Abstrak
Halusinasi merupakan suatu gangguan persepsi panca indera yang terjadi
tanpa ada ransangan dari luar, dimana seseorang akan menganggap sebagai
hal nyata namun tidak dapat dirasakan oleh orang lain. Pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara atau
tertawa-tawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga seketika
karena menganggap bahwa ada yang berbicara dengannya. Selama proses
pengkajian, perawat mengunakan komunikasi terapeutik serta membina
hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada kasus Tn.S diperoleh
bahwa klien mengalami gejala-gejala halusinasi seperti mendengar suara-
suara, gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-mandir, tidak dapat
mempertahankan kontak mata, sedih, malu, putus asa, menarik diri, mudah
marah dan lain-lain. Faktor predisposisi pada Tn.S yaitu pernah mengalami
gangguan jiwa sebelumnya. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
Tn.S yaitu halusinasi pendengaran, harga diri rendah, isolasi sosial, regimen
teraupetik inefektif. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada
masalah utama yaitu halusinasi pendengaran. Perencanaan dan implementasi
keperawatan disesuaikan dengan strategi pertemuan pada pasien halusinasi
pendengaran dan isolasi sosial. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi
peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan halusinasi yang
dialami serta dampak pada penurunan gejala halusinasi pendengaran yang
dialami.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan
menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah
satu yang termasuk gangguan jiwa adalah skizofrenia (Suryenti, 2017).
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir, berkomunikasi, merasakan
dan menunjukkan emosi serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran
kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Manao & Pardede, 2019).
1
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun 2019,
terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita
gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang
jiwa mengalami skizofrenia. Meskipun prevalensi skizofrenia tercatat dalam
jumlah yang relatif lebih rendah dibandingkan prevalensi jenis gangguan
jiwa lainnya berdasarkan National Institute of Mental Health (NIMH),
skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab besar kecacatan di
seluruh dunia, orang dengan skizofrenia memiliki kecendrungan lebih besar
peningkatan resiko bunuh diri (NIMH, 2019 dalam Santoso, 2021).
Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2018 menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia
sebanyak 7% per 1000 rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa dari 1000
rumah tangga, terdapat 70 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah
tangga (ART) dengan pengidap skizofrenia/psikosis berat (Riskesdas,
2018).
2
perabaan, atau penghiduan. Pasien akan merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. Kondisi ini merupakan menyebabkan individu tidak
bisa kontak dengan lingkungan sekitar dan hidup dalam dunianya sendiri
(Kusumawati, 2010 dalam Pima, 2020).
3
Wicaksono & Arum 2017).
4
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Halusinasi
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020):
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungan sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungan.
c. Biologis
5
Faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang
maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogen neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Sosial Budaya
Meliputi klien mengalami interaksi social dalam fase awal dan
comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
akan interaksi sosial, control diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang
memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya. Seperti adanya
rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada
dilingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik. Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
(Oktiviani, 2020) yaitu:
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan
untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi
itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
6
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial : Klien mengalami interaksi social dalam fase
awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, control diri dan harga
diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual: Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas
ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan
diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam
upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain
yang menyebabkan takdirnya memburuk.
7
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Halusinasi
8
Halusinasi 1. Klien mengatakan ada 1. Klien tampak
Perabaan sesuatu yang mengusap,
(Tactile- menggerayangi tubuh menggaruk garuk,
feeling seperti tangan, meraba-raba
bodily sensations) binatang kecil, atau permukaan kulitnya.
makhluk halus. 2. Klien tampak
2. Klien mengatakan menggerak-gerakkan
merasakan sesuatu di tubuhnya
permukaan kulitnya seperti merasakan
seperti merasakan sangat sesuatu merabanya.
panas atau dingin,
merasakan tersengat
aliran listrik, dan
sebagainya.
Halusinasi 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak seperti
Pengecapan merasakan makanan mengecap sesuatu.
(Gustatory- tertentu, rasa tertentu, 2. Klien tampak sering
experiencing atau mengunyah meludah.
tastes) tertentu padahal tidak ada 3. Klien tampak
yang sedang dimakannya. mual atau muntah.
2. Klien mengatakan
merasakan minum darah,
nanah.
9
Rentang Respon neurobiologis
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien :
Inisial : Tn. S
Tanggal pengkajian : 22 Februari 2022
Umur : 43 tahun
No. RM : 04.40.77
Ruang rawat : Sibual-buali
Tanggal Rawat : 3 Februari 2022
Informan : Pasien dan Buku status
3.1.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, didapatkan hasil TD : 120/73 mmHg ; N : 88x/i ; S : 36,50
C ; P : 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 155cm dan berat badan 60
Kg.
3.1.5 Psikososial
1. Genogram
Rabu 1. Data : S:
23/02/22 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan
Jam Klien mengatakan bahwa senang dan lebih tenang
14.30 ia mendengar bisikan- O:
wib bisikan yang - Klien sudah mampu
menyuruhnya untuk mengenali halusinasinya
berbicara kotor dan dengan mandiri
berteriak - Klien mampu melakukan
Klien mengatakan suara- cara menghardik
suara tersebut muncul 2 halusinasinya dengan
kali/ hari mandiri
Klien mengatakan suara- - Klien mampu
suara itu muncul saat mengontrol
siang hari dan menjelang halusinasinya dengan
magrib ketika ia sedang cara minum obat secara
menyendiri. teratur 2x/hari dengan
Klien tampak bicara bantuan perawat
sendiri. A : Halusinasi Pendengaran (+)
Klien tampak gelisah dan P:
mondar mandiri. - Mengenal halusinasinya
Klien tampak - Latihan cara menghardik
mengarahkan telinga halusinasi 2x/hari
kearah tertentu. - Minum obat secara
Kemampuan : teratur 2x/hari
- Klien mampu mengenal
halusinasinya
- Klien mampu menghardik
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan Keperawatan:
Sp2 : Mengontrol halusinasi
dengan minum obat secara
teratur.
4. Rencana Tindak Lanjut :
Sp3 : Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
Kamis 1. Data: S:
24/02/22 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan
Jam Klien mengatakan bahwa senang dan lebih tenang
15.00 ia mendengar bisikan- O:
wib bisikan yang - Klien sudah mampu
menyuruhnya untuk mengenali
berbicara kotor dan halusinasinya dengan
berteriak mandiri
Klien mengatakan suara- - Klien mampu
suara tersebut muncul 2 melakukan cara
kali/ hari menghardik
Klien mengatakan suara- halusinasinya dengan
suara itu muncul saat mandiri
siang hari dan menjelang - Klien mampu
magrib ketika ia sedang mengontrol
menyendiri. halusinasinya dengan
Klien tampak bicara cara minum obat secara
sendiri. teratur 2x/hari dengan
Klien tampak gelisah dan bantuan perawat
mondar mandiri. - Klien mampu bercakap-
Kemampuan : cakap dengan orang lain
- Klien mampu mengenal dengan motivasi perawat
halusinasinya A : Halusinasi Pendengaran (+)
- Klien mampu menghardik P:
- Klien mampu minum obat - Mengenal halusinasinya
secara teratur - Latihan cara menghardik
2. Diagnosa Keperawatan: halusinasi 2x/hari
Gangguan Persepsi Sensori : - Minum obat secara
Halusinasi Pendengaran teratur 2x/hari
3. Tindakan Keperawatan: - Bercakap-cakap dengan
Sp3 : Mengontrol halusinasi orang lain
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Rencana Tindak Lanjut:
Sp4 : Mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan
terjadwal
Jumat 1. Data : S:
25/02/22 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan
Jam Klien mengatakan bahwa senang dan lebih tenang
14.30 ia mendengar bisikan- O:
wib bisikan yang - Klien sudah mampu
menyuruhnya untuk mengenali halusinasinya
berbicara kotor dan dengan mandiri
berteriak - Klien mampu melakukan
Klien mengatakan suara- cara menghardik
suara tersebut muncul 2 halusinasinya dengan
kali/ hari mandiri
Klien mengatakan suara- - Klien mampu
suara itu muncul saat mengontrol
siang hari dan menjelang halusinasinya dengan
magrib ketika ia sedang cara minum obat secara
menyendiri. teratur 2x/hari dengan
Klien tampak bicara bantuan perawat
sendiri. - Klien mampu bercakap-
Kemampuan : cakap dengan orang lain
- Klien mampu mengenal dengan mandiri
halusinasinya - Melakukan kegiatan
- Klien mampu menghardik terjadwal seperti
- Klien mampu minum obat menyapu, membagikan
secara teratur makanan dan merapihkan
- Klien mampu mengontrol tempat tidur dengan
halusinasinya dengan motivasi perawat
bercakap-cakap dengan A : Halusinasi Pendengaran (+)
orang lain. P:
2. Diagnosa Keperawatan : - Mengenal halusinasinya
Gangguan Persepsi Sensori : - Latihan cara menghardik
Halusinasi Pendengaran halusinasi 1x/hari
3. Tindakan Keperawatan : - Minum obat secara
Sp4 : Mengontrol halusinasi teratur 2x/hari
dengan melakukan kegiatan - Bercakap-cakap dengan
terjadwal orang lain
4. Rencana Tindak Lanjut : - Melakukan kegiatan
- Follow up dan evalusi Sp1- terjadwal 2x/hari
Sp4 Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
Pendengaran
- Gangguan persepsi Sensori
: Halusinasi Pendengaran
Selasa 1. Data S:
01/03/22 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan
Jam Klien mengatakan merasa senang mengetahui
10.30 malu dan tidak dihargai bahwa dirinya
wib karena tidak mempunyai mempunyai kemampuan.
pekerjaan dan belum O:
menikah hingga saat ini - Klien mampu
Klien mengatakan merasa mengidentifikasi
sedih dan tidak dianggap kemampuan dan aspek
karena pernah diusir dari positif yang dimiliki
rumah pada umur 22 klien seperti menyapu,
tahun. membagikan makanan
Klien mengatakan belum dan membereskan tempat
memenuhi perannya tidur dengan motivasi
sebagai anak dalam perawat
membahagiakan A : Gangguan Konsep Diri :
orangtuanya. Harga Diri Rendah (+)
Kontak mata klien kurang P:
Klien tampak murung dan - Mengidentifikasi
tidak bersemangat kemampuan dan aspek
Klien lebih banyak diam positif yang dimiliki klien
Klien tampak berbicara
pelan dan sering
menunduk
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah (+)
3. Tindakan Keperawatan :
Sp1 : Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien
4. Rencana Tindak Lanjut :
Sp2 :
- Menilai kemampuan yang
dapat digunakan
- Menetapkan/memilih
kegiatan sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
Rabu 1. Data S:
02/03/22 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan
Jam Klien mengatakan merasa senang mengetahui
10.30 malu dan tidak dihargai bahwa dirinya
wib karena tidak mempunyai mempunyai kemampuan.
pekerjaan dan belum O:
menikah hingga saat ini - Klien mampu
Klien mengatakan merasa mengidentifikasi
sedih dan tidak dianggap kemampuan dan aspek
karena pernah diusir dari positif yang dimiliki
rumah pada umur 22 klien yaitu menyapu,
tahun. membagikan makanan
Klien mengatakan belum dan merapikan tempat
memenuhi perannya tidur secara mandiri
sebagai anak dalam - Klien mampu menilai
membahagiakan kemampuan yang dapat
orangtuanya. digunakannya dengan
Kontak mata klien kurang motivasi perawat
Klien tampak murung dan - Klien mampu
tidak bersemangat menetapkan/memilih
Klien tampak berbicara kegiatan sesuai
pelan dan sering kemampuannya dengan
menunduk motivasi perawat
Kemampuan : - Klien mampu melatih
kegiatan sesuai
- Klien mampu mengetahui kemampuan yang dipilih
kemampuan dan aspek 1 yaitu menyapu dengan
positif yang dimilikinya motivasi perawat
yaitu menyapu, A : Gangguan Konsep Diri :
membagikan makanan, dan Harga Diri Rendah (+)
merapikan tempat tidur. P:
2. Diagnosa Keperawatan : - Latihan kegiatan sesuai
Gangguan Konsep Diri : Harga kemampuan yang
Diri Rendah (+) dipilih 1 yaitu menyapu
3. Tindakan Keperawatan : 2x1 sehari
Sp2 :
- Menilai kemampuan yang
dapat digunakan
- Menetapkan/memilih
kegiatan sesuai
kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
4. Rencana Tindak Lanjut :
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
Sp4 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3
Jumat 1. Data S:
04/03/22 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan senang
Jam Klien mengatakan merasa dan antusias dalam
11.00 malu dan tidak dihargai melakukan kkegiatan
wib karena tidak mempunyai O:
pekerjaan dan belum - Klien mampu
menikah hingga saat ini mengidentifikasi
Klien mengatakan merasa kemampuan dan aspek
sedih dan tidak dianggap positif yang dimiliki
karena pernah diusir dari klien secara mandiri
rumah pada umur 22 - Klien mampu menilai
tahun. kemampuan yang dapat
Klien mengatakan belum digunakannya dengan
memenuhi perannya mandiri
sebagai anak dalam - Klien mampu
membahagiakan menetapkan/memilih
orangtuanya. kegiatan sesuai
Kontak mata klien kurang kemampuannya dengan
Kemampuan : mandiri
- Klien mampu melakukan - Klien mampu melatih
kegiatan sesuai yang dipilih kegiatan sesuai
1 yaitu menyapu kemampuan yang dipilih
2. Diagnosa Keperawatan : 1 yaitu menyapu dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga mandiri
Diri Rendah (+) - Klien mampu melatih
3. Tindakan Keperawatan : kegiatan sesuai
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih
kemampuan yang dipilih 2 2 yaitu membagikan
Sp4 : Melatih kegiatan sesuai makanan dengan
kemampuan yang dipilih 3 motivasi perawat
4. Rencana Tindak Lanjut : - Klien mampu melatih
- Follow up dan evaluasi Sp1- kegiatan sesuai
Sp4 kemampuan yang dipilih
- Isolasi Sosial : Menarik Diri 3 yaitu merapikan tempat
tidur dengan motivasi
perawat
A : Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah (+)
P:
- Latihan kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
yaitu menyapu 2x1 /hari
- Latihan kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
yaitu membagikan
makanan 3x1 /hari
- Latihan kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3
yaitu merapikan tempat
tidur 1x1 /hari
Senin 1. Data : S : Klien mengatakan senang
07/03/22 Tanda dan gejala : dan lebih tenang
Jam Klien mengatakan sulit O:
14.30 berteman dengan orang - Klien mampu
wib lain karena klien selalu menjelaskan keuntungan
ingin menyendiri. dan kerugian mempunyai
Klien mengatakan merasa teman dengan motivasi
malu akan dirinya perawat
sehingga tidak mau - Klien mampu
berinteraksi dengan orang berkenalan dengan 2
lain. orang dengan motivasi
Klien tampak sering perawat
menyendiri. A : Isolasi Sosial : Menarik
Klien acuh dengan Diri (+)
lingkungan sekitarnya P:
Klien tampak menarik diri - Menjelaskan keuntungan
dan susah untuk dan kerugian mempunyai
berkomunikasi teman
Klien lebih banyak tidur - Latihan berkenalan dengan
2. Diagnosa Keperawatan : 2 orang atau lebih
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Tindakan Keperawatan :
Sp1 : Menjelaskan keuntungan
dan kerugian mempunyai
teman
Sp2 : Melatih klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
4. Rencana Tindak Lanjut :
Sp3 : Melatih klien bercakap-
cakap sambil melakukan
kegiatan harian
S4 : Melatih klien berbicara
sosial : meminta sesuatu,
berbelanja dan sebagainya
Selasa 1. Data : S : Klien mengatakan senang
08/03/22 Tanda dan gejala : karena berinteraksi dengan
Jam Klien mengatakan sulit orang lain
14.30 berteman dengan orang O:
wib lain karena klien selalu - Klien mampu menjelaskan
ingin menyendiri. kembali keuntungan dan
Klien mengatakan merasa kerugian mempunyai
malu akan dirinya teman dengan mandiri
sehingga tidak mau - Klien mampu berkenalan
berinteraksi dengan orang dengan 2 orang dengan
lain. mandiri
Klien tampak sering - Klien mampu bercakap-
menyendiri. cakap sambil melakukan
Klien lebih banyak tidur kegiatan harian seperti
2. Diagnosa Keperawatan : sambil menyapu dengan
Isolasi Sosial : Menarik Diri motivasi perawat
3. Tindakan Keperawatan : - Klien mampu berbicara
Sp3 : Melatih klien bercakap- sosial : meminta sesuatu,
cakap sambil melakukan berbelanja dan sebagainya
kegiatan harian dengan motivasi perawat
S4 : Melatih klien berbicara A : Isolasi Sosial : Menarik
sosial: meminta sesuatu, Diri (+)
berbelanja dan sebagainya P:
4. Rencana Tindak Lanjut : - Menjelaskan keuntungan
- Follow up dan evaluasi dan kerugian mempunyai
Sp1-Sp4 Isolasi Sosial teman
- Latihan berkenalan dengan
2 orang atau lebih
- Latihan bercakap-cakap
sambil melakukan
kegiatan harian
- Latihan berbicara sosial:
meminta sesuatu,
berbelanja dan sebagainya
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.S dengan gangguan
sensori persepsi: halusinasi pendengaran di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem,
maka penulis pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis dengan
tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien halusinasi
pendengaran. Tahap pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi
perawat-klien melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses
interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada perawat
sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan adanya
proses interpersonal. Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari
beberapa sumber, yaitu dari pasien, buku rawatan dan tenaga kesehatan di
ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data
karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka
penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik
yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan
juga melakukan observasi kepada pasien. Penulis melakukan pendekatan dan
membina hubungan saling percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka
dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
Menurut Muhiht (2016) halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa
dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan sensori palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Menurut
penulis, klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa
objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara-
suara tetapi pada kenyataannya tidak ada orang yang berbicara. Halusinasi
Pendengaran pada Tn.S adalah faktor psikologis dan sosiokultural. Keduanya
berkaitan dimana hubungan interpersonal yang tidak harmonis antara klien
dan keluarganya, klien pernah diusir dari rumah karena tidak mendapat
pekerjaan, klien mengatakan dirinya mendapat tekanan didalam keluarganya
ia harus menjadi orang sukses. Klien merasa tidak dihargai dan gagal
menjalankan perannya sebagai anak, ia juga malu dengan umurnya yang
sudah 43 tahun masih belum menikah. Hal ini membuat klien merasa tidak
berguna dan lebih suka menyendiri sampai muncullah suara suara
ditelingannya yang mengganggu.
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan.
Pada kasus Tn.S klien mendengar bisikan-bisikan aneh, bicara sendiri,
mengarahkan telinga ke tempat tertentu, tampak mondar-mandir, dan tampak
gelisah. Tanda dan gejala yang muncul tersebut tidak semua mencakup
dengan yang ada diteori klinis dari halusinasi (Elvira, 2020). Akan tetapi
terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan
kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.S.
4.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada masalah keperawatan gangguan sensori
persepsi: halusinasi pada penelitian ini menggunakan intervensi strategi
pelaksanaan (SP) dan ditambah dengan intervensi inovasi terapi penerimaan
dan komitment (acceptance and commitment therapy). Strategi pelaksanaan
(SP) pada intervensi masalah keperawatan gangguan sensori persepsi:
halusinasi dapat diimplementasikan secara keseluruhan kepada Tn.S selama 4
hari, hal ini didukung oleh klien telah kooperatif dalam menerima masukan/
intervensi yang diberikan oleh penulis. Begitu juga intervensi inovasi terapi
penerimaan dan komitment (acceptance and commitment therapy) dapat
diaplikasikan kepada klien salama 4 hari.
Intervensi inovasi dapat dilakukan sesuai SOP yang telah dibuat sedangkan
untuk intervensi keperawatan pada masalah keperawatan harga diri rendah
kronik hanya dapat diimplementasikan kepada klien selama 2 hari karena
penulis harus terus menerus mengulang tindakan keperawatan intervensi SP
gangguan sensori persepsi: halusinasi dan intervensi inovasi terapi
penerimaan dan komitment (acceptance and commitment therapy) agar klien
lebih memahami dan lebih bisa mengaplikasikan intervensi tersebut apabila
klien mengalami halusinasi (Avidha, & Fitriani 2018).
4.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yaitu: diagnosa keperawatan utama : halusinasi pendengaran. Pada diagnosa
keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi dilakukan strategi
pertemuan yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, perasaan,
respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu latihan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi pertemuan yang
kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan yang
ketiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan
latihan strategi pertemuan keempat yaitu melatih klien melakukan semua
jadwal kegiatan. Menurut penulis tidak menemukan hambatan secara
keseluruhan dalam melakukan tindakan yang dimulai dari SP-1 sampai SP-4
karena klien kooperatif, mampu mengingat dan mempraktikkan dengan baik.
4.5 Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien mempercayai
perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
objeknya, dapat mengidentifikasi halusinasi, dapat mengontrol halusinasi
melalui mengahardik, latihan bercakap-cakap, melakukan aktivitas serta
menggunakan obat secara teratur (Syahdi & Pardede, 2022). Pada tinjauan
kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan
mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap
dengan orang lain, Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat
bersama, Klien mampu memahami penggunaan obat yang benar. Selain itu,
dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan keperawatan,
dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Tn.S dari hari kehari
selama proses interaksi.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi terapeutik
serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada kasus
Tn.S diperoleh bahwa klien mengalami gejala-gejala halusinasi seperti
mendengar suara-suara, gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-
mandir, tidak dapat mempertahankan kontak mata, sedih, malu, putus asa,
menarik diri, mudah marah dan lain-lain. Faktor predisposisi pada Tn.S
yaitu pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.S yaitu halusinasi
pendengaran, harga diri rendah, isolasi sosial, regimen teraupetik inefektif.
Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu
halusinasi pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien halusinasi pendengaran dan isolasi sosial.
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan halusinasi yang dialami serta dampak pada penurunan
gejala halusinasi pendengaran yang dialami.
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Pasien
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Avidha, M., & Fitriani, D. R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa Pada Klien Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Dengan Intervensi
Inovasi Terapi Penerimaan Dan Komitmen (Acceptance And Comitment
Therapy) Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Di Ruang Punai RSUD
Atma Husada Mahakam Samarinda.
https://Dspace.Umkt.Ac.Id//Handle/463.2017/201
2. Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
3. Elvira, H, P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. H Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Kampar
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Poltekkes Kemenkes Riau.
http://Repository.Pkr.Ac.Id/Id/Eprint/464
4. Hafizuddin, D. (2021). Mental Nursing Care On Mr. A With Hearing
Hallucination Problems. https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/R3pqu
5. Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien
Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca Hospitalisasi.
Jurnal Endurance, 4(2), 282. https://Doi.Org/10.22216/Jen.V4i2.3844
6. Keliat, B.A., Hamid, A.Y.S., Putri, Y.S.E. (2019). Asuhan Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC
7. Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta:
Kemenkes
8. Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Beban Keluarga Berhubungan
Dengan Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 12(3).
9. Manullang, E. M. (2021). Aplication Of Mental Nursing Care On Mrs. P
With Perceptual Sensory Disorders: Auditory Hallucinations
https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/Wnqgj
10. Purba, et al.. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Maasalah
Psikososial Dan Gangguan Jiwa, Cetakan Ke 2, Medan: USU Press
11. Maudhunah, S. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. P
Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.
https://doi.org/10.31219/osf.io/2wye4
12. Meylani, M., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP)
1-4 Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/C8vzb
13. Muhiht, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi.
Jakarta: CV Andi Offest
14. Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K Dengan
Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Diruang
Rokan Rumah Sakit Jiwa Tampan. Poltekkes Kemenkes Riau.
http://Repository.Pkr.Ac.Id/Id/Eprint/498
15. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Pengaruh Acceptance
And Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan Dan
Kepatuhan Pasien Skizofrenia. FIK UI, Depok.
16. Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related To Coping When Treating
Hallucination Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 453-460.
https://Doi.Org/10.32584/Jikj.V3i4.671
17. Pardede, J. A., Silitonga, E., & Laia, G. E. H. (2020). The Effects Of
Cognitive Therapyon Changesin Symptoms Of Hallucination Sin
Schizophrenic Patients. Indian Journal Of Public Health, 11(10), 257.
18. Pima Astari, U. P. I. K. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi
Pendengaran (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
http://Eprints.Umpo.Ac.Id/Id/Eprint/6192
19. Putra, A. S. (2020). Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Dengar Di Desa Sei. Kapitan Kalimantan
Tengah (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
20. Riskesdas (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
https://Www.Litbang.Kemkes.Go.Id/Hasil-Utama-Riskesdas-2018/
21. Santoso, J. P. (2021). Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. I
Dengan Harga Diri Rendah Di Desa Sumyang Kabupaten Klaten. STIKES
Muhammadiyah Klaten.
22. Sari, A. W. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Hebefrenik
(F 20. 1). Universitas Airlangga..
http://Repository.Unair.Ac.Id/Id/Eprint/97507
23. Sianturi, S. F. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. H
Dengan Masalah Halusinasi. https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/4w82h
24. Simatupang, S. M. (2021). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.
S Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran.
25. Suryenti, V. (2017). Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan Kemampuan
Keluarga Merawat Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik Jiwa Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2017. Jurnal Psikologi Jambi, 2(2), 39-46.
https://Doi.Org/10.22437/Jpj.V2i2.4795
26. Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4
Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/Y52rh
27. Wicaksono, M. S., & Arum Pratiwi, S. K. (2017). Teknik Distraksi Sebagai
Strategi Menurunkan Kekambuhan Halusinasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.http://Eprints.Ums.Ac.Id/Id/Eprint/52316