Anda di halaman 1dari 25

KEJANG DEMAM (ICD 10: R56.

0)

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR. 1/3
W.Z JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN TanggalTerbit
PRAKTIK KLINIS
( PPK )
Drg. Dominikus Minggu, Mkes
Pembina Utama Madya
Nip. 19600731 198112 1 001

Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal) di
atas 380C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
1. Pengertian
(Definisi) atau metabolik lain. Kejang disertaidemam pada bayi usia kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
2. Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam,
interval,kesadarananak pasca kejang, penyebab demam di luar
infeksi susunan saraf pusat
2. Anamnesis 3. Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam
keluarga
4. Menyingkirkan penyebab kejang lain , sepertidiare, muntah,
asupankurang, sesak.( kemungkinan gangguan elektrolit,
hipoksemia, hipoglikemia).
1. Suhu tubuh : apakah terdapat demam di atas 380C saat kejang
2. Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran sebelum maupun
sesudah kejang
3. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, brudzinski I dan II,
kernique dan laseque
3. Pemeriksaan Fisik 4. Pemeriksaan nervus kranialis
5. Tanda peningkatan tekanan intra kranial (UUB membonjol, papil
edema)
6. Tanda infeksi di luar SSP (ISPA, OMA, ISK dll)
7. Pemeriksaan neurologis lain : tonus, motorik, refleks fisiologis,
refleks patologis.
KEJANG DEMAM (ICD 10: R56.0)

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/3


RSUD PROF. DR.
W.Z JOHANNES
KUPANG
1. Kenaikan suhu tubuh (suhu rektal) di atas 380C
2. Kejang
4. Kriteria Diagnosis 3. Tidak disertai penuruan kesadaran
4. Tidak didapatkan infeksi susunan saraf pusat
5. Tidak didapatkan penyebab kejang lain seperti gangguan metabolik,
kejang tanpa demam sebelumnya
6. Kejang demam sederhana (kejang umum, kejang kurang dari 15
menit dan kejang tidak berulang dalam 24 jam)
7. Kejang demam kompleks ((Kejang fokal atau kejang lebih dari 15
menit atau kejang berulang dalam 24 jam)
5. Diagnosis kerja
KEJANG DEMAM (ICD 10: R56.0)

6. Diagnosis Banding 1. Infeksi SSP


2. Kejang karena sebab lain seperti metabolik
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan darah perifer, gula darah, elektrolit, urinalisis dan
Penunjang biakan tergantung penyakit penyerta.
2. Lumbal pungsi untuk menyingkirkan meningitis. Jika yakin bukan
meningitis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Sangat dianjurkan
pada usia kurang dari 12 bulan, dianjurkan pada usia 12-18 bulan.
3. EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
(misalnya kejang demam pada usia diatas 6 tahun)
4. CT scan atau MRI dilakukan jika ada indikasi misalnya kelainan
neurologi yang menetap,kejangselalufokal atau terdapat tanda
peningkatan tekanan intrakranial
8. Terapi 1. Pengobatan kejang seusai algoritme status epileptikus
2. antipiretik yaitu parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
sehari atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari
3. Diazepam oral 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, diberikan setiap 8
jam jika suhu tubuh >380C.
KEJANG DEMAM (ICD 10: R56.0)

No Dokumen No. Revisi Halaman 3/3


RSUD PROF. DR.
W.Z JOHANNES
KUPANG
4. Pengobatan jangka panjang fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis atau asam valproat (dosis 15-40 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis).
8.Terapi
Diberikan pada kejang lama>15 menit atau kelainan neurologis
yang nyata sebelum/sesudah kejang,kejang fokal, kejang yang
seringberulangsetelahdicobadenganterapiprofilaksisintermiten
(dipertimbangkan).
9. Edukasi 1. Kejang demam tidak berbahaya, tidak menyebabkan kematian
2. Faktor risiko berulang jika terdapat riwayat kejang demam dalam
keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah pada
saat kejang, cepatnya kejang setelah demam.
3. Faktor risiko terjadi epilepsi yaitu kelainan neurologis atau
pekembangan jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam
kompleks, riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
4. Indikasi rawat yaitu :
a. Kejangdemamkompleks
b. Hiperpireksia
c. Usiadibawah 6 bulan
d. Kejangdemampertama kali
e. Terdapatkelainanneurologis.

10. Prognosis Ad vitam : bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Indikator Kejang demam tidak berbahaya, sebagianbesarmenghilang padausia 5-6
Medis
tahun. Perawatansampaianaktidakdemamtinggi.
PNEUMONIA

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR. 1/3
W.Z JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN TanggalTerbit
PRAKTIK KLINIS
( PPK )
Drg. Dominikus Minggu, Mkes
Pembina Utama Madya
Nip. 19600731 198112 1 001

Infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan


1. Pengertian
interstitial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,
(Definisi)
serta perjalanan penyakitnya WHO mendefiniskan pneumonia hanya
berdasarkan peneumonia klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi
dan frekuensi pernapasan.
1. Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan
dahak purulent bahkan bisa berdarah
2. Sesak napas
3. Demam
2. Anamnesis
4. Kesulitan makan/minum
5. Tampak lemah
6. Serangan pertama atau berulang untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus atau asma
1. Penilaian keadaan umum anak meliputi kesadaran dan kemampuan
makan/minum, frekuensi napas dan nadi.
2. Gejala distress pernapasan; takipnea, retraksi subcostal, batuk,
krepitasi dan penurunan suara paru.
3. Pemeriksaan Fisik
3. Demam dan sianosis.
4. Pada anak dibawah 5 tahun, dapat menunjukkan gejala nyeri yang
diproyeksikan di abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala
pernapasan tidak teratur dan hypopnea.
PNEUMONIA

No Dokumen No. Revisi Halaman


2/3
RSUD PROF. DR.
W.Z JOHANNES
KUPANG
5. 4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan rekomendasi WHO:
Bayi <2 bulan:
Penumonia berat: napas cepat dan retraksi berat
Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/minum, kejang,
letargis, dema atau hipotermia, bradipneu atau pernapasan
irreguler.
Anak usia 2 bulan 5 tahun:
Pneumonia ringan: pernapasan cepat
Pneumonia berat: retraksi
Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang,
letargis, malnutrisi

5. Diagnosis Kerja PNEUMONIA

6. Diagnosis TB paru
Banding Asma Bronkial
Edema Paru
7. Pemeriksaan 1. Darah lengkap
Penunjang 2. CRP, LED
3. Tuberkulin test bila ada riwayat kontak penderita TB
4. Thorax foto: hanya pada pasien rawat inap atau pada pasien
dengan tanda-tanda klinis memingungkan.
5. Foto follow-up hanya bila kolaps lobus, curiga ada komplikasi,
pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak
respon terhadap terapi.
6. Punksi cairan pleura bila ada efusi
8. Terapi Pasien denga SpO2 92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, tau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%
PNEUMONIA

No Dokumen No. Revisi Halaman 3/3

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
Terapi intravenous pad penderita berat atau tidak dapat minum:
Ampisillin 100mg/kg/hari + kloramfenikol 100mg/kg/hari, atau
Co-amoxiclav
Ceftriaxon 50mg/kg/x dosis tunggal/hari max 2g, atau
Cefuroxim 50mg/kg/8j, atau
Cefotaxim 50-100mg/kg/hr
Terapi antibiotik oral pada yang ringan atau pada pneumonia berat
dengan perbaikan:
Amoxicillin adalah pilihan pertama
Alternatif lain: co-amoxiclav, cefaclor, eritromisin,
claritromisin, dan azitromisin
Nutrisi : Puasa bila distres berat, balans cairan ketat.
1. Menjaga kebersihan lingkungan
9. Edukasi
2. Makan makanan yang bergizi
3. Menghindari paparan asap
4. Menyediakan rumah dengan ventilasi yang cukup
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Indikator Medis Pneumonia dapat diobati, dengan mengkonsumsi obat- obatan dan
memperbaiki status gizi. Penanganan yang terlambat dapat berakibat fatal
BRONKIOLITIS

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR.
W.Z JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN TanggalTerbit
PRAKTIK KLINIS
( PPK )
Drg. Dominikus Minggu, Mkes
Pembina Utama Madya
Nip. 19600731 198112 1 001

1. Pengertian Merupakan penyakit seasonal viral dengan adanya inflamasi bronkioli


(Definisi)
pada bayi < 2 tahun yang ditandai dengan adanya panas, pilek, batuk dan
mengi.
1. Sering terjadi pada anak < 2 tahun
2. Demam atau riwayat demam, namun jarang demam tinggi
2. Anamnesis 3. Rhinorrhea, nasal discharge (pilek), sering timbul sebelum gejala lain
seperti batuk, takipnea, sesak napas dan kesulitan makan.
4. Batuk kering dan mengi khas untuk bronkiolitis
1. Napas cepat
2. Retraksi dinding dada (subcostal, interkosta dan supraklavikula)
3.Pemeriksaan Fisik
3. Fine inspiratory crackles pada seluruh lapangan paru sering
ditemukan.
a. Demam / riwayat demam
b. Sesak napas
4.Kriteria diagnosis
c. Batuk mengi khas untuk bronkiolitis
d. Crackles

5. Diagnosis Kerja BRONKIOLITIS

Bronchitis
7. Diagnosis TB anak
Banding Asma
Penumoni
1. Saturasi oksigen
8. Pemeriksaan
2. Pulse oxymetry
Penunjang
3. Foto thorax
BRONKIOLITIS

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
4. Pemeriksaan Lab: darah lengkap,C-RP, virology,bakteriologi

9. Terapi 1. Antibiotika
i. Bila terdapat napas cepat saja, rawat jalan dan diberikan
kotrimoksazol (4 mgTMP/kgBB/kali) 2 kali sehari atau
amoksisilin (25 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari selama 3 hari.
ii. Apabila terdapat disters pernapasan tanpa sianosis dan anak masih
bisa minum, anak dirawat di rumah sakit dan diberikan
ampislilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6
jam), dipantau selama 72 jam pertama. Jika keadaan memburuk,
ditambahkan kloramfenikol 25 mg/kgBB/kali IM atau IV
iii. Jika pasien datang dalam keadaan klinis berat (disertai sianosis),
berikan oksigen dan terapi kombinasi ampisilin kloramfenikol
atau ampisilin gentamisin. Sebagai alternatif dapat dipakai
seftriakson (80 100 mg/kgBB/kali ) IM atau IV sekali sehari
2. Oksigen
Oksigen diberikan kepada semua anak dengan wheezing dan distres
pernapasan berat sampai tanda hipoksia menghilang
3. Perawatan penunjang sesuai gejala
10. Edukasi 1. Memberikan makanan sedikit- sedikit atau puasa bila anak dalam
keadaan sesak
2. Memberikan nutrisi yang cukup pada anak

11. Prognosis Ad vitam : bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
12. Indicator medis Pengobatan bronkiolitis bersifat suportif
SINDROM NEFROTIK

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR. 1/3
W.Z JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN TanggalTerbit
PRAKTIK KLINIS
( PPK )
Drg. Dominikus Minggu, Mkes
Pembina Utama Madya
Nip. 19600731 198112 1 001

Keadaan klinis dengan gejala proteinuria massif, hipoalbuminemia,


1. Pengertian
edema dan hiperkolesterolemia. Kadangkadang disertai dengan
(Definisi)
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di kedua kelopak mata,
perut, tungkai atau seluruh tubuh yang dapat disertai penurunan jumlah
2. Anamnesis
urin. Keluhan lain yang ditemukan juga berupa urin keruh atau berwarna
merah jika terdapat hematuria.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata,
3. Pemeriksaan Fisik tungkai atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Terkadang juga
ditemukan hipertensi
1. Edema pada mata, perut, tungkai atau seluruh tubuh
4. Kriteria
2. Hipertensi
diagnosis
3. Hipoalbuminemia, proteinuria, hematuria
SINDROM NEFROTIK
5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis GNAPS
Banding
1. Urinalisis : proteinuria massif (2+), rasio albumin kreatinin urin > 2
dan dapat disertai hematuria
7. Pemeriksaan
2. Pemeriksaan darah : Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL)
Penunjang
3. Hiperkolesterolemia (> 200mg/dL)
4. Laju endap darah meningkat
SINDROM NEFROTIK

No Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
5. Kadar ureum dan kreatinin normal, kecuali ada kelaianan fungsi
ginjal.
1. Medika mentosa
8 . Terapi Prednisone diberikan dengan dosis 60 mg/m2/hari atau
2mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/hari)dalam 3 dosis selama 4
minggu. Dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (40 mg/m2/hari,
maksimum 60 mh/hari) dosis tunggal pagi selang sehari (dosis
alternating) selama 4-8 minggu.
Bila terjadi relaps maka diberikan prednisone 60 mg/m2/hari
sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), dilanjutkan 2/3 dosis
awal (40 mg/m2/hari) secara alternating selama 4 minggu.
Pada sindrom nefrotik resisten steroid atau toksik steroid,
diberikan obat imunosupresan lain seperti siklofosfamid/oral 2-3
mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal dibawah pengawasan dokter
nefrologi anak.
Dosis dihitung berdasarkan berat badan tanpa edema (persentil ke
50 berat badan menurut tinggi badan)
2. Suportif
Tirah baring
Diet protein normal (1,5-2 g/kgBB/hari)
Diet rendah garam (1-2 g/hari)
Diuretik furosemide 1-2 mg/kgBB/hari
Pemberian albumin 20=25% dengan dosis 1 gr/kgBB selama 2-4
jam
Dosis pemberian albumin:kadar albumin serum 1-2 g/dL
diberikan 0,5 g/kgBB/hari, albumin <1 g/dL diberikan 1 g/kgBB.
SINDROM NEFROTIK

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR. 3/3
W.Z JOHANNES
KUPANG
Sindrom nefrotik merupakan penyakit kronik dan berulang
9 . Edukasi
Ad vitam : bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
Sindroma nefrotik merupakan penyakit kronik berulang yang
11 . Indikator Medis pengobatannya harus secara rutin dan terkontrol
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA
STREPTOKOKUS

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR. 1/2
W.Z JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN TanggalTerbit
PRAKTIK KLINIS (
PPK )
Drg. Dominikus Minggu, Mkes
Pembina Utama Madya
Nip. 19600731 198112 1 001

Suatu bentuk peradangan non-supuratif di glomerulus yang secara


1. Pengertian histopatologi menunjukkan proliferasi dan inflamasi glomeruli yang
(Definisi) didahului oleh infeksi kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe
nefritogenik di tempat lain dan ditandai dengan gejala nefritik seperti
hematuria, edema, hipertensi, dan oliguria yang terjadi secara akut.
1. Riwayat infeksi saluran nafas atas (faringitis) 1-2 minggu sebelumnya
atau infeksi kulit (pioderma) 3-6 minggu sebelumnya
2. Umumnya pasien dating dengan hematuria nyata (gross hematuria)
2. Anamnesis atau sembab di kedua kelopak mata dan tungkai
3. Kadang-kadang pasien dating dengan kejang dan penurunan
kesadaran akibat ensefalopati hipertensi
4. Oligouria/anuria akibat gagal ginjal atau gagal jantung.
1. Sering ditemukan edema di kedua kelopak mata dan tungkai
2. Hipertensi (tekanan darah sistolik dan atau diastolic lebih dari
persentil ke-95 menurut umur, jenis kelamin dan tinggi badan)>50%
3. Pemeriksaan Fisik penderita
3. Asites (kadang-kadang)
4. Takikardia, takipnea, ronki pada paru, dan cairan dalam rongga pleura
5. Air kemih merah seperti air daging, oliguria, kadang-kadang anuria
1. Edema
2. Hematuri
4. Kriteria diagnosis 3. Hipertensi
4. Azotemia
5. ASTO positif
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

No Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
Diferential Diagnosa 1. Penyakit-penyakit ginjal:
Glomerulanefritis kronis (ICD 10:N03.9)
Hematuria (ICD 10: R31)
Sindrom Nefrotik (ICD 10: N 04)
2. Penyakit-penyakit sistemik:
Purpura Henoch-Schonlein (ICD 10: D69.0)
Lupus Eritematous Sistemik (ICD 10:L93.0)
Endokarditis bacteril subakut (ICD 10 : j33.0)
1. Urinalisis menunjukkan proteinuria, hematuria dan adanya silinder
5. Pemeriksaan eritrosit
Penunjang 2. Kreatinin dan ureum darah umumnya meningkat
3. ASTO meningkat pada 75-80% kasus
4. Komplemen C3 menurun pada hampir semua pasien pada minggu
pertama
5. Jika terjadi komplikasi gagal ginjal akut, didapatkan hyperkalemia,
asidosis metabolic, hiperfosfatemia dan hipokalsemia.
6. Terapi 1. Tirah baring pada minggu pertama perjalanan penyakit GNAPS
2. Antibiotika (jika terdapat tanda-tanda infeksi):
Amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi 3 dosis selama 10 hari
Jika alergi penisilin: Eritromisin 30 mg/kg BB/hari selama 10
hari
3. Diuretik: Furosemid 1-2 mg/kg/dosis (2-3 kali sehari) selama 3-10 hari
(sesuai status edema dan hipertensi)
4. Anti-hipertensi (kombinasi dan durasi diberikan sesuai status
hipertensi):
Captopril 0,3-2 mg/kg/dosis (3 kali sehari),
Amlodipin 0,05-0,2 mg/kg/hari (2 kali sehari)
7. Edukasi Pengobatan GNAPS umumnya berupa terapi suportif, untuk mencegah
keparahan penyakit dan terjadinya komplikasi.
8. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG

Indicator Medis Pengobatan dengan antibiotic yang tepat dan terapi suportif yang
mendukung dapat mengurangi terjadinya komplikasi
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD PROF. DR. 1/11
W.Z JOHANNES
KUPANG
Ditetapkan
Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN TanggalTerbit
PRAKTIK KLINIS (
PPK )
Drg. Dominikus Minggu, Mkes
Pembina Utama Madya
Nip. 19600731 198112 1 001

1. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
1. Pengertian sampai seluruh tubuh
(Definisi) 2. BB/PB atau BB/TB <-3SD
1. Penilaian awal, anamnesis mengenai:
Kejadian mata cekung yang baru saja terjadi
Lama dan frekuensi diare, tampilan muntahan dan diare
(encer/darah/lendir)
Kapan BAK terakhir
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin
Bila didapati hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok. Atasi segera.
2. Anamnesis lanjutan :
Diet (pola makan sebelum sakit)
Riwayat pemberian ASI
2. Anamnesis
Asupan makan dan minum beberapa hari terakhir
Sejak kapan hilangnya napsu makan
Riwayat kontak dengan penderita campak dan tuberculosis paru
Apakah pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang; duduk berdiri berbicara
Riwayat imunisasi, apakah ditimbang setia bulan
Latar belakang social keluarga dan tersangka infeksi HIV
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


2/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tampak sangat kurus dan atau edema
2. Tanda dehidrasi
3. Tanda syok
4. Demam atau hipotermi
5. Frekuensi dan tipe pernafasan
6. Tampak sangat pucat
7. Pembesaran hati dan ikterus
8. Perut kembung, bising usus melemah atau meninggi, tanda asites,
abdominal splash
4. Kriteria 1. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
Diagnosis sampai seluruh tubuh
2. BB/PB atau BB/TB <-3SD
5. Diagnosis
GIZI BURUK

6. Diagnosis
banding -

7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Laboratorium : Gula darah, preparat darah hapus, Hb,


penunjang
Ht, urin rutin dan biakan urin, feses rutin
2. Pemeriksaan Radiologi : foto polos dada
3. Uji kulit untuk tuberkulosis.
8. Terapi 1. Suportif
Anak dipisahkan dari pasien infeksi
Ditempatkan di ruangan yang hangat (suhu 25 - 30 C, bebas dari
angin)
Dipantau secara rutin
Pencatatan asupan makanan dan berat badan anak
Keterlibatan orangtua
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


3/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi 2. Tatalaksana sesuai dengan 10 langkah penanggulangan gizi buruk
AKTIVITAS PENGOBATAN REHABILI FOLLOW-
AWAL TASI UP
12 3 7 HARI 26 7 26
HARI MINGGU MINGGU
1. Cegah / atasi hipoglikemia
2. Cegah / atasi hipotermia
3. Cegah / atasi dehidrasi
4. Koreksi ketidak
seimbangan
elektrolit
5. Cegah / obati infeksi
6. Koreksi kekurangan mikro Tanpa besi (Fe) Dengan besi (Fe)
nutrien

7. Mulai Pemberian
Makanan
8. meningkatkan makanan
untuk tumbuh kejar
(catch- up growth)
9. Stmulasi
10.Persiapan tindak lanjut
3. Tatalaksana Umum
Langkah Pengelolaan
8.3.1 - Semua anak gizi buruk harus dianggap menderita
Hipoglik- hipoglikemia
emia : - Anak sadar : Glukosa 10% atau gula pasir 10 % per-
glukosa oral atau NGT 50 ml
darah < 3 - Letargi : Glukosa 10% iv bolus 5 ml/kgBB
mmol/l atau - Syok : RL dan Dekstrosa/Glukosa 10% 1:1 menjadi
< 54 mg/dl RLG 5% 15 ml/kgBB selama 1 jam pertama atau 5
tts/mnt/kgBB
- Jika kadar gula darah < 3 mmol/l atau < 54 mg/dl,
ulangi pemberian larutan Glukosa atau gula 10%
- Lanjutkan dengan pemberian F-75 setiap 2-3 jam siang
dan malam
- Bila masih mendapat ASI, teruskan pemberian ASI di
luar jadwal pemberian F-75
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


4/1

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi Langkah Pengelolaan
8.3.2 Metode kanguru dan diselimuti, beri penutup
Hipotermi kepala
a: - Dengan lampu pijar 40 W, jarak 50 cm dari tubuh
suhu aksilar - Jika menggunakan pemanas, monitor suhu tiap 30
< 35,50C menit
atau teraba - Hentikan pemanasan bila suhu aksilar 36,5 0C
dingin - Pastikan anak selalu tertutup pakaian atau selimut,
terutama pada malam hari
Jika ditemukan hipotermia, periksa kadar gula darah
8.3.3 Lihat bagan
Dehidrasi
dan syok
8.3.4 Berikan larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke
Elektrolit dalam F-75, F-100 atau ReSoMal
- Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
- Siapkan makanan tanpa menambahkan garam
(NaCl)
- KCl 150-300 mg/kg/ hari
8.3.5 - Tidak ada komplikasi: Kotrimoksasol po: 25 mg
Infeksi sulfametoksasol + 5 mg trimetoprim/kgBB atau 1
tablet pediatrik/5 kgBB setiap 12 jam selama 5 hari
- Komplikasi: Ampisilin iv atau im (50 mg/kg)
setiap 6 jam selama 2 hari diikuti Amoksisilin oral
(15 mg/kg) setiap 8 jam atau Ampisilin oral (50
mg/kg) setiap 6 jam selama 5 hari. Bila anak sudah
BAK ditambah Gentamisin iv atau im (7,5
mg/kgBB) setiap hari sekali selama 7 hari
- Bila tidak membaik 48 jam ditambah
Kloramfenikol iv atau im (25 mg/kg) setiap 8 jam
selama 5 hari (beri setiap 6 jam bila diduga
meningitis)
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


5/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi 8.3.5 - Bila ada infeksi khusus: Metronidazol oral 7,5
Infeksi mg/kgBB/8 jam selama 7 hari. Asam Nalidiksat oral 15
mg/kgBB/6jam selama 5 hari. Benzil penisilin iv/im:
50.000 unit/kg/6 jam
- Pirantel pamoat, untuk anak > 4 bulan:
4-9 bulan tablet, 9-12 bulan tablet, 1-3 tahun 1
tablet, 3-5 tahun 1 tablet.
- Malaria :
Malaria Falsiparum
Lini pertama
Hari Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur
0-2 2-11 1-4 5-9 10- 15
bln bln thn thn 14 thn
thn
H1 Arts 1/4 1/2 1 2 3 4
Amo 1/4 1/2 1 2 3 4
Prim *) *) 3/4 1 2 2-3
H2 Arts 1/4 1/2 1 2 3 4
Amo 1/4 1/2 1 2 3 4
H3 Art 1/4 1/2 1 2 3 4
Amo 1/4 1/2 1 2 3 4
*) semua pasien kecuali anak <1 tahun
Arts: Artesunate 50 mg/tab, 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/po
Amo : Amodiakuin 200 mg/tab, 10 mg basa/kgBB
Prim : Primakuin 25 mg garam=15 mgbasa

Langkah Pengelolaan
8.3.5 - Malaria Falsiparum
Infeksi Lini kedua
Hari Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur
2-11 1-4 thn 5-9 10-14 15
bln thn thn thn
H1 Kina *) 3x 1/2 3x1 3x1 3x2
Tetr/ - - - - 4x1
Doks
Prim - 3/4 1 2 2-3
H2 Kina *)
Tetr/ - - - - 4x1
Doks
*) 1 tablet = 200 mg garam
Dosis Kina 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis

GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


6/11

RSUD PROF. DR.


W.Z
JOHANNES
KUPANG
8. Terapi
Langkah Pengelolaan
8.3.5 Doksisiklin anak 8-14 tahun: 2 mg/kgBB/hari
Infeksi Tetrasiklin > 12 tahun: 25-50 mg/kgBB/hari
Primakuin : 0,75 mg/kgBB dosis tunggal.

