Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit


1. Pengertian
Kejang demam merupakan serangan kejang yang terjadi akibat kenaikan
suhu tubuh suhu rektal diatas 38°C (Riyadi dan Sujono, 2009 dalam Caring
Nursing Journal 2017).Menurut Nurrarif dan Kusuma (2013) Kejang
demam di klasifikasikan menjadi dua, antara lain Kejang Demam sederhana
dan Kejang Demam Kompleks. Kejang demam sederhana yaitu demam
disertai kejang yang berlangsung singkat < 10 menit dan tidak berulang
dalam waktu 24 jam. Kejang Demam Kompleks yaitu demam disertai
kejang yang berlangsung > 15 menit dan berulang 2 kali atau lebih, dalam
24 jam.
2. Etiolgi
Menurut Lestari (2016) Hingga kini belum diketahui dengan pasti demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, pneumonia , gastroentitis,
dan infeksi saluran kemih. Menurut Riyadi (2013) dalam Caring Nursing
Journal (2017), Kondisi yang menyebabkan terjadinya kejang demam yaitu
infeksi ektrakranial seperti tonsilitis, faringitis, otitis media akut, bronkitis.
3. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
dengan mudah oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel, maka terdapat perbedaan
5

potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk


menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuanenzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruan ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,
Kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikanmetabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan “neutransmitter” dan terjadi
kejang.Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meninngkatnya kebutuhan oksigen dan energy
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal
disertai denyut jantung yang tak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolism otak
meningkat (Lestari 2016)
PathwayKejang Demam

Infeksi bakteri,Rangsang
virus danmekanik
parasit dan biokimia. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Reaksi inflamasi
Kelainan neurologis perinatal / prenatal
Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
Proses demam

Hipertemia

Perubahan difusi Na+


Resiko kejang berulangKetidakseimbangan potensial membran ATP ASE
Perubahan beda potensi membran sel neuron
Resiko
Pelepasan muatan listrik semakin meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmiter
keterlambatan
perkembangan
Resiko Cidera

Kejang

Resiko cidera

Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)


Kesadaran menurun

Kontraksi otot meningkat


Metabolisme meningkat Perubahan
Resiko suplay
kerusakan darah ke ke
sel neuoron otak
otak
Reflek menelan menurun

Resiko aspirasi Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan selebral

Sumber :

Nurarif & Kusuma Kebutuhan O2 meningkat Suhu tubuh makin meningkat

(2013)
Resiko afeksia Termoregulasi tidak efektif

Gambar 1

Patofisiologi kejang demam


4. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,serangan
klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri.Begitu kejang
berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf. Adapula kejang yang berlangsung lama dan mungkin terjadi
kerusakan sel saraf yang menetap (Lestari 2016)
Tanda dan gejala anak mengalami kejang demamantara lain:
a. Kenaikan suhu tubuh > 380C
b. Kehilangan kesadaran atau pingsan
c. Tubuh, Kaki, dan tangan menjadi kaku
d. Biasanya kepala anak terkulai kebelakang
e. Disusul dengan gerakan kejut / kejang
f. Gigi terkatup
g. Kadang disertai muntah
h. Nafas tak terkontrol atau berhenti beberapa saat.
Orang tua sebaiknya waspada ketika anak menderita demam dan
mengetahui pertolongan pertama ketika anak mengalami kejang demam.
Beberapa pertolongan pertama pada kejang demam yaitu :
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Lindungi anak dari kemungkinan kecelakaan dengan meletakkan anak
pada dasar yang lembut
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
d. Jangan menekan/menahan gerakan kejang yang sedang terjad.
e. Jangan memasukkan jari atau alat-alat ke mulut anak
f. Jangan memberi obat ke mulut anak
g. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
h. Jauhkan dari benda-benda tajam dan berbahaya
i. Tetap bersama pasien selama kejang
j. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang, kalau lebih dari
5 menit segera antar ke Rumah Sakit
k. Berikan diazepam rektal kalau ada. Dan jangan diberikan bila kejang
telah berhenti
l. Setelah kejang demam berakhir, perlu konsultasi ke dokter untuk mencari
pemicu damam dan kejang serta mendapat saran dan obat untuk
pencegahan kejang demam di masa yang akan datang.(JurnalAsia 2014)
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meniningitis, terutama pada pasien kejang demam
pertama.Pada bayi-bayi kecil sering kali gejala meningitis tidak jelas
sehingga fungsi lumbal harus dilalukan pada bayi berumur <6 bulan, EEG
ternyata kurang mempunyai nilai prognostic.EEG abnormal tidak epilepsi
atau kejang demam berulang dikemudian hari.Saat ini pemeriksaan EEG
tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana (Lestari, 2016).
6. Komplikasi
Kejang demam yang diperkirakan setiap tahun nya terjadi diantaranya
mengalami komplikasi epilepsi. Di indonesia sendiri komplikasi yang
terjadi berupa kejang berulang, epilepsi, hemiparese dan gangguan mental
(IDAI, 2013dalam Caring Nursing Journal 2017). Menurut Terrie & Kyle
(2012), komplikasi yang berkaitan dengan kejang demam meliputi status
epileptikus, defisit koordinasi motorik, ketidakmampuan intelektual, dan
masalah perilaku.
7. Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan
a. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah
atau muntahan, dan buka semua pakaian ketat.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
c. Pengobatan profilaksis
1). Profilaksis interitoen
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosisi saat pasien demam.
2). Profilaksisi terus-menerus
Dengan antikonsulvan setiap hari berguna untuk mencegah
berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan
otak tapi tidak dapat mencegah terjadi nya epilepsi dikemudian hari
(Lestari, 2016).

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


1. Teori konsep kebutuhan dasar manusia
Menurut Abraham Maslow (2001) dalam (Mubarak & Chayatin,
2007).Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan
kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi.Orang pertama
yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles.Sekitar tahun
1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan
teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow. Hirarki tersebut meliputi lima kategori
kebutuhan dasar, yakni :
a. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs).
b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Needs).
c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging
Needs).
d. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs).
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization).
Konsep Hirarki diatas menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah,
dan kebutuhannya pun terus berkembang. Jika seseorang merasakan
kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang
menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan
kebutuhan itu terganggu, akan timbul suatu kondisi patologis. Karena,
dengan memahami konsep kebutuhan dasar Maslow, akan diperoleh
persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harus terpenuhi lebih dulu (Mubarak &
Chayatin, 2007). Untuk lebih jelasnya kebutuhan dasar manusia dapat
dilihat pada bagan dibawah ini
Gambar 2
Bagan
Hirarki kebutuhan dasar Maslow

Kebutuhan AktualisasiDiri

Kebutuhan HargaDiri

Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki


Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan Fisiologis

Sumber :Abraham Maslow dalam (Mubarak & Chayatin, 2007)

Kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan kejang demam adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aman nyaman :
1. Kebutuhan fisiologi yang terganggu adalah : Oksigen.
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari
atmosfir melalui proses bernafas (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
2. Kebutuhan aman nyaman yang terganggu adalah : Suhu Tubuh
Keseimbangan suhu tubuh merupakan kebutuhan yang berpengaruh
bagi manusia.Pada anak yang menderita kejang demam tentunya suhu
tubuh sangatlah tidak seimbang. Naiknnya pengaturan suhu di
hipotalamus akan merangsang penaikan suhu dibagian tubuh yang lain
seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya
suhu di hipotalamus akan disertasi pengeluaran mediator kimia ini dapat
merangsang penigkatan potensial aksi. Peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul
kejang.Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak
mengalami penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas maupun
bronkus juga dapat mengalami spasme shingga anak beresiko terhadap
injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasme
bronkus.
3. Kebutuhan aman nyaman yang terganggu adalah :Resiko Cidera
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya atau kecelakaan.Kecelakaan merupakan kejadian
yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan
kerugian, sedangkan keamanan adalah kenyamanan dan tenteram.
Untuk itu oksigen dan keseimbangan suhu tubuh pada anak sangatlah
penting, agar tidak terjadi kembali kejang demam ulang yang dapat
mengakibatkan rusaknya sistem saraf yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan.

C. Konsep Proses keperawatan kasus Kejang Demam


Menurut Tarwoto dan wartonah (2015), proses keperawatan adalah metode
pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada
individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan
pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya.
Dalam proses keperawatan, ada lima tahap dimana tahap-tahap tersebut
tidak dapat di pisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-
sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang
mengulangi kembali kontrak dengan pasien. Tahap – tahap dalam proses
keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
pengkajian merupakan tahap penting dan menentukan dalam tahap-tahap
selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan
diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan
berpengaruh dalam perencanaan keperaawatan . Tujuan dari pengkajian
adalah didapatkan nya data yang komprehensif yang mencakup data
biopsiko dan spiritual (Nurrarif dan Kusuma 2013)
Pengkajian pada anak kejang demam dengan peningkatan suhu tubuh
menurut (Lestari, 2016) meliputi :
a. Observasi manifestasi klinis demam
b. Riwayat kejang
c. Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
d. Kulit kemerahan
e. Kulit hangat jika di sentuh
f. Peningkatan frekuensi pernafasan
g. Takikardia
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Carpenito (2009) sebagaimana dikemukakan oleh Tarwoto
dan Wartonah (2015), Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan yang mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan yang ada pada tanggung
jawabnya.
Diagnosa yang sering muncul pada anak kejang demam dengan
gangguan kebutuhan cairan menurut (Lestari, 2016) yaitu :
a. Hipertermia berhubungan dengan penyakit. Batasan Karakteristik :
Gelisah, Kejang, Kulit Kemerahan, Kulit terasa hangat
b. Resiko cidera berhubungan dengan Kejang.
Faktor Resiko : Biologis (misalnya, tingkat imunisasi komunitas,
mikroorganisme), Zat Kimia (misalnya, racun, polutan, obat, agens
farmasi, akohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna).
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan). Batasan Karaketristik: Berat badan 10% atau lebih di bawah
rentang berat badan ideal, Kurang minat pada makanan, Membran
mukosa pucat,Penurunan berat badan dengan asupan makan.
13

1. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus, perncanaan keperawatan meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian
agarmasalah kesehatan dan keperawatan klien dapat teratasi (Nurjannah, 2005).

Tabel 2.1
Rencana Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hipertermia dengan Kasus Kejang Demam
No.DX Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 2 3 4
1. Hipertermia beruhubungan Termoregulasi(564) Perawatan demam(355)
dengan penyakit a. Melaporkan kenyamanan suhu 36,5- a. Monitor warna kulit
37,5oC b. Pantau suhu dan tanda-tanda vital
Batasan Karakteristik : b.Nadi normal : 60-100x/menit c. Beri kompres hangat
a. Suhu tubuh diatas normal c. Pernafasan normal :16-24x/menit d. Lembabkan bibir dan mukosa yang kering
b.Kejang d.Warna kulit tidak kemerahan e. Beri oksigen yang sesuai
c. Kulit Kemerahan e. Tidak ada tanda dehidrasi. f. Tingkatkan sirkulasi udara
d.Kulit terasa hangat g. Dorong konsumsi cairan
h. Kolaborasi pemberian terapi obat penurunan
panas atau cairan iv ( misalnya : antipiretik, agen
anti bakteri dan agen anti mengigil)
i. Pantau komplikasi yang berhubungan dengan
demam serta tanda gejala kondisi penyebab demam
(misalnya., kejang, penurunan tingkat kesadaran).

Pencegahan Hipertermia Malignan(126)


a. Monitor tanda vital termasuk suhu tubuh
b. Monitor gejala hipertermi malignan (misalnya
1 2 3 4
hiperkarbia, hipertermi, takikardi, takipnea,
asidosis metabolik, sianosis, kulit berbintik, kaku
otot, berkeringat banyak, dan tekanan darah
tidak stabil)
c. Monitor urine output.
d. Berikan cairan IV yang sesuai untuk
mempertahankan urin output.
Pengaturan Suhu (308)
a. Monitor Suhu paling tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhuan
b. Monitor tekanan darah, nadi, dan repirasi
c. Monitor suhudan warna kulit
d. Monitor dan laporkan adanyatanda dan gejala
dari hipotermia dan hipertermia
2 Defisit Nutrisi Status Nutrisi (551) Manajemen Gangguan Makan (179)
berhubungan dengan a. Asupan gizi adekuat a. Monitor intake/asupan cairan secara tepat
faktor psikologis b.Asupan makanan b. Batasi makanan sesuai dengan jadwal, makanan
(keengganan untuk makan adekuat pembuka dan makanan ringan
Batasan Karakteristik : c. Energi c. Monitor perilaku klien berhubungan dengan
a. Berat badan menurun d. Hidrasi pola makan, penambahan dan kehilangan berat
minimal 10% e. Rasio berat badan/tinggi badan badan
dibawah rentang ideal d. Monitor berat badan klien sesuai secara rutin
b. Nafsu makan menurun e. Rundingkan dengan ahli gizi tentang asupan kalori
Membran mukosa harian atau diit yang diperlukan untuk
pucat mempertahankan berat badan yang sudah
ditentukan.
Manajemen Nutrisi (197)
a. Monitor kalori dan asupan makanan
b. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
c. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
d. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
1 2 3 4
e. Ciptakan lingkungan yang optimal,
tidak menimbulkan bau yang
menyengat
f. Tawarkan makanan ringan yaang padat gizi
g. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan
favorit pasien
h. Berikan Obat-obatan sebelum makan (misalnya,
penghilang rasa sakit, antiemetik), jika diperlukan
3. Resiko cidera Keparahan Cidera Fisik(128) Pencegahan Jatuh(274)
behubungan dengan a. Melaporkan tidak ada a. Sediakan tempat tidur yang rendah dan tepat
Kejang penurunan tingkat kesadaran b.Monitor pengelolaan otot
Batasan karakteristik : b. Tidak ada gangguan imobilitas c. Singkirkan obyek potensial yang membahayakan
a. xBiologis (misalnya, c. Tidak tedapat lecet pada kulit yang ada dilingkungan
tingkat imunisasi d. Tidak ada memar d.Monitor kepatuhan dalam mengkonsumsi
komunitas, e. Tidak ada luka gores pengobatan anti epileptik
mikroorganisme) e. Jaga suction berada disisi tempat tidur
b. Zat Kimia (misalnya, racun, Kejadian Jatuh (119) f. Jaga jalan nafas oral
polutan, obat, agens a. Jatuh dari tempat tidur
farmasi, akohol, nikotin, b. Jatuh saat di pindahkan
pengawet, kosmetik, c. Jatuh saat ke kamar mandi
pewarna)

Anda mungkin juga menyukai