Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEK


RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

DISUSUN OLEH :

MERID LECHAN

NICKY GALUH PUTRI 16.065

WIRA UTAMI 16.101

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKPER KESDAM IV/DIPSEMARANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.


Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai
generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang
menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (Suhu mencapai > 38oC). Kejang demam dapat terjadi karena
proses intrakranial maupun ekstrakranial. (Nurarif & Kusuma, 2012)

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur


6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5
tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering
didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan
karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. (Hidayat, 2008)

Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif


dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan
serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-
sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah :
Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis
dan kebutuhan penanganannya
B. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
medis dan asuhan keperawatan dengan infeksi saluran pernapasan akut.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (Suhu mencapai > 38oC). Kejang demam dapat terjadi karena proses
intrakranial maupun ekstrakranial. (Nurarif & Kusuma, 2012).

Kejang demam juga dapat diartikan sebagai suatu kejang yang terjadi
pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam
namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang
jelas. (Meadow, 2009)
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena
peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia
6 bulan - 4 tahun. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan
penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis dan ensefalopati. Kejang demam
juga harus dibedakan Dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan, yaitu kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum, tonik maupun klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak
berulang dalam 24 jam dan kejang demam kompleks yang memiliki ciri salah
satu dari: yang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang fokal, partial atau
umum yang di dahului partial dan multiple (Lebih dari 1 kali kejang dalam 24
jam). (Hidayat, 2008)

B. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam sampai saat ini masih belum diketahui secara
jelas. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan
atas, infeksi saluran kemih dan roseola.Kejang ini merupakan kejang umum
dengan pergerakan klonik selama kurang dari 10 menit. SSP normal dan tidak
ada tanda-tanda defisit neurologis pada saat serangan telah menghilang.
Sekitar sepertiga akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam,
tetapi sangat jarang yang mengalami kejang setelah usia 6 tahun. Kejang yang
lama, fokal, atau berulang, atau gambaran EEG yang abnormal 2 minggu
setelah kejang, menunjukkan diagnosis epilepsi (kejang nondemam
berulang). (Meadow, 2009)
Menurut Lumban Tobing & Mansjoer (2008), faktor yang berperan
dalam menyebabkan kejang demam antara lain :
1) Demam itu sendiri
2) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap
otak).
3) Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
5) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.
6) Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Menurut Amin dan Hardhi (2013) penyebab kejang demam dibedakan
menjadi intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial meliputi:
1) Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler.
2) Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
3) Congenital: disgesenis, kelainan serebri

Ekstrakranial meliputi:
1) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya.
2) Toksik : intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat.
3) Congenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
kekurangan piridoksin.
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
1) Riwayat kejang dalam keluarga
2) Usia kurang dari 18 bulan
3) Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang.
4) Lamanya demam sebelum kejang. Semakin pendek jarak mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam
berulang.

C. PATOFISIOLOGI
Pada anak mudah sekali untuk terinfeksi bakteri, virus dan parasit
yang mengakibatkan reaksi inflamasi dan terjadinya proses demam sehingga
menjadi hipotermi maka terjadi demam. Demam akan menimbulkan proses
peradangan maka anak akan mengalami anoreksi maka akan muncul diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang yang dapat mengakibatkan
resiko cedera. Kejang dengan frekuensi lebih dari 15 menit akan
menyebabkan perubahan suplay darah ke otak sehinnga terjadi hipoksia
kemudian permeabilitas kapiler meningkat akan mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO² dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ᵒC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
(Soetjiningsih, 2009)
D. PATHWAY

Infeksi bakteri

Virus dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

Hipertermi

ProsEes.
Demam Keringat meningkat
peradangan

Mengubah keseimbangan Gangguan pemenuhan cairan


Anoreksi
membran sel neuron

Kekurangan
Ketidakseimba Melepaskan muatan listrik yang volume cairan
ngan nutrisi besar
kurang dari

Resiko
Kejang cedera
Sel neuron otak
rusak

Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit


Permeabilitas
kapiler meningkat

Tidak menimbulkan
gejala sisa Perubahan suplay
darah ke otak hipoksia
E. MANIFESTASI KLINIS

Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan


bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang
disebabkan oleh infeksi di luar sistem saraf pusat, misalnya karena Tonsillitis,
Bronchitis atau Otitis Media Akut. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan
kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau akinetik .

Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat


anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.

Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:

1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala


klinis sebagai berikut:

 Kejang berlangsung singkat, < 15 menit


 Kejang umum tonik dan atau klonik
 Umumnya berhenti sendiri
 Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri


gejala klinis sebagai berikut:
 Kejang lama, > 15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Gejala lain yang dapat muncul seperti:

 Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba).
 Kejang tonik-klonik atau grand mal.
 Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) .
 Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik).
 Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
 Lidah atau pipinya tergigit.
 Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
 Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya).
 Gangguan pernafasan.
 Apneu (henti nafas).
 Kulitnya kebiruan.

(Bahtera, 2009)
F. PENGOBATAN

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien


datang, kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kg
perlahan lahan dengan kecepatan 12 mg/menit atau dalam waktu 35 menit,
dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan < 10 kg dan 10 mg
untuk berat badan > 10 kg atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk
anak di atas usia 3 tahun. Tata laksana kejang demam :
1. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit.
2. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg.
3. Bila kejang tetap belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 1020 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 48
mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
4. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di
ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat
selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor resikonya

( Hartono, 2011 : 198 – 199 ).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang kejang demam menurut Hartono (2011 : 195) antara


lain :

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan, darah perifer,
elektrolit, dan gula darah.
2. Lumbal Fungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektro ense falo grafi ( EEG ) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat
Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing
riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat
peningkatan sekresi mulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
b. Integritas Ego
Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon
efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan
5) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat
konvulsif
f. Kenyamanan
1) Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
2) Perubahan pada tonus otot
3) Tingkah laku distraksi atau gelisah
g. Keamanan
1) Trauma pada jaringan lunak
2) Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (00007) Hipertermia
Definisi :
suhu tubuh diatas kisaran normal karena kegagalan termoregulasi
Batasan Karakteristik :
- Apnea - Kulit terasa hangat
- Bayi tidak dapat - Letargi
mempertahankan menyusu
- Gelisah - Postur abnormal
- Hipotensi - Stupor
- Kejang - Takikardia
- Koma - Takipnea
- Kulit kemerahan - Vasodilatasi
2. (00002) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi :
Asupan nustrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik :
- Berat badan 20 % atau - Kelemahan otot untuk
lebih dibawah rentang menelan
berat badan ideal - Kerapuhan kapiller
- Bising usus hiperaktif - Kesalahan informasi
- Cepat kenyang setelah - Kesalahan persepsi
makan - Ketidakmampuan
- Diare memakan makanan
- Gangguan sensasi rasa
3. (00027) Kekurangan volume
cairan Definisi :
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dab atau intraseluler ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan
kadarnatrium.
Batasan Karakteristik :
- Haus
- Peningkatan frekuensi nadi
- Kelemahan
- Peningkatan hematokrit
- Kulit keing
- Peningkatan suhu tubuh
- Membran mukosa kering
- Penurunan volume nadi
4. (00035) Resiko cedera
Definisi :
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko :
- Hipoksia jaringan
- Malnutrisi
- Gangguan sensasi (akibat dari cedera medula spinalis, diabetes melitus,
dll)
- Gangguan mekanisme pertahanan primer
- Disfungsi imun
C. INTERVENSI
No.DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(00007) Hipertermia (0800) Termoregulasi (3740)Perawatan Demam
Kriteria Hasil :

(080015) Melaporkan 1. Pantau suhu dan tanda-


kenyamanan suhu tanda vital lainnya
ditingkatkan dari skala (1) 2. Monitor suhu dan warna
sangat terganggu ke skala (5) kulit
tidak terganggu 3. Beri obat/cairan IV
4. Dorong konsumsi cairan
(080001) Peningkatan suhu 5. Kompres pasien dengan
kulit ditingkatkan dari skala air hangat
(1) sangat terganggu ke skala 6. Fasilitasi istirahat,
(5) tidak terganggu terapkan pembatasan
aktivitas : jika
(080014) Dehidrasi diperlukan
ditingkatkan dari skala (3) 7. Pastikan tanda lain yang
cukup terganggu ke skala (5) terpantau dari orang tua
tidak terganggu
No.DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(00002)Ketidakseim (1004) Status Nutrisi (1100) Manajemen Nutrisi
bangan nutrisi : Kriteria Hasil :
kurang dari
kebutuhan tubuh (100401) Asupan Gizi 1. Tentukan status gizi
ditingkatkan dari skala (4) pasien dan kemampuan
sedikit menyimpang dari pasien untuk memenuhi
rentan normal ke skala (5) kebutuhan gizi
tidak menyimpang dari 2. Identifikasi adanya alergi
rentan normal atau toleransi makanan
yang dimiliki pasien
(100402) Asupan makanan 3. Tentukan jumlah kalori
ditingkatkan dari skala (4) dan jenis nutrisi yang
sedikit menyimpang dari dibutuhkan untuk
rentan normal ke skala (5) memenuhi persyaratan
tidak menyimpang dari gizi
rentan normal 4. Berikan pilihan makanan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makanan yang
lebih sehat
No.DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(00027) Kekurangan (0602) Hidrasi (4120) Manajemen cairan
volume cairan Kriteria Hasil :
1. Monitor status hidrasi
(060201) Turgor kulit 2. Monitor cairan yang di
ditingkatkan dai skala (3) konsumsi
cukup terganggu ke skala (5)
tidak terganggu

(060215) Intake cairan


ditingkatkan dari skala (3)
cukup terganggu ke skala (5)
tidak terganggu

(060227) Peningkatan suhu


tubuh ditingkatkan dari skala
(1) sangat terganggu ke skala
(5) tidak terganggu
No.DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(00035) Resiko (1912) Kejadian Jatuh (6490) Pencegahan Jatuh
Cedera Kriteria Hasil :

(191204) Jatuh saat di 1. Identifikasi perilaku


tempat tidur ditingkatkan dan faktor yang
dari skala (3) ke skala (5) mempengaruhi
tidak ada resiko jatuh
2. Kaji ulang riwayat
(191205) jatuh saat jatuh bersama
dipindahkan ditingkatkan dengan pasien dan
dari skala (4) ke skala (5) keluarga
tidak ada 3. Observasi gaya
berjalan pasien
4. Ajarkan pasien untuk
beradaptasi terhadap
modifikasi gaya
berjalan
5. Bantu ambulasi
individu yang
memiliki ketidak
seimbangan
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN

1. kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena


peningkatan suhu tubuh sebagai akibat proses ekstrakranium (pajanan dari
suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi dimana suhunya
berkisar antara 38,9o−40,0oC) namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi
intrakranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam ini lebih sering
terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun.
2. Masalah keperawatan pada kejang demam :
- (00007) Hipertermia
- (00002) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
- (00027) Kekurangan volume cairan
- (00035) Resiko cedera
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta : EGC

Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta : EGC

Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta : salemba Medika

Lumbantombing. 2008. Kejang Demam ( Febrile Convulsion). FKUI. Jakarta.

Meadow, Sir Roy. 2009. Lecture Notes Pediatrika Ed. 7. Jakarta : Erlangga

Muscari, Mary E. 2008. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta :


EGC

Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai