Anda di halaman 1dari 12

LAORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR KEJANG DEMAM


1. Difinisi
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara
mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh
aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebal yang
sangat berlebihan. Terjadi kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak
kongenital, factor genetic atau adanya penyakit seperti meningitis,
ensefalitis serta demam yang tinggi atau dapat dikenal dengan istilah
kejang demam, gangguan metabolism, trauma dan lain sebagainya.
(Hidayat, 2008 dalam Dewi & Meira, 2016, p.243)
Kejang Demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) akibat proses
ekstrakranium dengan ciri terjadi pada usia 6 bulan sampai 4 tahun,
lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16
jam setelah timbulnya demam (Hidayat, 2008 : Sodikin, 2012, p.188).
2. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh hipertermi yang muncul secara
cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya
berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familial dan
beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan
mungkin dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan
selanjutnya. (Nurarif & Hardhi, 2015, p.164).
3. Patofisiologi
Kejang demam adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus dan parsit yang melakukan reaksi nflamasi dan menyebabkan
proses demam sehingga terjadi hpertermia. Selain itu kejang demam
dapat juga disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan juga
kelainan neurologis perinatal ataupun prenatal.
Kejang demam dapat dibedakan menjadi 2 yaitu KDS (Kejang
demam kurang dari 15 menit) dan juga KDK (Kejang dema yang lebih
dari 15 menit). KDS dapat menyebabkan seseorang mengalami
penurunan kesadaran yang berakibat beresiko mengalami cidera. Selain
beresiko cidera seseorang yag mengalami penurunan kesadaran juga akan
kesulitn dalam menelan sehingga beresiko aspirasi. Ketika seseorang
engalami kejang demam baik KDS maupun KDK, seseorang akan
mengalami kontraksi otot yang menigkat sehingga metabolism juga
menigkat. Menigkatnya metabolisme seseorang berakibat pada
kebutuhan oksigen yang menigkat yang berakibat afeksia dan juga
mengalami penigkatan suhu tubuh yang bisa berakibt ketidakefektifanya
termoregulasi. Sedangkan KDK dapat menyebabkan perubahan suplay
darah keotak yang berakibat seseorang mengalami resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
Kasus kejang demam bisa terjadi lebh dari satu kali, dan bahkan
bisa berulang kali dalam waktu yang tidak bisa di tentukan. Oleh sebab
itu kejang demam memiliki resiko kejang demam berulang. Kejang
demam juga masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya
dikarenakan informasi yang masih kurang, sehingga banyak masyarakat
yang mengalami defisiasi pengeahuan tentang kejang demam.
4. Pathways
Infeksi Virus dan Reaksi inflamasi Gangguan
Parasit Keseimbaan Cairan

Hipertermia Proses Demam Kelainan Neurologis


perinatal/prenatal

Resiko Kejang Kejang Demam Resiko Jatuh


Berulang

KDS KDK

Kesadaran Menurun Kontraksi otot Perubahan suplay


Menigkat darah ke otak

Resiko Cidera Metabolisme Resiko ketiakefektifan


Menigkat perfusi jaringan otak

Reflek menelan Kebutuhan O2 Suhu tubuh makin


menurun Menigkat menigkat

Resiko aspirasi Resiko Afeksia Ketidakefektifan


termoregulasi

Kurangnya Defisiensi
informasi pegetahuan

(Modifikasi Nanda NIC NOC)

5. Manifestasi Klinis/Gejala Klinis


Tanda dan gejala dari keajang demam yaitu:
a. Kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3-
4%.
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak pada
laki-laki.
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi
diluar susunan saraf misalnya otitis media akut, bronchitis, dan
sebagainya.
d. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau atonik.
e. Mengalami penurunan kesadaran
f. Pada system pencernaan, penderita mengalami inkontinensia urin/
fekal.
g. Takikardi pada bayi, frekuensi sering diatas 150-200 per menit
(markam, 2009 dalam dalam Dewi & Meira, 2016, p.245).
6. Pemerisaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya
gastroenteritisdehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dikerjakan, misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula
darah.
b. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya
adalah 1,6% -6,7%. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada
bayi.
c. Elektro Ensegalografi(EEG)
Pemeriksaan Elektro Ensegalografi (EEG) tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan
kejadian epilepsy pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
(Widodo, 2011 dalam Dewi & Meira, 2016, p.249).
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ngastiyah, 2005 dalam Dewi & Meira, 2016 (p.250)
penatalaksanaan medis kejang demam sebagai berikut:
a. Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu
Diazepam untuk memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan
secara intravena. Dosis sesuai berat badan, berat badan kurang dari 10
kg (0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg). Berat
badan diatas 20 kg (0,5 mg/kg BB).
b. Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosisi 20-
30 mh/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosisi atau 17 sebaiknya
glukortikoid misalnya Deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam.
c. Setelah kejang diatasi diazepamberkisar antara 45-60 menit
disuntikan, diberikan obat antipileptik dengan daya kerja lama
misalnya fenobarbital atau defenilhidation diberikan secara
intramuskuler. Dosis awal neonates 30 mg, umur 1 bulan–12 bulan 20
mg, umur 1 tahun ke atas 75 mg
8. Komplikasi
Menurut waskitho, 2013 dalam Dewi & Meira, 2016 (p.249) komplikasi
kejang demam dibagi menjadi 5, yaitu:
a. Kerusakan Neurotransmiter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan
pada neuron.
b. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
dikemudian hari sehingga terjadi serangan Epilepsi yang spontan.
c. Kelainan anatomis di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4
bulan–5 tahun.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
e. Kemungkinan mengalami kematian.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SENGAN
KEJANG DEMAM
1. Penkajian
Pengkajian kejang demam biasanya berkaitan dengan peningkatan
cepat suhu inti tubuh hingga 39ºC atau lebih. Kejang demam sederhana
didefinisikan sebagai kejang umum yang berlagsung selama kurang dari
15 menit (biasanya beberapa detik hingga 10 menit), yang terjadi sekali
dalam periode 24 jam dan disertai dengan demam, tanpa adanya infeksi
sistem saraf pusat (Kyle, 2014).
Jika pada anak terjadi kejang, tentukan apakah anak memiliki
riwayat seperti: demam, cedera kepala, over dosis obat atau keracunan,
kejang berlangsung berpa lama, apa pernah mengalami kejang demam
(WHO, 2009).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d infeksi virus dan parasit
b. Resiko kejang berulang b.d kejang demam
c. Resiko cidera b.d penurunan kesadaran
d. Resiko ketidakefektifan jaringan perfusi otak b.d kerusakan sel neuron
e. Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
f. Defisiensi pengeahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit
g. Ketidakefektifa termoregulasi b.d suhu tubuh makin menigkat
h. Resiko jatuh b.d kejang
3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi


Keperawaan
Hipertermia b.d NOC NIC
infeksi virus Termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh
dan parasite Kriteia Hasil : pasien
1. Suhu tubuh dalam 2. Monitor warnakulit
rentang nomal pasien

2. Nadi dan RR dalam 3. Kolaborasi pemberian


rentang normal
3. Tidak ada cairan IV
perubahan wara 4. Berikan pengobatan
kulit dan tidak ada untuk mengatasi
pusing penyebab demam
Resiko kejang NOC NIC
berulang b.d  Tidak terjadi 1. Monitor keadaan
kejang demam kejang selama umum dan kesadaran
proses keperawatan 2. Monitor TTV (nadi,
pernafasan, dan suhu)
Kriteria Hasil : 3. Berikan kompres
1. Keadan umum hangat (Bila perlu)
pasien baik 4. Beri rasa nyaan
2. Kesadaran dengan memberi
Composmetis pengaman disisi
3. Suhu tubuh dalam tempat tidur
batas normal (36- 5. Kolaborasi pemberian
37,5oC) terapi obat
4. Frekuensi
pernafasan dalam
batas normal (20-
30 x/menit)
5. Kulit teraba hangat
(normal)

Resiko cidera NOC NIC


b.d penurunan Risk Kontrol 1. Sediakan Iingkungan
kesadaran yang aman untuk
Kriteria Hasil: pasien
1. Klien terbebas dari 2. Identifikasi kebutuhan
cedera keamanan pasien,
sesuai dengan kondisi
2. Klien mampu fisik dan fungsi
menjelaskan kognitif pasien dan
cara/metode untuk riwayat penyakit
mencegah terdahulu pasien
injury/cedera 3. Menghindarkan
3. Klien mampu lingkungan yang
menjelaskan faktor berbahaya (misalnya
resiko dari memindahkan
lingkungan/perilak perabotan)
u personal 4. Memasang side rail
4. Mampu
memodifikasi gaya tempat tidur
hidup untuk 5. Menyediakan tempat
mencegah injury tidur yang nyaman dan
5. Menggunakan bersih
fasilitas kesehatan 6. Menempatkan saklar
yang ada lampu ditempat yang
6. Mampu mengenali mudah dijangkau
perubahan status pasien.
kesehatan 7. Membatasi
pengunjung

Resiko NOC NIC


ketidakefektifa  Status sirkulasi 1. Pantau adanya daerah
n jaringan  Prefusi Jaringan : tertentu yang hanya
perfusi otak b.d serebral peka terhadap
kerusakan sel panas/dirigin/tajam/tu
neuron Kriteria Hasil : mpul
1. Mendemonstrasika 2. Pantau adanya
n status sirkulasi paretese
yang ditandai 3. Instruksikan keluarga
dengan : untuk mengobservasi
2. Tekanan systole kulit jika ada Isi atau
dan diastole dalam laserasi
rentang yang 4. Gunakan sarung
diharapkan tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada
3. Tidak ada kepala, leher dan
hipertensi ortostatik punggung
4. Tidak ada tanda- 6. Pantau kemampuan
tanda peningkatan BAB
tekanan intrakranial 7. Kolaborasi pemberian
(tidak lebih dari 15 analgetik
mmHg) 8. Pantau adanya
5. Mendemonstrasika tromboplebitis
n kemampuan 9. Diskusikan menganai
kognitif penyebab perubahan
sensasi
Resiko aspirasi NOC NIC
b.d penurunan  Status pernafasan : 1. Monitor tingkat
kesadaran ventilasi kesadaran, reflek
 Kontrol aspirasi batuk dan kemampuan
 Status menelan menelan
2. Pantau status paru
Kriteria Hasil : pelihara jalan nafas
1. Klien dapat 3. Lakukan suction jika
bernafas dengan diperlukan
mudah, tidak irama, 4. Cek nasogastrik
frekuensi sebelum makan
pernafasan normal 5. Usahakan makan
2. Pasien mampu kalau sisa masih
menelan, banyak
mengunyah tanpa 6. Potong makanan kecil-
terjadi aspirasi, dan kecil
mampu melakukan 7. Haluskan obat
oral hygine sebelum pemberian
3. Jalan nafas paten,
mudah bernafas,
tidak merasa
tercekik dan tidak
ada suara nafas
abnormal
Defisiensi NOC NIC
pengeahuan b.d Kriteria Hasil : 1. Kaji tingkat
kurangnya 1. Keluarga pengetahuan keluarga
informasi menyatakan pasien mengenai
tentang pemahaman tentang penyakit yang di derita
penyakit penyakit, kondisi, pasien
dan pengobatan 2. Lakukan Pendidikan
2. Keluarga mampu kesehatan penyakit
menjelaskan yang diderita oleh
Kembali apa yang pasien
dijelaskan oleh 3. Beri kesempatan
perawat kepada keluarga untuk
bertanya
4. Evaluasi pengetahuan
kelurga pasien tentang
penyakit yng diderita
pasien
Ketidakefektifa NOC NIC
termoregulasi  Hidrasi 1. Pantau suhu minimal
b.d suhu tubuh  Perilaku kepatuhan tiap 2 jam
makin  Status kekebalan 2. Rencanakan
pemantauan suhu
menigkat  Pengendalian risiko secara kontinyu
 Deteksi risiko 3. Pantau TD, nadi, dan
RR
Kriteria Hasil : 4. Monitor warna dan
1. Keseimbangan suhu kulit
antara produksi 5. Pantau tanda-tanda
panas, panas yang hipertermi dan
diterima, dan hipotermi
kehilangan panas 6. Tingkatkan asupan
2. Seimbang antara cairan dan nutrisi
produksi panas, 7. Selimuti pasien untuk
panas yang mencegah relaksasi
diterima, dan tubuh
kehilangan panas
selama 28 hari 8. Ajarkan pada pasien
pertama kehidupan cara mencegah
3. Keseimbangan keletihan akibat panas
asam basa bayi 9. Diskusikan tentang
baru lahir pentingnya pengaturan
4. Stabil suhu : 36,5- suhu dan
37 C kemungkinan efek
5. Tidak ada kejang negatif dan kedinginan
6. Tidak ada 10. Beritahu tentang
perubahan warna indikasi terjadinya
kulit keletihan dan
7. Glukosa darah penanganan darurat
stabil yang diperlukan
8. Pengendalian risiko 11. Ajarkan indikasi dari
: hipertermia hipotermi dan
9. Pengendalian pananganan yang
risiko: hipotermia diperlukan
10. Pengendalian 12. Berikan anti piretik
risiko: Proses jika perlu
menular
11. Pengendian risiko:
paparan sinar
matahari
Resiko jatuh NOC NIC
b.d kejang  Risiko Trauma 1. Defisit kognitif atau
Untuk fisik pasien yang dapat
 Risiko cedera untuk meningkatkan potensi
jatuh dalam
Kriteria Hasil : lingkungan
1. Keseimbangan : 2. tertentu perilaku dan
kemampuan untuk faktor yang
mempertahankan mempengaruhi risiko
ekuilibrium jatuh
3. Karakteristik
2. Gerakan lingkungan yang dapat
terkoordinasi : meningkatkan potensi
kemampuan otot untuk jatuh (misalnya,
untuk bekerja sama lantai yang licin dan
secara sukarela tangga terbuka)
untuk melakukan 4. Sarankan perubahan
gerakan yang dalam gaya berjalan
bertujuan kepada pasien
3. Perilaku 5. Mendorong pasien
pencegahan jatuh : untuk menggunakan
tindakan individu tongkat atau alat
atau pemberi pembantu berjalan
asuhan untuk faktor 6. Kunci roda dari kursi
resiko yang dapat roda, tempat tidur,
memicu jatuh atau brankar selama
dilingkungan transfer pasien
individu 7. Tempat artikel mudah
4. Kejadian jatuh : dicapai dari pasien
tidak ada kejadian 8. Ajarkan pasien
jatuh bagaimana jatuhnya
5. Pengetahuan : untuk kecelakaan
pemahaman 9. Memantau
pencegahan jatuh kemampuan untuk
mentransfer dari
tempat tidur ke kursi
dan demikian pula
sebaliknya
10. Gunakan teknik yang
tepat untuk
mentransfer pasien ke
dan dari kursi roda,
tempat tidur, toilet,
dan Sebagainya
4. Implementasi/ Tindakan Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
criteria hasil yang diharapkan (Hasanah,2013)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam
Wardani, 2013).
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
A : analisis ulang atas data subjektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah berkurang, tetap atau muncul masalah baru atau
ada data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisi
pada respon klien.

Anda mungkin juga menyukai