Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN KEJANG DAN OBAT-OBATAN


YANG DIGUNAKAN DI UGD & ICU

Di Susun Untuk Memenuhi :

Laporan Praktik Klinik Keperawatan Kritis

Dosen Pembimbing :

Di Susun Oleh :

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SEMESTER GANJIL 2021-2022

A. Definisi
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau
febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016).
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di
otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).

B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat
yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya berlangsung
secara singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma, 2015).
Kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis
media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Sedangkan menurut (Ridha , 2014) mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya
kejang demam diantaranya :
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Demam
5. Gangguan metabolisme
6. Trauma
7. Neoplasma
8. Gangguan Sirkulasi

C. Patofisologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang disebebkan oleh metabolisme anaerobik, hiptensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga perneabilitas kapiler da timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang ang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudia hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak hingga terjadi epilepsi.

D. Pathway/WOC

Infeksi virus dan Rangsangan mekanik dan Kelainan neuologis


parasit biokimia. Gangguan perintah/prenatal
keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Reaksi inflamasi

Perubahan konsentrasi ion


Hipertermia diruang ekstraseluler

Resiko kejang Ketidakseimbangan potensial Perubahan difusi Na+


membran ATP ASE dan K+

Resiko Pelepasan muatan listrik semakin


keterlambatan Perubahan beda
meluas keseluruhan sel sekitarnya potensial membran
perkembangan dengan bantuan neurotransmiter

Kejang
Resiko cidera

Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit

Reflek menelan Kontraksi otot Perubahan suplai


menurun meningkat darah ke otak

Resiko aspirasi Metabolisme


meningkat Resiko kerusakan sel
neuron otak

Resiko
Kebutuhan O2 meningkat Hipertermi ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko afiksia

E. Panatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada tata laksana penghentian
kejang. Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat
demam, berupa :
1. Antipiretik
Tujuan utama pengobatan kejang demam adalah mencegah demam meningkat.
Berikan paracetamol 10-15 mg/kg/BB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofren 5-10
mg/kg/BB/hari tiap 4-6 jam.
2. Antikejang
Beri diazepam oral 0,3 mg/kg/BB/dosis tiap 8jam saat demam atau diazepam
rektal 0,5 mg/kg/BB/hari setiap 12jam saat demam. Efek samping diazepam
oral adalah letargi, mengantuk, dan ataksia.
3. Pengobatan jangka panjang
Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang
demam kompleks dengan faktor resiko. Obat yang digunakan adalah
fenobarbital 3-5 mg/kg/BB/hari atau asam valproat 15-40 mg/kg/BB/hari.
F. Pemeriksaan penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah
kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis : infark, hematoma, edema serebral,
dan abses.
3. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
4. Labolatorium
Darah tepi, lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

G. Komplikasi
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama > 15 menit dan
bersifat unilateral.
3. Kelumpuhan

H. Pengkajian Gawat Darurat


1. Anamnesis
 Adanya kejang, jenis kejang, kesadara, lama kejang, suhu sebelum/saat
kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar
susunan saraf pusat.
 Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam
keluarga.
 Singkirkan penyebab kejang lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
TTV
 Tekanan darah : menurun
 Suhu : tinggi diatas 39oC
 Respirasi : meningkat/menurun
 Nadi : meningkat
3. Pengelolaan Triage
Kasus ini adalah emergency karena dapat mengancam jiwa dan akan mati tanpa
tindakan dalam 0 menit. Untuk itu maka kejang termasuk dalam P1 (Urgent).
4. Pengkajian Kesadaran
Pada kasus kejang demam kesadarannya adalah antara unrespon sebab klien
tidak sadar terhadap penyakitnya. Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU
meliputi :
a. Alert (A) : klien tidak berespon terhadap lingkungan
sekelilingnya.
b. Respon verbal (V) : klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat.
c. Respon nyeri (P) : klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
d. Tidak berespon (U) : klien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan
nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya.
5. Pengkajian primer
a. Airway (jalan napas)
Pada kasus kejang demam Inpuls-inpuls radang dihantarkan ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh Hipotalamus
menginterpretasikan impuls menjadi demam Demam yang terlalu tinggi
merangsang kerja syaraf jaringan otak secara berlebihan, sehingga jaringan
otak tidak dapat lagi mengkoordinasi persyarafan- persyarafan pada
anggota gerak tubuh. wajah yang membiru, lengan dan kakinya tesentak-
sentak tak terkendali selama beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung
beberapa detik, tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan
keselamatan anak balita. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi
kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah dapat
seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan. Tindakan yang dilakukan :
1) Semua pakaian ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
4) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Evaluasi :
 Inefektifan jalan nafas tidak terjadi
 Jalan nafas bersih dari sumbatan
 RR dalam batas normal Breathing
 Suara nafas vesikuler
b. Breathing (pola napas)
Pada kejang yang berlangsung lamamisalnya lebih 15 menit
biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan
menimbulkan terjadinya asidosis. Tindakan yang dilakukan :
1) Mengatasi kejang secepat mungkin
2) Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang
diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena.
Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan
kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
Evaluasi :
 RR dalam batas normal
 Tidak terjadi asfiksia
 Tidak terjadi hipoxia
c. Circulation
Gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial
lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi
spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi. Tindakan
yang dilakukan :
1) Mengatasi kejang secepat mungkin
2) Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang
diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena.
Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan
kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
3) Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah : a) Semua pakaian
ketat dibuka b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung c) Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin
kebutuhan oksigen d) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
dan diberikan oksigen Evaluasi :
 Tidak terjadi gangguan peredaran darah
 Tidak terjadi hipoxia
 Tidak terjadi kejang 4) RR dalam batas normal

