Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PROGRAM PERKESMAS

DESA SIAGA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perawatan Kesehatan
Masyarakat dengan dosen pengampu
Bapak R. Endro Sulistyono, S. Kep., Ners M. Kep

Disusun oleh :

Cindy Silvia pUtri (162303101019/3B)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PRODI D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS LUMAJANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga tugas kelompok yang berjudul “Desa Siaga dan Desa Siaga Aktif”dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perawatan
Kesehatan Masyarakat. Dalam pembuatan tugas ini kami menyampikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu. Ucapan terima kasih disampaikan
kepada :
1. Bapak R. Endro Sulistyono, S. Kep., Ners M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
meberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
2. Staf ruang baca D3 Keperawatan Universitas Jember yang telah menyediakan berbagai
buku sebagai sumber literatur
3. Orang tua tercinta serta seluruh keluarga yang telah menyambung doa, dan memberikan
motivasi untuk terselesainya tugas ini
Semoga atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat
imbalan yang sepatuhnya dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena itu penulis menerima
kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan pembuatan tugas selanjutnya dan
penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lumajang, 24 Maret 2019

Penulis

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 2


DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................…....1
Kata Pengantar .......................................................................….2
Daftar Isi ..............................................................................…....3
I. Desa Siaga ...............................................................…....5
A.Definisi desa siaga .....................................................……5
B.Tujuan dibentuknya desa siaga ..................................……5
C.Manfaat desa siaga .....................................................……6
D.Ciri-ciri desa siaga .....................................................……7
E.Strata desa siaga .........................................................……8
F.Kriteria desa siaga ......................................................……8
G.Analisis situasi perkembangan ...................................……11
desa/kelurahan siaga aktif
H. Komponen desa dan kelurahan siaga aktif..................……11
I. Sasaran dalam pengembangan desa siaga ..................……12
J. Langkah-langkah pengembangan ..............................……13
desa dan kelurahan siaga aktif
K. Ruang lingkup ............................................................……23
L. Pentahapan desa dan kelurahan siaga aktif ................……24
M. Pembinaan kelestarian ...............................................…….26
N. Peraturan desa siaga ...................................................…….27
O. Implementasi pengembangan .....................................…….28
P. Kriteria pengembangan ..............................................…….29
Q. Penyelenggaraan kegiatan desa siaga.........................…….29
R. Kegiatan pokok desa siaga .........................................…….30
S. Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga …..…….31
T. Prinsip dasar perhitungan biaya .................................…….32
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
U. Prinsip pengembangan desa siaga ..............................…….32
II. Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif........33
A. desa dan kelurahan siaga aktif ..............................................33
B. pelayanan kesehatan dasar.....................................................34
C. pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM .34
D. PHBS ....................................................................................35
E. Kriteria ..................................................................................38
Daftar Pustaka ..............................................................................39

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 3


I. DESA SIAGA

A. Definisi desa siaga


a. Desa siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemajuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan)
secara mandiri (Depkes RI, 2016). (Makhudi, 2009)
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, mampu mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 4


menular dan penyakit berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), bencana,
kecelakaan, serta lainnya dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong.
Inti kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk
hidup sehat secara mandiri.
b. Desa dan kelurahan siaga aktif
Menurut (Indonesia, 2010) :
Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan yang disebut dengan nama lain,
yang :
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesedes) atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu
(Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Memiliki upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang melaksanakan
upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak,
gizi, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan, serta penyehatan lingkungan.

B. Tujuan dibentuknya desa siaga


Menurut (Makhudi, 2009) :
a. Tujuan umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-
masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) di desanya.
b. Tujuan khusus :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat
2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan
3. Meningkatnya kewaspadaan dan kesipsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan
lainnya)
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa

C. Manfaat desa dan kelurahan siaga aktif


Bagi masyarakat :
a. Mudah mendapat pelayanan kesehatan dasar

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 5


b. Peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi
c. Tinggal di lingkungan yang sehat
d. Mampu mempraktikkan PHBS
Bagi tokoh masyarakat/organisasi kemasyarakatan :
a. Membantu secara langsung terhadap upaya pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
di bidang kesehatan.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat dan citra terhadap figur tokoh
masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
c. Membantu meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Bagi kepala desa/kelurahan :
a. Optimalisasi kinerja Kepala Desa/Lurah.
b. Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
c. Optimalisasi fungsi fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya sebagai tempat
pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar.
d. Efisiensi dalam menggerakkan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat
e. Meningkatkan citra diri sebagai kepala pemerintahan Desa/Kelurahan yang aktif
mendukung dan mewujudkan kesehatan masyarakat.

D. Ciri-ciri desa siaga


a. Minimal memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar
(dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehtan dan sarana fisik bangunan,
perlengkapan, dan peralatan alat komunikasi ke masyarakat dan puskesmas)
b. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

Istilah ‘Desa’ mengandung pengertian yang luas, yakni kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas – batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal – usul dan adat istiadat setempat yang
yang diakui dan dihormati dan sistem pemerintahan Pemerintah Republik Indonesia. Desa
merupakan kesatuan wilayah fisik geografis dengan batas – batas wilayah yang jelas, yakni
kesatuan pemukiman yang memiliki pranata sosial, adat istiadat dan tata cara serta
dinamika hidup yang khas berdasarkan siklus kegiatan bertani atau mencari ikan.

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 6


Selanjutnya desa masuk wilayah kesatuan hukum yang secara politik dan administratif
telah terintegrasi dengan tata hukum nasional.
Modal utama desa adalah :
1. Modal sosial yang sangat erat berkaitan denga tata kelola usaha tani dan nelayan serta
pengetahuan, keterampilan dan teknologi bertani dan menangkap ikan, kesenian, ritual
pertanian.
2. Sumberdaya alam berupa tanah, air, benih, dan ternak.
3. Alat – alat produksi, peralatan rumah tangga, sarana prasarana umum seperti jala, irigasi,
sumber air, lapangan, sekolah, masjid, dan sebagainya.

E. Strata desa siaga


Pemerintah kini mencanangkan desa siaga yaitu desa yang penduduknya memiliki
kesiapan Sumber Daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri
dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.

F. Kriteria desa dan kelurahan siaga aktif


Menurut (Indonesia, 2010) :
Pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif merupakan program lanjutan dan
akselerasi dari pengembanagn desa siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006.
Pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan
masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam
memecahkan masalah-masalah kesehatannya.
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan desa dan kelurahan siaga
aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang
harus dipenuhi, yaitu :
a. Kepedulian pemerintahan desa atau kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap desa
dan kelurahan siaga aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan forum desa dan
kelurahan
b. Keberadaan kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan desa dan kelurahan siaga
aktif
c. Kemudahan akses masyarakat pelayanan kesehatan dasar yang buka atau memberikan
pelayanan setiap hari
d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan :

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 7


1. Penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan
2. Survailans berbasis masyarakat
3. Penyehatan lingkungan
e. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta dari masyarakat dan
dunia usaha
f. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan di
desa dan kelurahan siaga aktif
g. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
h. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga di desa atau
kelurahan

Masalah pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga adalah
sebagai berikut:
1. Paradigma sehat sebagai paradigma pembangunan kesehatan telah dirumuskan, namun
belum dipahami dan diaplikasi semua pihak.
2. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan
daerah (kabupaten/kota) memegang kewenangan penuh dalam bidang kesehatan, namun
kewenangan tersebut belum berjalan optimal.
3. Revitalisasi puskesmas dan posyandu hanya diartikan dengan pemenuhan fasilitas
sarana.
4. Dinas kesehatan kabupaten/kota lebih banyak melakukan tugastugas administratif.
Kelima, keterlibatan masyarakat bersifat semu yang lebih berkonotasi kepatuhan
daripada partisipasi dan bukan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan mengemukan sejak dideklarasikannya Piagam Ottawa.
Piagam Ottawa menegaskan bahwa partisipasi masyarakat merupakan elemen utama
dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Selanjutnya, Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan ke-7 di Nairobi, Kenya, menegaska kembali pentingnya pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan menyepakati perlunya: membangun kapasitas
promosi kesehatan, penguatan sistem kesehatan, kemitraan dan kerjasama lintas sektor,
pemberdayaan masyarakat, serta sadar sehat dan perilaku sehat. Pemberdayaan
didefinisikan sebagai suatu proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol atas

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 8


keputusan dan tindakan yang memengaruhi kesehatan masyarakat, bertujuan untuk
memobilisasi individu dan kelompok rentan dengan memperkuat keterampilan dasar hidup
dan meningkatkan pengaruh pada hal-hal yang mendasari kondisi sosial dan ekonomi.
Sementara itu, menurut pemerintah RI dan United Nations International Children’s
Emergency Funds, pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat
noninstruktif untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor
maupun LSM dan tokoh masyarakat. Sepuluh model pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan diformulasikan sebagai berikut. Pertama, model pengembangan lokal yaitu
pemberdayaan masyarakat sejalan dengan model pengembangan lokal sebagai upaya
pemecahan masalah masyarakat melalui partisipasi masyarakat dengan pengembangan
potensi dan sumber daya lokal.8 Kedua, model promosi kesehatan dilakukan melalui empat
pendekatan, yaitu persuasi (bujukan/
kepercayaan) kesehatan, konseling personal dalam kesehatan, aksi legislatif, dan
pemberdayaan masyarakat. Ketiga, model promosi kesehatan perspektif multidisiplin
mempertimbangkan lima pendekatan meliputi medis, perilaku, pendidikan, pemberdayaan,
dan perubahan sosial.9 Keempat, model pelayanan kesehatan primer berbasis layanan
masyarakat menurut Ife, masyarakat harus bertanggung jawab dalam mengidentifikasi
kebutuhan dan menetapkan prioritas, merencanakan dan memberikan layanan kesehatan,
serta memantau dan mengevaluasi layanan kesehatan.10 Kelima, model pemberdayaan
masyarakat meliputi partisipasi, kepemimpinan, keterampilan, sumber daya, nilai-nilai,
sejarah, jaringan, dan pengetahuan masyarakat. Keenam, model pengorganisasian
masyarakat yaitu hubungan antara pemberdayaan, kemitraan, partisipasi, responsitas
budaya, dan kompetensi komunitas. Ketujuh, model determinan sosial ekonomi terhadap
kesehatan meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan modal atau kekayaan yang
berhubungan satu sama lain dengan kesehatan.12 Kedelapan, model kesehatan dan
ekosistem masyarakat interaksi antara masyarakat, lingkungan, dan ekonomi dengan
kesehatan.13 Kesembilan, model determinan lingkungan kesehatan individual dan
masyarakat determinan lingkungan kesehatan individual meliputi lingkungan psikososial,

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 9


lingkungan mikrofisik, lingkungan ras/kelas/gender, lingkungan perilaku, dan lingkungan
kerja.13 Sementara itu, determinan lingkungan kesehatan masyarakat meliputi lingkungan
politik/ekonomi, lingkungan makrofisik, tingkat keadilan sosial dan keadilan dalam
masyarakat, serta perluasan kontrol dan keeratan masyarakat. Kesembilan, model
penanggulangan penyakit berbasis keluarga yaitu pemeliharaan kesehatan dilakukan secara
swadaya dan mandiri oleh keluarga melalui penumbuhan kesadaran, peningkatan
pengetahuan, dan keterampilan memelihara kesehatan. Kesepuluh, model pembangunan
kesehatan masyarakat desa (PKMD).

G. Analisis situasi perkembangan desa/kelurahan siaga aktif


a. Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan oleh
Fasilitator dengan dibantu pihak-pihak lain terkait.
b. Pelaksanaannya mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Kesehatan, yang mengarah kepada evaluasi dan inventarisasi
terhadap desa-desa dan kelurahan-kelurahan dalam kaitannya dengan pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Hasil evaluasi dan inventarisasi berupa daftar desa dan kelurahan yang dikelompokkan
ke dalam kategori:
1. Desa dan Kelurahan yang belum digarap
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama,
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama,
5. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
d. Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi dilaporkan kepada Bupati atau
Walikota dengan tembusan kepada:
1. Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Tingkat
Kabupaten/Kota
2. Pokjanal Tingkat Provinsi
3. Pokjanal Tingkat Pusat.

H. Komponen desa dan kelurahan siaga aktif


Desa atau kelurahan siaga aktif memiliki komponen :
a. Pelayanan kesehatan dasar

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 10


b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya
survailans berbasis masyarakar, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana,
serta penyehatan lingkungan
c. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS)

I. Sasaran dalam pengembangan desa siaga


Menurut (Makhudi, 2009) :
a. Pihak-pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader, dan media massa
b. Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha
c. Semua individu dan keluarga di desa
Semua sasaran di atas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu desa
tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (ponkesdes). Ponkesedes di sini
merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat (UMKM) yang minimal melaksanakan
kegiatan-kegiatan seperti berikut :
a. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar
biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya
b. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa serta
kekurangan gizi
c. Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
d. Pelayanan kesehtana dasar, sesuai dengan kompetensinya (jika dekat dengan puskesmas
atau pustu maka bisa diambil alih oleh salah satunya)
e. Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan
Poskesdes di masyarakat juga berfungsi sebagai koordinator dari UKBM lainnya seperti
posyandu, warung obat desa, dan lainnya. Oleh karena itu, poskesdes perlu didukung
sumber daya tenaga (minimal satu orang perawat maternitas atau bidan dan dua orang
kader) serta sarana (fisik bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta alat komunikasi ke
masyarakat dan puskesmas). Untuk membentuk poskesdes tidak harus memulai dari awal,
tetapi bisa dengan menggunakan sumber daya kesehatan yang sudah ada seperti berikut :
1. Polindes yang sudah ada dikembangkan menjadi poskesdes
2. Memanfaatkan bangunan lain yang sudah ada misalnya balai desa

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 11


3. Dibangun baru dengan alternatif (bantuan pemda atau pempus, donatur, dunia usaha,
dan swadaya masyarakat)
J. Langkah-langkah pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
Menurut (Indonesia, 2010) :
Langkah-langkah pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif merupakan tahapan
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka pengembangan desa dan kelurahan siaga
aktif sesuai dengan situasi dan kondisi pemerintah daerah. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Kegiatan di kabupaten/kota
1. Persiapan
a) Pertemuan kelompok kerja operasional (pokjanal) desa dan kelurahan siaga aktif di
kabupaten/kota
Pertemuan Pokjanal desa dan kelurahan siaga aktif di kabupaten/kota dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun. Pertemuan ini bertujuan untuk menyampaikan
kebijakan dan strategi serta membangun kesamaan pemahaman dan kesepakatan
untuk pengembangan dan pembinaan desa dan kelurahan siaga aktif. Peserta dari
kegiatan ini melibatkan bupati/walikota, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota,
pejabat Eselon III dan IV dinas/instansi terkait, unsur tim penggerak PKK kabupaten
dan kota dan ormas lainnya
b) Pertemuan advokasi
Pertemuan advokasi ditujukan untuk memperoleh dukungan kebijakan dari
pemangku kepentingan. Peserta dari pertemuan ini adalah Tim pokjanal
kabupaten/kota, lintas sektor terkait, DPRD, organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, sektor swasta dan dunia usaha dalam bentuk penetapan
peraturan atau keputusan tentang pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.
Kegiatan ini minimal di lakukan 1 kali per tahun
c) Sosialisasi
Sosialisasi ditujukan untuk menggalang komitmen dan koordinasi dari lintas sektor
terkait untuk mendukung pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. Kegiatan ini
minimal dilakukan 1 kali per tahun
2. Pelaksanaan
a) Pertemuan pokjanal kabupaten/kota
Pertemuan ini bertujuan untuk meetapkan operasional pelaksanaan pengembangan
dan pembinaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam rangka
pengintegrasian program pengembangan dan pembinaan desa dan kelurahan siaga

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 12


aktif dengan program lain. Peserta pertemuan ini terdiri dari lintas sektor, lintas
program dan kecamatan. Pertemuan ini dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.
b) Orientasi petugas kabupaten/kota
Orientasi ini diikuti oleh petugas sektor terkait, organisasi kemasyarakatan dan kader
pemberdayaan masyarakat (KPM) minimal 1 kali setahun.
c) Pembinaan
Pembinaan desa dan kelurahan siaga aktif dilakukan oleh pokjanal kabupaten/kota
terhadap pokjanal kecamatan dan forum desa dan kelurahan siaga aktif. Pembinaan
ditujukan untuk memberi bimbingan teknis tentang pengorganisasian dan
penggerakan masyarakat, pemecahan masalah yang dihadapi dan peningkatan
tahapan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dari pratama menuju mandiri.
Pembinaan dilakukan minimal 4 kali setahun.
d) Lomba desa dan kelurahan siaga aktif serta lomba pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga
Pelaksanaan lomba bertujuan untuk menilai kemajuan desa dan kelurahan siaga aktif
dalam pengembangan dan pembinaan desa dan kelurahan siaga aktif serta
pembinaan PHBS di rumah tangga.
Pelaksanaan lomba desa dan kelurahan siaga aktif terintegrasi dengan perlombaan
desa dan kelurahan yang diselenggarakan oleh kementrian dalam negeri.
Pelaksanaan lomba pelaksana terbaik PHBS di rumah tangga terintegrasi dengan
kesatuan gerak PKK-KB-kesehatan.
Langkah-langkah penilaian lomba adalah :
1) Persiapan penilaian
Kegiatan ini dalam bentuk pertemuan yang dilakukan di dinas kabupaten/kota.
Peserta kegiatan ini terdiri dari petugas promosi kesehatan dan lintas program
yang terkait di dinas kesehatan kabupaten/kota. Pertemuan ini minimal dilakukan
2 klai per tahun
2) Verifikasi calon pemenang lomba (petugas kabupaten/kota ke desa)
Verifikasi dilakukan untuk menilai kesesuaian antara dokumen dan pelaporan
calon pemenang yang masuk dibandingkan dengan kenyataan di lapangan. Pada
tahp ini juga dilakukan penilaian atas indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Jumlah petugas kabupaten yang melakukan verifikasi minimal 2 orang untuk
masing-masing lomba.
3) Penentuan pemenang

