PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
psikis seseorang secara serius sehingga dapat menyebabkan penurunan perilaku dalam
afektif, autisme, dan ambivalensi, sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan
yang mempengaruhi 20 juta orang (WHO, 2019). Data Riset Kesehatan Dasar tahun
sebanyak 1,7 per 1000 penduduk (Kemenkes, 2019). Provinsi Jawa Tengah berada
pada peringkat keempat dari beberapa daerah di Indonesia dengan jumlah penderita
sebesar 0,33% yakni berkisar angka 110.000 jiwa (Riskesdas, 2018). Prevalensi
Gondohutomo Semarang periode Januari 2017 hingga Februari 2018 yaitu sebanyak
3.342 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa masalah dengan gangguan jiwa masih belum
didapatkan hasil yaitu sebanyak 5.339 jiwa mengalami gangguan jiwa pada bulan
Januari sampai April tahun 2021. Jumlah pasien terbanyak yaitu, pasien mengalami
halusinasi sejumlah 2.398 jiwa, resiko perilaku kekerasan sejumlah 2.258, isolasi
sosial sejumlah 454 jiwa, defisit perawatan diri sejumlah 90 jiwa, waham 78 jiwa, dan
52 jiwa mengalami harga diri rendah. Data tersebut, menunjukan bahwa halusinasi
merupakan permasalahan paling banyak yang terjadi di RSJD Dr.Amino
untuk dapat membedakan rangsangan yang muncul dari dalam pikiran maupun luar
pikiran. Halusinasi merupakan salah satu dari gangguan jiwa dimana seseorang tidak
mampu membedakan antara kehidupan nyata dengan kehidupan palsu (Meylani &
Pardede, 2022).
gangguan kognitif pada penderita halusinasi (Zhuo, 2019). Dampak lain yang timbul
karena halusianasi adalah pasien menjadi sulit mengontrol diri, merusak lingkungan,
selain itu pasien akan menarik diri dari ligkungannya (Maulana et al., 2021). Apabila
keadaan tersebut dibiarkan secara terus menerus pasien cenderung akan mengikuti
perintah dari halusinasi itu sendiri sehingga dapat terjadi menciderai diri sendiri,
bahkan orang lain apabila mengikuti isi dari halusinasinya (Nugroho arief, 2016).
halusinasi, dibutuhkan proses keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam
pelaksanaan (SP) serta memberikan terapi aktivitas khusus yaitu terapi musik klasik
Terapi musik merupakan terapi non farmakologi yang sudah diteliti dan diuji
sistem saraf otonom sehingga menghasilkan respon relaksasi yang memberikan rasa
(Safitri et al., 2022). Terapi musik juga digunakan oleh psikolog maupun psikiater
lebih bahagia dan tenang karena musik klasik memiliki alunan irama yang lembut dan
relaksasi yang efektif untuk mengurangi rasa cemas atau curiga. Berdsarkan
penelitian yang dilakukan oleh Safitri et al., (2022) menyatakan bahwa ada pengaruh
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan terapi musik klasik terhadap penurunan
tingkat halusinasi pendengaran dengan hasil rata rata yaitu 22,5%. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Damayanti et al. (2014) bahwa pasien yang sudah diberikan
terapi musik klasik tampak fokus saat diajak berbicara, menjawab pertanyaan dengan
benar, berinteraksi dengan orang lain, dengan perbedaan hasil antara kelompok
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum karya ilmiah akhir ini adalah untuk memberikan asuhan
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
mengontrol halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Halusinasi
membedakan rangsangan yang muncul dari dalam pikiran maupun luar pikiran
mengalami gangguan pada persepsi sensori, kondisi dimana tidak ada stimulus
(Oktaviani et al., 2022). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
stimulus yang nyata (Sirait, 2015). Halusinasi pendengaran paling sering terjadi
ketika klien mendengar suara -suara, halusinasi ini sudah melebur dan pasien
merasa sangat ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan
2. Etiologi Halusinasi
a. Faktor predisposisi
adalah:
1) Faktor Perkembangan
dilingkungannya sendiri.
3) Faktor Biologis
neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
depannya,klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
5) Faktor Genetik
b. Faktor Presipitasi
2) Perilaku
dan sosial.
3) Psikologis
Tabel 2.2
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social
budaya yang berlaku.Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
pengalaman ahli.
d) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e) Hubungan social adalah proses suatu interkasi dengan orang lain dan
lingkungan.
b) Ilusi adalah miss intrerprestasi atau penilaian yang salah tentang yang
d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
orang lain.
b. Respon maladaptive adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social dan budaya dan lingkungan, adapun respon
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah satu atau persepsi eksternal
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
5) Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
4. Klasifikasi Halusinasi
a. Mayor
b. Minor
bicara sendiri.
Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
sesuatu
d) Disorientasi
i) Menarik diri
j) Sering melamun
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi oleh
dari luar. Menurut Oktaviani, 2020 dalam (Meylani, 2022), halusinasi terjadi
merasa banyak masalah, ingin menghindar dari orang dan lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah (misalnya: putus cinta,
support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Hal ini
terbiasa menghayal.
kecemasan tersebut.
lagi mengontrolnya dan berusaha untuk menjaga jarak antara dirinya dengan
pengalaman sensorinya tersebut dan akhirnya menarik diri dari orang lain
suara atau sensori abnormal yang datang. Hingga akhirnya individu tersebut
merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain dan menjadi menarik diri. Klien merasa
berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau bisa juga
psikotik berat).
7. RUFA Halusinasi
keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. skor RUFA halusinasi
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Klasifikasi skor RUFA Halusinasi
Tabel 2.2
Tindakan Keperawatan
Intensif I Inatensif II Intensif III
diantaranya:
a. Regresi
b. Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
c. Menarik diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi
fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, sedangkan
9. Penatalaksanaan Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada
a. Farmakologi
Pasien halusinasi biasanya diberikan obay anti psikotik, obat ini juga
disebut dengan penenang mayor, atau neuroleptic.pengobatan psikotik dapat
pada skizofrenia adalah “star low, go low” dimulai dengan dosis rendah
pemeliharaan.
arus listrik pada elektroda yang dipasang pada kepala sehingga menyebabkan
namun ECT juga memiliki efek samping terutama pada daya ingat
c. Terapi kelompok
secara berkelompok dengan jalan berdiskusi satu dengan yang lain dan
dipimpin oleh seorang petugas kesehatan atau terapis. Terapi ini bertujuan
untuk memberi stimulus bagi pasien agar mampu berinteraksi dengan orang
1. Pengkajian
a. Identifikasi klien
Terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medis, keluarga yang dapat
dihubungi.
b. Alasan Masuk
Merupakan penyebab klien masuk atau keluarga datang, atau dirawat dirumah
sakit. Biasaanya masalah yang dialami klien yaitu senang menyendiri, tidak
mau banyak berbicara kepada orang lain, terlihat murung, penampilan acak-
acakan, tidak peduli dengan diri sendiri, dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor predisposisi
perawatan sendiri
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
d. Pemeriksaan fisik
e. Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan klien dan anggota keluarga klien yang mengalami
pola asuh.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
b) Identitas Diri
Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat, kepuasan pasien
perempuan.
c) Peran Diri
d) Harga Diri
Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada klien yang berhubungan dengan orang lain, fungsi peran
e) Hubungan Sosial
f) Spiritual
j. Mekanisme koping
I. Adaptif
II. Maladaptif
lain
k. Pohon masalah
Core problem
Perubahan persepsi sensori:
halusinasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan perilaku sering berbicara
halusinasi.
3. Pelaksanaan
Tabel 2.3
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pasien Keluarga
SP I P SP I K
1. Mendiskusikan jenis halusinasi pasien 1. Identifikasi permasalahan
2. Mendiskusikan isi halusinasi pasien yang dialami keluarga saat
3. Mendiskusikan waktu halusinasi merawat pasien halusinasi
4. Mendiskusikan frekuensi halusinasi 2. Jelaskan hal terkait
5. Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi (definisi, sebab,
frekuensi dan akibat yang
6. Mendiskusikan respons pasien terhadap ditimbulkan serta jenis)
halusinasi 3. Jelaskan bagaimana
7. Melatih pasien mengontrol halusinasi: merawat pasien halusinasi
menghardik halusinasi
8. Memotivasi pasien memasukkan cara
mengontrol dengan menghardik pada jadwal
harian
SP II P SP II K
1. Latih keluarga praktek
1. Mengevalusi kemampuan pasien mengontrol merawat pasien
halusinasi yaitu dengan cara menghardik
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian SP III K
SP III P 1. Latih secara langsung
1. Mengevalusi kemampuan pasien mengontrol keluarga mempraktekkan
halusinasi yaitu dengan cara menghardik, dan cara merawat pasien
mengobrol
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan aktivitas terjadwal.
3. Memotivasi pasien memasukkan dalam SP IV K
jadwal harian 1. Fasilitasi keluarga
SP IV P menyusun jadwal kegiatan
1. Mengevalusi kemampuan pasien mengontrol dirumah untuk klien dan
halusinasi yaitu dengan cara menghardik, dan obat (discharge planning)
mengobrol serta kegiatan teratur 2. Jelaskan tindak lanjut
2. Memberikan pendkes tentang minum obat setelah pasien pulang
secara teratur
3. Memotivasi pasien memasukkan dalam
jadwal harian
(Buku Skill of Laboratory Keperawatan Jiwa 1, 2018-2019)
4. Evaluasi
intervensi keperawatan yang telah dilakukan. Setiap kali tugas penilaian sumatif
atau hasil selesai, ada dua kategori evaluasi: evaluasi proses dan evaluasi formatif.
2014):
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi untuk
gangguan psikologi. Terapi musik merupakan intervensi alami non invasif yang
terapi, harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping (Samuel, 2017
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Kata terapi
fisik dan mental. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan
fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Tujuan
dari terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita,
Menurut Utomo dalam (E. Yuhana, 2019) musik klasik adalah jenis musik
yang menggunakan tangga nada diatonis, yakni sebuah tangga nada yang
menggunakan aturan dasar teori perbandingan serta music klasik telah mengenal
mahluk hidup.
2013).
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulisan pada bab ini membahas mengenai problem solving yang sudah di angkat
oleh penulis yaitu dengan gangguan presepsi sensori terhadap Tn.B dan Tn.S di ruang
Hudowo, RSJD DR.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah selama 3 hari dengan cara
A. Pengkajian
yang dinamis berdasarkan informasi yang didapat dari pasien, keluarga, masyarakat,
orang terdekat dan riwayat rekam medik dengan cara mengidentifikasi, wawancara baik
fisik mental dan sosial (Nugraha & Wianti, 2017). Hasil pengkajian dari kedua pasien
yang sudah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari didapatkan data bahwa
menggangu”, dengan data objektif terlihat berbicara sendiri, ekpresi gelisah, melamun,
berjalan mondar-mandir tentu saja hal ini sesuai dengan teori klinis dari halusinasi
(Keliat, 2012).
predisposisi mempengaruhi individu untuk mengatasi sumber stres baik secara biologis,
psikososial dan sosial budaya, faktor ini dapat diperoleh dari hasil pengkajian pasien
ataupun keluarga (Prabowo, 2014). Faktor predisposisi yang diperoleh sebagai berikut
putus obat tahun 2022, pasien merasa keluarganya tidak ada yang sayang dan peduli
sedangkan factor prdisposisi Tn.S yaitu faktor bilogis dimana Tn.S mnegalami stress.
Penulis dapat menyimpulkan data pengkajian yang didapat sudah sesuai dengan
sensori, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan,
B. Diagnosa
pasien terhadap masalah kesehatan yang di alami baik secara aktual maupun potensial
Diagnosa yang diangkat pada pasien yaitu gangguan presepsi sensori yang sudah
sesuai dengan SDKI dengan nomor diagnosa D.0085, sub kategori intregitas ego (PPNI,
secara internal ataupu eksternal yang diikuti respon berlebihan, berkurang dan terdistrosi
halusinasi adalah distrosi sensori, respon tidak normal, bersikap seolah-olah mendengar,
melihat, meraba, mengecap ataupun mencium sesuatu (PPNI, 2017). Sehingga diagnosa
keperawatan dari data yang sudah ditemukan pada pasien sesuai dengan teori.
C. Intervensi
halusinasi SP 1-SP 4 dan diberikan terapi musik klasik dengan durasi waktu 15 menit.
Menurut penulis terapi musik merupakan terapi non farmakologi yang efektif
dilakukan karena terapi musik memiliki keunggulan diantaranya lebih ekonomis, bersifat
naluriah, dapat diaplikasikan pada semua pasien tanpa melihat latar belakang pendidikan
pasien. Terapi musik klasik ini penerapannya bisa dilakukan secara mandiri tetapi
menjadi sebuah modifikasi dan inovasi dalam menyelesaikan masalah halusinasi, terapi
ini tetap masuk dalam rangkain strategi pelaksanaan pada terapi aktivitas di SP. Ketika
seseorang mendengarkan musik dengan tempo yang lambat merupakan teknik relaksasi
yang efektif untuk mengurangi rasa cemas atau curiga.jika dilafalkan dengan baik dapat
membuat hati seseorang menjadi tenang dan rileks (Adeeb & Bahari, 2017). Pemberian
sedih, melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stres, sehingga dapat
yang dialami pasien akan teratasi dengan tujuan: frekuensi berkurang, durasi berkurang,
ingatan dan presepsi seseorang. Pada gelombang otak, gelombang alfa mencirikan
Semakin lambat gelombang, otak akan semakin merasa santai, puas, dan damai, Ketika
seseorang melamun atau merasa dirinya berada dalam suasana hati yang emosional atau
tidak terfokus. Secara umum beberapa musik klasik dianggap memiliki dampak
psikofisik yang menimbulkan kesan rileks, santai, cenderung membuat detak nadi
bersifat konstan, memberi dampak menenangkan, dan menurunkan stress, waktu yang
ideal dalam mendengrkan terapi musik klasik adalah 10 -15 menit (Try Wijayanto &
Agustina, 2017).
D. Implemntasi
Implementasi yang dilakukan pada kedua pasien selama tiga hari merupakan
tindakan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan. Secara umum penulis tetap
memberikan terapi musik klasik. Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan oleh penulis
dan respon yang didapatkan dari klien didokumentasikan oleh penulis atau perawat
(Affiroh & Sholikah, 2020). Penulis melakukan implementasi di ruang hudowo kepada
kedua pasien sebanyak 3 kali pertemuan Peneliti meminta klien untuk melakukan terapi
musik klasik secara mandiri ketika mendengar suara bisikan yang menganggu, ketika
sedang ada waktu luang sekitar jm 09.00 WIB. Terapi musik klasik juga dilakukan
secara bantuan, diingatkan oleh penulis dan dapat dilakukan secara mandiri.
Pada tanggal 24 Mei 2022 penulis melakukan pemberian tindakan terhadap Tn.BM
dan Tn.S dengan melakukan SP1 Pasien yaitu mengenali halusiansi. Tindakan SP 1
memiliki manfaat dapat merubah neurotransmiter pada otak sehingga halusinasi tidak
dengan realita (Sulahyuningsih, 2016). Data yang didapatkan bahwa latihan menghardik
masih tidak bisa mengatasi halusinasi pada kedua pasien karena mereka mengungkapkan
masih mendengar bisikan suara-suara yang menganggu, dan akhirnya pasien kembali
Berdasarkan hasil yang didapat pada klien 1 dan klien 2 sebelum dilakukan terapi
musik klasik, pasien mengatakan sering mendengar suara bisikan-bisikan aneh yang
sehingga klien berbicara sendiri, klien tampak bingung, klien tampak gelisah, pandangan
tidak fokus. Setelah dilakukan terapi musik klasik hari pertama didapatkan data pasien
mengatakan masih mendengar suara bisikan yang menganggunya namun sudah lebih
tenang. Klien tampak lebih tenang, rileks, dapat melakukan terapi musik klasik sesuai
dengan arahan.
Pada tanggal 25 Mei 2022 penulis melakukan pemberian tindakan terhadap Tn.M dan
Tn.S dengan melakukan SP 2 dan terapi dzikir. Sebelum dilakukan terapi musik klasik
terapi musik klasik klien mengatakan suara itu masih muncul namun hanya sewaktu-
waktu saja. pasien juga mengatakan ketika mendengar suara pasien melakukan cara
menghardik yang sudah diajarkan pada hari pertama pasien tampak lebih tenang, rileks,
Pada tanggal 26 Mei 2022 penulis melakukan pemberian tindakan terhadap Tn.M
dan Tn.S dengan melakukan SP3, SP 4 dan memberikan terapi musik klasik Terapi
dzikir diberikan satu kali dalam sehari yang diberikan selama 3 hari, dimana di hari
ketiga sebelum dilakukan terapi music pasien mengatakan masih mendengarkan suara-
suara aneh namun suara itu muncul hanya 1x dalam sehari,. Setelah dilakukan terapi
musik klasik pasien tidak mendengarkan suara bisikan aneh yang menganggunya lagi
pada malam hari sehingga klien tidak gelisah dan tidur klien tidak terganggu. Setelah
diberikan intervensi keperawatan terapi musik klasik selama 3 hari, klien mengatakan
dirinya lebih tenang. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Try Wijayanto & Agustina, 2017) bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
setelah dilakukan terapi musik klasik terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi
responden yang sudah mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi dan 3
Menurut penulis, terapi musik klasik yang diberikan peneliti sejalan dengan
teori dan penelitian sebelumnya. Bahwa terapi musik klasik memiliki efektivitas dalam
penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran Hasil dari pemberian terapi musik
klasik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik dalam mengontrol halusinasi
pada pasien halusinasi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan terapi tambahan dalam
dilakukan oleh penulis juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Slamet Wiwi
Jayanti (2021) bahwa tindakan teknik menghardik dengan terapi musik klasik pada
SP, dimana hasil dari pemberian terapi ini menunjukan adanya perubahan pada pasien.
Adapun penelitian yang sejalan lainnya yaitu penelitian yang dilakukan Nurdiana (2020)
dari hasil intervensinya yang dilakukan selama 3 hari didapatkan bahwa terapi musik
Penerapan implemenasi terapi musik klasik mendapat respon yang baik dari
Tn.M dan Tn.S, dari respon tersebut membuktikan bahwa terapi musik diperlukan pada
setiap orang untuk memberikan ketenangan jiwa, hal tersebut membuat terapi musik
mempunyai keunggulan tersendiri dalam mengetasi halusinasi, sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh (Adeeb & Bahari, 2017) bahwa musik mempunyai peran pening
melakukan kunjungan ke rumah sakit, hal ini menjadikan implementasi yang diberikan
kurang maksimal. Seharunya peran keluarga sangat di perlukan untuk membantu proses
E. Evaluasi
Berdasarkan hasil penerapan terapi musik klasik pada pasien halusinasi dengan
cara mendengarkan musik melalui mp3 atau bluetoth selama 15 menit setiap hari dari
hari pertama sampai hari ketiga menunjukkan bahwa terapi music klasik dapat
membantu mengontrol halusinasi selain menggunakan terapi generalis dan terapi obat-
obatan yang telah diberikan. Pasien mengatakan hatinya menjadi lebih tenang setelah
mengetahui cara menghardik dan mendengarkan musik klasik, tidur pasien bisa lebih
nyenyak setelah membaca bacaan dzikir. Penulis memilih tindakan aktifitas berbasis
realita yang dapat mengalihkan halusinasi pendengaran dengan cara terapi musik untuk
Saat memberikan terapi musik kepada kedua pasien tidak ditemukan hambatan
karena respon klien yang baik terhadap pemberi asuhan. Hambatan yang ditemukan
penulis adalah pada keluarga Tn,S tidak hadir hal ini menyulitkan karena keluarga akan
menjadi penyalur informasi perawat untuk melanjutkan perawatan saat dirumah agar
bahwa intervensi tersebut harus rutin dilakukan, sehingga klien dapat mengidentifikasi
factor yang menyebabkan halusinasi dan klien dapat mengatasi cara mengontrol
mendengarkan musik.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan asuha keperawatan gangguan jiwa pada
pasien Tn.M dan Tn.S di Ruang Hudowo, RSJD Dr.Amino Gondhouomo Provinsi Jawa
Tengah dengan halusinasi yang sudah dikelola selama 3 hari dari tanggal 24 Mei 2022-26
Mei 2022.
A. Kesimpulan
sensori : halusinasi
2. Intervensi yang dilakukan penulis yaitu strategi pelaksanaan berupa penerapan SP 1 -
3. Data evaluasi kedua pasien menunjukan pemberian SP1-SP4 Pasien dengan terapi
musik klasik dilakukan selama 3 kali pertemuan dan menunjukkan hasil yang efektif
B. Saran
halusinasi
3. Bagi Masyarakat
Dari Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan masyarakat dapat menambah informasi