6. Pengkajian sekunder
 S (sign and symthom)
Perubahan tonus otot, leher terasa kaku, sakit kepala.
 A (allergies)
Kaji apakah klien mempunyai riwayat alergi.
 M (Medication)
Kaji riwayat pengobatan klien
 P (Pentinant past medical histori)
Kaji riwayat penyakit dahulu kalien
 L (Last oral intake solid liquid)
Kaji makanan dan minuman terakhir sebelum kejang.
 E (Event leading to injury ilmes)
Kaji kejadian sebelum kejang.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia.
a) Tanda mayor :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
b) Tanda minor :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Rakipnea
- Kulit terasa hangat
2. Resiko perfusi celebral tidak efektif.
a) Stroke
b) Cedera kepala
c) Teroskletik aotik
d) Infark miokard akut
e) Diseksi arteri
f) Hipertensi
g) Fibralai atrium
3. Resiko cedera.
a) Kejang
b) Sinkop
c) Vertigo
d) Gangguan penglihatan
4. Resiko infeksi.
a) Penyakit kronis
b) Efek prosedur invasit
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparsan organism fatogen lingkungan
5. Gangguan pola tidur.
a) Tanda mayor :
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengluh pola tidur berubah
- Mengeluh istirahat tidak cukup
b) Tanda minor :
- Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
6. Defisit pengetahuan.
a) Tanda mayor :
- Menanyakan masalah yang dihadapi
- Menemukan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menurunkan persepsi yang keliru terhadap masalah
b) Tanda minor :
- Manjalani pemeriksaan yang tidak tepat
- Menunjukkan perilaku berlebihan

J. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Managemen hipertermia
keperawatan selama observasi
3x24jam termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hipertermia
hasil : 2. Monitor suhu naik
 Suhu badan 3. Monitor kadar elektrolit
membaik 4. Monitor keluaran urine
 Suhu kulit 5. Monitor komplikasi akibat
membaik hipertermia
 Menggigil menurun 6. Sediakan lingkungan yang

 Kejang menurun dingin


7. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika hiperhidrosis
11. Lakukan pendinginan eksternal
12. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2 Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Managemen peningkatan TIK
selebral tidak keperawatan 3x24jam Observasi
efektif perfusi selebral meningkat 1. Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil : peningkatan TIK
 Tingkat kesadara 2. Monitor tanda dan gejala
meningkat 3. Monitor MAP
 Sakit kepala 4. Monitor CVP
menurun 5. Monitor PAP
 Demam menurun 6. Monitor ICP
7. Monitor CPP
8. Monitor gelombang ICP
9. Monitor status pernafasan
10. Monitor intake dan output cairan
11. Monitor cairan serebrospinalis
Terapeutik
1. Minimalkam stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
2. Berikan posisi semifowler
3. Hindari maneuver valvasa
4. Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi anti
konvulan
2. Kolaborasi pemberian osmosis,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
3 Resiko cedera Setelah dilakukan Manajemen keselamatan lingkungan
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam tingkat cedera 1. Identifikasi kebutuhan
menurun dengan criteria keselamatan
hasil: 2. Monitor perubahan status
 Kejadian cedera keselamatan lingkungan
menurun Terapeutik
 Tekanan darah 3. Hilangnya bahaya sekitar
keselmatan lingkungan
4. Modifikasi lingkungan untuk
menimalkan bahaya dan resiko
5. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
6. Gunakan perangkat pelindung
7. Hubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunikasi
8. Fasilitas Rekolasi ke lingkungan
yang aman
9. Lakukan program skrining
bahaya lingkungan
Edukasi
10. Anjuran indovisu, keluarga dan
kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Manajemen imunisasi
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam infeksi menurun 1. Identifikasi riwayat kesehatan
dengan criteria hasil : dan riwayat alergi Terapeutik
 Demam menurun 2. Jadwalkan imunisasi pada
 Kemerahan interval waktu yang tepat
menurun Edukasi
3. Jelaskan tujuan, manfaat, reasksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
4. Informasikan yang diwajibkan
pemerintah
5. Informasikan Imunisasiyang
melindungi terhadap penyakit
6. Informasikan vaksinisasi untuk
kejadian khusus
7. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
8. Informasikan penyedia layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
pola tidur keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam maka pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan
membaik dengan kroteria tidur
hasil: 2. Identifikasi factor pengganggu
 Keluhan sulit tidur tidur
 Keluhan sering 3. Identifikasi makanan dan
terjaga minuman yang menganggu tidur
 Keluhan tidak puas 4. Identifikasi obat tidur yang
tidur dikonsumsi

 Keluhan pola tidur 5. Modifikasi lingkungan

berubah 6. Batasi waktu tidur siang

 Keluhan istrahat 7. Fasilitas menghilangkan stress

tidak cukup sebelum tidur


8. Tetapkan jadwal tidur rutin
9. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
10. Sesuaikan jadwal pemberian
obat/ tindakan untuk menunjang
siklus tidur-tenaga.
Edukasi
11. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.
12. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
13. Anjurkan menghindari makanan
minuman yang mengganggu
tidur
14. Anjarkan factor-faktor yang
berkonstribusi terhadap
gangguan pola tidur.
6 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 1x24 Observasi
jam maka tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan meningkat kemampuan menerima informasi
dengan criteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang
 Perilaku sesuai dapat meningkatkan dan
anjuran meningkat menurunkan motivasi perilaku
 Kemampuan hidup bersih dan sehat.
menggambarka n Terapeutik
pengalaman 3. Sediakan materi dan media
sebelumnya seusai pendidikan kesehatan
dengan topik 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan
 Perilaku sesuai 5. Berikan kesempatan untuk
dengan bertanya
pengetahuan Edukasi
meningkat 6. elaskan faktor resiko yang dapat

 Pertanyaan tentang mempengaruhi kesehatan


7. Ajarkan perilaku hidup bersih
masalah yang dan sehat
dihadapi menurun 8. Ajarkan strategi yang dapat
 Persepsi yang digunakan untuk meningkatkan
keliru terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
masalah menurun

K. Obat-obatan yang digunakan di ruang UGD & ICU


DAFTAR OBAT EMERGENCY & OBAT CITO

No. Nama Obat Kemasan Stok Keterangan


Awal Max (-)
Obat Injeksi
1 Aminophyllin 24mg injeksi Ampul 3 High alert
2 Amiodarin 50mg injeksi Ampul - High alert
3 Asam tranexamat 500mg injeksi Ampul 4 High alert
4 Atropin sulfat 0.25mg injeksi Ampul 14 High alert
5. Bromhexin 2mg injeksi Ampul 2 High alert
6 Calcium gluconas 100mg Ampul 2 High alert
injeksi
7 Carbazochrome 50mg injeksi Ampul 5 High alert
8 Ciprofloxacin 500mg injeksi Botol - -
9 Citicoline 250mg injeksi Ampul 1 -
10 Combivent ih Ampul 4 High alert
11 Dexamethasone 5mg injeksi ampul 2 -
12 Dexketoprofen 25mg injeksi Ampul 1 -
13 Diazepam 5mg injeksi Ampul 9 High alert
14 Dopamin 50mg injeksi Ampul 2 High alert
15 Epinefrin 0.1% injeksi Ampul 1 High alert
16 Fargoxin 0.25 injeksi Ampul High alert
17 Fitomenadion mg injeksi Ampul 1 High alert
18 Furosemide 25mg injeksi Ampul 8 High alert
19 Gentamycin 40mg injeksi Ampul High alert
20 Hioscine butilbromida 20mg Ampul 1 -
injeksi
21 Herbesser 50mg injeksi Ampul 2 High alert
22 Isosobid dinitrat 1mg injeksi Ampul 4 High alert
23 Ketorolac 30mb injeksi Ampul -
24 Lidokain 2mg injeksi Ampul 2 High alert
25 Mecobalamin 500mg injeksi Ampul -
26 Methyl prednisolon 125mg Ampul -
injeksi
27 Methylergometrin 200mcg Ampul -
injeksi
28 Metronidazole 500mg infus Botol 3 -
29 Neurosanbe injeksi Ampul -
30 Nicaprdipone 50mg injeksi Ampul 2 High alert
31 Omeprazole 40mg injeksi Vial -
32 Ondansentron 4mg injeksi Ampul 1 -
33 Paracetamol 100mg infus Botol 5 -
34 Sibital 200mg injeksi Ampul High alert
35 Phenytoin 50mg injeksi Ampul 6 High alert
36 Piracetam 1g injeksi Ampul 1 -
37 Piracetam 3g injeksi Ampul 4 -
38 Ranitidine 25mg injeksi Ampul 1 -
39 Santagesik 500mg injeksi Ampul 2 -
40 Dycinone 125mg injeksi Ampul 3 High alert
41 Norepinefrin Ampul 1 High alert
42 Midazolam 0.1% injeksi Ampul 7 High alert
43 Midazolam 0.5% injeksi Ampul 2 High alert
DAFTAR PUSTAKA

Arif, manyoer, dkk.(2016). Dpita selekra kedokteran.edisi 3.Medika ausculpalus,


FKUI.jakarta

Tim pokja.SDKI.PPNI (2016). Standar Diagnostik keperawatan Indonesia edisi I, Cetakan


LDPP PPNI. Jakarta selatan

Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II.
DPP PPNI, Jakarta Selatan

Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Cetakan
I.DPP PPNI, Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai