Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


KEJANG DEMAM

Penyakit Kejang Demam R56.0 (Febrile convulsions)

1. Pengertian (Definisi) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 380 C) tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat ,gangguan elektrolit atau metabolik lain.
Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.

Kejang demam sederhana adalah kejang yang


berlangsung kurang dari 15 menit, bersifat
umum serta tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80%
diantara seluruh kejang demam.

Kejang demam disebut kompleks jika kejang


berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal
atau parsial 1 sisi kejang umum didahului
kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam.

2. Anamnesis  Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran,


lama kejang
 Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi
dalam 24 jam, interval, keadaan anak
pasca kejang, penyebab demam di luar
infeksi susunan saraf pusat (gejala
Infeski saluran napas akut/ISPA, infeksi
saluran kemih/ISK, otitis media
akut/OMA, dll)
 Riwayat perkembangan, riwayat kejang
demam dan epilepsi dalam keluarga
 Singkirkan penyebab kejang yang lain
(misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit,
sesak yang mengakibatkan hipoksemia,
asupan kurang yang dapat
menyebabkan hipoglikemia)
Kesadaran: apakah terdapat penurunan
3. Pemeriksaan Fisik
kesadaran, Suhu tubuh: apakah terdapat
demam

Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk,


Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque -
Pemeriksaan nervus kranial

Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun


ubun besar (UUB) membonjol , papil edema
Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll

Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex


fisiologis, reflex patologis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
4. Kriteria Diagnosis
dan pemeriksaan fisik.
Kejang Demam
5. Diagnosis Kerja

◦ Meningitis
6. Diagnosis Banding
◦ Ensefalitis
◦ Epilepsi
◦ Gangguan metabolik, seperti:
gangguan elektrolit.

7. Pemeriksaan Penunjang ◦ Pemeriksaan penunjang dilakukan


sesuai indikasi untuk mencari
penyebab demam atau kejang.
Pemeriksaan dapat meliputi darah
perifer lengkap, gula darah,
elektrolit, urinalisis dan biakan
darah, urin atau feses.

◦ Pemeriksaan cairan serebrospinal


dilakukan untuk
menegakkan/menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Pada bayi
kecil seringkali sulit untuk
menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas.
Jika yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal. Pungsi lumbal dianjurkan
pada :

1. Bayi usia kurang dari 12 bulan :


sangat dianjurkan

2. Bayi usia 12-18 bulan :


dianjurkan

3. Bayi usia > 18 bulan tidak rutin


dilakukan

◦ Pemeriksaan elektroensefalografi
(EEG) tidak direkomendasikan .EEG
masih dapat dilakukan pada kejang
demam yang tidak khas, misalnya :
kejang demam kompleks pada anak
berusia lebih dari 6 tahun atau
kejang demam fokal.
◦ Pencitraan (CT-Scan atau MRI
kepala) dilakukan hanya jika ada
indikasi, misalnya :

1. Kelainan neurologi fokal yang


menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi
struktural di otak (mikrosefali,
spastisitas)

2. Terdapat tanda peningkatan


tekanan intrakranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB
membonjol, paresis nervus VI,
edema papil).

Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat


8. Terapi
dilihat pada algoritme tatalaksana kejang. Saat
ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis
intermiten pada saat demam berupa :
 Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau
ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
 Anti kejang
Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB
setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0,5
mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh >
38,50 C.Terdapat efek samping berupa ataksia,
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-
39% kasus.

Pengobatan jangka panjang/rumatan


Pengobatan jangka panjang hanya diberikan
jika kejang demam menunjukkan cirri sebagai
berikut (salah satu):
 Kejang lama > 15 menit
 Kelainan neurologi yang nyata
sebelum/sesudah kejang : hemiparesis,
paresis Todd, palsi serebral, retardasi
mental, hidrosefalus.
 Kejang fokal

Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan


jika :
 Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24
jam
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang
dari 12 bulan
 Kejang demam > 4 kali per tahun.

Obat untuk pengobatan jangka panjang :

fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2


dosis) atau asam valproat (dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pemberian obat
ini efektif dalam menurunkan risiko berulangnya
kejang. Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

9. Lama Hari Rawat

Konseling dan edukasi dilakukan untuk


10. Edukasi
membantu pihak keluarga mengatasi
(Hospital Health Promotion) pengalaman menegangkanakibat kejang
demam dengan memberikan informasi
mengenai:
◦ Prognosis dari kejang demam.
◦ Tidak ada peningkatan risiko
keterlambatan sekolah atau
kesulitan intelektual akibat kejang
demam.
◦ Kejang demam kurang dari 30
menit tidak mengakibatkan
kerusakan otak.
◦ Risiko kekambuhan penyakit yang
sama di masa depan.
◦ Rendahnya risiko terkena epilepsi
dan kurangnya manfaat
menggunakan terapi obat
antiepilepsi dalam mengubah risiko
itu.
Ad vitam : dubia
11. Prognosis
Ad sanationam : dubia
Ad functionam : dubia

12. Penelaah Kritis

Kejang dan Demam


13. Indikator Medis

14. Tingkat Evidence

15. Tingkat Rekomendasi

16. Syarat pulang untuk pasien rawat inap Pasien dapat dipulangkan apabila tidak kejang
dan tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, klinis
perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi.
Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.

17. Kepustakaan IDAI, 2011, Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1,


hal: 150-152, Jakarta, IDAI.

Anda mungkin juga menyukai