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 13


Untuk menetukan pemenang lomba dilakukan penilaian dalam pertemuan tim
penilai untuk masing-masing lomba. Pertemuan ini dilakukan minimal 1 kali
untuk setiap lomba
4) Pemberian penghargaan
Kepada para pemenang diberi penghargaan berupa sertifikat dan piala juga
hadiah. Bentuk hadiah dapat berupa penyerahan paket promosi kesehatan kit.
3. Pemantauan dan evaluasi
a) Pemantauan
Pokjanal desa dan kelurahan siaga aktif di kabupaten/kota bersama dengan pokjanal
kecamatan melakukan pemantauan, pelaksanaan desa dan kelurahan siaga aktif.
Pemantauan dimasudkan untuk melihat seberapa jauh kegiatan-kegiatan intervensi
yang direncanakan telah dilaksanakan dan masalah serta hambatan apa yang dihadapi
untuk dicari solusinya. Pemantauan dilakukan minimal 2 kali per desa dan kelurahan
per tahun.
b) Evaluasi
Pertemuan evaluasi dilakukan di kabupaten/kota, dengan peserta pokjanal desa dan
kelurahan aktif di kecamatan minimal 3 orang (petugas puskesmas, petugas
kecamatan dan sektor terkait) ditambah peserta dari pokjanal di kabupaten/kota.
Pertemuan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan pengembangan desa
dan kelurahan siaga aktif di wilayah kabupaten/kota
4. Penyebarluasan informasi
Upaya pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif harus didukung dengan upaya
promosi yang intensif. Adanya penyebarluasan informasi tentang desa dan kelurahan
siaga aktif melalui media cetak (poster, leaflet, spanduk, selebaran, baliho) dan media
elektronik (radio spot, obrolan) secara terus menerus kepada masyarakat, sehingga
masyarakat dapat mempercepat peningkatan pemahaman dan perilaku yang mendukung
desa dan kelurahan siaga aktif.

b. Kegiatan di kecamatan
1. Persiapan
a) Pertemuan kelompok kerja operasional (Pokjanal) desa dan kelurahan siaga aktif di
kecamatan
Pertemuan Pokjanal desa dan kelurahan siaga aktif di kecamatan dilakukan minimal
1 kali dalam setahun. Pertemuan ini bertujuan untuk menyampaikan rencana
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dan membangun kesamaan

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 14


pemahaman dan kesepakatan untuk pengembangan dan pembinaan desa dan
kelurahan siaga aktif. Peserta pertemuan ini melibatkan camat dan jajarannya,
kepala puskesmas, pejabat instansi terkait, tim penggerak PKK kecamatan dan ormas
lainnya
b) Lokakarya
Lokakarya desa dan kelurahan siaga aktif tingkat kecamatan, merupakan kegiatan
pertemuan antara Pokjanal kecamatan dengan seluruh kepala desa/kelurahan/badan
perwakilan desa dan dewan kelurahan yang ada di wilayah kecamatan tersebut.
Pertemuan ini bertujuan untuk menyempaikan rencana pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif. Pertemuan ini dilakukan minimal 1 kali setahun.
2. Pelaksanaan
a) Pertemuan Pokjanal kecamatan
Pertemuan ini bertujuan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pengembangan desa
dan kelurahan siaga aktif.
Kegiatan ini terbagi atas dua pertemuan :
1) Pertemuan koordinasi khusus Pokjanal kecamatan, minimal dilakukan 2 kali
setahun
2) Pertemuan koordinasi Pokjanal kecamatan dengan seluruh kepala
desa/kelurahan/badan perwakilan desa dan dewan kelurahan yang ada diwilayah
kecamatan tersebut, minimal dilakukan 1 kali setahun
b) Pembinaan
Pembinaan oleh petugas puskesmas dilakukan untuk memberikan dukungan teknis
dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif mulai dari kegiatan Survai
Mawas Diri, Musyawarah Masyarakat Desa, rencana dan pelaksanaan intervensi,
minimal 4 kali setahun.
c) Penyebarluasan informasi
Upaya pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif harus didukung dengan upaya
promosi yang intensif. Adanya penyebarluasan informasi tentang desa dan kelurahan
siaga aktif melalui media cetak (poster, leaflet, spanduk, selebaran, baliho) dan
media elektronik (radio spot, obrolan) secara terus menerus kepada masyarakat,
sehingga masyarakat dapat mempercepat peningkatan pemahaman dan perilaku yang
mendukung desa dan kelurahan siaga aktif.
3. Pemantauan dan evaluasi
a) Pemantauan

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 15


Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Kecamatan melakukan pemantauan,
pelaksanaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Pemantauan dimaksudkan untuk
melihat seberapa jauh kegiatan-kegiatan intevensi yang direncanakan telah
dilaksanakan dan masalah serta hambatan apa yang dihadapi untuk dicari solusinya.
Pemantauan dilakukan minimal 2 kali per desa dan kelurahan per tahun.
b) Evaluasi
Pertemuan evaluasi dilakukan di kecamatan, dengan peserta Pokjanal Kecamatan
dan Kepala Desa/Kelurahan/Badan Perwakilan Desa dan Dewan Kelurahan yang ada
di wilayah Kecamatan tersebut.
Pertemuan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif di wilayah kecamatan. Peserta dari Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif minimal 2 orang.
c. Kegiatan di desa
1. Persiapan
a) Pertemuan desa
Pertemuan ini bertujuan untuk pembentukan tim pengembangan desa dan Kelurahan
Siaga Aktif di Desa/ Kelurahan, menyamakan persepsi tentang permasalahan yang
ada, mendayagunakan potensi sumber daya yang dimiliki, menentukan rencana
Survai Mawas Diri dan pelaksanaannya yang mencakup pelaksana Survai Mawas
Diri, jadwal, kesiapan kuesioner Survai Mawas Diri. Pertemuan ini dilakukan
minimal 3 kali per tahun. Peserta dari pertemuan ini adalah Kepala Desa/ Lurah,
Sekretaris Desa/Kelurahan, Perangkat Pemerintahan Desa/Kelurahan, Unsur
Lembaga Kemasyarakatan seperti BPD, Tim Penggerak PKK, KPM Desa/Kelurahan
dan tokoh masyarakat.
b) Penyegaran dan orientasi kader serta tokoh masyarakat
Lama orientasi ini 2 hari. Orientasi ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan kader dan tokoh masyarakat dalam pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
c) Survai Mawas Diri (SMD)
SMD adalah kegiatan pengenalan masalah kesehatan yang terkait dengan
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. SMD dilakukan oleh kader dan
toma. Frekuensi SMD sesuai dengan hasil kesepakatan pada saat pertemuan desa,
minimal dilakukan 1 kali setahun.
d) Pengolahan dan analisis data hasil SMD

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 16


Tim pelaksana SMD dengan bimbingan bidan di desa dan petugas Puskesmas
melakukan pengolahan data hasil SMD, sehingga diketahui berbagai masalah
kesehatan di desa tersebut.
e) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
MMD merupakan pertemuan perwakilan warga desa/kelurahan, Tim Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dan Pokjanal Kecamatan membahas hasil SMD, prioritas
masalah yang akan diatasi, menggali potensi sumber daya yang dimiliki dan
penyusunan rencana intervensi. Frekuensi pertemuan MMD minimal dilakukan 3 kali
per tahun.
2. Pelaksanaan
a) Survailans berbasis masyarakat
Pengamatan sederhana dilakukan oleh masyarakat, kader dan tokoh masyarakat
terhadap penyakit yang timbul, masalah kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan,
penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan
dan PHBS. Kegiatan ini dilakukan minimal 3 kali per tahun.
b) Kegiatan operasional kader
Merupakan kegiatan kader dan toma dalam membina rumah tangga dan masyarakat
di wilayah kerjanya. Kegiatan berupa kunjungan rumah, penyuluhan kelompok dan
penggerakan masyarakat yang dilakukan minimal 6 kali setahun.
c) Pembinaan masyarakat oleh bidan di desa
Pembinaan oleh Bidan di desa kepada kader, toma dan masyarakat, minimal
dilakukan 4 kali per tahun.
d) Stimulan dana paket intervensi (fisik)
Merupakan paket stimulan untuk pengembangan dan pembinaan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Paket stimulan sebesar Rp.5.000.000 per desa/kelurahan.

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaanya, namun secara garis besar


langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang
berada di wilayah puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan para petugs ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang
bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 17


dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
b. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,
serta masyarakat, agar mereka tahu mau bekerjasama dalam satu tim untuk
mengembangkan desa siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para
penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau
anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain. Sehingga pengembangan desa
siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh
masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam bentuk
opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga. Jadi
dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan finansial atau
dukungan material sessuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka
pengembangan desa siaga.
c. Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self
Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah
mawas diri untuk desanya survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat
setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapakan mereka
menjadi sadar akan permasalaahn yang tihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tegat
untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu
dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka. Keluaran atau output
dari SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam
rangka membangun Poskesdes.
d. Musyawara Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini dalah mencari
alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan membangun Poskesdes, dikaitkan dengan
potensi yang dimilikii desa. Disamping itu juga untuk menyusun rencana jangka panjang
pengembangan desa siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya bersal dari
tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan desa siaga. Peserta

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 18


musyawrah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan
generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha
yang mau mendukung pengembangan desa siaga dan kelestariannya (untuk itu
diperlukan advokasi). Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan,
utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penetuan prioritas, dukungan dan kontribusi
apa yang dapat disumbangkan oleh masing-mmasing individu/institusi yang diwakilinya,
serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan poskesdes dan pengembangan desa
siaga.
e. Pelaksanaan kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai
berikut :
1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga
Pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para
pemimpin frmal desa dan tokoh masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah
& mufakat sesuai dengan tatacara dan kriteria yang berlaku. Dengan difasilitasi oleh
puskesmas.
2. Orientasi/Pelatihan kader desa siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, pengelola kader desa yang telah ditetapkan perlu
diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan dilaksanakan
didesa dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu meliputi pengelolaan desa
siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan pskesdes, pengembangan dan
pengelolaan UKBM lain. Serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan
persalinan sehat. Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan
lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan
lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawatdaruratan sehari-hari, kesiapsiagaan
bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), diversifikasi pertanian
tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga
(TOGA), kegiatan surveilans, perilkaui hidup bersih dan sehat (PHBD), dan lain-lain.
3. Pengembangan Poskesdes dan UKBM
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa dikembangkan dari polindes yang sudah
ada. Apabila tidak ada polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 19


kerja tentang alternatif lain pembangunan poskesedes. Dengan demikian diketahui
bagaimana poskesdes tersebut akan diadakan membangun baru dengan fasilitasi dari
pemerintah, membangun baru dari bantuan donatur, memabngun baru dengan
swadaya masyarakat atau modifikasi bangunan lain yang ada. Bilamana poskesdes
sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-
UKBM yang diperlukan dn belum ada didesa yang bersangkutan, atau atau
merevitalisasi yang suah ada tetapi kurang/tidak aktif.
4. Penyelenggaraan Kegiatan desa Siaga
Dengan telah adanya poskesdes maka desa yang bersngakutan telah dapat ditetapkan
sebagai desa siaga setelah desa siaga yang resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans
berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, penggalangan dana, pemeberdayaan masyrakat
menuju kardazi dan PHBS, penyehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar
(bila diperlukan. Selain itu diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain
seperti posyandu dan lain – lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan desa siaga dibimbing dan dipantau oleh puskesmas, yang
hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan desa siaga
selanjutnya secara lintas sektoral. Memajukan desa siaga perlu adanta pengemabngan
jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dari perkembangan jejering
desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal didalam desa
sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya
ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan
wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas
sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
Oleh karena itu dalam rangka pembinaan perlu dikebangkan upaya-uoaya untuk
memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out.kader-kader yang memiliki
motivasi memuaskan kebutuhan sosial-psikologinya harus diberi kesemoatan

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 20


seluas0luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yabg
masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu memperoleh
pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji/intensif atau difasilitasi agar
dapat berwirausaha. Untuk melihat perkembangan desa siaga perludilakukan
pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu kegiata didesa siaga perlu dicatat oleh
kader, mislanya dalam buku registrasi UKBM.

K. Ruang lingkup
Menurut (Indonesia, 2010) :
Dalam petunjuk teknis tentang penghitungan biaya yang dicakup dalam kegiatan
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Kabupaten/Kota, meliputi persiapan, pelaksanaan,
pembinaan, pemantauan, dan evaluasi
b. Kegiatan-kegiatan di kecamatan yang mencakup persiapan, pelaksanaan, pembinaan,
pemantauan dan evaluasi
c. Kegiatan-kegiatan di Desa dan kelurahan yang mencakup persiapan termasuk Survai
Mawas Diri (SMD), pengolahan data, Musyawarah Masyarakat Desa (MMD),
pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat, kader dan bidan di desa serta paket intervensi
Pengerjaan perhitungan biaya ini dilakukan oleh pengelola program promosi kesehatan
dan bagian perencanaan yang sudah memahami atau mempelajari pedoman umum
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif serta petunjuk teknis perhitungan biaya
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.
L. Pentahapahan desa dan kelurahan siaga aktif
Atas dasar kriteria desa dan kelurahan siaga aktif yang telah ditetapkan, maka
pentahapan dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, sehingga dapat dicapai
tingkatan-tingkatan atau kategori Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif sebagai
berikut :
a. Desa atau kelurahan siaga aktif pratama
1. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi belum berjalan.
2. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa/ Kelurahan
Siaga Aktif minimal 2 orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 21


5. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran
pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum ada sumber dana lainnya.
6. Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif organisasi
kemasyarakatan dalam kegiatan desa/kelurahan siaga aktif
7. Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan
mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
8. Kurang dari 20 persen rumah tangga di desa/kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
b. Desa atau kelurahan siaga aktif madya
1. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan, tetapi belum
secara rutin setiap triwulan
2. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif antara 3-5 Orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.
5. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta satu sumber dana lainnya
baik dari masyarakat ataupun dunia usaha.
6. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas dalam kegiatan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan
mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, tetapi belum
direalisasikan.
8. Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
c. Desa atau kelurahan siaga aktif purnama
1. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan secara rutin,
setiap triwulan.
2. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif antara 6-8 orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 22


5. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta mendapat dukungan dana
dari masyarakat dan dunia usaha.
6. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas dalam kegiatan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
8. Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
d. Desa atau kelurahan siaga aktif mandiri
1. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan secara rutin setiap
bulan.
2. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan Desa/ Kelurahan
Siaga Aktif lebih dari sembilan orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari 4 (empat) UKBM lainnya yang aktif dan
berjejaring.
5. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta mendapat dukungan dana
dari masyarakat dan dunia usaha.
6. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua ormas dalam
kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif.
8. Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

M. Pembinaan kelestarian
Pembinaan kelestarian Desa/Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya merupakan tugas dari
KPM/kader kesehatan, Kepala Desa/Lurah dan Perangkat Desa/ Kelurahan dengan
dukungan dari berbagai pihak, utamanya Pemerintah Daerah dan Pemerintah. Dengan
demikian kehadiran Fasilitator di desa dan kelurahan sudah sangat minimal, karena
perannya sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh para KPM/kader kesehatan.

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 23


Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa/Kelurahan Siaga Aktif sudah
berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses perencanaan Pembangunan Desa atau
Kelurahan dan mekanisme Musrenbang. Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak
di luar Pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursuskursus penyegar bagi
para kader, termasuk KPM/kader kesehatan, juga dikembangkan cara-cara lain untuk
memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut. Antara
lain melalui program Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan
Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun secara berjenjang sejak
dari tingkat Desa/Kelurahan sampai ke tingkat Nasional.
Dalam rangka pembinaan kelestarian juga diselenggarakan pencatatan dan pelaporan
perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang berjalan secara berjenjang dan
terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Desa yang diselenggarakan oleh
Kementerian Dalam Negeri.

N. Peraturan desa siaga


Menurut (Ferizal, 2018) :
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota, maka cakupan desa siaga
aktif sebesar 80% pada tahun 2015, dibidang promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK?X/2010 tahun 2010
tentang pedoman umum pengembangan dasa dan kelurahan siaga katif, maka salah satu
komponennya adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga
Tingkat pencapaian pembinaan PHBS di rumah tangga dapat diukur melalui sepuluh
indikator, sebagai berikut :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi ASI Ekslusif
c. Menimbang bayi setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali
h. Makan sayur dan buah setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 24


j. Tidak merokok di dalam rumah
Tenaga kesehatan masyarakat tentu tidak mungkin mengatasi masalah yang sedemikian
besar dengan segala keterbatasannya. Masalah yang terjadi bukan cuma tentang persoalan
SDM SKM yang berkualitas belaka, akan tetapi juga terkait kebijakan pembangunan dari
pemerintah berkuasa.

O. Implementasi program desa siaga


a. Definisi Implementasi
Menurut Wahab (1990, h.51) Implmentasi kebijakan merupakan aspek yang terpenting
dari keseluruhan proses kebijakan.
b. Pengertian Program
Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi
langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur
pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi.
c. Implementasi Program
Implementasi program adalah tindakantindakan yang dilaksanakan oleh individuindividu
atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interprestasi
dan penerapan.
d. Pengertian “Desa Siaga”
Seperti yang telah di sebutkan oleh Dinas Kesehatan Kota Madiun (2007), “Desa Siaga”
adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Dasar hukum keberadaan “Desa Siaga”
adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pengembangan Desa
Siaga.

P. Kriteria pengembangan
Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat
kriteria :
1. Tahap bina
Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau
lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya
kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompom persekutuan doa

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 25


2. Tahap tambah
Pada tahap ini, forum masyarakat desa telah aktif dan anggota forum mengembangkan
UKBM sesuai kebutuhan masyarakat, selain posyandu. Demikian juga dengan polindes
dan posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya
3. Tahap kembang
Pada tahp ini, forum kesehtan masyarakat telah berperan secara aktif, dan mampu
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat. Jika
selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya
pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat disorong lagi untuk mengembangkan
sistem yang sederhana dan dibutuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin
4. Tahap paripurna
Tahap ini, semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi. Masyarakat
sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat

Q. Penyelenggaraan kegiatan desa siaga


a. Dengan telah adanya poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan
sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan
kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis
masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang menimbulkan KLB,
penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS,
penyehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu,
diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti posyandu dan lain-lain
dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.
b. Secara berkala kegiatan desa siaga dibimbing dan dipantau oleh puskesmas, yang
hasilnya dipakai sebagia masukan untuk perencanaan dan pengembangan desa siaga
selanjutnya secara lintas sektoral

R. Kegiatan pokok desa siaga


a. Surveilans dan pemetaan
Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam kartu sehat keluarga.
Selanjutnya, semua informasi tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta desa
(spesial) dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes.
b. Perencanaan partisipatif

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 26


Perencanaan partisipatif dilaksanakan melalui survei mawas diri (SMD) dan
musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa siaga menentukan prioritas
masalaha, selanjutnya, melalui MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai target tersebut, selanjutnya melakukan penyusunan
anggaran.
c. Mobilisasi sumber daya masyarakat
Melalui forum desa siaga, masyarakat dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai
denan kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahn biaya
operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa menegmbangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat
penting agar desa siaga berkelanjutan (sustainable).
d. Kegiatan khusus
Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif mengatasi masalah
kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan tersebut adalah pedoman
standar yang sudah ada untuk program tertentu, seperti malaria, TBC, dll. Dalam
mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan
pihak puskesmas.
e. Monitoring kinerja
Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian dari surveilans rutin. Setiap
rumah tangga akan diberi kartu kesehatan keluarga untuk diisi sesuai keadaan dalam
keluarga tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari kartu kesehatan keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.

f. Manajemen keuangan
Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap tahun dari DHS-2 guna
mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan proposal yang diajukan dan proposal
tersebut sebelumnya sudah direview oleh dewan kesehatan desa, kepala desa, fasilitator,
dan puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana
tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.

S. Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga


Menurut (Makhudi, 2009) :
a. Indikator masukan (input), seperti ada/tidaknya forum masyarakat desa, poskesdes atau
sarananya, tenaga kesehatan, dan UKBM lain.

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 27


b. Indikator proses (process), seperti frekuensi pertemuan masyarakat desa, ada atau
tidaknya kunjungan rumah kadarzi dan PHBS, serta berfungsi atau tidaknya poskesdes,
UKBM yang ada, sistem kesipsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan bencana,
dan sistem surveilans (pengamatan dan pelaporan)
c. Indikator pengeluaran (output), seperti cakupan pelayanan kesehatan poskesdes,
pelayanan UKBM yang ada, rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS, serta jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
ataua diatasi
d. Indikator dampak (outcome), seperti jumlah jiwa yang menderita sakit (angka kesakitan
kasar) dan gangguan jiwa, jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia, juga jumlah
bayi dan balita yang meninggal dunia serta menderita gizi buruk
Menurut (Depkes,2009) :

T. Prinsip dasar perhitungan biaya pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
Menurut (Indonesia, 2010) :
a. Prinsip Dasar Penghitungan Biaya SPM Indikator Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
adalah:
1. Penghitungan Biaya Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif hanya
memperhitungkan aktivitas dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
2. Penghitungan biaya ini tidak memperhitungkan biaya investasi sarana dan prasarana.
3. Langkah Kegiatan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diterjemahkan ke
dalam variabel-variabel biaya. Penghitungan Pembiayaan ini dibagi atas kegiatan
tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat desa sehingga mempermudah
dalam penyusunan RABD Tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

U. Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008)


a. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir
b. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” kesiagaan masyarakat dapat
didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan masalah-
masalah yang mereka hadapi
c. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka
melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 28


tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu,
puskesmas, Dinkes, dan RSUD)
d. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai
program kesehatan
V. Peran dan fungsi kader kesehatan
Menurut (Makhudi, 2009) :
L.A. Gunawan (1980) memberikan batasan tentang kader kesehatan bahwa kader
kesehatan-dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes)-adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat
Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes Ri memberikan batasan kader, bahwa
kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan
dapat bekerja secara sukarela.

II. KONSEP DASAR DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


A. Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah
dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut
dengan nama lain atau kelurahan, yang:
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu
(Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan
dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
memiliki komponen
(1) Pelayanan kesehatan dasar,
(2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya
survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana
serta penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 29


B. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif
diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat. Pelayanan
ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti Puskesmas
Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit. Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu
kepada petunjuk-petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan
bimbingan dari Puskesmas.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan tenaga
kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa:
(1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil,
(2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui,
(3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta
(4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit.

C. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM


Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM yang ada di
desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Survailans berbasis
masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh
masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk
teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa:
1. Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan,dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.
2. Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat
3. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta (4)
Pelaporan kematian.
Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan
oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan,
dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-
kegiatannya berupa:

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 30


1. Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi.
2. Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan
mencegah faktor-faktor penyebab masalah.
3. Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat pengungsian.
4. Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah, dan (5) Pelayanan kesehatan
bagi pengungsi.
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman agar terhindar
dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari
Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa:
1. Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar
2. Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah dan limbah, dan lain-lain).
3. Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

D. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Yang menjadi salah satu indikator bagi
keberhasilan pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga. Akan
tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan mana pun pada saat
seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah tangga, PHBS harus dikembangkan dan
dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana
kesehatan. PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan kelurahan Siaga
Aktif meliputi perilaku sebagai berikut:

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 31


1. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui dirinya,
keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular.
2. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke Poskesdes/Pustu/ Puskesmas bila
terserang penyakit.
3. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan.
4. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu).
5. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (terutama bagi perempuan
termasuk pada saat hamil dan menyusui).
6. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak.
8. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan.
9. Mengonsumsi Kapsul Vitamin A bagi ibu nifas.
10. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan).
11. Memberi Makanan Pendamping ASI.
12. Memberi Kapsul Vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan Februari dan Agustus.
13. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta
14. menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA untuk memantau
pertumbuhannya.
15. Membawa bayi/anak, ibu, dan wanita usia subur untuk diimunisasi.
16. Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan Diare.
17. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam keadaan darurat
(misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dan lain-lain).
18. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk bantuan
bagi pengobatan dan persalinan. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana.
19. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
20. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
21. Menggunakan jamban sehat
22. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan menggunakannya.
23. Memberantas jentik-jentik nyamuk.
24. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, desa/kelurahan maupun
di lingkungan pemukiman.
25. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
26. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan menyalahgunakan napza serta
bahan berbahaya lain.
27. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau sarana kesehatan lain.
28. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Warung Hidup di
halaman masing-masing rumah atau secara bersama-sama (kolektif).
29. Melaporkan kematian.
30. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan.
31. Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS.

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 32


Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan10 (sepuluh)
perilaku yang merupakan indikator yaitu (1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2)
memberi ASI eksklusif kepada bayi, (3) menimbang berat badan balita, (4) menggunakan
air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat,
(7) memberantas jentik nyamuk, (8) mengonsumsi sayur dan buah setiap hari, (9)
melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak merokok di dalam rumah. Di tatanan rumah
tangga, Kepala Rumah Tangga harus menjadi panutan dan mendorong anggota rumah
tangganya untuk mempraktikkan PHBS. Ia juga bertanggung jawab untuk mengupayakan
sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Rumah Tangga. Di tatanan institusi
pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pesantren, seminari, dan sejenisnya,
pemilik institusi pendidikan dan para pendidik merupakan panutan dan mendorong anak
didiknya dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk
mengupayakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan.
Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, toko, kantor/perusahaan, dan lain-lain, pemilik dan
pengelola tempat kerja tersebut harus menjadi panutan dan mendorong para pekerja/
karyawannya dalam mempraktikkan PHBS. Pemilik
dan pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Tempat Kerja. Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun,
terminal, pelabuhan, bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat hiburan, tempat
rekreasi/pariwisata, tempat ibadah, dan lain-lain sejenis, pemilik dan pengelola tempat
umum harus menjadi panutan dan mendorong para pekerja/karyawan dan pengunjungnya
dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk menyediakan sarana
dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat-tempat Umum. Di tatanan institusi
kesehatan seperti Pustu, Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan lain-lain, pemilik/pengelola
dan para petugasnya merupakan panutan dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam
mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Kesehatan.
E. Kriteria

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 33


Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa
dan Kelurahan.
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau
memberikan pelayanan setiap hari .
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis masyarakat, (b)
penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c) penyehatan lingkungan.
5. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari
masyarakat dan dunia usaha.
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan
di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa atau
kelurahan.
III. PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program lanjutan dan
akselerasi dari program Pengembangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan
masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam
memecahkan masalah-masalah kesehatannya. Oleh karena merupakan upaya pembangunan
desa dan kelurahan, maka program ini memerlukan peran aktif dari berbagai pihak mulai
dari pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, sampai ke desa dan kelurahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ferizal.(2018). Ferizal Sang Pelopor Sastra Novel Dokter Gigi NKRI.Jakarta:Cv jejak

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 34


Indonesia, K. K. (2010). Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan Desa Dan
Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.
Makhudi, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
http://promkes.kemkes.go.id/desa-siaga

DESA SIAGA DAN DESA SIAGA AKTIF Page 35

Anda mungkin juga menyukai