Anda di halaman 1dari 34

K

E
L
O
M
P
O
K SURY D. DAYO (18061027)
SEVHIA S. WOROTIKAN (18061029)
4 YASENTHA O. J. TURANGAN (18061031)
GRACIA G. SUPIT (18061036)
Sejarah
Keperawatan
Komunitas
Sejarah Keperawatan
Sejarah keperawatan komunitas
dimulai dengan munculnya Florence
Nightingale. Dia adalah pelopor
perawat modern yag dikenal dengan
nama The Lady of The Lamp. Ia
menyadarkan bidang kedokteran
mengenai pentingnya melakukan
upaya preventif dan juga sumbangan
yang utama, yaitu menyadarkan
masyarakat akan pentingnya perawatan
klinik dan berpengalaman, serta ia
Sejarah Keperawatan Komunitas
Di Dunia
Perkembangan keperawatan
komunitas tidak terlepas dari
tokoh metologi yunani, yaitu
Asclepius dan Hegeia.
Asclepius adalah seorang dokter yang tampan dan pandai meski
tidak disebutkan skolah atau pendidikan apa yang telah
ditempuhnya. Beliau dapat mengobati penyakit bahkan
melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu
(surgical procedure) dengan baik. Sementara Hegeia adalah
asisten Asclepius yang juga merupakan istrinya, beliau ahli
dalam melakukan upaya-upaya kesehatan.
Terdapat perbedaan penanganan masalah kesehatan antara
Asclepius dan Hegeia.

Asclepius Penangananya dilakukan setelah


penyakit terjadi pada seseorang

Penanganan masalah melalui hidup


seimbang, menghindari makanan atau
minuman beracun, memakan makanan
Hegeia yang bergizi (cukup), istirahat yang cukup,
olahraga.
Terdapat 2 aliran dari perbedaan
cara penanganan Asclepius & Hegeia

Aliran ini cenderung menunggu


terjadinya penyakit atau setelah
orang jatuh sakit. Pendekatan ini
disebut dengan pendekatan
kuratif. Kelompok tersebut
terdiri atas dokter, psikiater, dan
praktisi-praktisi lain yang
melakukan perawatan atau
pengobatan penyakit baik, fisik
maupun psikologis.
Terdapat 2 aliran dari perbedaan
cara penanganan Asclepius & Hegeia

Aliran ini cenderung


melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit
sebelum terjadinya
penyakit. Kelompok ini
antara lain perawat
komunitas.
Periode-Periode Perkembangan

PERIODE PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT

Periode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas


periode sebelum ilmu pengetahuan dan periode ilmu
pengetahuan (Mubarak, 2011).
PERIODE SEBELUM
ILMU PENGETAHUAN

Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tidak dapat


dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada di dunia, di antaranya adalah budaya
dari bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi.
Pada zaman tersebut diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran umum yang menanpung tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia.
Setelah itu kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-1
sampai ke-7 dengan alasan berbagai penyakit menular telah menyerang masyarakatt
dan menjadi epidemi, bahkan ada yang sampai menjadi endemis, dan telah
dilakukan berbagi upaya untuk mengatasi epidemic dan endemis dengan
memperhatikan masalah-maslah yang ada.
PERIODE SEBELUM
ILMU PENGETAHUAN
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di China dan India, tercatat
13 juta orang meninggal. Di India, Mesir, dam Gaza dilaporkan bahwa 13 ribu
orang meninggal tiap hari karena serangan pes, dan tercatat jumlah kematian di
dunia akibat wabah pes mencapai 60 juta orang, sehingga wabah saat itu disebut
“The Black Death”
Serangan wabah penyakit menular ini berlangsung sampai abad ke-18. Di samping
wabah pes, wabah kolera dan tifus juga masih berlangsung.
PERIODE ILMU PENGETAHUAN
Pada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19, bangkitnya ilmu pengetahuan
mempunyai dampak yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan manusia,
termasuk pada aspek kesehatan. Pada abad ini pendekatan dalam penanganan
masalah kesehatan tidak hanya memandang pada aspek bilogis saja, tetapi sudah
komprehensif dan multisektoral.
Tahun 1893, John Hopkins seorang pengusaha wiski dari Amerika memelopori
berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran. Pada tahun
1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada, dan negara-negara
lain.
Sejarah Perkembangan
Keperawatan Komunitas
Di Indonesia

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu


dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui singapura dan mulai
berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
belanda melakukan upaya upaya kesehatan masyarakat.
Sejarah Perkembangan
Keperawatan Komunitas
Di Indonesia
Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dokter Bosch dan dokter Bleeker
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan
nama STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913,
didirikan sekolah dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947,
STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

STOVIA NIAS
PERIODE PERTAMA (1882)
Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair
Geness Kundege Dienst (MDG) & Burgelyke Geness
Kudige Dienst (BGD), pada waktu para pekerja
perkebunan terjangkit penyakit. Selanjutnya melayani
masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).

PERIODE KEDUA (ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG)


Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De
Volks Genzonhei (DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas
melaksanakan usaha di bidang preventif dan kuratif.
PERIODE KETIGA
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh dr. H. A. Patah.
Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian
berkembang menjadi konsep Puskesmas.
Perkembangan
Keperawatan Kesehatan
Komunitas di Indonesia

PASCA PERANG KEMERDEKAAN


Pelayanan preventif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan)
kuratif, serta lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep
Puskesmas.

TAHUN 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
“Tiap-tiap warga Negara berak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah”.
PELITA I
Dimulai Pelayanan kesehatan melalui puskesmas

PELITA II
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasinal dari primary heatlh carea
(PHC). Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan

PELITA III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada: Pendekatan kesistem, Pendekatan
kemasyarakat, Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS), Peran serta
masyarakat, dan Menekankan pada pendekatan promotive & preventive
PELITA IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi, anak
dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan menyelanggarakan posyandu ditiap
desa.

