tanpa
dan simpangan baku 0,96 dengan p=0,081. intervensi mengunyah permen karet xylitol
Dari hasil analisis bearti p>0,05 dengan tidak mengalami perubahan nilai rasa haus
demikian H0 diterima. Bearti tidak ada yang signifikan dengan selisih nilai rata-rata
perbedaan yang bermakna rata-rata nilai rasa haus awal dan akhir 0,06 dan standar
rasa haus awal dan akhir pada pasien CKD deviasi 0,96 dengan p=0,081. Hasil ini
dengan terapi hemodialisis tanpa intervensi menunjukkan tidak terjadinya perubahan
mengunyah permen karet xylitol. nilai rasa haus yang signifikan diakibatkan
Pembatasan cairan tubuh oleh penurunan sekresi saliva yang terjadi
merupakan faktor yang paling penting yang
karena faktor pembatasan cairan dan
menyebabkan penurunan sekresi saliva
karena apabila cairan tubuh berkurang peningkatan kadar urea dalam darah yang
hingga mencapai 8% maka kecepetan aliran menyebabkan munculnya sensasi mulut
saliva berkurang hingga mencapai nol, kering dan rasa haus.
penurunan kecepatan aliran saliva ini dapat

10
1.1.5 Perbedaan rasa haus pada asupan air untuk menjaga keseimbangan
kelompok perlakuan dan kontrol pada
cairan. Pembatasan intake cairan akan
pasien CKD dengan terapi hemodialisis

Setelah data terkumpul dilakukan menyebabkan penurunan aliran saliva pada

uji perbedaan nilai rasa haus pada kelompok penderita dan menimbulkan kekeringan

perlakuan dan kontrol pada pasien CKD mulut yang menstimulasi munculnya rasa

dengan terapi Hemodialisis, dilakukan haus (Susanti dan Hasibuan, 2000).

analisis data dengan uji Independent T-Test. Sekresi saliva dapat dipengaruhi
oleh berbagai rangsangan, yaitu rangsang
Hasil uji hipotesis Independent T-Test mekanis, rangsang kimia, dan rangsang
neuronal. Rangsang mekanis dihasilkan dari
dengan selisih rata-rata -10,50 dengan nilai aktivitas pengunyahan. Rangsang neuronal
dihantarkan oleh system saraf otonom, baik
signifikan (p value) sebesar 0,000 simpatis maupun parasimpatis. Rangsang
kimia diperoleh dari rangsangan rasa seperti
berdasarkan tingkat kepercayaan masing- manis, asin, asam, pedas, dan pahit.
Stimulasi saliva tergantung dari banyak
masing 95% (α= 0,05). Hal ini menunjukkan faktor salah satunya adalah mengunyah
(mekanik) dan rangsangan pengecapan rasa
bahwa nilai signifikan (p <0,05) dengan manis (kimiawi) (Amerongen, 1991).
Saraf motorik yang mempengaruhi
demikian diperoleh H0 ditolak. Jadi dapat rangsangan mengunyah adalah saraf Cranial
Tigeminus. Nervus Trigeminus merupakan
disimpulkan terdapat perbedaan rerata skor saraf cranial terbesar. Nervus ini disebut
trigeminus, karena memiliki tiga cabang yaitu
rasa haus yang bermakna antara kelompok nervus optalikus, nervus maksilaris, dan
nervus mandibularis. Nervus trigeminus
perlakuan dan kelompok kontrol yang bearti mengandung baik serabut sensoris maupun
serabut motoris. Cabang-cabang tepinya
ada pengaruh yang signifikan mengunyah membawa serabut parasimpatis. Nervus
mandibularis bersifat motoris dan sensoris.
permen karet xylitol terhadap rasa haus Radiks sensoris meninggalkan ganglion
trigeminal dan berjalan keluar cranium
pada pasien CKD dengan terapi melalui foramen ovale. Radiks motoris
nervus trigeminus juga keluar dari cranium
hemodialisis. melalui cabang foramen yang sama dan
Rasa haus pada penderita yang bergabung dengan akar sensoris
membentuk truncus nervus mandibularis.
mendapat terapi hemodialisis dapat terjadi Serabut sensoris nervus mandibularis
mensyarafi kulit pipi dan kulit atas mandibula
karena berbagai faktor. Kemampuan ginjal dan sisi kepala. Juga mensyarafi articulation
temporomandibularis dan gigi rahang bawah,
yang menurun dalam mengekresikan urine mukosa pipi, dasar mulut, dan bagian depan
lidah. Serabut motoris nervus mandibularis
menyebabkan penderita gagal ginjal kronik mensyarafi otot-otot pengunyahan
(Christopher, 2010).
dengan hemodialisa, dianjurkan membatasi

11
Sekresi saliva meningkat setelah SIMPULAN
lima sampai tujuh menit mengunyah permen Rata-rata nilai rasa haus sebelum
karet karena sebagian besar pemanis dan mengunyah permen karet xylitol pada
rasa dari permen telah terurai dalam mulut kelompok perlakuan di unit hemodialisa
(Dodds, 2007). Snow dan Wackym (2004) BRSU Tabanan adalah 32,80 dan setelah
dalam Simatupang (2006) menyatakan
bahwa mengunyah 4-8 potong (6-12 gram) mengunyah permen karet xylitol rata-rata
permen karet telah dibuktikan oleh banyak nilai rasa haus pada kelompok perlakuan
penelitian dapat menstimulasi pengeluaran adalah 21,7. Rata-rata nilai rasa haus awal
saliva. Hal ini juga didukung oleh penelitian tanpa intervensi mengunyah permen karet
Stephens, (2011) bahwa dengan mengunyah xylitol pada kelompok kontrol adalah 33,00
permen karet tidak hanya dapat dan rata-rata nilai rasa haus akhir tanpa
meningkatkan sirkulasi pembuluh darah di
intervensi mengunyah permen karet xylitol
sekitar kelenjar saliva tapi juga
meningkatkan sirkulasi darah ke pada kelompok kontrol 32,40. Berdasarkan
otak.Efektifitas mengunyah permen karet hasil analisa data menggunakan uji paired t
sebagai cara mengatasi xerostomia telah test pada kelompok perlakuan diperoleh nilai
dibuktikan pada penelitian dengan p=0,000 yang bearti ada perbedaan yang
melibatkan 65 pasien dengan terapi bermakna rata-rata nilai rasa haus sebelum
hemodialisa dan diberikan permen karet dan setelah mengunyah permen karet xylitol
selama dua minggu. Hasil penelitian
pada kelompok perlakuan di unit
menunjukkan penurunan gejala xerostomia
dan rasa haus (Bots et al, 2005). Hal yang hemodialisis BRSU Tabanan, sedangkan
sama dikemukakan oleh Verman et al, hasil analisa data menggunakan uji paired t
(2005) bahwa mengunyah permen karet test pada kelompok kontrol diperoleh nilai
merupakan terapi alternative yang dapat p=0,81 yang bearti tidak ada perbedaan nilai
diberikan untuk merangsang kelenjar ludah rasa haus awal dan akhir pada pasien
atau terapi paliatif pada pasien yang dengan terapi hemodialisis tanpa intervensi
menjalani hemodialisa.
mengunyah permen karet xylitol pada
Berdasarkan hasil penelitian
kelompok kontrol di unit hemodialisis BRSU
diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rasa
Tabanan. Berdasarkan uji independent t test
haus pada 10 responden penelitian yang
antara kelompok perlakuan dan kontrol
dilakukan pengukuran nilai rasa haus setelah
diperoleh nilai p=0,000 dapat disimpulkan
mengunyah permen karet xylitol sebanyak
terdapat perbedaan rerata nilai rasa haus
dua butir (3 gram) setiap empat jam sekali
yang bermakna antara kelompok perlakuan
selama satu hari pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan
dan tidak terjadi perubahan nilai rasa haus
ada pengaruh yang signifikan mengunyah
yang signifikan pada 10 responden
permen karet xylitol terhadap rasa pada
penelitian yang dilakukan pengukuran akhir
pasien CKD dengan terapi hemodialisis di
nilai rasa haus tanpa intervensi mengunyah
unit hemodialisis BRSU Tabanan.
permen karet xylitol pada kelompok kontrol.
Penurunan rasa haus ini diakibatkan oleh
SARAN
peningkatan sekresi saliva yang terjadi
Kepada Pihak Rumah Sakit BRSU Tabanan
sebagai hasil dari rangsangan mekanik
hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
berupa pengunyahan dan rangsang kimia
sebagai sumber informasi dalam
berupa kandungan rasa manis pada permen
penambahan point mengunyah permen karet
karet xylitol yang menyebabkan
xylitol pada standar operasional prosedur
berkurangnya sensasi mulut kering dan rasa
edukasi pembatasan asupan cairan pada
haus.
pasien CKD dengan terapi Hemodialisis

12
yang berkunjung ke Unit Hemodialisis BRSU itu, pada sampel sebaiknya didapatkan data
Tabanan. Kepada peneliti selanjutnya yang yang homogen dengan memperhatikan
hendak melanjutkan penelitian ini agar faktor perancu. Untuk peneliti selanjutnya
mengunakan sampel yang lebih banyak, diharapkan dapat meneliti bagaimana
intervensi dilakukan lebih berkesinambungan pengaruh mengunyah permen karet xylitol
dan waktu penelitian yang lebih lama untuk terhadap BB pre Hemodialisa dan BB kering
menambah validitas hasil penelitian. Selain pasien CKD dengan terapi Hemodialisa
.

KEPUSTAKAAN Diterjemahkan Prof.drg. Rafiah Abyono.


Amerongen, A Van Niew. 1991. Ludah dan Yogyakarta: Gadja Mada University Press
Kelenjar Ludah, Arti Bagi Kesehatan Gigi.
Astuti, 2010. Perbedaan Volume Saliva Sebelum dan Sesudah Meminum Yogurt Prebiotik yang
mengandung Bifidobacterium Animal pada Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran. Skripsi. Bandung: Universitas Padjajaran
Amanda N. 2011. Xylitol, (online), (http://www.worldhealthdepot.com diakses tgl 15 Maret 2014)
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan. (online)
(http://sisni.bsn.go.id diakses 25 Maret 2014)
Bots C.P, Brand H.S, Veerman E.C, 2005. The management of xerostomia in patient with
hemodialysis: comparison of artificial saliva and chewing gum, (online).
(http://www.hospicecare.com diakses tgl 15 Maret 2014)
Brunner, & Suddart. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Christopher. 2010. Anatomy, Function, and Evaluation of the Salivary Glands, Chapter 1 (online)
(http//www.freepatentsonline.com diakses tgl 26 Maret 2014)
Corsello et al. 1994. Compotitions For The Relief Of Xerostomia and The Treatment Of Associated
Disorders. (online) (http//freepatentsonline.com diakses 17 Maret 2014)
Dawes, C. 1987. Physiological Factors Affecting Salivatory Flow Rate, Oral Sugar Clearence, and
The Sensation Of Dry Mouth in Man. J Dent Rest 66, 648, 653. (online)
(htt://proquest.umi.com/pqdweb diakses tgl 27 Maret 2014)
Dodds, M. W. J. 2007. Sugarfree Chewing Gum and Oral Health The Simulation , (online)
(http://www.aactcandy.org diakses tgl 27 Maret 2014)
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 17. Diterjemahkan dari : Review of
Medikal Physiology.

Oleh M. D. Widjajakusumah, et al. Jakarta : CV. EGC.


Guggenheimer, J dan Moore, P. 2003. Xerostomia Etiology, Recognition and Treatment, (online)
(http://jada.ada.org diakses tgl 22 Maret 2014)
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, danPraktik Volume 2,
Edisi 4, Jakarta: EGC

13
Scot, T. W; McMurry, John J V; Spiers, Angela; Jardine, Alan G. (2001). Impaired Endothelial
Function In Isolated Human Uremic Resistence Arteries. Kidney International 60.3 (Sep
2001): 1077-82) (online) (http://proquest.umi.com/pqdweb diakses tgl 10 Maret 2014
Simatupang, 2006. Metode Pengukuran Saliva dan Pemeriksaan Kelenjar Saliva. (online)
(www.usurepository.com diakses tgl 11 Maret 2014)
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi 6 Jakarta: EGC
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan metode R%D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Suwitra. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Penyakit Ginjal Kronik, Jilid II Edisi V . Jakarta;
Interna Publishing
Sylvia & Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; Volume 2, Edisi
6.Jakarta. ECG
Veerman E.C.I, Bjornstrom M, Axell T. 2005. Chewing Gum and a Saliva Substitute Alleviate Thirst
and Xerostomia in Patient on Haemodialysis. (online) (http://ndt.oxfordjournals.org diakses tgl
26 Maret 2014)
dan Formula Modification of dietin
Renal Disease. Journal Penyakit
Widiana. 2005. Distribusi Geografis Dalam. 8 (3). (online) (http://ejournal-
Penyakit Ginjal Kronik di sl.undip.ac.id diakses tgl 27 Maret
Bali:Komparasi Formula Cockroft-Gault 2014)

14

Anda mungkin juga menyukai