Dosen Pembimbing :
Di Susun Oleh :
A. Definisi
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau
febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016).
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di
otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat
yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya berlangsung
secara singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma, 2015).
Kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis
media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Sedangkan menurut (Ridha , 2014) mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya
kejang demam diantaranya :
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Demam
5. Gangguan metabolisme
6. Trauma
7. Neoplasma
8. Gangguan Sirkulasi
C. Patofisologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang disebebkan oleh metabolisme anaerobik, hiptensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga perneabilitas kapiler da timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang ang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudia hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak hingga terjadi epilepsi.
D. Pathway/WOC
Kejang
Resiko cidera
Resiko
Kebutuhan O2 meningkat Hipertermi ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko afiksia
E. Panatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada tata laksana penghentian
kejang. Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat
demam, berupa :
1. Antipiretik
Tujuan utama pengobatan kejang demam adalah mencegah demam meningkat.
Berikan paracetamol 10-15 mg/kg/BB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofren 5-10
mg/kg/BB/hari tiap 4-6 jam.
2. Antikejang
Beri diazepam oral 0,3 mg/kg/BB/dosis tiap 8jam saat demam atau diazepam
rektal 0,5 mg/kg/BB/hari setiap 12jam saat demam. Efek samping diazepam
oral adalah letargi, mengantuk, dan ataksia.
3. Pengobatan jangka panjang
Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang
demam kompleks dengan faktor resiko. Obat yang digunakan adalah
fenobarbital 3-5 mg/kg/BB/hari atau asam valproat 15-40 mg/kg/BB/hari.
F. Pemeriksaan penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah
kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis : infark, hematoma, edema serebral,
dan abses.
3. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
4. Labolatorium
Darah tepi, lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
G. Komplikasi
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama > 15 menit dan
bersifat unilateral.
3. Kelumpuhan
6. Pengkajian sekunder
S (sign and symthom)
Perubahan tonus otot, leher terasa kaku, sakit kepala.
A (allergies)
Kaji apakah klien mempunyai riwayat alergi.
M (Medication)
Kaji riwayat pengobatan klien
P (Pentinant past medical histori)
Kaji riwayat penyakit dahulu kalien
L (Last oral intake solid liquid)
Kaji makanan dan minuman terakhir sebelum kejang.
E (Event leading to injury ilmes)
Kaji kejadian sebelum kejang.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia.
a) Tanda mayor :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
b) Tanda minor :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Rakipnea
- Kulit terasa hangat
2. Resiko perfusi celebral tidak efektif.
a) Stroke
b) Cedera kepala
c) Teroskletik aotik
d) Infark miokard akut
e) Diseksi arteri
f) Hipertensi
g) Fibralai atrium
3. Resiko cedera.
a) Kejang
b) Sinkop
c) Vertigo
d) Gangguan penglihatan
4. Resiko infeksi.
a) Penyakit kronis
b) Efek prosedur invasit
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparsan organism fatogen lingkungan
5. Gangguan pola tidur.
a) Tanda mayor :
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengluh pola tidur berubah
- Mengeluh istirahat tidak cukup
b) Tanda minor :
- Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
6. Defisit pengetahuan.
a) Tanda mayor :
- Menanyakan masalah yang dihadapi
- Menemukan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menurunkan persepsi yang keliru terhadap masalah
b) Tanda minor :
- Manjalani pemeriksaan yang tidak tepat
- Menunjukkan perilaku berlebihan
J. Perencanaan
Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II.
DPP PPNI, Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Cetakan
I.DPP PPNI, Jakarta Selatan