PELITA V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca Krida,
Posyandu serta Sapta Krida Posyandu.
MENJELANG TAHUN 2000 (TAHUN 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yang semua menganut
paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Visi pembangunan kesehatan dewasa ini
adalah “Indonesia Sehat 2010”.
Sejarah Keperawatan
Komunitas di
Sulawesi Utara

Sejalan dengan perkembangan zaman serta didorong oleh rasa tanggung jawab
bersama sebagai Warga Negara RI, sejalan dengan Garis-Garis Besar Haluan
Negara Tahun 1993 mengatakan bahwa, dalam pembangunan Jangka Panjang
Tahap III pembangunan kesehatan diarahkan antara lain untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pembangunan kesehatan masih perlu terus ditingkatkan dengan lebih
mengembangkan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kesehatan
secara benar dan bertanggung jawab, maka Badan Pengurus Yayasan Metuari
Waya Esa Manado mendirikan Akademi Keperawatan yang diberi nama
AKADEMI KEPERAWATAN METUARI WAYA MANADO
Melalui proses yang panjang, dengan memenuhi akreditasi melalui
kantor Wilayah Departemen Kesehatan RI Propinsi Sulawesi Utara,
maka terbitlah Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor HK.00.
06. 1. 1. 1126 tanggal 10 April 1995. Berdasarkan SK tersebut,
Akademi Keperawatan Metuari Waya Manado menerima mahasiswa
baru dan mulai kegiatan pendidikan pada bulan Agustus 1995, dan
diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan RI
Propinsi Sulawesi UtaraDr. S.A. Tandayu, SKM dan pada tanggal 2
November 1995 dengan Ketua Yayasan Metuari Waya Manado Drs.
Jordan Kuhu, BSc, serta Direktur pertama Akademi Keperawatan
Metuari Waya Manado Ny. J.A. Mandang-Kolompoy
Peran Perawat
Komunitas
PERAN PERAWAT KOMUNITAS
DI INDONESIA
1. Manager Kasus

Berperan sebagai manager, perawat harus mampu


mengelola pelayanan yang berkoordinasi dengan
komunitas atau keluarga, penyedia pelayanan
kesehatan atau pelayanan sosial yang ada. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan
asuhan keperawatan komunitas.
2. Pelkasana Asuhan Keperawatan
Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan
langsung kepada komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas
atau keluarga. Anda dapat mencoba peran ini sesuai dengan
tahapan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.

3. Pendidik
Berperan sebagai pendidik, perawat harus mampu
menjadi penyedia
informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau
keluarga tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan
4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat
dengan mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
dan kompeten. Sikap perawat yang selalu berupaya
meningkatkan kompetensinya agar asuhan keperawatan
komunitas yang diberikan terjaga kualitasnya, merupakan
contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate).
Bagaimana dengan Anda, apakah juga berkomitmen untuk
selalu menjaga kualitas asuhan keperawatan yang diberikan?
Cobalah Anda sejak saat ini terus menjaga komitmen tersebut.
5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan
keterampilan khusus, yaitu
perawat tersebut adalah orang
yang memahami (expert) di bidang
keahliannya, dapat dipercaya
untuk membantu komunitas atau
keluarga dan mengembangkan
koping yang konstruktif dalam
penyelesaian masalah. Perawat
juga dapat memberikan berbagai
solusi dalam rangka menetapkan
cara yang lebih baik untuk
penyelesaian masalah.
6. Role Model

Pelayanan keperawatan komunitas bersifat


berkelanjutan dan berkesinambungan, tentu saja
ini menuntut perawat untuk mampu berinteraksi
baik dengan komunitas. Dalam interaksi, ada
proses transformasi perilaku perawat yang dapat
dipelajari oleh komunitas atau keluarga. Proses
inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model
7. Penemu Kasus
Komunitas adalah melibatkan diri dalam
penelusuran kasus di komunitas atau
keluarga, untuk selanjutnya dilakukan
kajian apa saja yang dibutuhkan komunitas.

8. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk
melakukan perubahan ke arah kehidupan
yang lebih sehat.
TATANAN PRAKTIK DALAM
KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi


dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas (Archer,
1976). Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat
keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai
gerontology.
Peran Perawat Komunitas Di
Era New Normal

Sebagai perawat kesehatan komunitas saat new normal menghadapi Covid-


19. Peran itu, antara lain, mengajarkan upaya-upaya peningkatan kesehatan
alias promosi kesehatan dan pencegahan penularan Covid-19.
Peran dalam pencegahan Covid-19 dilakukan melalui edukasi tentang
physical distancing, cuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, dan
lain-lain. Dengan menitikberatkan pada 5 fungsi kesehatan keluarga, yaitu
mengetahui masalah, dilakukan dengan memahamkan setiap anggota
keluarga agar dapat mengutarakan pemahaman dan permasalahan yang
dirasakan terkait Covid-19.
Cont’d..
Mengambil keputusan, dilakukan dengan membantu keluarga dalam
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah berdasar masukan dari
anggota keluarga yang lain dan informasi resmi dari pemerintah. Merawat
anggota keluarga, dilakukan dengan mengadakan kegiatan sehari-hari
dalam keluarga yang saling menguatkan. Menciptakan suasana yang
kondusif, dilakukan dengan saling menghormati, menghargai, dan
memberikan harapan satu dengan yang lain sehingga ikatan emosi dan tali
kasih semakin baik. Terakhir menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia, seperti puskesmas, dokter keluarga, praktik perawat, klinik, rumah
sakit, dan berbagai informasi kesehatan dari pemerintah.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai