Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

STASE ANAK DI RUANG BAITUNNISA 1

DISUSUN OLEH :
IKAFEBRIANA

20902100068

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022
DEFINI FAKTOR RESIKO
SI 1. Faktor-faktor prinatal atau period
Kejang demam didefinisikan Malformasi otak congenital, Fakt
sebagai kejang pada anak usia lebih Demam dengan suhu leih dari 38
dari 1 bulan, berhubungan dengan Gangguan metabolisme, Trauma,
kenaikan suhu tubuh lebih dari MANIFESTASE KLINIS Neoplasma,
38oC yang tidak disebabkan oleh 2.
1. Suhu tubuh mencapai >38⁰C, 3.
infeksi sistem saraf pusat (SSP),
2. Anak sering hilang kesadaran
tanpa adanya riwayat kejang
saat kejang, 4.
neonatal atau kejang tanpa sebab
sebelumnya, dan tidak memenuhi
3. MataKEJANG
melotot,
5.
kriteria kejang simptomatik lainnya. 4. Tungkai dan lengan mulai
6.
kaku,
7.
5. Bagian tubuh anak 8.
berguncang (gejala kejang
KLASIFIKASI bergantung pada jenis
1. Kejang demam sederhana sirkulasi.
Gangguan (Indrayati
kejang),
(simple febrile convulsion)
2019) & Haryanti,
6. Kulit pucat dan membiru,
2. Kejang demam kompleks 7. Akral dingin,
(complex or complicated febrile 8. Kedua kaki dan tangan kaku
convulsion) disertai gerakan-gerakan KOMPLIKASI
3. Kejang demam simtomatik DEMAM
kejut yang kuat dan kejang- 1. Kerusakan neorotransmiter
(symptomatic febrile seizure) kejang selama 5 menit, 2. Epilepsi
(Hardika & Mahailni, 2019) 3. Kelainan anatomi
9. Bola mata terbalik keatas,
4.
10. Gigi terkatup dan muntah. Kecacatan ataukelainan
(Purnama Dewi et al., 2019) neorologis karena disertai

PENATALAKSANAAN PATOFISIOLOGIS
Penatalaksanaan Medis Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan
1. Penanganan kejang dengan pemberian obat mengakibatkan kenaikkan metabolisme basal 10-15
% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
diazepam sesuai BB
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
2. semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh
lambung, usahakan agar jalan napas bebas dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
untuk menjamin kebutuhan oksigen neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
3. Obat untuk hibernasi klorpromazi untuk dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
mencegah edema otak diberikan sampai lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
keadaan membaik. demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun ke membran sel disekitarnya dengan
bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. (Sari
et al., 2021)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

HIPERTERMIA (D.0130) RESIKOPERFUSISEREBRAL TIDAK EFEKTIF DEFISIT (D.0017)


PENGETAHUAN (D.011
Termoregulasi Membaik (L. 14134) Perfusi serebral meningkat (L.02014) IntervensiTingkatpengetahuan
Keperawatan : Pemantauan Tekanan
meningkat (L.12In
IntervensiKeperawatan Observasi Observasi:
Observasipenyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang, gangguan metabolism
: Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Manajemen Hipertermia (I.15506) Identifikasi faktor-faktor yang dapat m
Observasi Terapeutik:
Identifkasi penyebab hipertermi(mis. Sediakan materi dan
dehidrasiterpapar lingkunganpanas penggunaan incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine cairan hipertensi
Terapeutik serebrospinal,
Sediakanlingkungan yang dingin intracranial idiopatik)
Monitor peningkatan TD
Monitor penurunan frekuensi jantung
Monitorireguleritasirama jantung
Monitorpenurunantingkat kesadaran
Monitorperlambatanatau ketidaksimetrisan respon pupil
MonitorkadarCO2dan pertahankandalmrentang
media kesehatan
pendidikan
Jadwalkan ke
 Longgarkan atau kesepakatan
lepaskan pakaian
 pendidikan
Basahi dan kipasi permukaan tubuh sesuai
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jikayang diindikasikan Monitortekanan serebral
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
 perfusi
Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dinginBerikankesempatan untukabdomen,aks
pada dahi, leher, dada, bertanya
Hindaripemberian Edukasi
Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase
Jelaskancairan serebrospinal
faktor risiko yangdapat
antipiretik atau aspirin Terapeutik mempengaruhi kesehatan
Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
Ajarkan perilaku hidup bersih dan seh
Kalibrasi transduser
Pertahankan sterilitas system pemantauan Ajarkan strategi yang dapat digunakan
Pertahankan posisi kepala dan leher netral hidup bersih dan sehat
Aturintervalpemantauan

sesuai kondisi pasien Dokumentasikan pemantauan


Batasi
 oksigen, jika  hasil
perlu
3. Edukasi Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Anjurkan tirah baring Informasikanhasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
REFEREN
SI

Hardika,Made S; Mahalini,Dewi. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kejang Demam Berulang
Pada Anak Di Rsup Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika. 8 (4)

Indrayati, N., & Haryanti, D. (2019). Gambaran Kemampuan Orangtua Dalam Penanganan Kejang Demam Pada
Anak. Jurnal Ilmiah Permas, 9, No.2, 149–154.

Purnama Dewi, S. M., Agustini, I. B., & Wulansari, N. T. (2019). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Kejang
Demam Terhadap Sikap Orang Tua Dalam Penanganan Kegawatdaruratan Kejang Demam Pada Anak Di Banjar
Binoh Kelod Desa Ubung Kaja. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 3(1), 75. https://doi.org/10.37294/jrkn.v3i1.142

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :

PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :

PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta

: PPNI

Anda mungkin juga menyukai