Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Dinda Muliawati 2151700100
2. Eko Sarianto 2151700030
3. Nindy Widiastuti 2151700116
4. Rini Hartati 2151700099
5. S. Rahastri Retno H 2151700087
6. Tri Mulyanto 2151700080
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesehatan masyarakat ?
2. Bagaimana sejarah singkat kesehatan masyarakat ?
3. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia ?
4. Bagaimana ruang lingkup kesehatan masyarakat ?
1
5. Apa saja permasalahan kesehatan masyarakat ?
6. Bagaimana tren kesehatan masyarakat di masa depan ?
C. Tujuan
7. Mengetahui pengertian dari kesehatan masyarakat.
8. Mengetahui sejarah singkat kesehatan masyarakat.
9. Mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
10. Mengetahui ruang lingkup kesehatan masyarakat.
11. Mengetahui permasalahan kesehatan masyarakat.
12. Mengetahui tren kesehatan masyarakat di masa depan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat hanya
berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, pencegahan
dengan ilmu sosial.
4
C. Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada
waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang
sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun
1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian
pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun
1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu.
Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih
kebinaan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru
pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi
tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepalan
pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia.
Sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van
Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada
tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama
NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927 Stovia berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas
Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut mempunyai andil yang sangat besar
dalam menghasilkan tenaga dokter yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia.
5
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas
yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep
Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan
hasil-hasil seminar tersebut. Departemen Kesehahtan menyiapkan rencana
induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968
dalam rapat kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas
kerja merupakan pelayanan kesehatan terpadu,
sistem oleh pemerntah (Departemen
dikembangkan yang Kesehatan)
kemudian menjadi pusat
pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah
kerja kecamatan atau sebagian kecamatan dikota madya atau kabupaten.
Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10. Usaha kesehatan sekolah
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan.
6
D. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan
seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya
mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan
ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka
disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang.
Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia,
ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu
pendidikan, dan sebagainya.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu
masyarakat ini, antara lain: kesehatan
1. Epidemiologi
2. Biostatistik/statistik kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
5. Administrasi kesehatan masyarakat
6. Gizi masyarakat
7. Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah kausal
multi maka
pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentanngan yang luas.
Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah
penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,
mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan
(fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya:
pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan,
perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara
pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi
7
tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan
sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni
atau penerapan ilmu kesehahtan masyarakat antara lain:
1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan.
3. Perbaikan lingkungan pemukiman.
4. Pemberantasan vektor.
5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
7. Pembinaan gizi masyarakat.
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
9. Pengawasan obat dan minuman.
Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan
masyarakat antara lain Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan
Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi. Berdasarkan kenyataan ini
maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
8
(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dansikap yang searah
(sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Jenis perilaku
ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanda pemahaman
manfaat berperilaku tertentu. Proses terbentuknya sebuah perilaku yang
diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh
dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga
pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan
sasaran dapat berperilaku sehat.
2. Masalah kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan
masyarakat yang optimum pula. Masalahkesehatan lingkungan meliputi
penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan
limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan
pengolahanmakanan.
a. Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah
satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan
penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanahcenderung
menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat
tinggal yangmenyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan.
Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria
yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yangtidak
diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain
luas bangunanrumah minimal 2,5 m per penghuni, fasilitas air bersih
yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah,
fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudangdan
kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah
sehat dapatmenimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik,
9
mental maupun sosial yangmempengaruhi produktivitas keluarga dan
pada akhirnya mengarah pada kemiskinan danmasalah sosial.
b. Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak
dan mencuci. Air minumyang dikonsumsi harus memenuhi syarat
minimal sebagai air yang dikonsumsi. Syarat airminum yang sehat
antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air
minumsehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, suhu di bawah suhuudara sekitar (syarat fisik), bebas dari
bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandungzat-zat tertentu
dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia
sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau,
mata air, air sumur dangkal danair sumur dalam. Sumber-sumber air
tersebut memiliki karakteristik masing-masing yangmembutuhkan
pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.Tidak
terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan
atau penyakitseperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan
mulut dan lain-lain.
c. Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah
tangga, industri atautempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan
bahan atau benda padat yang dibuangkarena sudah tidak digunakan
dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yangtidak
tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan.
Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi
syarat agar tidakmenimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah
serta menimbulkan polusi bau danmengganggu estetika. Tempat
pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban
dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa
penyakitdisebarkan melalui perantaraan kotoran. Pengelolaan sampah
meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki
10
2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah
serta pemusnahan dan pengolahan sampah.Pengelolaan limbah
ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah sehingga
pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya.
Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan
kimia. Pengolahan air limbah dilakukansecara sederhana dan modern.
Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukandengan
pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara
modernmenggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah
(SPAL/IPAL).
d. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah,
pasar dan lain-lainsedangkan pengolahan makanan meliputi tempat
pengolahan makanan (pabrik atau industrimakanan) dan tempat penjualan
makanan (toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll).Kegiatan
berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta
pengolahan limbah dan sampah.
3. Masalah pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan
optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai
membutuhkan ketersediaan standar sumber
syarat
pelayanan.Ketersediaan sumber daya yangdaya dan perilaku
akan menunjang prosedur
sehat
masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta
membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang
profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana
pendukung) serta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).
a. Petugas kesehatan yang profesional
Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis
keperawatan, paramedisnon keperawatan dan non medis
(administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan yangmemberi
pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan taat
11
prosedur.Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di
bawah standar akibat keduasyarat di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan
ketenagaan di Indonesia yang terjadi karenakurangnya tenaga sesuai
kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan
petugaskesehatan yang memberikan pelayanan tidak sesuai
kompetensinya. Kurangnya pengetahuandan motif ekonomi sering
menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara
maksimal.Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena
ketidaktahuan dan keterpaksaan.Walaupun pemerintah telah banyak
melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan diIndonesia baik
melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun
program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga
kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal
tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yangmasih banyak
menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat
kesehatanmasyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan
aspek preventif dan promotifdalam pelayanan kesehatan belum
dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma
sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan
kesehatanhanya pada saat sakit.
b. Sarana bangunan dan pendukung
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan
saat ini diatasi dengankonsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan
masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisitersebut tidak didukung
sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya perilaku
sakit.Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui
program Bantuan OperasionalKegiatan (BOK) Puskesmas dan
program pengembangan sarana pelayanan kesehatan rujukantelah
banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
di Indonesia.
12
c. Pembiayaan kesehatan
Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat
mendapatkan akses pelayanankesehatan yang berkualitas. Faktor yang
merupakan faktor pendukung (enabling factors) masyarakat untuk
berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalui asuransi
kesehatanmaupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan
untuk pegawai negeri sipil (PT.Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri),
pekerja sektor industri (PT. Jamsostek), masyarakatmiskin (Jamkesmas
Program Keluarga Harapan), masyarakat tidak mampu (Jamkesda)
bahkan masyarakat umum (Jampersal dan asuransi perorangan).
Namun tetap saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala
dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermututerkait kesadaran
masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga
upayakuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan
dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan
perubahan paradigma masyarakat menjadiParadigma Sehat melalui
Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus menerus.4.
4. Masalah genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor
genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes
Mellitus, infertilitas dan lain-lain tetapi jugamasalah sosial seperti
keretakan rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan dan
kejahatan.Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor
genetik lebih banyak disebabkankurang paham terhadap penyebab genetik,
disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan.Agar masyarakat
dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan
kesehatandisertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh
13
dapatmengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan pada
keturunannya.
14
kesehatan dirinya atau hal lainnya. Contohnya, seperti makan
makanan yang tidak bergizi, jarang berolahraga, dan lain-lain.
5. Faktor Lingkungan
Faktor ini memegang peranan utama dalam status kesehatan
masyarakat. Tingkat kesehatan manusia dapat diukur dari bagaimana
tingkat kebersihan dilingkungannya. Lingkungan yang bersih,
masyarakat juga akan sehat. Tetapi jika lingkungan kotor pasti banyak
sekali kuman yang dapat membawa penyakit.
Dari kelima faktor diataslah yang mengakibatkan masalah
kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasinya selain diri sendiri,
peran masyarakat sekitar, pemerintah, dan ahli kesehatan sangat
penting. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Diri Sendiri
Kita harus menjaga diri kita agar terhindar dari berbagai macam
penyakit. Hal yang harus dilakukan adalah memakan makanan
yang sehat dan bergizi, rajin berolahraga, merawat tubuh, tidak
membuang sampah sembarangan dan masih banyak lagi yang
masih bisa kita lakukan. Selama apa yang kita kerjakan positif,
maka hasilnya akan positif juga. Sebagai generasi penerus bangsa,
kita harus mencegah penyakit sejak dini.
b. Masyarakat Sekitar
Peran dari masyarakat sekitar dalam mengatasi problematika ini
adalah ikut peduli dalam menjaga kesehatan dilingkungan.
Contohnya, seperti mengadakan kerja bakti mingguan di wilayah
perumahannya, mengubur kaleng-kaleng bekas, dan sebagainya.
c. Pemerintah
Tugas pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan di negeri
ini adalah sebagai fasilitator. Pemerintah harus membangun pusat
pelayanan kesehatan masyarakat diseluruh wilayah terutama
wilayah yang terpencil. Karena, sebagian besar masyarakat yang
tinggal di wilayah yang terpencil tidak mendapatkan fasilitas
15
kesehatan yang layak. Akses jalan menuju daerah yang susah
dijangkau juga dapat menjadi masalah dalam memberikan
fasilitas kesehatan pada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah
juga harus mencari akses jalan lain agar dapat mencapai daerah-
daerah yang susah dijangkau. Hal ini juga membutuhkan bantuan
dari masyarakat wilayah yang susah dijangkau tersebut.
d. Ahli Kesehatan Masyarakat
Negara kita memerlukan tenaga kesehatan masyarakat yang
banyak. Setiap daerah harus memiliki tenaga ahli kesehatan
masyarakat. Karena, ahli kesehatan masyarakat dapat berperan
sebagai sumber informasi. Masyarakat memerlukan pengetahuan
tentang masalah kesehatan. Para ahli kesehatan masyarakat dapat
memberikan informasi-informasi dapat dengan cara memberikan
penyuluhan diwilayah-wilayah.
16
terjadi berupa tingginya penyakit menular, meningkatnya penyakit tidak
menular, dan timbulnya penyakit baru. Sedangkn di negara maju, masalah
kesehatan yang ada biasanya berupa tingginya penyakit tidak menular
sedangkan penyakit menular sudah mampu ditangani.
3. Transisi gizi
Perubahan dari masalah penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular
karena perubahan pola hidup. Tren yang terjadi dewasa ini berupa
overweight dan overdiet yng juga dipengaruhi keadaan sosial-ekonomi.
Dalam menghadapi tren kesehatan masyarakat, tindakan yang dapat
dilakukan diantaranya :
a. Pendekatan penduduk
b. Memperkuat infrastruktur pemerintah
c. Membangun genersi baru dalam kemitraan kesehatan
d. Peningkatan mutu sistem pelayanan kesehatan
e. Membuat ukuran keberhasilan
f. Meningkatkan komunikasi kesehatan
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak
ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang
sangat sempit samapi batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat
diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa
kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi
yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah
sama dengan sanitasi. Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Dalam
menghadapi masalah kesehatan masyarakat harus melibatkan diri sendiri,
masyarakat sekitar, pemerintah, dan ahli kesehatan masyarakat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan.
Depok: FKM-UI.
Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan OKI Jakarta Setelah
Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2586).
19