Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KOMUNITAS

KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT DAN KELOMPOK KHUSUS

Disusun oleh:
Heru Trias Yunanto
P1337420618079

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di
berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap
sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan
fungsi. Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator),
pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai
fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat
juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan
fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran
perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat indonesia.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas indonesia?
2) Apa peran dan fungsi perawatan komunitas?
3) Apakah etika Keperawatan Komunitas?

. Tujuan
1) Mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas indonesia
2) Mengetahui peran dan fungsi perawatan komunitas
3) Mengetahui etika Keperawatan Komunitas
BAB II
ISI

1. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Indonesia


Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan
pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk
ke indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam
penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral
Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik
persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi
(infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat
langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat
persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan
nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan
dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya
dengan nama NIAS ( Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA
berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun
1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan
berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938 pusat
laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-
laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti medan, Semarang, makasar,
surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria,
lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit
ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935
dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan
DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun
1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas
kesehatan pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya
angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua daerah
tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besar
di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari sungai yang telah tercemar.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan
perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan
promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung
plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan
dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan.
Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada
tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti
dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
1) Sumatra utara : indrapura
2) Lampung
3) Jawa Barat: Bojong Loa
4) Jawa tengah : Sleman
5) Yokyakarta : Godean
6) Jawa timur : Mojosari
7) Bali : Kesiman
8) Kalimantan Selatan : Barabai.

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.
Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad
Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar
ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe
A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu,
yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi
pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan
pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan
masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas
yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan
kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas
mencakup 18 kegiatan, yaitu :
1) Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2) Keluarga berencana (KB)
3) Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6) Penyuluhan kesehatan masyarakat
7) Pengobatan
8) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9) Perawatan kesehatan masyarakat
10) Kesehatan gigi dan mulit
11) Usaha kesehatan jiwa
12) Optometri
13) Kesehatan geriatrik
14) Latuhan dan olahraga
15) Pengembangan obat-obatan tradisional
16) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17) Laboratorium dasar
18) Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe
A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedi
s. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan p
erbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai
oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami
perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi d
apat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dap
at membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayan
an langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, se
hingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
. Peran dan fungsi perawatan komunitas
Peran Perawatan Komunitas
Dari beberapa peran yang telah dikemukakan di atas,dapat disimpulkan bahwa
banyak sekali peran yang dijalankan oleh perawat komunitas dalam mengorganisasikan
upaya-upaya kesehatan yang dijalankan melalui pusat kesehatan
masyarakat(puskesmas), yang merupakan bagian dari institusi pelayanan dasar utama,
baik melalui program di dalam atau di luar gedung, pada keluarga, kelompok-kelompok
khusus, dan sebagainya sesuai dengan peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Peran
yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian
pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model),sebagai fasilitator (tempat
bertanya), dan sebagai pengelola(manager).

 Peran pada individu atau keluarga


1. Peran perawat komunitas pada individu atau keluarga adalah sebagai
berikut.Peran sebagai pelaksana kesehatan

Peran ini meliputi seluruh kegiatan / upaya pelayanan kesehatan masyarakat


dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui ker ja sama
dengan timkesehatan lain, sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem
pelayanan kesehatan. Peran sebagai pelaksana dapat berupa clinical nurse
specialist (CNS) dan family nurse practitioner (FNS).CNS atau perawat
spesialis klinik memberikan pelayanan pada tingkat individu, keluarga dan
kelompok, dan bentuk tanggung jawab pada peran ini adalah melalui upaya
promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Perawat spesialis klinik memberikan perawatan
kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat jalan atau tempat praktik
komunitas pada klien dengan masalah kompleks, dan memberikan perhatian
yang lebih pada gejala kondisi nonpatologis, kenyamanan, dan perawatan
komprehensif(roy & obloy,1979).tujuan dari perawat spesialis klinik adalah
untuk menurunkan jumlah morbiditas, menurunkan infact mortality rate
atau angka kematian bayi, serta mencegah terjadinya gangguan dan
kecacatan pada anggota masyarakat. Sedangkan bentuk pelaksanaannya di
fokuskan pada identifikasi masyarakat yang beresiko. Sementara family
nurse practitioner memberikan perawatan ambulasi untuk keluarga.
Biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga. Perawat pada kelompok ini
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum, mengatasi masalah
kesehatan dengan memberikan perawatan langsung, dan memberikan
bimbingan / konseling pada keluarga jika dibutuhkan. Tujuan family nurse
practitioner adalah untuk peningkatan kesehatan (promotif). Mencegah
terjadinya penyakit(preventif). Melaksanakan pengelolaan pada penyakit
yang bersifat kronis, dan menghindari adanya pembatasan kecacatan.
Bentuk tanggung jawabnya meliputi pengelolaan masalah kesehtan dan
penyakit yang umum terjadi pada segala usia baik pria maupun wanita.
Sedangkan pelaksanaannya dapat berupa pengkajian fisik, psikologi dan
lingkungan, mengkaji status kesehatan dan resiko terhadap penyakit baik
individu/ keluarga, mendiagnosis masalah aktual dan potensial , serta
mengambil keputusan untuk memecahkan tindakan bersama klien dan
keluarga. Dalam melaksanakan peran tersebut, perawat menggunakan
pendekatan pemecahan masalah klien melalui proses keperawatan. Perawat
bertindak selaku:
a. Pemberi rasa nyaman (comforter)
b. Pelindung dan pembeda (profector and advocat)
c. Komunikator
d. Mediator
e. Rehabilitator