Malaria Vivaks/Ovale
Lini pertama
Ha Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur
ri 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 15
bln bln thn thn thn thn
H Klor 1/4 1/2 1 2 3 3-4
1 Prim - - 1/4 1/2 3/4 1
H Klor 1/4 1/2 1 2 3 3-4
2 Prim - - 1/4 1/2 3/4 1
H Klor 1/8 1/4 1/2 1 11/2 2
3 Prim - - 1/4 3/4 1
H4 Prim - - 1/4 3/4 1
-14

Klorokuin hari 1 & 2 : 10 mg/kgBB, hari 3 : 5 mg/kgBB


dan Primakuin : 0,25 mg/kgBB/hari, selama 14 hari.

Langkah Pengelolaan
8.3.5 Malaria vivax/ovale resisten klorokuin
Infeksi Lini pertama
Ha Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur
ri 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 15
bln bln thn thn thn thn
H Kina *) *) 3x 3x1 3x11/2 3x2
1-7
H Prim - - 1/4 3/4 1
1-14
Bila relaps : Klorokuin dan Primakuin 1x setiap minggu,
selama minimal 8 minggu. Primakuin 0,75 mg/kgBB.

GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


7/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi Langkah Pengelolaan
8.3.5 Malaria ovale relaps
Infeksi
Lama Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok
(mgg) umur
0-1 2- 1-4 5-9 10- 15
bln 11 thn thn 14 thn
bln thn
8- Klor 1/4 1/2 1 2 3 3-4
12*)
8- Prim - - 3/4 1 2 3
12*)

Malaria klinis
Lini pertama
Hari Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur
0-2 2-11 1-4 5-9 10- 15
bln bln thn thn 14 thn
thn
H1 Klor 1/4 1/2 1 2 3 3-4*)
Prim - - 3/4 1 2 2-3**)
H2 Klor 1/4 1/2 1 2 3 3-4*)
H3 Klor 1/8 1/4 1/2 1 1 2
*) Klorokuin BB<50 kg 3 tab, BB>50 kg 4 tab
H1,2 : 10 mg/kgBB/hari, H3: 5 mg/kgBB/hari
**) Primakuin BB<50 kg 2 tab, BB>50 kg 3 tab, dosis 0,75
mg/kgBB/hari

Lini kedua
Hari Obat Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur
0-2 2-11 1-4 5-9 10-14 15
bln bln thn Thn thn thn
H1 Kina *) *) 3x 3x1 3x1 3x2
H2 Prim - - 3/4 1 2 2-3
Kina 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
Primakuin 0,75 mg/kgBB dosis tunggal
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


8/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi 8.3.6 - Vitamin A < 6 bulan : 50.000 SI (1/2 kapsul biru)
Mikro 6-11 bulan : 100.000 SI ( 1 kapsul biru)
Nutrien 1-5 tahun : 200.000SI (1 kapsul merah)
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah
sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin
A dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
- Asam folat 5 mg/hari hari I, selanjutnya 1 mg/hari
- Vitamin B kompleks 1 tablet/hari
- Vitamin C :
< 6 bulan : 30 mg 1-3 tahun : 40 mg
6-11 bulan : 35 mg 4-6 tahun : 45 mg
- Fe pada saat fase rehabilitasi :
Fe elemental 1-3 mg/kgBB/hari selama 2
bulan.
Tablet besi/folat (60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat). Sirup besi 5 ml ( 30 mg besi
elemental)

8.3.7 Stabilisasi:
Pemberian - Makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, rendah
makanan osmolaritas maupun rendah laktosa
awal - Berikan per-oral atau NGT, hindari penggunaan
parenteral
- Kalori 80-100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g
/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari (bila edema
berat, beri 100 ml/kgBB/hari)
- Formula awal adalah F-75 sesuai jadwal (lihat
tabel pada lampiran)
- Jika anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi
pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus
dipenuhi
- Pantau dan catat setiap hari:
jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan,
muntah, frekuensi defekasi dan konsistensi feses,
berat badan.

GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


9/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi Langkah Pengelolaan
8.3.8 Transisi:
Makanan - Kalori 100-150 kkal/kgBB/hari, protein 2-3 g
tumbuh /kgBB/hari, cairan 150-200 ml/kgBB/hari
kejar - Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal
(F-75) ke formula tumbuh kejar (F-100)
- Berikan F-100 sejumlah yang sama dengan F-75
selama 2 hari berturutan, selanjutnya naikkan
jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali
pemberian sampai anak tidak mampu
menghabiskan atau tersisa sedikit.
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi
pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai
kebutuhan
Rehabilitasi:
- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak
terbatas (sesuai kemampuan anak)
- Kalori 150-220 kkal/kgBB/hari, protein 4-6 g
/kgBB/hari
- Pemberian F-100 fase rehabilitasi sesuai jadwal (lihat
tabel pada lampiran)
Pemantauan:
- Amati gejala dini gagal jantung ( nadi dan napas cepat)
- Nilai kemajuan:
Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum
makan, hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3
hari dalam gram/kgBB/hari.
Jika kenaikan BB:
- kurang (< 5 g/kgBB/hari) lakukan penilaian ulang
lengkap
- sedang (5-10 g/kgBB/hari) periksa apakah target
asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak
terdeteksi
- baik (> 10 g/kgBB/hari)
GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


10/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi Langkah Pengelolaan
8.3.9 Lakukan:
Stimulasi - Ungkapan kasih sayang
sensorik & - Lingkungan yang ceria
emosional - Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit sehari
Keterlibatan orang tua sesering mungkin (menghibur,
memberi makan, memandikan, bermain)
8.3.10 - Anak dianggap telah sembuh bila telah tecapai BB/TB
Persiapan > -2 SD
pulang - Beri contoh pada orang tua tentang:
- menu dan cara membuat makanan kaya kalori dan
padat gizi, serta frekuensi pemberian makan yang
sering
- terapi bermain yang tersruktur
Sarankan untuk melengkapi imunisasi dasar dan/ atau
ulangan, mengikuti program pemberian vitaminA

4. Penanganan kondisi penyerta


8.4.1 - Hanya bercak Bitot: tidak memerlukan obat tetes mata
Masalah - Nanah atau peradangan: beri tetes mata kloramfenikol atau
pada mata tetrasiklin 1%
- Kornea keruh, ulkus kornea:
tetes mata kloramfenikol 0,25% - 1% atau tetrasiklin
1%; 1 tetes 4 x sehari, selama 7 hari
tetes mata atropin 1%; 1 tetes 3 x sehari, selama 3-5
hari
Jika perlu, kedua obat diberikan secara bersamaan
- Gunakan kasa penutup mata yang dibasahi larutan NaCl,
ganti kasa setiap hari
8.4.2 - Transfusi darah diperlukan jika: Hb < 4 g/dl atau Hb 4 6
Anemia g/dl disertai distres napas atau tanda gagal jantung
berat - Transfusi darah utuh (Whole Blood) 10 ml/kgBB secara
lambat selama 3 jam, Furosemid 1 mg/kgBB IV saat
transfusi dimulai
- Bila ada gejala gagal jantung transfusi dengan PRC 10
ml/kgBB
- Stop cairan per-oral/NGT selama transfusi.

GIZI BURUK

No Dokumen No. Revisi Halaman


11/11

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
8. Terapi 8.4.3 - Kompres daerah luka dengan larutan Kalium permanganat
Lesi kulit (PK) 0,01% selama 10 menit/hari
pada - Bubuhi salep/krim Zn pada daerah yang kasar, dan
kwasiorkor gentian violet pada lesi kulit yang pecah-pecah
- Hindari pemakaian popok sekali pakai (pampers) agar
daerah perineum tetap kering
8.4.4 - Lakukan pemeriksaan mikroskopis spesimen tinja
Diare - Jika ditemukan kista atau trofozoit Giardia lamblia, beri
persisten metronidazol 7,5 mg/kgBB/ 8 jam selama 7 hari
- Intoleransi laktosa, ganti formula dengan susu bebas
laktosa
- Diare osmotik, gunakan F-75 berbahan dasar serealia
dengan osmolaritas lebih rendah
8.4.5 - BB 5-10 kg: INH 50 mg, Rif 75 mg, PZA 150 mg.
Tuberkulosis BB 10-20 kg : INH 100 mg, Rif 150 mg PZA 300 mg.
BB 20-33 kg : INH 200 mg, Rif 300 mg, PZA 600 mg.
9. Edukasi Penanganan gizi buruk membutuhkan perhatian khusus dari orang tua
dalam pemenuhan kecukupan gizi anak dan mencegah terjadinya
penyakit penyerta.
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Indicator medis Penilaian awal dan tatalaksana yang tepat serta pengaturan gizi yang
adekuat dapat mencegah komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai