sejarah
“Promosi kesehatan”
Disusun oleh
Florita R.sory dopi
2020.02.005
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan lancar. Makalah kami yang berjudul “SEJARAH PROMOSI
KESEHATAN DIINDONESIA ”
Makalah ini disusun dari bebbagai sumber. Tak lupa pula kami
mengucapkan terimah kasih banyak kepada seluruuh pihak yang terlibat,
khususnya guru bidang studi atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan
makalah
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih
baik. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat member manfaat bagi kita
semua.
penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 3 : penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
BAB II
INDONESIA
A. ERA PROPAGANDA DAN PENDIDIKAN KESEHATAN RAKYAT
(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960
an)
10
1827 kedua jawatan digabungkan dan baru pada tahun 1911 ada pemisahan nyata antara
kedua jawatan tersebut. Pada permulaannya, perhatian hanya ditujukan kepada kelompok
masyarakat penjajah (Belanda) sendiri, beserta para anggota tentaranya yang juga
meliputi orang pribumi. Sedangkan usaha untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara
keseluruhan baru dinyatakan dengan tegas dengan dibentuknya Jawatan/Dinas Kesehatan
Rakyat pada tahun 1925. Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula-mula dilakukan
adalah pengobatan dan perawatan (upaya kuratif), melalui RS Tentara.
Dengan adanya wabah kolera, pada tahun 1911 di Batavia dibentuk badan yang
diberi nama “Hygiene Commissie” yang kegiatannya berupa: memberikan vaksinasi,
menyediakan air minum dan menganjurkan memasak air untu diminum. Perintis usaha ini
adalah Dr. W. Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun 1920 diadakan
jabatan “propagandist” (juru penyiar berita) yang meletakkan usaha pendidikan kesehatan
kepada rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan gambar dinding, dan pemutaran
film kesehatan. Usaha ini karena penghematan dihentikan pada tahun 1923.
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten..Lambat laun
pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch
Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya,
bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada
anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah”
dimana-mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk
Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas
Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat.
11
Apa yang telah dirintis oleh Hydrick tersebut kemudian ternyata dilanjutkan oleh
Pemeritah (Belanda). Perhatian Pemerintah Belanda terhadap usaha preventif
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-undangan).
Motto yang berbunyi “Prevention is better than cure” diwujudkan dalam berbagai
kegiatan a.l. :
Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja
menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke
Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk
Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB Mantra
yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush, diadakanlah pertemuan
dengan pimpinan Depkes dan pertemuan lainnya baik internal penyuluhan kesehatan
maupun external dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan
sempat pula mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan
baik oleh Ibu Neni Surachni (kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu) dan teman-
teman lain di Bandung. Dari serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama
kunjungan lapangan ke Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion
(Promosi Kesehatan). Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia,
ia kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah
Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya memang
sudah waktunya diselenggarakan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu Prof.
Dr. Suyudi). Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan pejabat
Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne, sampai
beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu khususnya
Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi
kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan rumah konferensi
internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita sendiri mempunyai
kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya serta dapat
mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai percontohan. Dengan
demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut dipacu oleh
perkembangan dunia internasional.
2.4.2 Konferensi Internasional Health Promotion IV dan Deklarasi Jakarta
Konferensi ke IV di Jakarta ini dihadiri oleh sekitar 500 orang dari 78 negara,
termasuk sekitar 150 orang Indonesia, khususnya dari daerah. Ini karena konferensi
tersebut juga merupakan konferensi nasional promosi kesehatan yang pertama
(Selanjutnya nanti ada konferensi nasional kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, tahun
2000, dan konferensi nasional ketiga di Yogyakarta, tahun 2003). Konferensi dibuka
oleh Presiden RI, Bapak Soeharto, di Istana Negara. Selain pembicara-pembicara
internasional, juga tampil pembicara Indonesia, yaitu Prof Dr. Suyudi selaku Menteri
Kesehatan, dan Prof. Dr. Haryono Suyono, selain selaku Menteri Kependudukan juga
sebagai pakar komunikasi. Pada acara Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara
dari berbagai program, sektor dan daerah, menyampaikan pengalamannya dalam
berbagai kegiatan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam program atau
daerah masing-masing (diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara
serentak/pararel).
Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health Promotion
into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi nama: “The
Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”. Selanjutnya
Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai berikut:
Pada tahun 1998 Presiden Soeharto digantikan oleh Presiden Habibie. Sebagai
Menteri Kesehatan ditetapkan Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek. Setelah melalui
persiapan antara lain pertemuan dengan para pakar, pertemuan nasional dengan
daerah-daerah, pertemuan lintas sektor dan dengar pendapat dengan DPR, pada 1
Maret 1999 oleh Presiden Habibie dicanangkan : “Gerakan Pembangunan yang
Berwawasan Kesehatan”, atau dikenal dengan “Paradigma sehat”. Sebagai
konsekwensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua sektor harus
mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus memberi
kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku sehat.
Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat 2010, dengan
misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan; (2)
Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) Meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu; dan (4) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat termasuk lingkungannya. Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut
adalah : perilaku sehat, disamping dua pilar lainnya yaitu: lingkungan sehat dan
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program
pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan bahwa
salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat
dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan promosi kesehatan
sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis (Renstra) Depkes 2005-2009
juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program tersendiri dan
diposisikan pada urutan pertama. Ini menegaskan bahwa Paradigma Sehat dengan Visi
Indonesia Sehat-nya tersebut sangat sesuai dengan Deklarasi Jakarta, dan dengan
demikian promosi kesehatan (termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku hidup
sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat.
Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi Kesehatan
menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh Indonesia pada
bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih
sungguh-sungguh terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta
anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan
mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga
diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota DPR kkhususnya komisi
yang mengurusi bidang kesehatan.
B. KONSEP PROMOSI
KESEHATAN
4.1 Perkembangan Konsep Dasar Promosi Kesehatan
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dan konsep pendidikan
kesehatan, yang berkembang sejalan dengan perubahan paradigm kesehatan
masyarakat ( Public Health ). Perubahan padigma kesehatan masyarakat terjadi antara
lain akibat perubahan pola penyakit, gaya hidup kondisi kehidupan lingkingan
kehidupan demografi dan lain – lain.
Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada factor –
factor yang menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit – penyakit
bersumber makanan serta penyakit – penyakit yang buruk. Dalam perkembangan
selanjutnya disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya hidup
masyarakat. Sejak saaat itu, pendidikan kesehatan menjadi perhatian dan merupakan
bagian dari upaya kesehatan masyarakat yang difokuskan kepada :
a. Perilaku beresiko seperti : Merokok, Makanan rendah serat, dan Kurang gerak
b. Pelayanan kedokteran pencegahan
c. Deteksi dini pencegahan.
Deklarasi Alam Ata ( 1978 ) menghasilkan strategi utama dalam pencapaian
kesehatan bagi semua (Health For All ) melalui pelayanan kesehatan dasar( Primary
Healt Care ). Salah satu komponen didalam pelayanan kesehatan dasar itu adalah
pelayanan kesehatan, yang di Indonesia pernah juga disebut penyuluhan kesehatan.
Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada, dilangsungkan konferensi internasional
promosi kesehatan yang menghasilkan piagam Ottawa ( Ottawa Charter ) yang
menjadi acuan bagi promosi kesehatan, termasuk di Indonesia. Sesuai dengan piagam
22
Ottawa, aktivitas promosi kesehatan adalah Advokasi ( Advocating ), Pemberdayaan (
Enabling ), dan Mediasi (Mediating).
Selanjutnya piagam Ottawa juga merumuskan lima komponen utama promosi
kesehatan yaitu :
a) Membangun kebijakan public berwawasan kesehatan ( Built Health Public Policy ),
artinya mengupayakan agar para pembantu kebijakan diberbagai sector dan tingkatan
administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang
dibuatnya.
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung ( Create Supportive Environtments )
artinya menciptakan suasana lingkungan ( baik fisik maupun social politik ) yang
mendukung sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan upaya – upaya yang
positife bagi kesehatan.
c) Memperkuat gerakan masyarakat ( Streghthen community action ) artinya
memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam upaya
mengendalikan factor – factor yang mempengaruhi kesehatan.
d) Mengembangkan ketrampilan individu ( Develop personal skill ) artinya
mengupayakan agar masyarakat mampu membuat informasi, pendidikan dan
pelatihan memadai. Upaya ini akan lebih efektiv dan efisien bila dilakukan melalui
pendekatan tatanan ( setting ).
e) Reorient pelayanan kesehatan ( Reorient Health Service ) artinya mengubah orientasi
pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan upaya preventive dan promotivetanpa
mengesampingkan upaya curative dan rehabilitative
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Perawat Dalam melakukan promosi kesehatan bidan harus menjaga hubungan
dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan
diterapkan oleh klien dan masyarakat. Dalam menerima promosi kesehatan klien
harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
e-book promosi kesehatan HDJ Maulana, S Sos, M Kes - 2009 - books.google.com (April 11,
2016 pukul 20:31)
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.
Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan praktik dalam
makalah promosi kesehatan. (online) available: http://oktioktaviani
36.blogspot.com/2013/05/makalah-promosi-kesehatan.html diakses tanggal 31 Agustus
Wikipedia.2011.(http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan) diakses tanggal 30
Agustus 2014