Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

"PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN “

Dosen Pengampu: Sriwidya Astuti Khati, STr,Keb, M,KM

Nama: Mhd Zikril Hakim

Nim: 1914201022

Prodi : S1 keperawatan kelas A

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KOTA BANGKINANG 2020


TUGAS INDIVIDU

Nama : Mhd Zikril Hakim

Nim : 1914201022

1. Bacalah artikel dibawah ini dengan seksama

2. Buatlah resume (ringkasan) dari artikel ini

3. Menurut anda apakah program promkes saat ini berjalan dengan maksimal?

4. Mengapa seorang perawat perlu mempelajari ilmu promosi kesehatan (pendapat anda)

5. Dari beberapa periode sejarah promkes yang lalu menurut anda apa perbedaan dengan
perkembangan promkes pada saat ini (7 perbedaan)

6. Tulis lah jawaban dibawah artikel

7. Tugas dikirim melalui email sriwidyaastutikhati92@gmail.com

8. Tugas dikumpulkan sampai dengan tanggal jumaat, 24 April 2020

SEJARAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

DI INDONESIA

ERA PROPAGANDA DAN PENDIDIKAN KESEHATAN RAKYAT

(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)

Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya
berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan
mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat
laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch
Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya,
bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-
anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana.
Hanya saja gerakan ini tidak lama usianya.

Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk Percontohan
Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif tetapi dalam
pelaksanaannya bekerjasama erat. Dalam hubungan usaha higiene ini perlu disebutkan nama
Dr.John Lee Hydrick dari Rocckefeller Fundation (Amerika), yang memimpin pemberantasan
cacing tambang mulai tahun 1924 sampai 1939, dengan menitik beratkan pada Pendidikan
Kesehatan kepada masyarakat. Ia mengangkat kegiatan Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch
Hygienische Propaganda) dengan mengadakan penelitian operasional tentang lingkup
penderita penyakit cacing tambang di daerah Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan
Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene dan Sanitasi, dengan mencurahkan banyak informasi
tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
usaha pencegahan dan peningkatan kesehatan (cacing tambang, malaria, tbc.). Ia mengadakan
pendekatan dalam upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat
(pendekatan seperti ini nanti dikenal dengan nama “pendekatan edukatif”). Yang menonjol
pada waktu itu adalah penggunaan media pendidikan (booklets, poster, film dsb) dan juga
kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas sanitasi yang terdidik.

Pendidikan Kesehatan Rakyat

Dalam tulisannya tersebut, Dr. R. Mochtar jelas memberikan gambaran betapa penting arti
Pendidikan Kesehatan Rakyat dalam upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi
masyarakat dalam Kesehatan Rakyat, yang sejak sebelum Hydrick, yaitu 1911, sudah mulai
digalakkan oleh pemeritah Belanda. Ada bebarapa pokok penting yang dapat diangkat dari
tulisan Dr. R.Mochtar, yaitu :

1. Pendidikan Kesehatan Rakjat (PKR) sudah dirasakan pentingnya sejak permulaan abad ke XX,
namun direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata baru dalam tahun 911, yang dikenal dengan
nama Medisch Hygienische Propaganda.

2. Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR) terkait pada program kesehatan, yaitu Hygiene dan
Sanitasi lingkungan (PKR bukan suatu program yang berdiri sendiri).

3. Walaupun Pendidikan Kesehatan merupakan bagian dan kegiatan terintegrasi dalam


program-program kesehatan, namun hal ini perlu ditangani secara “professional”. Untuk ini
perlu organisasi/unit kerja khusus yang menangani Pendidikan Kesehatan, dan diperlukan pula
tenaga terdidik atau terlatih.
Dalam hal ini tenaga sanitasi, disiapkan untuk mampu memberikan pendidikan tentang
kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat desa, disertai alat/media pendidikan (Audio Visual
Aid ). Tenaga “Health Educators” ini bekerja dengan penuh keyakinan dan dedikasi.

Pada waktu itu sudah ada anggapan bahwa Pendidikan Kesehatan tidak diperlukan, jika
masyarakat telah maju. Hal ini tidak dibenarkan oleh Dr.R.Mochtar, karena kenyataan
memperlihatkan bahwa di negara-negara yang telah majupun kegiatan Pendidikan Kesehatan
Rakyat masih diperlukan dan dilaksanakan. Cara pendekatan, metodologi serta tehnologi yang
dipergunakan disesuaikan dengan kemajuan masyarakat setempat.

ERA PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN

(Kurun Waktu 1960-1980)

Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960

Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada Presiden Sukarno, Presiden I
RI, pada tahun 1955 (dalam buku Kesehatan Rakyat di Indonesia, Pandangan dan Planning),
bahwa merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat itu adalah karena kurang
baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena
kurangnya pengertian masyarakat tentang hygiene perseorangan dan hygiene umum. Oleh
karena itu maka Pendidikan Kesehatan kepada Rakyat adalah suatu soal yang penting di
Indonesia.

Dalam kaitan itu beliau juga menyatakan bahwa pada umumnya semua usaha di lapangan
kesehatan masyarakat tidak akan berhasil jika masyarakat tidak diberikan pendidikan dan
penerangan yang sebaik-baiknya tentang masalah itu. ”The public health administration can
achieve no solid, durable and effective result unless the public is given Health Education”.
Mengenai pentingnya pendidikan kesehatan ini juga dapat dilihat pada Undang-undang No. 9
Ytahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan.

Penetapan Hari Kesehatan Nasional

Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang berkembang
dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan penyelidikan dan
pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indonesia dapat dilenyapkan. Untuk itu cara kerja
harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September 1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria
(DPM) yang kemudian pada Januari 1963 dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian
Malaria (KOPEM). Pembasmian malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah
dengan dibantu oleh USAID dan WHO. Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang
dari bumi Indonesia.

Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga DDT, telah
dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung, sehingga l.k. 64,5
juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemungkinan serangan malaria. Usaha itu
juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans yang berhasil menurunkan ”parasite index” dengan
cepat, yaitu dari 15 % menjadi hanya 2%.

Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa penyemprotan nyamuk
malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10
km di sebelah timur kota Yogyakarta. Meskipun peristiwanya sendiri merupakan upacara
simbolis penyemprotan nyamuk, tetapi kegiatan tersebut harus dibarengi dengan kegiatan
pendidikan atau penyuluhan kepada masyarakat. Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Hari
Kesehatan Nasional (HKN), yang setiap tahun terus menerus diperingati sampai sekarang. Sejak
itu, HKN dijadikan momentum untuk melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat.

Tetapi pemberantasan malaria dengan cara penyemprotan tersebut ternyata tidak dapat
diteruskan karena tiadanya biaya. Bantuan dari USAID dan WHO berhenti. Juga karena adanya
pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.

ERA PKMD, POSYANDU DAN

PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK


(Kurun Waktu 1975 - 1995)

Peran Serta Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Sebelum cerita tentang Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) kiranya perlu cerita
sedikit tentang peranserta masyarakat yang merupakan komponen utama dalam PKMD.
Perlunya peranserta masyarakat dalam pembangunan, termasuk di bidang kesehatan,
didasarkan pada kesadaran bahwa tidak mungkin pembangunan hanya dilakukan dan
ditanggung oleh pemerintah saja. Masyarakat harus diikut sertakan dan berperanserta di
dalamnya. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga sebagai subyek pembangunan.
Hal ini sejak awal sudah merupakan konsep dasar pendidikan atau penyuluhan kesehatan, yang
sudah dilaksanakan sejak sebelum dan di awal kemerdekaan.

Munculnya PKMD

PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di permukaan pada sekitar
tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya Kerja untuk menyiapkan konsep
program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti,
Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Landasan dasar dikembangkannya PKMD ini adalah
sejarah budaya bangsa Indonesia yang telah turun temurun, yakni “gotong royong’ dan
“musyawarah”. Mengacu pada dua prinsip ini maka konsep PKMD dikembangkan dengan
semangat kekeluargaan dan saling membantu, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya
membantu yang miskin, dan yang sehat membantu yang sakit.

Munculnya Posyandu

Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan pendekatan


edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan kesehatan
antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan, Dana Sehat.
Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar kesehatan, meskipun tetap
ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut murni muncul dari
masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri, dibidang kesehatan.
ERA PROMOSI KESEHATAN DAN PARADIGMA SEHAT

(Kurun waktu 1995-2005)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah promosi


kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :

(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);

(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);

(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);

(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan

(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)

Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:

(1) Mendukung kesehatan wanita;

(2) Makanan dan gizi;

(3) Rokok dan alkohol; dan

(4) Menciptakan lingkungan sehat.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991). Konferensi ini
mengemukakan 4 strategi kunci, yakni: (1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
(2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan
lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan (4) Menjadi
penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.

Promosi Kesehatan abad 21 adalah : Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan,


Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, Meningkatkan kemitraan untuk
kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat,
Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
JAWABAN

2. Resume Artikel.

Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya
berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan
mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat
laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch
Hygienische Propaganda”.

Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk Percontohan
Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif tetapi dalam
pelaksanaannya bekerjasama erat. mulai tahun 1924 sampai 1939, dengan menitik beratkan
pada Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Ia mengangkat kegiatan Pendidikan Kesehatan
Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda) dengan mengadakan penelitian operasional tentang
lingkup penderita penyakit cacing tambang di daerah Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan
Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene dan Sanitasi, dengan mencurahkan banyak informasi
tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
usaha pencegahan dan peningkatan kesehatan (cacing tambang, malaria, tbc.). . Ia mengadakan
pendekatan dalam upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat
(pendekatan seperti ini nanti dikenal dengan nama “pendekatan edukatif”).

ERA PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN

(Kurun Waktu 1960-1980)

Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960

Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada Presiden Sukarno, Presiden I
RI, pada tahun 1955 (dalam buku Kesehatan Rakyat di Indonesia, Pandangan dan Planning),
bahwa merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat itu adalah karena kurang
baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena
kurangnya pengertian masyarakat tentang hygiene perseorangan dan hygiene umum. Oleh
karena itu maka Pendidikan Kesehatan kepada Rakyat adalah suatu soal yang penting di
Indonesia. Penetapan Hari Kesehatan Nasional Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupakan
salah satu penyakit rakyat yang berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat
malaria. Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga
DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung,
sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemungkinan serangan
malaria.

ERA PKMD, POSYANDU DAN

PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

(Kurun Waktu 1975 - 1995)

Peran Serta Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Sebelum cerita tentang Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) kiranya perlu cerita
sedikit tentang peranserta masyarakat yang merupakan komponen utama dalam PKMD.

Munculnya PKMD

PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di permukaan pada sekitar
tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya Kerja untuk menyiapkan konsep
program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti,
Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

Munculnya Posyandu

Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan pendekatan


edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan kesehatan
antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan, Dana Sehat.
Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar kesehatan, meskipun tetap
ada kaitannya dengan bidang kesehatan.

ERA PROMOSI KESEHATAN DAN PARADIGMA SEHAT

(Kurun waktu 1995-2005)


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah promosi
kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :

(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);

(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);

(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);

(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan

(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)

Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:

(1) Mendukung kesehatan wanita;

(2) Makanan dan gizi;

(3) Rokok dan alkohol; dan

(4) Menciptakan lingkungan sehat.

2. Menurut anda apakah program promkes saat ini berjalan dengan maksimal?

Menurut pendapat saya sendiri promosi kesehatan yang telah diarahkan langsung atau sudah
yang diatur sedemikian rupa oleh kementrian kesehatan supaya rakyat mendapatkan
kesehatan yang sangat maksimal, program yang telah diatur untuk promosi kesehatan saat
ini, itu sangatlah bagus, karena kita sendiri pun sudah melihat dan menyaksikkan sendiri
bagaimana tenaga medis dan tenaga kesehatan berusaha semaksimal mungkin memberi tahu
kesehatan yang layak dan tidak layak itu bagaimana, supaya terwujudnya rakyat yang sehat
dan cerdas.

3. Mengapa seorang perawat perlu mempelajari ilmu promosi kesehatan (pendapat anda)
karena perawat sebagai tenaga medis harus juga bisa menghandle untuk diri nya sendiri dan
untuk orang lain terkhususnya untuk mendalami dan memahami promosi kesehatan,
perawat memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap klien atau pasien yang di
tangani nya,yang bertujuan untuk supaya masyarakat atau klien yang di tangani itu
mendapatkan kesehatan yang fine dengan total dan maksimal.

Melalui promosi kesehatan perawat dapat memberikan edukasi pada masyarakat secara luas
terkaitdengan masalah kesehatan.

4) Dari beberapa periode sejarah promkes yang lalu menurut anda apa perbedaan dengan
perkembangan promkes pada saat ini (7 perbedaan)

1) pada promkes yang lalu tenaga kesehatan masih sedikit sehingga sumber daya manusianya
untuk melakukan promkes seperti homecare, penyuluhan ,dan demonstrasi juga terbatas,
berbeda dengan sekarang, tenaga kesehatan saat ini sudah banyak jadi promkes homecare,
penyuluhan, demonstrasi menjadi terlaksana

2) pada promkes lalu masyarakatnya masih banyak percaya pada mitos sehingga promkes yang
dilakukan sangat minim hasilnya. Sedangkan sekarang masyarakat sudah banyak yang berpikir
kritis oleh karena itu promkes berjalan dengan baik.

3) pada promkes lalu, metode promkes kebanyakan hanya melalui individu dan kelompok.
Sedangkan sekarang metode promkes sudah melalui massa(publik)

4) pada promkes lalu, media promkes hanya melalui bahan bacaan dan peragaan. Sedangkan
sekarang media promkes sudah melalui media cetak dan media elektronik.

5) pada promkes lalu, fasilitas yang digunakan kurang memadai, sedangkan sekarang fasilitas
promkes sudah cukup memadai, contohnya penggunan infocus saat melakukan promkes
sehingga masyarakat tidak jenuh.
6) pada promkes lalu, teknologi yang ada belum cukup untuk mencakup perencanaan promkes
sedangkan sekarang teknologi sudah berkembang dengan cepat contohnya pada sekarang jika
ingin mendapat informasi tambahan bisa melalui google.

7) pada promkes lalu, pendukung dalam promkes sangat kurang, masyarakat nya kurang
antusias dalam mengikuti promkes, serta masyarakat tidak memperhatikan. Sedangkan
sekarang sudah cukup banyak masyarakat yang antusias terhadap promkes serta
memperhatikan penyajian dari promkes, hal itu disebabkan oleh era globalisasi dimana kita bisa
membuat hal semenarik mungkin dalam promkes.

Anda mungkin juga menyukai