2. Peran sebagai pendidik

Perawat dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dirumah, puskesmas, dan
masyarakat dilakukan sec\ara terorganisasi dalam rangka menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Peran ini dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan(perawat komunitas) dan anggota profesi
lain, baik dalam bentuk formal ataupun nonformal. Pengajaran yang
dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Fokus pengajaran dapat berbentuk:
a. Penanaman perilaku sehat
b. Peningkatan nutrisi dan pengaturan diet
c. Olahraga
d. Pengelolaan atau managemen stres
e. Pendidikan tentang proses penyakitdan pentingnya pengobatan yang
berkelanjutan
f. Pendidikan tentangpenggunaan obat
g. Pedidikan tentang perawatan mandiri
. Peran sebagai administrator
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tanggung jawabnya adalah
melakukan pengelolaan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan
dalam pemecahan maslah, pengelolaan tenaga membuat kualitas mekanisme
kontrol, kerja sama sektoral dan lintas program, serta bersosialisasi dengan
masyarakat dan pemsaran.

. Peran sebagai konselor


Perawat komunitas dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh
individu,keluarga,kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Peran
ini dapat dilaksanakan dengan cara berkonsultasi dengan anggota
masyarakat,anggota profesi, petugas kesehatan, organisasi sosial, dan rapat
pendidikan. Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan
data-data tntang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien, serta
sumber-sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang
direncanakan(pery & potterr, 2005).
. Peran sebagai peneliti
Peran sebagai peneliti, yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang
terjadi di masyarakat dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan
mengancam kesehatan. Selanjutnya, penelitian dilaksanakan dalam kaitannya
untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya
permasalahan tersebut melalui kegiatan penilitian dan hasil dari penelitian di
aplikasikan dalam praktik keperawatan

Fungsi Perawat Dalam Melaksanakan Perannya

1) Fungsi Independen
Fungsi independen perawat adalah fungsi dimana perawat melaksanakan
perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain, atau tim kesehatan
lainnya. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya
penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik bio-
psiko-sosio-kultural, maupun spiritual, mulai dari individuyang utuh
mencangkupseluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat yang
mencerminkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ
fungsional sampai molekuler, seperti pemenuhankebutuhan fisiologis
()pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolitpemenuhan kebutuhan nutrisi,pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
istirahat, pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dan urin), pemenuhan kebutuhan
rasa aman dan nyaman, pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri. Kegiatan ini di lakukan dengan diprakarsai oleh perawat,
dimana perawatbertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan
keputusan tindakannya.
2) Fungsi Dependen
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat ats
instruksi dari tim kesehatan lain atau tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan, seperti pelimpahan dari dokter, ahli gizi, radiologi dag sebagainya.
3) Fungsi Interdependen
Fungsi Interdependen berupa kerja tim yang bersifat ketergantumgan, baik
dalam keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pembaerian pelayanan
sepertidalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut diatas tidak dapat diatasi
haya oleh perawat, tetapai juga membutuhkan kerja sama dengan timkesehatan
lainnya.

. Etika Keperawatan Komunitas


Etik profesi keperawatan adalah kesadaran atau pedoman yang mengatur
nilai-nilai moral di dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga
mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat.
Etik keperawatan sangat penting dihayati oleh para mahasiswa dibidang
keperawatan. Meskipun secara teoritis mahasiswa keperawatan belum terikat oleh
etika keperawatan, tetapi hal tersebut harus sudah dimulai, dipahami dan dihayati
oleh para mahasiswa sebagai bagian kurikulum pendidikan keperawatan dalam
menghadapi tugas dan kewajiban sebagai perawat di masa mendatang.
Etik keperawatan merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur
prinsip-prinsip moral dan etik dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan,
sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terajaga dengan cara yang
terhomat. Etika keperawatan tersebut antara lain mengandung unsur-unsur
pengorbanan, dedikasi, pengabdian dan hubungan antara perawat dengan klie,
dokter, sejawat perawat, maupun diri sendiri, perilaku etik dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu sebagai berikut :
a) Etik yang berorientasi pada kewajiban
Pedoman yang digunakan adalah apa yang seharusnya dan wajib dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai kebaikan dan kebajikan.
b) Etik yang berorientasi dengan larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan
untuk mencapai suatu kebaikan dan kebajikan.
c) Asas menghormati otonomi klien (autonomi)
Setelah mendapat informasi yang memadai, klien bebas dan berhak memutuskan
apa yang akan dilakukan terhadapnya. Klien berhak untuk dihormati dan
didengarkan pendapatnnya untuk itu perlu adanya persetujuan tindakan medik
(informed consent). Dokter dan perawat tidak boleh memaksa suatu tindakan atau
pengorbanan.
d) Asas manfaat (eneficence)
Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat untuk menolong klien. Untuk
itu, dokter atau perawat harus menyadari bahwa tindakan atau pengobatan yang
dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan klien.
Kesehatan klien senantiasa harus diutamakan oleh para perawat. Resiko yang
mungkin timbul dikurangi sampai seminimal mungkindan memaksimalkan manfaat
bagi klien.
e) Asas tidak merugikan (non-malificence)
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip Primum Non Nocere
(yang paling utama, jangan merugikan). Resiko fisik, psikologi, maupun sosial
akibat tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal
mungkin.
f) Asas tidak merugikan (non-malificence)
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip Primum Non Nocere
(yang paling utama, jangan merugikan). Resiko fisik, psikologi, maupun sosial
akibat tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal
mungkin.
g) Asas kejujuran (veracity)
Dokter dan perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang
dilakukan, serta akibat yang dapat terjadi, informasi yang diberikan hendaknya
sesuai dengan tingkat pendidikan kliean.
h) Asas kerahasiaan (confidentiality)
Dokter dan perawat harus menghormati (privacy) dan kerahasian klien, meski klien
telah meninggal.
i) Asas keadilan (justice)
Dokter dan perawat harus berlaku adil dan tidak berat sebelah.
Keenam asas etik di atas dituangkan dalam suatu kesepakatan nasional
yang pada umumnya disebut kode etik keperawatan di Indonsia.
Prinsip Dasar dan Etika dalam Kesehatan Komunitas
1) Prinsip Dasar Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas
Prinsip dasar keperawatan kesehatan komunitas ini meliputi :
a) Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Empat (4) tingkat sasaran pelayanan kesehatan masalah : individu, keluarga,
kelompok, khusus dan masyarakat.
b) Perawat bekerja atas PSM dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
c) Menekankan upaya promotif dan preventif tanpa lupa kuratif dan
rehabilitative.
d) Dasar pelayanan kesehatan ‘Problem Solving Approach’
e) Kegiatan utama: masalah masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
f) Tujuan meningkatkan fungsi kehidupan derajat kesehatan yang optimal.
g) Penekanan pembinaan perilaku sehat.
h) Bekerja secara tim, bukan individu.
i) Peningkatan kesehatan.
j) ‘Home visit’, membantu mengatasi masalah klien.
k) Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan utama.
l) Pelaksanaan kesehata masyarakat mengacu pada system pelayanan kesehatan
yang ada.
m) Pelaksanaan pelayanan kesehatan komunitas dilakukan di Puskesmas, panti,
sekolah dan keluarga.
) Prinsip Etika Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas
Prinsip etika keperawatan kesehatan komunitas ini meliputi:
a) Prinsip kebaikan: mempertimbangkan bahaya dan keuntungan.
b) Prinsip autonomi: individu bebas menentukan tindakan atau keputusannya.
c) Prinsip kejujuran/veracity: menjadi dasar terbinanya sikap percaya sau sama
lain.
) Model Penyelesaian Dilema Etik
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan
untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang
yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
a) Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b) Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c) Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma
d) Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma
e) Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
f) Menetapkan tindakan yang tepat.
Perawat berada di berbagai situasi sehari-hari yang mengharuskan mereka untuk
membuat keputusan-keputusan profesional dan bertindak sesuai keputusan tersebut.
Keputusan tersebut biasanya dibuat dalam hbungannya dengan orang lain (klien,
keluarga, dan profesi kesehatan lain). Ketika keputusan etik dibuat, setiap orang
yang terlibat harus menghormati dan menghargai sudut pandang orang lain melalui
kolaborasi yang saling menghormati, keputusan terbaik dapat dicapai meskipun
dalam dilema yang sulit sekalipun. Perlu diperhatikan bahwa keputusan yang
dibuat bukan yang paling besar tetapi yang paling baik karena di dalam dilema etik
tidak ada yang benar maupun yang salah. Penyelesaian dilema etik kita kenal
prinsip DECIDE yaitu :
D =  Define the problem (s)
E =  Ethical review
C =  Consider the options
I  =  Investigate outcomes
D =  Decide on action
E =  Evalute results
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar ditujukan
kepada individu, keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan
fungsi. Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan,
pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan
(role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola
(manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi
independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.
2. Saran
Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut yaitu :
Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanana
kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya pelayanan atau
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Sehingga
peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk pelayanan kesehatan, demi
meningkatkan dan melaksanakan kualitas kesehatan yang lebih baik.
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua pembaca
dan saya sendiri sebagai penulis agar dapat mengetahui dan memahami peran dan
fungsi perawat komunitas, dan dapat memberikan kritik dan saran nya agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal Mubarak,W.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.jakarta:Salemba Medika

Anderson Elizabeth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi
3.EGC.Jakartas

Efendi, Ferry dan Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika .

Suhaemi, M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.  Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai