Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

I DENGAN
GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RSJ. PROF. DR.
MUHAMMAH ILDREM

OLEH :

UDUR HALIMAH PINTUBATU

200207030

PROGRAM STUDI III KEPERAWATAN


FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA MEDAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan kepada penulis dan atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn.I dengan Gangguan Skizofernia Paranoid : Halusinasi
Pendengaran di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan”. Dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih
kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Elsarika Damanik, SST, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Flora Sijabat, S.Kep, Ns. MNS selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Jek Amidos Pardede M.Kep, Sp.Kep J selaku Koordinator Pendidikan
Profesi Ners dan Koordinator Stase Keperawatan Jiwa serta dosen
pembimbing Stase Keperawatan Jiwa.
6. Dr. Indra Wahyu Kesuma, selaku KA. bidang pendidikan dan pelatihan
perawat UPTD. Khusus Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M Ildrem.
7. Lenny Khairani,S.Kep, Ns, M.Kep, S.kep selaku pembimbing klinik di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Medan, 25 Februari 2023

Udur Halimah Pintubatu


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju, modern dan industri, yaitu penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2014). gangguan jiwa tersebut ketidak
mampuan serta invaliditas tidak baik secara individu maupun kelompok akan
menghambat pertumbuhan pada individu dan lingkungan, karena mereka tidak
produktif dan tidak efisien. Salah satu jenis gangguan jiwa psikososial
fungsional yang terbanyak adalah Skizofrenia dengan tanda dan gejala
halusinasi merupakan suatu gangguan psikotik yang dapat di tandai dengan
gangguan utama pikiran, persepsi, emosi dan perilaku (APA, 2015; Davidson,
neale & kring 2015). Jenis halusinasi yang umum terjadi yaitu halusinasi
pendengaran dan halusinasi penglihatan. Halusinasi pendengaran tanpa di
jumpai adanya rangsangan dari luar, walaupun dampak sesuatu yang khayal
halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita
yang teresepsi (Yosep, 2016).
Berdasarkan data dari (WHO, 2013) ada sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian dari (Pardede, &
Hasibuan, 2019). Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia di Indonesia,
estimasi jumlah penderita skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk Riskesdas 2013, sedangkan Riskesdas 2018
juga menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia
telah berobat. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat
mencapai 2,5 juta orang. Di Provinsi Sumatera Utara sendiri penderita
skizofrenia menduduki peringkat ke 21 dengan nilai privlalensi 6,3.%, setelah
Provinsi Jawa Timur (Kemengkes, 2019).
Halusinasi pendengaran di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi meliputi, faktor
perkembangan, faktor biologi, dan faktor social budaya. Sedangkan pada 3
faktor presipitasi terjadinya halusinasi pendengaran meliputi faktor internal
maupun eksternal seperti stressor sosial budaya dan stressor biokimia.
Penyebab yang terjadi pada pasien halusinasi pendengaran tersebut dapat
menyebabkan koping individu inefektif seperti ketidak berdayaan,
menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari
lingkungan, tidak mampu menerima realita dengan rasa syukur sehingga hal
tersebut dapat menyebabkan harga diri rendah kronik pada pasien. Jika harga
diri rendah kronik pada pasien tidak segera ditangani, maka pasien tersebut
akan mengalami isolasi sosial karena mereka lebih suka untuk menyendiri
dari pada bergabung dengan teman-temannya karena menurut mereka tidak
ada yang bisa membantunya dalam menyelesaikan masalah. pasien merasa
bosan dan lambat menghabiskan waktu, pasien merasa tidak berguna. Isolasi
sosial yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan masalah yang lebih serius
jika tidak segera diatasi seperti halusinasi. Halusinasi yang dialami oleh pasien
dikarenakan pasien lebih suka menyendiri dan tidak mau bersosialisasi
kepada orang lain sehingga menimbulkan kenyamanan terhadap
kesendiriannya. Kesendiriannya dapat mengakibatkan munculnya perasaan
perasaan seperti melihat seseorang ataupun mendengar seseorang berbicara.
Ketika pasien sudah memasuki pada fase halusinasi dan tidak segera diatasi,
masalah yang serius lagi yang akan di alami oleh pasien yaitu PK atau
perilaku kekerasan, sehingga proses penyembuhan pada pasien akan menjadi
lama (Menurut Damaiyanti 2017).
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dapat di
lakukan dengan memberikan asuhan keperawatan dan tindakan terapi. 4
Asuhan keperawatan yang di lakukan pada pasien halusinasi pendengaran
yaitu membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab halusinasi pendengaran, membantu pasien mengenali ke untungan
dari membina hubungan dengan orang lain, membantu pasien mengenal
kerugian dari tidak membina hubungan, membantu pasien untuk berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap.
Sedangkan pada terapi, ada beberapa macam terapi yang dapat di lakukan
pada pasien halusinasi pendengaran salah satunya yaitu terapi aktivitas
kelompok. Terapi aktivitas kelompok terdiri dari terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok orientasi realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
Pada penelitian ini penulis melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 7 sesi dengan indikator pada sesi
ke-1 pasien halusinasi pendengaran dapat memperkenalkan dirinya dengan
baik, sesi ke-2 pasien halusinasi pendengaran dapat berkenalan dengan orang
lain secara baik, pada sesi-3pasien halusinasi pendengaran dapat bercakap-
cakap dengan orang lain secara baik, sesi ke-4 pada terapi aktivitas kelompok
sosialisasi pasien halusinasi pendengaran dapat bercakapcakap topik tertentu
dengan baik, sesi ke-5 pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi pasien
halusinasi pendengaran dapat bercakap-cakap masalah pribadi dengan baik,
sesi ke-6 pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi pasien halusinasi
pendengaran dapat bekerja sama dengan orang lain secra 5 baik, dan pada
sesike-7 pasien halusinasi pendengaran dapat bersosialisasi dengan baik
kepada orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan pada makalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.I dengan Gangguan
Skizofrenia Paranoid : Halusinasi Pendengaran.”
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.I dengan gangguan
Skizofrenia Paranoid : Halusinasi Pendengaran di RSJ. Prof. Dr. Muhammad
Ildrem.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. I dengan gangguan
Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang ada pada Tn.
I dengan gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan pada Tn.I
dengan gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.I
dengan gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn.I
dengan gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang
diberikan pada Tn.I dengan gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi
pendengaran.

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis sebagai gambaran penerapan tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Tn. I dengan Gangguan Skizofrenia Paranoid :
Halusinasi Pendengaran.

1.4.2. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan yang dapat diperlukan selama pelaksanaan ataupun
keperawatan pada praktik pelayanan keperawatan jiwa dengan diagnosa
Skizofrenia Paranoid : Halusinasi Pendengaran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Halusinasi
2.1.1. Defenisi
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati,
2010) dalam laporan (Ananda, 2019). Halusinasi adalah salah satu gangguan
jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi sensori tentang suatu
objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan
dari luar meliputi suara dan semua sistem penginderaan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan). (Fitria, 2010) Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Halusinasi adalah persepsi
yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari
luar meliputi semua sistem panca indera. (Damaiyanti, 2012). Halusinasi
merupakan salah satu bentuk perilaku yang sering ditemukan pada pasien
dengan gangguan jiwa (Arisandy, 2020).

2.1.2. Jenis Halusinasi


Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) jenis halusinasi antara lain:
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu kadang untuk membahayakan.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadangkadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dimensia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain, dan merasa ada serangga dipermukaan
Kulit.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
sehingga sering meludah dan muntah.
2.1.3. Tanda dan Gejala
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Bicara, senyum / tertawa sendiri.
2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
3) Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
5) Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan. 8) Menarik diri, menghindari dari orang
lain.

2.1.4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang didapat yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
Faktor predisposisi dapat meliputi faktorbiologis, perkembangan,
sosiokultural, biokimia, faktor psikologis, faktor genetik. (Fitria, 2010)
1) Faktor biologis Menurut Stuart 2010, Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalahmasalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil(cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Faktor perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami
hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan
strees dan mengalami kecemasan. (Fitria, 2010) Rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
3) Faktor Sosiokultural Individu yang merasa tidak diterima lingkungan
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungan.
4) Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan maka
didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu hormon yang dapat bersifat
halusigenik neurokimia seperti buffenon dan dimethytransferase
(DMP). (Fitria, 2010). Akibat stress yang berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neuro transmitter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetycholin dan dopamin.
5) Faktor psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien. (Stuart, 2010)
6) Faktor genetic Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum
diketahui, tetapi hasil study menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
(Fitria, 2010)
b. Faktor presipitasi Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi
ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan,
seperti partisipasi klien dalam kelompok, suasana sepi atau terisolasi
sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik. (Fitria, 2010). Pemicu gejala yang
sering menimbulkan episode baru suatu penyakit yang biasanya terdapat
pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu:
1) Kesehatan seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat
sistem saraf pusat, gangguan proses informasi, kurang olahraga,
alam perasaan abnormal dan cemas.
2) Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam
hubungan interpersonal, masalah perumahan, stress, kemiskinan,
tekanan terhadap penampilan, perubahan dalam kehidupan dan pola
aktifitas sehari-hari, kesepian ( kurang dukungan) dan tekanan
pekerjaan.
2.1.5. Akibat yang di timbulkan
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat
beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan Gejala :
1) Memperlihatkan permusuhan
2) Mendekati orang lain dengan ancaman
3) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5) Mempunyai rencana untuk melukai

2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi yaitu dengan cara sebagai berikut:
1) Menghardik Halusinasi Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk
mengatasinya, klien harus berusaha melawan halusinasi yang
dialaminya secara internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak
mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila
halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi,
jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi
2) Berinteraksi dengan orang lain Klien dianjurkan meningkatkan
keterampilan hubungan sosialnya. Dengan meningkatkan intensitas
interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi persepsinya pada
orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika
berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus
perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber
halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua
yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien akibat halusinasi, sebaiknya
pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan
agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu
juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien
diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya
disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong
pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
4) Melaksanakan program terapi dokter Sering kali klien menolak obat
yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang
diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya,
serta reaksi obat yang diberikan. Menggali permasalahan klien dan
membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif
dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah klien yang
merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan
keluarga klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
5) Memberi aktivitas pada klien Klien diajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau
melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien
diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
6) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga
klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian
ia sering mendengar lakilaki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di
dekatnya suarasuara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar
klien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada
keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien sendirian
dan saran yang diberikan tidak bertentangan. Farmakologi:
1) Anti psikotik:
o Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
o Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
o Stelazine
o Clozapine (Clozaril)
o Risperidone (Risperdal)
2) Anti parkinson:
o Trihexyphenidile
o Arthan
2.1.7. Rentang Respon Neurologis
Menurut Kusuma (2010) dijelaskan Rentang Respon Neurobiologi
gangguan persepsi sensori : halusinasi, yaitu :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh normanorma
sosial budaya yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut. Respon adaptif ini antara lain : Pikiran logis adalah
pandangan yang mengarah pada kenyataan. Persepsi akurat adalah
pandangan yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli. Perilaku
sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas a) Pikiran
Logis
b. Persepsi Akurat
c. Emosi Konsisten
d. Perilaku Sesuai
e. Hubungan Sosial
a) Distorsi pikiran
b) Ilusi
c) Menarik Diri
d) Reaksi Emosi
e) Perilaku tidak biasa
f) Waham
g) Halusinasi
h) Sulit Berespons
i) Perilaku Disorganisasi
j) Isolasi Sosial
kewajaran. Hubungan sosial adalah proses suatu interkasi dengan
orang lain dan lingkungan.
b. Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun respon maladaptive ini meliputi : Kelainan pikiran yaitu keyakinan
yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial. Halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah satu persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
Perilaku tidak teroganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagi sesuatu kecelakaan
yang negative mengancam.

2.1.8. Pohon Masalah


Resiko mencederai diri, orang lain dan Akibat
lingkungan

Perubahan persepsi sensori:halusinasi Core problem


pendengaran

Isolasi diri : menarik diri Penyebab

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan
evaluasi. (Keliat, 2014)
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data pengkajian dalam teknis pengisian formulir klien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi antara lain:
1) Identitas klien dan penanggung jawab Pada identitas mencakup
nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan dan hubungan klien dengan penangguang.
2) Alasan dirawat Alasan dirawat tersebut meliputi keluhan utama dan
riwayat penyakit yang dialami klien. Keluhan utama berisi tentang
sebab klien atau keluarga datang ke rumah sakit dan keluhan klien
saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi
dan presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor
pendukung klien yang mengalami gangguan persepsi sensori:
halusinasi. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang
membuat klien mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3) Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan
yang menyangkut tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu. Pengukuran berat badan, tinggi badan. Kalau ada keluhan
fisik dari klien bisa ditulis dipengkajian ini.
4) Psikososial Dalam psikososial dicantumkan genogram yang
menggambarkan tentang pola interaksi, faktor genetik dalam
keluarga berhubungan dengan gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji
tentang konsep diri, hubungan social serta spiritual. Dalam konsep
diri data yang umumnya didapat pada klien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi.
5) Status mental Pada status mental didapat data yang sering muncul
yaitu motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih,
adanya perubahan sensori / persepsi halusinasi yang terjadi pada
klien.
6) Kebutuhan persiapan pulang Mencakup hal-hal tentang kesiapan
klien untuk pulang atau untuk menjalani perawatan di rumah yaitu
makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah
dan aktivitas di luar rumah.
7) Mekanisme koping Merupakan mekanisme yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri.
8) Pengetahuan Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang
penyakit jiwa yang dialami oleh klien, faktor presipitasi, sistem
pendukung, koping dan lain-lain.
9) Aspek medik Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan
terapi medik yang dijalani klien. Serta dicantumkan data hasil
laboratoriumnya.
2.2.2. Masalah Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan Pendengaran
b. Isolasi sosial b.d perubahan status mental
c. Resiko Perilaku kekerasan d.d Halusinasi

2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Gangguan perse psi Setelah dilakukan 1. Manajemen
sensori b.d Gangguan tindakan keperawatan Halusinasi Observasi
Pendengaran selama 1x8 jam 2. Monitor Perilaku
diharapkan persepsi yang mengindikasi
sensori membaik dengan halusinasi
kriteria hasil : 3. Monitor isi halusinasi
1. Verbalisasi Terapeutik
mendengar 1. Pertahankan
bisikan dari lingkungan yang aman
menurun menjadi 2. Diskusikan perasaan
meningkat dan respons terhadap
2. Perilaku halusinasi
halusinasi Edukasi
meningkat 1. Anjurkan memonitor
3. Menarik diri sendiri situasi
meningkat terjadinya halusinasi
4. Konsentrasi 2. Anjurkan bicara pada
membaik orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif
terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan
distraksi
4. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
pemberian obat anti
psikotik dan anti
ansietas, jika perlu
Isolasi sosial b.d Setelah dilakukan Promosi sosialisasi
perubahan status mental tindakan keperawatan Observasi 1. Identifikasi
selama 1x8 jam kemampuan melakukan
diharapkan keterlibatan interaksi dengan orang
sosial meningkat dengan lain
kriteria hasil : 2. Identifikasi hambatan
1. Minat berinteraksi melakukan interaksi
menjadi meningkat dengan orang lain
2. Minat terhadap Terapeutik
aktivitas meningkat 1. Motivasi
3. Perilaku menarik meningkatkan
diri menurun keterlibatan dalam
4. Kontak mata suatu hubungan
meningkat 2. Motivasi
berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
3. Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
4. Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus
5. Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi
Resiko Perilaku Setelah dilakukan Pencegahan Perilaku
kekerasan d.d Halusinasi tindakan keperawatan kekerasan Observasi
selama 1x8 jam 1. Monitor adanya
diharapkan kontrol diri benda yang
meningkat dengan berpotensi
kriteria hasil : membahayakan
1. Verbalisasi ancaman 2. Monitor selama
kepada orang lain penggunaan barang
meningkat yang yang dapat
2. Perilaku menyerang membahayakan
meningkat Terapetik
3. Perilaku melukai diri 1. Pertahankan
sendiri/orang lain lingkungan bebas dan
meningkat bahaya secara rutin
4. Perulaku merusak 2. Libatkan keluarga
lingkungan sekitar dalam perawatan
meningkat Edukasi
5. Perilaku 1. Anjurkan pengunjung
agresif/amuk dan keluarga untuk
meningkat mendukung
keselamatan pasien
2. Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal

2.2.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dan
kesehatan ( Kozier, 2011). Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk di
kerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan ( Zaidin, 2014).
2.2.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelekrual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
kemampuan pasien meliputi :
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
h) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Ruang Rawat : GMO
Tanggal Rawat : 15-08-2022
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. I
Tanggal pengkajian : 21-02-2023
Umur : 70 Tahun
MR. No : 047412
Informan : Status klien dan wawancara dengan klien

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Marah-marah dan mengamuk

III. FAKTOR PREDISPOSISI


Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dengan
pengobatan berhasil karena klien teratur minum obat, namun penyakit
yang diderita kambuh kembali dikarenakan pasien pernah terlambat
minum obat. Saat ini pasien masih sering mendengar suara-suara,
namun suaranya tidak jelas. Masalah Keperawatan : Halusinasi
Pendengaran
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, saat ini klien tinggal bersama keluarganya. Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
Klien mengatakan sering bertengkar dengan istrinya sehingga pasien
diceraikan oleh istrinya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

IV. FISIK
Tanda vital: TD : 130/90 mmHg N : 96 x/menit S : 36,9 ºC P : 24
x/menit. 2. Ukur : TB : 170 cm BB : 70 Kg
keluhan fisiknya tidak ada masalah yang dialami klien Masalah
Keperawatan : Tidak ada

V. PSIKOSOSIAL

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien
: Meninggal

Jelaskan : Tn. I merupakan pasien yang saat ini tinggal bersama


keluarganya. Status Tn. I duda (diceraikan istri) dengan memiliki
empat anak dengan kondisi yang sekarang yang lagi terganggu dengan
sering mendengar hal-hal yang tidak jelas dan suara aneh-aneh
sehingga harus
mengkonsumsi obat anti penenang (Obat anti gangguan jiwa)
MK : gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Jelaskan : Klien berpakaian tidak rapi. Klien mengatakan mandi 2
kali sehari dan pakaian diganti setiap kali mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Jelaskan : Pembicaraan klien saat dikaji cukup kooperatif, klien
mau bercara tetapi harus didahului, bicara klien sesuai apa yang
ditanyakan tetapi terkadang tidak nyambung atau tidak sesuai
dengan apa yang dibicarakan. Klien berbicara cepat dan keras
dengan kontak mata tahan lama.
3. Aktivitas Motorik
Jelaskan : Aktivitas motorik klien yaitu klien terkadang terlihat
gelisah, namun klien melakukan kegiatannya sehari-hari ditempat
tinggal seperti berjalan-jalan ke depan rumah.
4. Alam perasaaan
Jelaskan : Klien mengatakan perasaan khawatir jika suara suara
yang didengarnya muncul lagi.
5. Afek
Jelaskan : Afek klien sesuai dengan stimulus pada saat sedih
ekspresi wajah sedih, pada saat senang eskpresi wajah senang ceria
6. Interaksi selama wawancara
Jelaskan : Interaksi selama wawancara klien mau berinteraksi bila
didahului, kontak mata ada tetapi tidak tahan lama.
7. Persepsi
Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang
tidak nyata. Suara bisikan tersebut datang tidak menentu kapan
biasanya 1 kali sebulan atau 1 kali dalam seminggu, lamanya
kurang lebih 3 menit, suara bisikian itu samar-samar, klien juga
tidak merasa takut jika suara itu muncul karena pasien mampu
menghardik jika suara-suara itu datang.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
8. Proses Pikir
Jelaskan : Ketika klien diajak berbicara, pembicaraan klien
berbelitbelit tetapi sampai pada tujuan sesuai dengan topik dan
mampu menjelaskan apa yang terjadi.
9. Isi pikir
Jelaskan : Isi pikir klien selalu memikirkan kesembuhan dan klien
mengalami halusinasi pendengaran.
10. Waham
Jelaskan : Isi pikir klien selalu memikirkan kesembuhan dan klien
mengalami halusinasi pendengaran
11. Kesadaran
Jelaskan : Tingkat kesadaran klien tampak baik.
12. Memori
Jelaskan : Hasil pengkajian memori daya ingat klien menurun
antara lain daya ingat jangka panjang pasien melupakan tanggal
lahirnya sedangkan daya ingat jangka pendek pada klien tidak
mampu mengingat obat-obatan yang pernah dikonsumsi sementara
daya ingat saat ini didapatkan klien mampu mengingat tanggal hari
ini saat pengkajian yaitu senin 20 Februari 2023.
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Klien mampu berkonsentrasi terhadap pembicaraan yang
dilakukan
14. .Kemampuan penilaian
Jelaskan :Kemampuan penilaian, Klien mampu mengambil
keputusan sederhana seperti mandi terlebih dahulu sebelum
beraktivitas.
15. Daya tilik diri
Jelaskan : Daya tilik diri, klien mengatakan mengalami halusinasi
sehingga klien tidak mengingingkari penyakit yang diderita.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Makan
Bantuan Minimal Bantuan Total

BAB/BAK
Bantuan Minimal Bantuan Total

Jelaskan : ________________________

MasalahKeperawatan :__________________________

Mandi
Bantuan Minimal Bantuan Total

Berpakaian /berhias
Bantuan Minimal Bantuan Total

Istrahat dan tidur


Tidur siang lama:…………………s/d…………………......

Tidur malam lama………………s/d…………………........

Kegiatan sebelum/sesudah:………………………………..

Penggunaan obat
Bantuan Minimal Bantuan Total

Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak

Perawatan Lanjutan Ya Tidak

Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan Ya Tidak

Menjaga Kerapian rumah Ya Tidak


Mencucipakaian Ya Tidak

Pengaturankeuangan Ya Tidak

Kegiatandiluarrumah
Belanja Ya Tidak

Menjaga Kerapian rumah Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

VIII. MEKANISME KOIPING


Adaptif : Bicara dengan orang lain
Maladaptif : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Jelaskan : Klien dapat diterima baik dengan masyarakat dan
keluarganya.

X. PENGETAHUAN KURANG
Jelaskan : Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit jiwa yang
diderita tetapi kurang mengetahui tentang faktor pemicu terjadinya
penyakit tersebut.
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik:Pasien dengan jenis obat yang pernah dikonsumsi
1. HLP 1,5 Mg (1-0-0 )
2. Clozapine 25 mg ( 0-0-1/2 )

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


MK : gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
XIII. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan Akibat
lingkungan

Perubahan persepsi sensori:halusinasi Core problem


pendengaran

Isolasi diri : menarik diri Penyebab

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

3.2. Analisis Data


Data Masalah
Data subjektif : Gangguan Persepsi Sensori:
1. Klien mengatakan sering mendengar Halusinasi pendengaran
suara-suara yang tidak nyata , namun
terkadang suaranya tidak jelas.suara
tersebut datang saat klien sedang
sendiri. Suara bisikan itu tidak jelas
bunyinya 1-2 kali dan klien menutup
telinga lalu tidur untuk
menghilangkan suara tersebut.
Data objektif :
1. Interaksi selama wawancara klien
mau berinteraksi bila didahului,
kontak mata ada tetapi tidak tahan
lama, klien tampak gelisah dan
curiga

3.3. Prioritas Masalah


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

3.4. Diagnosa Keperawatan


Resiko Perilaku Kekerasan : orang lain (Akibat)
dan lingkungan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (Core Problem)


pendengaran

Gangguan interaksi sosial : Menarik diri (Penyebab)

3.5. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Gangguan Klien mampu: Setelah 1 kali SP 1 P
Sensori 1. Membina pertemuan, 1. Identifikasi
Persepsi: hubungan saling diharapkan: halusinasi: isi,
Halusinasi percaya 1. Verbalisasi frekuensi, waktu
Pendengara 2. Mengenal mendengar terjadi, situasi
n halusinasi yang bisikan pencetus, perasaan
dialami menurun dan respon.
3. Mengontrol 2. Isi, waktu, 2. Jelaskan cara
halusinasi frekuensi, mengontrol
4. Mengikuti situasi, halusinasi: Hardik,
pengobatan secara pencetus, obat, bercakapcakap,
optimal perasaan dan melakukan kegiatan.
respon membaik 3. Latih cara mengontrol
3. Mampu halusinasi dengan
memperagakkan menghardik.
cara dalam 4. Masukkan dalam
mengontrol jadwal kegiatan untuk
halusinasi latihan menghardik.
dengan baik.
Setelah 2 kali SP 2 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: menghardik. Berikan
1. Menyebutkan pujian
kegiatan yang 2. Latih cara
sudah dilakukan mengontrol
dan halusinasi dengan
2. Memperagakkan obat (jelaskan 7
cara 6 benar benar :pasien,obat,
minum obat dosis,waktu, cara
dengan benar pemberian,
dokumentasi dan
informasi )
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik dan
minum obat
Setelah 3 kali SP 3 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: latihan
1. Menyebutkan menghardik,
kegiatan yang minum obat. Beri
sudah dilakukan pujian
dan 2. Latih cara
2. Memperagakkan mengontrol
cara halusinasi dengan
bercakapcakap bercakap-cakap
dengan orang saat terjadi
lain halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat dan
bercakap-cakap
Setelah 4 kali SP 4 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: latihan menghardik,
1. Menyebutkan minum obat,
kegiatan yang bercakap-cakap.
sudah dilakukan Berikan pujian
dan 2. Latih cara mengontrol
2. Membuat halusinasi dengan
jadwal sehari- melakukan kegiatan
hari dan mampu harian (mulai 2
melakukannya kegiatan yaitu
(minimal dua merapikan tempat
kegiatan) tidur dan menyapu)
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik,
minum obat,
bercakap-cakap dan
kegiatan harian.
Gangguan Keluarga mampu: Setelah 3-4 kali SP 1 K
Sensori 1. .Mengenal masalah pertemuan, 1. Diskusikan masalah
Persepsi: halusinasi dan diharapkan keluarga yang dirasakan
Halusinasi masalah yang mampu: keluarga dalam
Pendengara dirasakan dalam 1. Mengarahkan, merawat pasien
n merawat pasien merawat dan halusinasi
2. Mengenal tanda melatih pasien 2. Jelaskan pengertian
gejala kekambuhan dalam halusinasi, tanda dan
yang memerlukan mengontrol gejala halusinasi,
rujukan segera halusinasi jenis halusinasi serta
kefasilitas proses terjadinya
kesehatan halusinasi
3. Merawat pasien 3. Jelaskan cara latihan
halusinasi dengan menghardik
baik halusinasi
4. Menciptakan 4. Latih keluarga cara
suasana keluarga merawat pasien
dan lingkungan dengan cara
untuk mengontrol menghardik
halusinasi 5. Anjurkan membantu
5. Memanfaatkan pasien sesuai jadwal,
fasilitas pelayanan beri pujian
kesehatan untuk
folow up pasien SP 2 K
secara teratur 1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/ melatih
pasien dengan
menghardik, beri
pujian
2. Jelaskan keluarga cara
6 benar minum obat
3. Latih keluarga cara
merawat pasien
halusinasi dengan
minum obat teratur
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal,
beri pujian
SP 3 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/Memban tu
pasien menghardik,
minum obat teratur,
beri pujian
2. Jelaskan cara
bercakap-cakap dalam
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan
waktu bercakap-cakap
dengan keluarga
pasien terutama saat
halusiansi
4. Anjurkan keluarga
membantu pasien
sesuai jadwal, beri
pujian
SP 4 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/ melatih
pasien cara
menghardik,
minum obat teratur
dan bercakap-
cakap, beri pujian
2. Latih keluarga cara
merawat pasien
dengan mengontrol
halusinasi melalui
kegiatan seharihari/
kegiatan harian
3. Jelaskan folow up
PKM tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan keluarga
membantu pasien
sesuai dengan
jadwal dan beri
pujian.

