“Kejang Demam”
Di Ruang Dahlia, RS Panti Wilasa Citarum
2. ETIOLOGI
Menurut Nurarif dan Kusuma, 2012. Kejang dibedakan menjadi
intrakranial dan ekstrakranial.
a) Intrakranial meliputi :
Trauma (Perdarahan) : Perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler
Infeksi : Bakteri, Virus, Parasit misalnya meningitis.
Kongenital : Disgenesis, Kelainan serebi.
Ekstrakranial meliputi :
a) Gangguan Metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya.
b) Toksik : Intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat
c) Kongenital : Gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan
dan kekurangan piridoksin.
3. KLASIFIKASI
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak dengan umur berkisar antara 6
bulan sampai 5 tahun, insiden tertinggi pada umur 18 bulan.
Kejang demam dibagi atas :
a) Kejang demam sederhana (simple febrile seizure).
Berlangsung singkat (< 15 menit) dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum (bangkitan kejang tonik dan atau klonik),
tanpa gerakan fokal.
Kejang hanya sekali / tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang
demam.
Keterangan :
Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak
tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8 % bangkitan kejang demam.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didauhului kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara
2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16%
diantara anak yang mengalami kejang demam.
4. MANIFESTASI KLINIK
Beberapa gejala kejang demam, antara lain :
a) Suhu tubuh lebih dari 38 derajat ( bila diukur lewat ketiak, tambah 0.7
derajat )
b) Kehilangan kesadaran atau pingsan
c) Tubuh (kaki dan tangan) kaku
d) Kepala menjadi terkulai disertai rasa seperti orang terkejut
e) Kulit berubah pucat bahkan menjadi biru
f) Bola mata terbalik keatas
g) Bibir terkatup kadang disertai muntah
Disamping gejala diatas ada juga beberapa anak yang nafasnya
berhenti dan biasanya buang air kecil serta besar tanpa terkontrol. Serangan
kejang demam biasanya hanya sebentar dan gejala-gejala tersebut akan
menghilang pada saat kejang demam berhenti, dan anak tersebut akan pulih
kembali secara bertahap.
5. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh :
a) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit /
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan
terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat.
6. PATHWAY
Proses Demam
Perubahan konsentrasi ion Kelainan neurologis
diruang ekstraseluler prenatal
HIPERTERMI
Ketidakseimbangan
Perubahan difusi Na+
potensial membran ATP,
Resiko kejang berulang ASE
RESIKO CIDERA Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDS)
RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN
Kebutuhan O2 meningkat PERFUSI JARINGAN
OTAK
TERMOREGULASI
KETIDAKEFEKTIFAN TIDAK EFEKTIF
POLA NAFAS
7. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas
harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti
kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu
tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres dingin dan pemberian
antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan intravena atau intrakranial.
c. Pengobatan Profilaksis.
Profilaksis Intermiten saat demam
Diberikan Diazepam secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat
pula diberikan secara intra rektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg bila BB <>
10 kg setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38.50C..
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya : darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
Lumbal pungsi :
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Meningitis dapat menyertai
kejang, walupun kejang biasanya bukan satu-satunya tanda
meningitis. Factor resiko meningitis pada pasien yang datang dengan
kejang dan demam meliputi berikut ini:
Kunjungan ke dokter dalam 48 jam
Aktivitas kejang saat tiba di rumah sakit
Kejang fokal, penemuan fisik yang mencurigakan (seperti
merah-merah pada kulit, petekie) sianosis, hipotensi
Pemeriksaan saraf yang abnormal pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada :
Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan pungsi lumbal.
b) Pencitraan
Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan
(CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti :
Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis Nervus VI
Papiledema
CT scan sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan kejang
demam kompleks.
9. KOMPLIKASI
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang
berlangsung lebih lama (>15 menit) yaitu:
a. Kerusakan otak
b. Retardasi mental
c. biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat,
hipotensi artrial, suhu tubuh makin meningkat
d) Pola fungsional
Manajemen kesehatan
Eliminasi (BAB/BAK)
Nutrisi dan cairan
Istirahat dan pola tidur
Mobilisasi dan latihan
Persepsi sensori dan kognitif
Pola seksual dan reproduksi
Hubungan dan peran
Mekanisme koping dan stress
Spiritual/keyakinan
e) Obat-obatan
f) Hasil pemeriksaan penunjang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hipertermi b/d proses penyakit
b) Resiko keterlambatan perkembangan b/d kejang
c) Resiko cedera b/d penurunan kesadaran
d) Resiko aspirasi b/d penurunan refleks menelan
e) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan suplai darah
ke otak
f) Resiko ketidakefektifan pola nafas b/d
g) Ketidakefektifan termoregulasi b/d
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1. Hipertermi b/d NOC NIC
proses penyakit Thermoregulation Fever treatment
Monitor TTV
Kriteria Hasil:
Monitor warna kulit
Suhu tubuh dalam
Monitor WBC, Hb, dan
rentang normal
Hct
Nadi dan RR
Monitor intake dan
dalam rentang
output cairan
normal
Kompres hangat pada
Tidak ada
dahi, aksila dan lipatan
perubahan warna
paha
kulit dan tidak ada
pusing Selimuti pasien
Kolaborasi pemberian
cairan intravena dan
antipiretik
2. Resiko NOC NIC
keterlambatan Growth and Pendidikan orangtua:
perkembangan development masa bayi
b/d kejang delayed Ajarkan kepada
orangtua tentang
Family coping
penanda perkembangan
Breastfeeding normal
ineffective Demonstrasikan
aktivitas yang
Nutritional status:
menunjang
nutrient intake
perkembangan
Parenting Tekankan pentingnya
performance perawatan prenatal
Kriteria hasil sejak dini
Pengetahuan Ajarkan ibu mengenai
orangtua terhadap pentingnya berhenti
perkembangan mengkonsumsi alkohol,
anak meningkat merokok, dan obat-
tubuh kehamilan
Ajarkan cara-cara
Perkembangan
memberi rangsangan
sesuai umur
yang berarti untuk ibu
Fungsi dan bayi
gastrointestinal Ajarkan tentang
adekuat perilaku yang sesuai
Makanan dan dangan usia anak
asupan cairan
bergizi
3. NOC NIC
risk kontrol Manajemen lingkungan
sediakan lingkungan
Kriteria hasil : yang aman
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi