0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas konsep dasar kejang demam pada anak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komplikasi. Juga dibahas konsep asuhan keperawatan untuk anak dengan kejang demam yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar kejang demam pada anak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komplikasi. Juga dibahas konsep asuhan keperawatan untuk anak dengan kejang demam yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar kejang demam pada anak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komplikasi. Juga dibahas konsep asuhan keperawatan untuk anak dengan kejang demam yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi.
1. Difinisi Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan. Terjadi kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak kongenital, factor genetic atau adanya penyakit seperti meningitis, ensefalitis serta demam yang tinggi atau dapat dikenal dengan istilah kejang demam, gangguan metabolism, trauma dan lain sebagainya. (Hidayat, 2008 dalam Dewi & Meira, 2016, p.243) Kejang Demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi pada usia 6 bulan sampai 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam (Hidayat, 2008 : Sodikin, 2012, p.188). 2. Etiologi Kejang demam disebabkan oleh hipertermi yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familial dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya. (Nurarif & Hardhi, 2015, p.164). 3. Patofisiologi Kejang demam adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan parsit yang melakukan reaksi nflamasi dan menyebabkan proses demam sehingga terjadi hpertermia. Selain itu kejang demam dapat juga disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan juga kelainan neurologis perinatal ataupun prenatal. Kejang demam dapat dibedakan menjadi 2 yaitu KDS (Kejang demam kurang dari 15 menit) dan juga KDK (Kejang dema yang lebih dari 15 menit). KDS dapat menyebabkan seseorang mengalami penurunan kesadaran yang berakibat beresiko mengalami cidera. Selain beresiko cidera seseorang yag mengalami penurunan kesadaran juga akan kesulitn dalam menelan sehingga beresiko aspirasi. Ketika seseorang engalami kejang demam baik KDS maupun KDK, seseorang akan mengalami kontraksi otot yang menigkat sehingga metabolism juga menigkat. Menigkatnya metabolisme seseorang berakibat pada kebutuhan oksigen yang menigkat yang berakibat afeksia dan juga mengalami penigkatan suhu tubuh yang bisa berakibt ketidakefektifanya termoregulasi. Sedangkan KDK dapat menyebabkan perubahan suplay darah keotak yang berakibat seseorang mengalami resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Kasus kejang demam bisa terjadi lebh dari satu kali, dan bahkan bisa berulang kali dalam waktu yang tidak bisa di tentukan. Oleh sebab itu kejang demam memiliki resiko kejang demam berulang. Kejang demam juga masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya dikarenakan informasi yang masih kurang, sehingga banyak masyarakat yang mengalami defisiasi pengeahuan tentang kejang demam. 4. Pathways Infeksi Virus dan Reaksi inflamasi Gangguan Parasit Keseimbaan Cairan
Hipertermia Proses Demam Kelainan Neurologis
perinatal/prenatal
Resiko Kejang Kejang Demam Resiko Jatuh
Berulang
KDS KDK
Kesadaran Menurun Kontraksi otot Perubahan suplay
Menigkat darah ke otak
Resiko Cidera Metabolisme Resiko ketiakefektifan
Menigkat perfusi jaringan otak
Reflek menelan Kebutuhan O2 Suhu tubuh makin
menurun Menigkat menigkat
Resiko aspirasi Resiko Afeksia Ketidakefektifan
termoregulasi
Kurangnya Defisiensi informasi pegetahuan
(Modifikasi Nanda NIC NOC)
5. Manifestasi Klinis/Gejala Klinis
Tanda dan gejala dari keajang demam yaitu: a. Kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3- 4%. b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak pada laki-laki. c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi diluar susunan saraf misalnya otitis media akut, bronchitis, dan sebagainya. d. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau atonik. e. Mengalami penurunan kesadaran f. Pada system pencernaan, penderita mengalami inkontinensia urin/ fekal. g. Takikardi pada bayi, frekuensi sering diatas 150-200 per menit (markam, 2009 dalam dalam Dewi & Meira, 2016, p.245). 6. Pemerisaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya gastroenteritisdehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan, misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah. b. Pungsi lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya adalah 1,6% -6,7%. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada bayi. c. Elektro Ensegalografi(EEG) Pemeriksaan Elektro Ensegalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsy pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. (Widodo, 2011 dalam Dewi & Meira, 2016, p.249). 7. Penatalaksanaan Medis Menurut Ngastiyah, 2005 dalam Dewi & Meira, 2016 (p.250) penatalaksanaan medis kejang demam sebagai berikut: a. Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu Diazepam untuk memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan secara intravena. Dosis sesuai berat badan, berat badan kurang dari 10 kg (0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg). Berat badan diatas 20 kg (0,5 mg/kg BB). b. Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosisi 20- 30 mh/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosisi atau 17 sebaiknya glukortikoid misalnya Deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam. c. Setelah kejang diatasi diazepamberkisar antara 45-60 menit disuntikan, diberikan obat antipileptik dengan daya kerja lama misalnya fenobarbital atau defenilhidation diberikan secara intramuskuler. Dosis awal neonates 30 mg, umur 1 bulan–12 bulan 20 mg, umur 1 tahun ke atas 75 mg 8. Komplikasi Menurut waskitho, 2013 dalam Dewi & Meira, 2016 (p.249) komplikasi kejang demam dibagi menjadi 5, yaitu: a. Kerusakan Neurotransmiter Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron. b. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan Epilepsi yang spontan. c. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan–5 tahun. d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam. e. Kemungkinan mengalami kematian. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SENGAN KEJANG DEMAM 1. Penkajian Pengkajian kejang demam biasanya berkaitan dengan peningkatan cepat suhu inti tubuh hingga 39ºC atau lebih. Kejang demam sederhana didefinisikan sebagai kejang umum yang berlagsung selama kurang dari 15 menit (biasanya beberapa detik hingga 10 menit), yang terjadi sekali dalam periode 24 jam dan disertai dengan demam, tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat (Kyle, 2014). Jika pada anak terjadi kejang, tentukan apakah anak memiliki riwayat seperti: demam, cedera kepala, over dosis obat atau keracunan, kejang berlangsung berpa lama, apa pernah mengalami kejang demam (WHO, 2009). 2. Diagnosa Keperawatan a. Hipertermia b.d infeksi virus dan parasit b. Resiko kejang berulang b.d kejang demam c. Resiko cidera b.d penurunan kesadaran d. Resiko ketidakefektifan jaringan perfusi otak b.d kerusakan sel neuron e. Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran f. Defisiensi pengeahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit g. Ketidakefektifa termoregulasi b.d suhu tubuh makin menigkat h. Resiko jatuh b.d kejang 3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
Keperawaan Hipertermia b.d NOC NIC infeksi virus Termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh dan parasite Kriteia Hasil : pasien 1. Suhu tubuh dalam 2. Monitor warnakulit rentang nomal pasien
2. Nadi dan RR dalam 3. Kolaborasi pemberian
rentang normal 3. Tidak ada cairan IV perubahan wara 4. Berikan pengobatan kulit dan tidak ada untuk mengatasi pusing penyebab demam Resiko kejang NOC NIC berulang b.d Tidak terjadi 1. Monitor keadaan kejang demam kejang selama umum dan kesadaran proses keperawatan 2. Monitor TTV (nadi, pernafasan, dan suhu) Kriteria Hasil : 3. Berikan kompres 1. Keadan umum hangat (Bila perlu) pasien baik 4. Beri rasa nyaan 2. Kesadaran dengan memberi Composmetis pengaman disisi 3. Suhu tubuh dalam tempat tidur batas normal (36- 5. Kolaborasi pemberian 37,5oC) terapi obat 4. Frekuensi pernafasan dalam batas normal (20- 30 x/menit) 5. Kulit teraba hangat (normal)
Resiko cidera NOC NIC
b.d penurunan Risk Kontrol 1. Sediakan Iingkungan kesadaran yang aman untuk Kriteria Hasil: pasien 1. Klien terbebas dari 2. Identifikasi kebutuhan cedera keamanan pasien, sesuai dengan kondisi 2. Klien mampu fisik dan fungsi menjelaskan kognitif pasien dan cara/metode untuk riwayat penyakit mencegah terdahulu pasien injury/cedera 3. Menghindarkan 3. Klien mampu lingkungan yang menjelaskan faktor berbahaya (misalnya resiko dari memindahkan lingkungan/perilak perabotan) u personal 4. Memasang side rail 4. Mampu memodifikasi gaya tempat tidur hidup untuk 5. Menyediakan tempat mencegah injury tidur yang nyaman dan 5. Menggunakan bersih fasilitas kesehatan 6. Menempatkan saklar yang ada lampu ditempat yang 6. Mampu mengenali mudah dijangkau perubahan status pasien. kesehatan 7. Membatasi pengunjung
Resiko NOC NIC
ketidakefektifa Status sirkulasi 1. Pantau adanya daerah n jaringan Prefusi Jaringan : tertentu yang hanya perfusi otak b.d serebral peka terhadap kerusakan sel panas/dirigin/tajam/tu neuron Kriteria Hasil : mpul 1. Mendemonstrasika 2. Pantau adanya n status sirkulasi paretese yang ditandai 3. Instruksikan keluarga dengan : untuk mengobservasi 2. Tekanan systole kulit jika ada Isi atau dan diastole dalam laserasi rentang yang 4. Gunakan sarung diharapkan tangan untuk proteksi 5. Batasi gerakan pada 3. Tidak ada kepala, leher dan hipertensi ortostatik punggung 4. Tidak ada tanda- 6. Pantau kemampuan tanda peningkatan BAB tekanan intrakranial 7. Kolaborasi pemberian (tidak lebih dari 15 analgetik mmHg) 8. Pantau adanya 5. Mendemonstrasika tromboplebitis n kemampuan 9. Diskusikan menganai kognitif penyebab perubahan sensasi Resiko aspirasi NOC NIC b.d penurunan Status pernafasan : 1. Monitor tingkat kesadaran ventilasi kesadaran, reflek Kontrol aspirasi batuk dan kemampuan Status menelan menelan 2. Pantau status paru Kriteria Hasil : pelihara jalan nafas 1. Klien dapat 3. Lakukan suction jika bernafas dengan diperlukan mudah, tidak irama, 4. Cek nasogastrik frekuensi sebelum makan pernafasan normal 5. Usahakan makan 2. Pasien mampu kalau sisa masih menelan, banyak mengunyah tanpa 6. Potong makanan kecil- terjadi aspirasi, dan kecil mampu melakukan 7. Haluskan obat oral hygine sebelum pemberian 3. Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal Defisiensi NOC NIC pengeahuan b.d Kriteria Hasil : 1. Kaji tingkat kurangnya 1. Keluarga pengetahuan keluarga informasi menyatakan pasien mengenai tentang pemahaman tentang penyakit yang di derita penyakit penyakit, kondisi, pasien dan pengobatan 2. Lakukan Pendidikan 2. Keluarga mampu kesehatan penyakit menjelaskan yang diderita oleh Kembali apa yang pasien dijelaskan oleh 3. Beri kesempatan perawat kepada keluarga untuk bertanya 4. Evaluasi pengetahuan kelurga pasien tentang penyakit yng diderita pasien Ketidakefektifa NOC NIC termoregulasi Hidrasi 1. Pantau suhu minimal b.d suhu tubuh Perilaku kepatuhan tiap 2 jam makin Status kekebalan 2. Rencanakan pemantauan suhu menigkat Pengendalian risiko secara kontinyu Deteksi risiko 3. Pantau TD, nadi, dan RR Kriteria Hasil : 4. Monitor warna dan 1. Keseimbangan suhu kulit antara produksi 5. Pantau tanda-tanda panas, panas yang hipertermi dan diterima, dan hipotermi kehilangan panas 6. Tingkatkan asupan 2. Seimbang antara cairan dan nutrisi produksi panas, 7. Selimuti pasien untuk panas yang mencegah relaksasi diterima, dan tubuh kehilangan panas selama 28 hari 8. Ajarkan pada pasien pertama kehidupan cara mencegah 3. Keseimbangan keletihan akibat panas asam basa bayi 9. Diskusikan tentang baru lahir pentingnya pengaturan 4. Stabil suhu : 36,5- suhu dan 37 C kemungkinan efek 5. Tidak ada kejang negatif dan kedinginan 6. Tidak ada 10. Beritahu tentang perubahan warna indikasi terjadinya kulit keletihan dan 7. Glukosa darah penanganan darurat stabil yang diperlukan 8. Pengendalian risiko 11. Ajarkan indikasi dari : hipertermia hipotermi dan 9. Pengendalian pananganan yang risiko: hipotermia diperlukan 10. Pengendalian 12. Berikan anti piretik risiko: Proses jika perlu menular 11. Pengendian risiko: paparan sinar matahari Resiko jatuh NOC NIC b.d kejang Risiko Trauma 1. Defisit kognitif atau Untuk fisik pasien yang dapat Risiko cedera untuk meningkatkan potensi jatuh dalam Kriteria Hasil : lingkungan 1. Keseimbangan : 2. tertentu perilaku dan kemampuan untuk faktor yang mempertahankan mempengaruhi risiko ekuilibrium jatuh 3. Karakteristik 2. Gerakan lingkungan yang dapat terkoordinasi : meningkatkan potensi kemampuan otot untuk jatuh (misalnya, untuk bekerja sama lantai yang licin dan secara sukarela tangga terbuka) untuk melakukan 4. Sarankan perubahan gerakan yang dalam gaya berjalan bertujuan kepada pasien 3. Perilaku 5. Mendorong pasien pencegahan jatuh : untuk menggunakan tindakan individu tongkat atau alat atau pemberi pembantu berjalan asuhan untuk faktor 6. Kunci roda dari kursi resiko yang dapat roda, tempat tidur, memicu jatuh atau brankar selama dilingkungan transfer pasien individu 7. Tempat artikel mudah 4. Kejadian jatuh : dicapai dari pasien tidak ada kejadian 8. Ajarkan pasien jatuh bagaimana jatuhnya 5. Pengetahuan : untuk kecelakaan pemahaman 9. Memantau pencegahan jatuh kemampuan untuk mentransfer dari tempat tidur ke kursi dan demikian pula sebaliknya 10. Gunakan teknik yang tepat untuk mentransfer pasien ke dan dari kursi roda, tempat tidur, toilet, dan Sebagainya 4. Implementasi/ Tindakan Keperawatan Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan criteria hasil yang diharapkan (Hasanah,2013) 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011) Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013). S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan A : analisis ulang atas data subjektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah berkurang, tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada. P : perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisi pada respon klien.