3.6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi Evaluasi
SP1P S:
1. Mengidentifikasi halusinasi: isi, 1. Klien mengatakan sudah mampu
frekuensi, waktu terjadi, situasi menghardik dengan cara menutup
pencetus, perasaan dan respon. telinga sambil mengatakan pergi
Hasil : Klien mengatakan pergi saya tidak mau dengar kamu
halusinasinya biasa terdengar suara palsu.
dengan suara bisikan, suara O :
tersebut datang saat klien sedang 1. Klien kooperatif, klien
sendiri. Suara bisikan itu tidak tampak menutup telinga saat
jelas bunyinya 1-2 kali dan klien menghardik halusinasi. Klien
menutup telinga lalu tidur untuk tampak mudah beralih.
menghilangkan suara tersebut.
2. Menjelaskan cara mengontrol A : Halusinasi Pendengaran (+)
halusinasi: menghardik, P : 1. Evaluasi SP1P cara menghardik
meminum obat, bercakapcakap, SP2P : Ajarkan klien cara mengontrol
dan melakukan kegiatan. Hasil : halusinasi dengan minum obat
Klien mengerti apa yang di
sampaikan
3. Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
Hasil : Klien mau berlatih
mengontrol halusinasi
4. Memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik. Hasil : Klien setuju
dan memasukkannya di jadwal
harian
SP2P S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mengatakan sudah mampu
menghardik. Beri pujian Hasil : menghardik halusinasi.
Klien mampu melakukan SP1P 2. Klien mengatakan saat
yaitu dengan cara menghardik halusinasinya mulai timbul, klien
2. Melatih cara mengontrol segera meminum obatnya.
halusinasi dengan minum obat O :
saat terjadi halusinasi Hasil : 1. Klien tampak mampu mengontrol
klien sudah mengkonsumsi halusinasi dengan minum obat 6
obatnya yang sudah diambil di benar.
Rumah sakit. 2. Klien tampak sudah
3. Menjelaskan 6 benar : Jenis, mengkonsumsi obat dengan jenis
guna, dosis, frekuensi, cara, obat HLP 1,5 Mg(1-0-0), dan
kontinuitas minum obat) Clozapine 25 teratur dan
Hasil:Klien mengatakan obatnya biasanya juga pasien lupa
ada 2 macam yaitu HLP 1,5 meminumnya sesekali
Mg(1-0-0), Clozapine 25 mg(0- 3. Memasukkan pada jadwal
0-1/2), Klien meminum obat kegiatan untuk latihan
secara teratur dan biasanya juga menghardik dan minum obat.
pasien lupa meminumnya Hasil :Klien setuju dan
sesekali memasukkannya ke jadwal harian
4. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.
Hasil :Klien setuju dan
memasukkannya ke jadwal
harian
SP3P S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mengatakan sudah mampu
mengahardik dan minum obat. mengontrol halusinasi.
Berikan pujian Hasil : Klien 2. Klien mencari teman untuk
mampu melakukan bercakapcakap atau berbincang-
SP2P yaitu dengan cara minum bincang dengan keluarganya di
obat rumah
2. Melatih cara mengontrol O :
halusinasi dengan cara bercakap- 1. Tampak klien dapat mengontrol
cakap. Hasil: Klien mampu halusinasi dengan benar.
bercakapcakap dengan 2. Klien nampak bercakap-cakap
keluarganya dengan saudaranya dan dengan
3. Memasukkan pada jadwal anggota keluarganya yang lain.
kegiatan untuk latihan A : Halusinasi Pendengaran (+) P : 1.
menghardik, minum obat dan Evaluasi
bercakap-cakap. Hasil : Klien SP 1,2,3 P cara mengontrol halusinasi
setuju dan memasukkannya ke 2. Lanjutkan
jadwal harian SP4 P: Ajarkan klien cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian
SP4P S:
1. Mengevaluasi kegiatan 1. Klien mengatakan sudah mampu
menghardik, minum obat dan mengontrol halusinasi.
bercakap-cakap. Berikan pujian 2. Klien mengatakan dapat
Hasil : Klien mampu melakukan mengontrol halusinasi dengan
SP3P yaitu mengontrol halusinasi melakukan kegiatan harian
dengan bercakap-cakap dan O :
melakukan kegiatan harian. 1. Klien tampak sudah mampu
2. Melatih cara mengontrol mengontrol halusinasi
halusinasi dengan melakukan 2. Klien mampu melakukan
kegiatan harian Hasil:Klien kegiatan yaitu merapikan tempat
mampu melakukan kegiatan tidur dan membersihkan dengan
harian yaitu dengan merapikan menyapu
tempat tidur dan menyapu A : Halusinasi Pendengaran (+)
3. Mengajarkan kegiatan harian P : Evaluasi Sp1234 cara mengontrol
(mulai 2 kegiatan) Hasil : klien halusinasi
mau dan bersedia melakukan
kegiatan harian
4. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan harian Hasil : Klien
setuju dan memasukkannya ke
jadwal harian
SP 1 K S:
1. Mendiskusikan masalah yang 1. Keluarga pasien mengatakan
dirasakan keluarga dalam terkadang masih khawatir
merawat pasien halusinasi Hasil: memikirkan kondisi yang alami
Keluarga klien khawatir, jika pasien
pasien kambuh 2. Keluarga pasien mengerti
2. Menjelaskan pengertian tentang cara merawat pasien
halusinasi, tanda dan gejala Halusinasi
halusinasi, jenis halusinasi serta O:
proses terjadinya halusinasi 1. Keluarga klien tampak
Hasil: Keluarga pasien mengerti memikirkan kondisi pasien saat
dan memahami apa yang di ini
sampaikan 2. Keluarga klien tampak sudah
3. Menjelaskan cara latihan mengerti dengan penjelasan
menghardik halusinasi Hasil: terkait halusinasi
Keluarga pasien mengerti 3. Keluarga tampak memperagakan
bagaimana cara merawat pasien cara menghardik pada klien
halusinasi halusinasi
4. Melatih keluarga cara merawat A: Keluarga mampu merawat klien
pasien dengan cara menghardik secara mandiri, masalah teratasi
Hasil: keluarga klien mengerti sebagian
merawat pasien halusinasi P: 1. Evaluasi
5. Menganjurkan membantu pasien SP 1 K Melatih keluarga mengontrol
sesuai jadwal, beri pujian Hasil: halusinasi klien dengan menghardik
keluarga setuju dan mendukung 2. Lanjutkan
kegiatan dalam membantu SP 2 K Melatih keluarga merawat
pasien halusinasi cara klien halusinasi dengan 6 benar
menghardik minum obat
SP 2 K S: 1. Keluarga mengatakan mengerti
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga tentang penjelasan dan cara enam
dalam merawat/ melatih pasien benar minum obat pada klien
dengan menghardik, beri pujian halusinasi
Hasil: keluarga mampu O:
memperagakan cara mengontrol 1. Keluarga tampak memahami
halusinasi penjelasan cara benar minum
2. Menjelaskan keluarga cara 6 obat
benar minum obat Hasil: keluarga 2. Keluarga tampak menyebutkan
mengetahui penjelasan enam obat yang dikonsumsi klien
benar minum obat pada klien seperti HLP 1,5 Mg(1-0-0), dan
halusinasi Clozapine 25 mg(0-0- 1/2),
3. Melatih keluarga cara merawat A: Keluarga mampu merawat klien
pasien halusinasi dengan minum secara mandiri, masalah teratasi
obat teratur Hasil: keluarga sebagian
mampu dan mengetahui cara P: 1. Evaluasi SP 1,2 K Mengontrol
merawat klien dengan halusinasi halusinasi cara menghardik, 6 benar
4. Menganjurkan membantu pasien minum obat
sesuai jadwal, beri pujian Hasil: S: 1. Keluarga mengatakan mengerti
keluarga ikut terlibat membantu tentang penjelasan dan cara enam
dan mendukung kegiatan klien benar minum obat pada klien
halusinasi yang sudah halusinasi
dijadwalkan dengan cara enam O:
benar minum obat 1. Keluarga tampak memahami
penjelasan cara benar minum
obat
2. Keluarga tampak menyebutkan
obat yang dikonsumsi klien
seperti HLP 1,5 Mg(1-0-0), dan
Clozapine 25 mg(0-0- 1/2), A:
Keluarga mampu merawat klien
secara mandiri, masalah teratasi
sebagian
P: 1. Evaluasi SP 1,2 K Mengontrol
halusinasi cara menghardik, 6 benar
minum obat
SP 3 K S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga 1. Keluarga mengatakan mengerti
dalam merawat/Membantu pasien penjelasan yang disampaikan
menghardik, minum obat teratur, 2. Keluarga mengatakan dengan
beri pujian Hasil: keluarga mampu cara bercakap-cakap dapat
memperagakan dan melakukan mengontrol halusinasi klien
cara mengontrol halusinasi klien O:
2. Menjelaskan cara bercakapcakap 1. Keluarga tampak mengerti cara
dalam mengontrol halusinasi bercakap-cakap yang dilakukan
Hasil: keluarga mengetahui dan jika halusinasi klien muncul
mampu mengontrol halusinasi 2. Keluarga tampak memperagakan
klien dengan bercakap-cakap cara bercakap-cakap untuk
3. Melatih dan menyediakan waktu mengontrol halisinasi
bercakap-cakap dengan keluarga A: Keluarga mampu merawat klien
pasien terutama saat halusiansi dengan mandiri, masalah teratasi
Hasil: keluarga mampu sebagian
melakukan percakapan dengan P:
klien saat halusinasi klien muncul 1. Evaluasi SP 123 K Mengontrol
4. Menganjurkan keluarga halusinasi cara menghardik, 6
membantu pasien sesuai jadwal, benar minum obat dan bercakap-
beri pujian Hasil: keluarga setuju cakap
dan ikut terlibat dalam jadwal 2. Lanjutkan SP 4 K Melatih
kegiatan klien mengontrol keluarga mengontrol halusinasi
halusinasi dengan bercakap-cakap klien dengan aktivitas terjadwal/
kegiatan harian
SP 4 K S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga 1. Keluarga mengatakan sudah
dalam merawat/ melatih pasien mengetahui cara mengontrol
cara menghardik, minum obat halusinasi klien dengan
teratur dan bercakap-cakap, beri melakukan kegiatan harian
pujian Hasil: keluarga mampu 2. Keluarga mengatakan cara
memperagakan cara mengontrol kegiatan harian yang dilakukan
halusinasi klien seperti membersihkan tempat
2. Melatih keluarga cara merawat tidur setiap bangun tidur,
pasien dengan mengontrol menyapu atau membersihkan
halusinasi melalui kegiatan rumah
sehari-hari/ kegiatan harian Hasil: O:
keluarga mampu merawat klien 1. Keluarga tampak mengerti apa
halusinasi dengan membuat yang disampaikan
kegiatan harian atau 2. Keluarga tampak mengetahui cara
menjadwalkan kegiatan klien yang dilakukan untuk mengontrol
setiap hari halusinasi dengan melakukan
3. Menjelaskan folow up PKM tanda kegiatan harian
kambuh, rujukan Hasil: keluarga 3. Keluarga tampak membuatkan
mengetahui dan bisa mengambil jadwal kegiatan harian klien
keputusan segera saat tanda A: Keluarga mampu merawat klien
kambuh halusinasi klien dengan mandiri, masalah teratasi
4. Menganjurkan keluarga sebagian
membantu pasien sesuai dengan P: Evaluasi SP 1234 K Mengontrol
jadwal dan beri pujian Hasil: halusinasi cara menghardik, 6 benar
keluarga setuju dan ikut terlibat minum obat, bercakap-cakap dan
dalam jadwal kegiatan klien aktivitas terjadwal
mengontrol halusinasi dengan
membuatkan jadwal kegiatan atau
aktivitas terjadwal setiap hari.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan format pengkajian keperawatan jiwa yang telah ditetapkan.
Data yang dikumpulkan dengan wawancara langsung pasien. Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Februari 2023, didapatkan pasien
dengan inisial Tn. I, umur 70 tahun dengan jenis kelamin Laki-laki status
duda dengan memiliki dua orang anak yang saat ini tinggal bersama
dengan keluarganya tepatnya rumah saudaranya. Adapun data yang
didapatkan pada Tn. I (data subyektif) pasien mengatakan sering
mendengar suara-suara atau bisikan, namun terkadang suaranya tidak
jelas. Suara tersebut datang saat klien sedang sendiri atau pada saat
menyendiri, suara bisikan itu tidak jelas bunyinya dan terdengar 1-2 kali
secara berulang-ulang. Klien menutup telinganya lalu tidur untuk
menghilangkan suara atau bisikan-bisikan tersebut.
Adapun (data obyektifnya) saat dilakukan interaksi selama
wawancara klien mau berinteraksi dan berespon bila didahului atau
diberikan pertanyaan, namun terkadang sesekali focusnya berkurang
dengan kontak mata ada tetapi padangannya tidak berfokus dan klien
tampak gelisah dan terkadang bertingah lain. Menurut data teoritis
menjelaskan secara umum dari faktor predisposisi diterangkan bahwa
halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor pisikologis,
biologis, dan faktor genetik. Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan penulis terhadap Pasien tidak ditemukan adanya faktor genetik
yang dapat mempengaruhi halusinasi karena anggota keluarga Pasien tidak
ada yang menderita skizofrenia.
Sedangkan dari faktor presipitasi diterangkan bahwa secara fisik
Pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan
masalah koping dapat mengindikasikan timbulnya halusinasi dimana dapat
terjadi dari berbagai faktor pendukung yaitu biologis, stress lingkungan,
dan sumber koping. Kesenjangan pengkajian pada teori dan kasus terdapat
kesamaan beberapa data seperti data subjektifnya pada teori mengatakan
biasanya klien suka bicara sendiri, mendengar suarasuara palsu dan
senyum-senyum sendiri. Sedang pada kasus datanya hanya menunjukkan
klien biasanya mendengar suara-suara tapi tidak jelas
4.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan dari
kelompok dimana perawat secara accontabilitas dapat mengidentifikasi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi dan
berubah. Setelah penulis melakukan pengkajian dan analisa data pada pada
Tn. I, dapat dirumuskan bahwa klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran Di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem. Pohon
masalah pada halusinasi dapat mengakibatkan klien mengalih kehilangan
control pada dirinya, sehingga bisa membahayakan kepada dirinya sendiri,
orang lain maupun lingkungan.
Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase keempat
dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
halusinasinya. Adapun perbedaan antara teori dengan kasus terkait
pengangkatan diagnosa kasus, pada kasus teori terdapat tiga diagnosa yaitu
perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
dan isolasi social. Sedang pada kasus penulis mengangkat diagnose
keperawatan utama yaitu gangguan persepsi sensori “Halusinasi
pendengaran” pada Tn. I sebagai prioritas masalah utama yang didukung
dengan data subjektif yaitu Tn. I mengatakan mendengar suara-suara atau
bisikan yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang terkadang hal diluar
dirinya suara-suara tersebut tidak jelas dan mengganggu Tn. I. Ada
beberapa diagnosa tambahan yaitu: Resiko perilaku kekerasan dan Isolasi
social. Akan tetapi dalam hal kasus ini penulis hanya berfokus pada
masalah utama yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

4.3. Perencanaan Keperawatan


Pada praktik tindakan keperawatan dengan kasus gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran ditemukan pada beberapa bagian,
seperti pada tujuan umumnya yang pada teorinya terdapat lima tujuan
seperti klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat
mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya dan klien
dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya dan klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik. Pada tindakan keperawatan
intervensi pertama yaitu pasien dapat membina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan tujuan klien
dapat membina hubungan saling percaya dan pada intervensi ini telah
dilakukan tindakan keperawatan yaitu sapa pasien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal, perkenalkan nama lengkap, nama panggilan,
hobbi, tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien,
dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien, buat kontrak
yang jelas mengenai topik, waktu pertemuan dan tempat pertemuan, beri
perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien.
Pada intervensi kedua yaitu bantu pasien mengenal halusinasi
dengan mengetahui isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus
dengan tujuan pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya. Pada
intervensi kedua ini dilakukan tindakan keperawatan seperti tanyakan
apakah pasien saat sedang sendirian, atau sedang tidur pernah melihat atau
mendengar sesuatu, tanyakan isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering dan
kadang-kadang. Dan diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi, diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk
mengatasi perasaan tersebut serta jelaskan tentang dampak yang akan
dialami jika pasien menikmati halusinasinya dan ikutkan pasien dalam
terapi aktifitas kelompok persepsi sensori halusinasi.
Pada intervensi ketiga yaitu mengidentifikasi bersama klien cara
atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini
memiliki tujuan agar pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan
keperawatan yang dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus
atau mengontrol timbulnya halusinasi dengan menjelaskan cara
menghardik halusinasi, peragakan cara menghardik, minta pasien
memperagakan ulang, pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku
pasien dan memasukan intervensi ini kejadwal kegiatan pasien dan ikutkan
pasien dalam terapi aktifitas kelompok persepsi sensori halusinasi. Pada
intervensi empat yaitu diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan
kerugian tidak minum obat.
Dengan tujuan intervensi pasien dapat memanfaatkan obat dengan
baik, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu jelaskan pada pasien
tentang nama obat, warna obat, bentuk obat, cara minum obat, waktu
minum obat, berapa kali sehari, kegunaan obat dan efek samping obat dan
jelaskan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi. Setelah rencana
dibuat selanjutnya dilakukan implementasi keperawatan yang mengacu
pada rencana tindakan yang telah dibuat. Perencanaan yang dibuat sesuai
dengan kesenjangan perencanaan antara teori dan kasus disesuaikan
dengan keluhan yang dirasakan klien.
4.4. Implementasi
Adapun tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk diagnose
pertama yaitu melalui: SP dengan SP I beberapa di antaranya yaitu
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis halusinasi klien,
mengidentifikasi isi halusinasi klien, memberikan waktu halusinasi klien,
mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien, mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan klien cara pertama menghardik halusinasi, menganjurkan
klien untuk memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian
dengan Assesment SP I masalah teratasi, SP II beberapa di antaranya yaitu
membina hubungan saling percaya: salam terapeutik, menanyakan kepada
klien masih ingat tidak dengan perawat, menanyakan perasaan klien saat
ini, mengevaluasi kembali cara menghardik halusinasi, memberikan
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum obat ( jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) memasukan ke jadwal kegiatan
harian klien dengan assessment SP II masalah teratasi, SP III yaitu
menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama perawat,
menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali cara mengontrol
halusinasi dengan cara meghardik dan 6 benar minum obat, melatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakapcakap dengan teman, dilaksanakan
satu kali interaksi dengan assisment menganjurkan klien memasukkan
kegiatan harian untuk mengendalikan halusinasi dengan assesment SP III
teratasi dan, SP IV yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih
ingat nama perawat menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali
cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, 6 benar minum obat
dan bercakap-cakap dengan teman kamar, dan melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan, memberikan pujian atas keberhasilan tindakan yang
dilakukan klien dan menganjurkan klien memasukkan aktivitas kedalam
jadwal harian yang dilaksanakan 1 kali interaksi assisment SP 4 masalah
teratasi.

4.5. Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada Tn.I dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran Di RSJ. Prof. Dr.
Muhammad Ildrem dengan menerapkan strategi pelakasanaan dimana
implementasinya yaitu melatih klien menghardik halusinasi, 6 benar
minum obat, melatih bercakap-cakap dengan orang lain dan melatih klien
melakukan aktivitas sehari-hari.
Evaluasi dari strategi pelaksanaan pada Tn. I berhasil dimana klien
mengatakan dapat mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, 6
benar minum obat, dengan bercakap-cakap dan dengan melakukan
kegiatan harian. Sehingga apabila implentasinya ini diberikan secara
terjadwal akan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membantu
pasien untuk melatih mengontrol halusinasi dan kembali kerealitas
hidupnya. Proses keperawatan ini bertujuan memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien sehingga pasien
dapat pulih dan kembali dimasyarakat. Aktivitas dalam jadwal harian
adalah aktivitas yang dilakukan oleh pasien setiap harinya yang dilakukan
terjadwal seperti kebersihan diri, membersihkan ruangan atau melakukan
perkerjaan dengan bekerja, bercakap-cakap dengan temannya dan minum
obat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran pada kasus karya ilmiah
akhir ini maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Februari 2023 yang merupakan
tahap awal dari proses keperawatan. Hasil pengkajian didapatkan pada Tn.
I data subjektifnya klien mengatakan sering mendengar suara-suara namun
terkadang suaranya tidak jelas, suara bisibisikan itu tidak jelas bunyinya,
klien hanya menutup telinga pada saat suara-suara tersebut muncul. Data
objektifnya klien mau berinteraksi saat diajak bicara meski, kontak mata
klien ada tapi kurang, klien tampak gelisah dan kurang tenang.
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan
pengkajian pada Tn. I yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran.
3. Intervensi Keperawatan Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan pada Tn. I yaitu mengajarkan klien pelaksanaan SP1- SP4
halusinasi untuk mengontrol halusinasi.
4. Implementasi Keperawatan Dalam asuhan keperawatan pada Tn.I dengan
halusinasi pendengaran telah disesuaikan dengan intervensi yang dibuat
penulis. Penulis melaksanakan SP1-SP4 yaitu cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, minum obat dengan 6 benar, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan harian.
5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada Tn.I yaitu klien dapat menerapkan strategi pelaksanaan
dalam hal tahu cara mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan
yang pertama yaitu tahu cara menghardik halusinasi, didukung dengan
tetap patuh mengkonsumsi obat secara benar dan tepat, bisa melakukan
kontak dengan keluarga atau orang lain dengan bercakap-cakap dan bisa
dengan mengerjakan aktivitas kegiatan harian. SP1-SP4 tercapai meskipun
pada SP2 sebelumnya pernah diabaikan yaitu tentang kepatuhan minum
obat.
5.2. SARAN
Adapun saran pada kasus karya ilmiah akhir ini terkait dengan kasus
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:
1. Bagi perawat atau tenaga medis yaitu agar tetap melakukan strategi
pelaksanaan keluarga pada pasien dan penderita gangguan persepsi sensori
halusinasi, agar dapat sesering mungkin melakukan kunjungan rumah
untuk dapat mengontrol pasien dengan gangguan jiwa yang ada di RSJ.
Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
2. Bagi pengembang dan studi kasus selanjutnya yaitu agar dapat
menggunakan hasil studi kasus ini sebagai dasar pengembangan strategi-
strategi lainnya, khususnya dalam menangani pasien gangguan persepsi
sensori halusinasi.
3. Bagi klien yaitu diharapkan untuk dapat terus berlatih dan mandiri dalam
melakukan strategi pelaksanaan untuk mengendalikan halusinasi
terkhususnya minum obat meskipun ada dan tanpa ada keluarga di rumah
serta menerapkan strategi pelaksanaan yang telah diberikan oleh penulis
sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah dibuat bersama.
4. Bagi keluarga yaitu diharapkan keluarga mampu untuk melakukan
tindakan yang mandiri untuk perawatan pasien di rumah dengan strategi
pelaksanaan halusinasi.
5. Bagi masyarakat yaitu diharapkan masyarakat dilingkungan tempat tinggal
pasien dapat mendukung dan ikut serta dalam melakukan perawatan pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi untuk menerima pasien
seperti masyarakat pada umumnya dan tidak mengucilkan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Ackley, BJ.,Ladwig,G.B.,& Makic,M.B.F.(2017). Nursing Diagnosis Handbook,
An Evidence-Based Guide To Planning care. (11th Ed).St. Louis: Elsevier.
Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu.http://repository.wima.ac.id.Wima. Retrieved Maret
29, 2021, from http://repository.wima.ac.id/7701/2/BAB%201.pdf
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing (10th Ed). USA: Perason Education.
Burns, S. M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing.(3th ed). New
York: McGraw-HIE education.
Dougherty, L & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Prosedures (9th ed),
UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.
Grainjer, A. (2013). Principies of Temperature Monitoring. Nursing standard,
27(50),48-55.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and
classification 2015-2017. (10th Ed). Exford: Wiley Blakwell.
Iyus, Y. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: Refika Aditama.
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes. 2018. Angka kejadian gangguan kesehatan jiwa di Indonesia. Diakses
dari:http://www.surkesnas.unad.ac.id.
Kusumawati dan Hartono .(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta :
SalembaMedika
Monita, A. (2018, Oktober 17). Makalah Keperawatan Jiwa Tentang Halusinasi.
Retrieved Maret 29, 2021, from id.Scribd.com/Document/3
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. H. (2015). Jogjakarta: Mediaction.
Perry, A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed). St
Louis: mosby Elsevier
Rahman. (2019, September 26). Retrieved Maret, 29 2021, from
id.Scribd.com/document.
Wilkinson,J.M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of
Nursing (3th ed). Philadelphia: F. A. Davis Company.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Halusinasi. www.academia.edu
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan
Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Anda mungkin juga menyukai