Anda di halaman 1dari 12

RESUME KOMUNITAS 1

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 1

Dosen Pengajar : Amiyani Kristina, Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :

ANJUWITA
NIM : 2019.C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
1. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI
INDONESIA
Peran perawat kesehatan komunitas sangat bervariasi dan menantang.peran
perawat berkembang sejak abad ke 19 yang berfokus lebih banyak kearah konsdisi
lingkungan seperti sanitasi, control penyakit menular pendidikan higiene personal,
pencegahan penyakit dan perawatan keluarga yang sakit dirumah.Meskipun diketahui
bahwa permasalahan yang mengancam adalah penyakit menular tetapi hal-hal yang
bwrkaitan dengan lingkungan, penyakit kronis, dan peroses penemuan juga perlu
diperhatikan
Sejarah perkembangn dan perubahan yang terjadi pada perawatan
komunitas meliputi beberapa area penting yaitu :
1. Evaluasi keadan kesehatan dari bunua barat sejak zaman pra sejarah sampai
saat ini
2. Evaluasi dari perawatan kesehatan moderen termasuk keperawatan
publickonsekuwensi untuk kesehatan secara keseluruhan tantanan dalam
keperawatan komonitas.
1. Evaluasi kesehatan dunia barat
Didalam riwayat kesehatan dikatan bahwa sejak jaman prasejarah telah
dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang terorgainisir, seperti pencegahan pwenyakit
menular , memperpanjang usia san meningkatkan kesehatan.menurut polger (1964)
riwayat penyakit pada manusia dapat dibagi dalam lima tahapan yaitu :
 Tahap mencari dan mengumpulkan
Pada tahap ini masyarakat jarang terkena penyakit menular kaerena mereka
berjauhan tidak menetap dan tidak ada kontak sdwengan kelompok lain yang
sedang sakit
 Tahap menghuni tetap dsisuatu twmpat atau daerah
Permasalahan muncul berkaitan dengan perubahan gaya hidup penyakit atau
permasalahan kesehatan yang timbul bekaitan dengan kedekatanya pada
binatang peliharan seperti terjangkitnya salmonewla anthrax,tuberkolosis.
 Tahap Kota Pra –indsustri
Masalah yang berkaitan dengan penyebaran penyakit lewat udara juga mulai
berkembang karena adanya kontak insdividu dengan masyarakat lain .hal lain

2
adalah indemik seperti influwenza,cacar, campak dan parotitis.pwyakit lain
yang muncxl adalah sifilis merupakan penyakit seks yang sulit dsiobati sdan
permasalahan yang muncul berkaitan dengan tenaga kerja yang terkena racun
seperti peroses peleburan baja.
 Tahap kota insdustri
Selama abad ke18 dan 19 terjadi epidemi penyakit menular seperti cacar,
demam tiroisd, tifuss, campak, malaria dan demam penyakit kunin. epidemi
penyakit saluran pernapasan twrjadi karena belum adanya imunisasi untuk
pencegahan.
2. Evaluasi perawatan kesehatan
 Zaman sebelum yunani
Tampat penyembuhan atau perawatan dsilakukan dicandi atau tempat ibadah
dengan cara yang masih peremitif setelah mesir, lebih kurang 100 tahun
sebelum masehi telah dikenal adanya perinsif observasi dan pengwtahuan
berdasarkan pengamatan masyarakat telah mengembangkan berbagai sistem
seperti persiapan obat-obatan, sistem pengairan dan pengawetan manusia yang
telah meninggal dengan rempah-rempah dan zat kimia.
 Zaman Yunani
Berawal sari pendapat yunani tentang kesehatan adalah suatu keadan yang
harmonis antara alam sdan masyarakat. Masyarakat mwembweri pelayanan
kesehatan sebagai ujud dari suatu pertanggung jawaban dengan mengacu pada
peraktik kedoktera. Oleh karena itu perlu adanya kode etik kedokteran selain itu
ditanamkan pentingnya manusia intuk mempertahankan kebersihan diri, latihan
diet dan sanitasi.
 Zaman Kaisar romawi
Ada beberapa perbedan-perbedan antara zaman romawi dan zaman yunani .pada
zaman yunani ide lebih banyak brsifat pragmatic aplikatif dari pada observasi
dan penelitian untuk melahirkan ilmu baru sedangkan pada zaman romawi
lwebih diarnai dengan administrasi dan bangunan penunjang yang sesuai pada
era ini pengobatan dipandang sebagai hal yang perlu diramalkan didepan agar
sesuai dengan situasi dsan kondisi masyarakat yang ada.
 Zaman Reneissance

3
Zaman ini merupakan petunjuk jalan adanya periode baru dalam sejarah selama
kebangkitan pengetahuan pada tabel ini terdapat adanya perubahan desain
teknologi untuk pengobatan epidemi yang dijadikan daya dorong serta
pertumbuhan pada jaman ini.
 Zaman colonial
Tindakan-tindakan masyarakat pada awal mas colonial ini adalah pengumpulan
data,peningkatan sanitas, dan menghindari penyakit-pwenyakit asing yang
twerbawa sdalam rotwe pwersdagangan
3. Perawatan Moderen
Selama pertengahan abad Ke 19 florencw nightingale menunjukan kesungguhan
kerjanya denagn cara mengawali kebentukan perawat moderen.ia juga mendirikan
sekolah perawt jasa-jasa yang disumbangkan oleh dia antara lain adalah
memperingati ketentaran, memdirikan usaha kesehatan masyarakat atas kerja sama
dengan wiliam rathbone seorang pengusaha catatan dari rumah sakit yang isinya
tentang kekurangan dan perbaikan yang dilakukan dirumah sakit ,catatan perawt
untuk memperbaiki perinsip-perinsip dasar dalam keperawatan.

2. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA


Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad
ke-16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun
1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948
cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di
indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda
(pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan
upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka menurunkan angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortality rate)
yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih
kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan
didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.pada tahun
1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker kepala pelayanan

4
kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA
(SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter
pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan
nama NIAS (Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA
berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun
1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga
ditandai dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-
tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman.
Selanjutnya, laboratorium- laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti
medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang
pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935
penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun
1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat
sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich-
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan
kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari
sungai yang telah tercemar.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi
lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich
memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan,
yaitu dengan cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai
sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung
(Bandung plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang
selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep

5
ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek
preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan
sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik dirumah
sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan
pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti dengan berdirinya proyek
Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai pusat
pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
1. Sumatra utara : indrapura
2. Lampung
3. Jawa Barat: Bojong Loa
4. Jawa tengah : Sleman
5. Yokyakarta : Godean
6. Jawa timur : Mojosari
7. Bali : Kesiman
8. Kalimantan Selatan : Baraba
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas
dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang
dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung
dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan disepakati
mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada
tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas
merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi pusat pelayanan
kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten.
Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar.
Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas

6
(strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas
kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun
puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi
penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan
utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB)
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulit
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatric
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu
puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh
seorang paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun
1979btidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu
puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang
pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak
harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang
positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu

7
pelayanan dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai
kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten
Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu
peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,
sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standard
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk
perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan
kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu)
yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan
penyakit diare, dan imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di
Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau
satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003,
yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan
rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus
dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah
tepencil. Diluar jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang uas,
(terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah
penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000
penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.

3. PERIODE PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN


KESEHATAN MASYARAKAT
a) Periode sebelum ilmu pengetahuan
1. Telah ditemukan dokumen-dokumen tertulis tentang pembuangan air limbah,
pengaturan air minum
2. Telah dibuat sumur, karena air sungai sudah kotor dan terasa tidak enak
3. Abad ke-7 di India terjadi endemi kolera
4. Abad ke-14 terjadi wabah pes di India dan Cina.

8
b) Periode ilmu pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 mempunyai dampak yang
luas terhadap aspek kehidupan manusia.
Beberapa pelopor kesehatan modern :
1. Hipocrates (460-370 SM) dikenal sebagai bapak kedokteran
2. Anthony van Leeuwenhoek (1632 -1723), penemu mikroskop
3. John snow (1813 – 1912), Bapak epidemiologi dan menemukan penyakit
kolera disebabkan oleh kuman kolera melalui air
4. Louis pasteur (1827 – 1912) menemukan vaksin untuk mencegah cacar
5. Joseph Lister penemu asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruangan
operasi
6. William marton  ether anastesi
7. Robert koch (1843 – 1910), penemu kuman TBC.

4. BENTUK-BENTUK PENDEKATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN


PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi secara sederhana dapat diartikan Menurut Ach. Wazir Ws., et al.
(1999) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam
interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui
berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,
kepatuhan dan tanggung jawab bersama.
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Mikkelsen (1999) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan;
2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan;

9
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri;
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang
atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu;
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para
staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat
dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau
sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela
dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring sampai pada tahap evaluasi.
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991) sebagai berikut:
pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui selukbeluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap
proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya
kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang
dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department
for International Development (DFID) adalah :
1. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

10
2. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership) Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak
untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna
membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-
masing pihak.
3. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi
dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
4. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak
yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan
kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya
6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari
segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui
keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling
belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
7. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

11
Referensi :
Mubarak, W., I., & Chayatin., N. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori.Jakarta: Salemba Medika.

12

Anda mungkin juga menyukai