Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Dosen : Sulasmi, SKM, M.Kes

RESUME SEJARAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN

TEORI SIMPUL

Disusun oleh :

ARFADINA NENGSIH

PO714221202004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN

PRODI AHLI JENJANG D-IV

2020/2021
A. Sejarah Kesehatan
Menurut WHO defenisi sehat adalah suatu keadaan sejatera yang meliputi
fisik,mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, Upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.  Lingkungan sehat tersebut
antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas umum.
Menurut World Health Organisation (WHO) “Suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan
sehat dari manusia.”
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) “Suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia.
1. Sejarah Kesehatan Lingkungan
a. Periode sebelum revolusi industri abad 17
Pada saat itu upaya penyehatan lingkungan mulai diterapkan melalui
praktek kesehatan perorangan dan kesehatan lingkungan hal ini terjadi di
bangsa Mesir, Yahudi.
b. Periode setelah revolusi industri abad 17
Kasus penyakit mulai dihubungkan dengan kondisi lingkungan seperti
malaria di Italia, typhus di Perancis,Pencemaran mulai mendapat
perhatian antara lain kasus keracunan di minamata Jepang (1973),
Cernobil di unisovyet (1986), Mulai ditata pengelolaan kesehatan
lingkungan antara lain di Jerman (sanitasi legislation), di Inggris (public
higiene), di Perancis (Counsil of public hygiene.
2. Sejarah Perkembangan Kesehatan Lingkungan Di Indonesia
a. Masa Sebelum Orde Baru
1.) Pada tahun 1882 : Sudah diterbitkan Undang-undang tentang
hygiene dalam bahasa Belanda.
2.) Pada Tahun 1924 Atas Prakarsa Rochefeller foundation didirikan
Rival Hygiene Work di Banyuwangi dan Kebumen.
3.) Pada Tahun 1956 : Adanya Integrasi usaha pengobatan dan usaha
kesehatan lingkungan di Bekasi hingga dengan pendiriam Bekasi
Training Centre.
4.) Pada Tahun 1959 : Dicanangkanmya program pemberantasan
Malaria sebagai program kesehatan lingkungan di tanah air (12
Nopember = Hari Kesehatan Nasional)
b. Masa Setelah Orde baru
1.) Pada Tahun 1968 : Program kesehatan lingkungan masuk dalam
upaya pelayanan Puskesmas.
2.) Pada Tahun 1974 : Inpres Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban
Keluarga). Adanya Program Perumnas, Proyek Husni Thamrin,
Kampanye Keselamatan dan kesehatan kerja.
3.) Dan hingga saat ini upaya penyehatan lingkungan mulai
dikembangkan dan disempurnakan di berbagai sektor kehidupan
bukan hanya di puskesmas tetapi sudah di berbagai sektor antara lain
rumah sakit, hotel, pasar, kolem renang, , rumah makan dan lain
sebagaianya.
3. Perkembangan Masyarakat
Perkembangan kesehatan masyarakat sudah dimulai sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Perkembangan kesehatan
masyarakat pada garis besarnya dibagi menjadi dua periode, yaitu sebelum
perkembangan ilmu pengetahuan (prescientific period) dan sesudah
perkembangan ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Catatan sejarah kebudayaan di dunia, seperti Babylonia, Mesir,
Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha
untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan
penyakit. Ditemukan pula dokumen-dokumen tertulis,bahkan peraturan-
peraturan tertulis yang mengatur pembuangan air limbah atau drainase
pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada permulaan abad pertama sampai dengan kira-kira abad ke-7,
pentingnya kesehatan masyarakat makin dirasakan karena sebagaian
masyarakat mulai terserang berbagai macam penyakit menular dan telah
menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi.
Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia
khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan
sejak abad ke-7 telah menjadi pusat endemi kolera. Di samping itu, lepra
juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui
para imigran (Notoatmodjo, 2007).
Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi
epidemi dan endemi penyakit-penyakit antara lain yaitu:
1.) masalah lingkungan mulai diperhatikan, terutama higienedan sanitasi
lingkungan,
2.) pembuatan pembuangan kotoran manusia (latrin),
3.) mengusahakan penggunaan air minum yang bersih,
4.) pembuangan sampah,
5.) pembuatan ventilasi rumah yang baik.
Pada abad ke-14, mulai terjadi wabah pes. Yang paling dahsyat, di
Cina dan India. Pada tahun 1340, tercatat 13.000.000 orang meninggal
karena wabah pes, dan di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan 13.000 orang
meninggal setiap hari karena pes. Menurut catatan jumlah meninggal
karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari
60.000.000 orang. Oleh sebab itu, waktu itu disebut 'The Black Death'.
Keadaan atau wabah penyakit menular ini berlangsung sampai menjelang
abad ke-18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih
berlangsung. Tercatat pada tahun 1603 lebih dari 1 di antara 6 orang
meninggal dan pada tahun 1665 sekitar 1 di antara 5 orang meninggal
karena penyakit menular. Pada tahun 1759, sekitar 70.000 orang
penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular.
Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain
tipus, disentri, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Dari catatan-catatan
periode sebelum ilmu pengetahuan tersebut terlihat bahwa upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat belum dilakukan secara
menyeluruh, meskipun masalah kesehatan masyarakat khususnya
penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat.
b. Periode Ilmu Pengetahuan
Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, kebangkitan ilmu
pengetahuan mempunyai dampak yang luas terjadi terhadap segala aspek
kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Mulai abad ke-19 masalah
kesehatan khususnya penyakit tidak hanya dilihat sebagai fenomena
biologis dan pendekatan yang dilakukan tidak hanya secara biologis
yang sempit, tetapi kesehatan adalah masalah yang kompleks sehingga
masalah kesehatan harus dilakukan pendekatan secara komprehensif dan
multisektoral. Terkait terjadinya serangan epidemi (wabah) kolera pada
sebagian besar rakyat Inggris terutama terjadi pada masyarakat yang
tinggal di perkotaan miskin, penyelidikan dan upayaupaya kesehatan
masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832, di mulai
pada saat Parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera ini dan Edwin Chardwich seorang
pakar sosial (social scientist) ditunjuk sebagai ketua komisi. Hasil
penyelidikan menunjukkan wabah terjadi karena hal berikut:
1.) Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan
kotoran manusia.
2.) Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur.
3.) Makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa.
4.) Sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari
dengan gaji dibawah kebutuhan hidup sehingga sebagian masyarakat
tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini
adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe
B, dan C.Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara
terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.Tahun 1969 : Sistem Puskesmas
disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola
paramedis).
Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program
kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap
Propinsi.Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada
satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi
puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas
dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk
perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan
dan pengembangan kerjasama tim.Tahun 1984 Dikembangkan program paket
terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi,
Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Sejarah Kesehatan Masyarakat
Pelayanan Kesehatan Kuratif Pelayanan Preventif Sasaran indivual, jarak antara
petugas kesehatan dengan pasien cenderung jauh Sasarannya masyarakat,
masalah yang ditangani pun masalah masyarakat bukan individu, hubungan
antara petugas kesehatan dengan masyarakat bersifat kemitraan Bersifat reaktif
menunggu masalah datang Bersifat proaktif mencari masalah mengidentifikasi
masalah dan melakukan tindakan Penanganan lebih kepada sistem biologis
manusia Pendekatan holistik menyeluruh Mitos Yunani Asclepius dan Higeia 2
Aliran atau Pendekatan dalam menangani masalah kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
B. Teori Simpul
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini.
ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk
dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
Menurut Profil Dirjen PP&PL tahun 2006, 22,30% kematian bayi di
Indonesia akibat pneumonia. sedangkan morbiditaspenyakit diare dari tahun ke
tahun kian meningkat dimana padatahun 1996 sebesar 280 per1000 penduduk,
lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per
1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali
meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.
1. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Konsep dasar paradigma kesehatan lingkungan adalah, bahwa terjadinya
derajat status kesehatan karena interaksi antara agen, pejamu dan
lingkungan.
a. Interaksi agen dan lingkungan: Ketahanan bakteri terhadap sinar
matahari Stabilitas vitamin di dalam lemari pendingin
b. Interaksi agen dan pejamu: Timbulnya gejala dan tanda penyakit
c. Interaksi pejamu dan lingkungan: Ketersediaan fasilitas kesehatan
Kebiasaan penyiapan makanan Keadaan ruangan (panas, dingin)
Pemahaman ekosistem manusia adalah proses kejadian penyakit atau
patogenesis penyakit. Patogenesis penyakit dipelajari oleh bidang kesehatan
yang dikenal sebagai kesehatan lingkungan. komponen lingkungan yang
memiliki potensi bahaya penyakit. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari
hubungan interaktif antara komponen lingkungan yang memiliki potensi
bahaya penyakit dengan berbagai variabel kependudukan seperti perilaku,
pendidikan, dan umur.
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu
diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita
dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat. Patogenesis penyakit dapat
digambarkan seperti di bawah ini:
Dengan melihat skema di atas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan
menjadi 4 (empat) simpul, yakni:
a. Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent
penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung
maupun melalui perantara.
Beberapa contoh agent penyakit:
1.) Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
2.) Agent Kimia: Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3,N2O,
SO2, Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan serat (Asbestos, silicon),
Pestisida, dll
3.) Agent Fisika: Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
b. Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi, Komponen
lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat memindahkan
agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai media
transmisi adalah:
1.) Udara
2.) Air
3.) Makanan
4.) Binatang
5.) Manusia/secara langsung
c. Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesispenyakit antara lain:
1.) Perilaku
2.) Status gizi
3.) Pengetahuan
4.) dll
Konsep ADKL mengacu pada Paradigma Kesehatan Lingkungan, yang
mencakup 4 simpul pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan yang
berpotensi timbulnyadampak kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Simpul 1 (sumbernya)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar: emisi
untuk pencemaran udara (mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-lain),
sumber penyakit menular (penderita TB, penderita DBD, penderita malaria,
dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 1 antara lain adalah:
1.) Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi
2.) Lamanya kegiatan di lokasi
3.) Bahaya fisik yang ada di lokasi
4.) Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun bentuk
5.) Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan.
6.) Laporan pelaksanaan pengendalian mutu
b. Simpul 2 (media lingkungan)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian bila komponen lingkungan
tersebut sudah berada di sekitar manusia seperti konsentrasi parameter
pencemaran di udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur mayur,
bakteri E coli dalam air minum, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
simpul 2 antara lain:
1.) Riwayat latar belakang
a.) Deskripsi lokasi
b.) Rona geografik lokal
c.) Situasi lokasi dalam kaitannya dengan masyarakat
d.) Gambar visual ruang (RUTR, peta topografi, peta udara)
e.) Lamanya pencemar telah ada di lokasi
f.) Perubahan yang dilakukan, baik dalam ukuran maupun bentuk
g.) Kegiatan pembersihan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan
2.) Kepedulian kesehatan masyarakat
a.) Keluhan terhadap lingkungan yang kotor dan tercemar
b.) Gangguan kesehatan ringan maupun berat dan tindakan yang telah
dilakukan untuk mengatasinya baik oleh masyarakat maupun
pemerintah
3.) Penduduk
a.) Demografi (jumlah & sifat penduduk)
b.) Sosio–psikologi
4.) Penggunaan lahan dan sumber daya alam
a.) Akses terhadap lokasi dan akses terhadap media tercemar
b.) Daerah industri
c.) Daerah pemukiman
d.) Daerah rekreasi
e.) Daerah produksi makanan
f.) Penggunaan air permukaan
g.) Penggunaan air tanah
h.) Sarana pemancingan
5.) Pencemaran lingkungan
a.) Konsentrasi bahan kimia
b.) Inventarisasi B3 (bahan berbahaya & beracun) yang terlepaskan
6.) Jalur penyebaran pencemar di lingkungan
a.) Topografi
b.) Jenis tanah dan lokasi
c.) Permukaan tanah penutup
d.) Curah hujan tahunan
e.) Kondisi suhu
f.) Faktor lain: kecepatan angin
g.) Komposisi hidrogeologi dan struktur
h.) Lokasi badan air permukaan dan penggunaan badan air
c. Simpul 3 (tubuh manusia)
Pengamatan dan pengukuran kadar parameter bahan pencemar di dalam
tubuh manusia (dalam darah, urine,rambut, lemak, jaringan, sputum). Hal-
hal yang perludiperhatikan dalam hal ini adalah:
1.) Fitrah pemajanan
Fitrah pemajanan perlu dicatat secara detail spesifik untuk menjamin
teramatinya adanya asosiasi dan memungkinkan untuk dilakukan
inferensi aetologik spesifik. Variabel harus spesifik sehingga dapat
dipisah-pisahkan kedalam tingkat klasifikasi pemajanan.
2.) Dosis
Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan pemajanan
atau pemajanan kumulatif. Dosis perlu dinyatakan sehubungan dengan
terjadinya pemajanan pada subyek, apakah dosis ambient dalam interval
waktu pendek atau lama.
3.) Waktu
Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan
kama akhirnya terhenti dan bagaimana pemajanan itu tersebar selama
periode itu (periodik, kontinyu, bervariasi).
4.) Dosis representatif dan waktu pemajanan
Dosis representatif umumnya diwakili oleh tiga macam yaitu
pemajanan puncak, pemajanan kumulatif,dan pemajanan rata-rata.
d. Simpul 4 (dampak kesehatan)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian prealensi penyakit menular
dan tidak menular yang ada pada kelompok masyarakat (keracunan, kanker
paru, kanker kulit, penderita penyakit menular, dll).
DAFTAR PUSTAKA
Agus Herdiana, 2015. Sejarah Kesehatan Lingkungan di Dunia dan Indonesia.
(http://informasikesling.blogspot.com/2015/05/sejarah-kesehatan-lingkungan-
didunia.html. Diakses 4 September 2020)
Muhammad Ikhtia,2017. Pengantar Kesehatan Lingkungan.
(http://www.google.com/url?
sa=tsoure=web&rct=&url=https://uho.ac.id/prodi/lingkungan/wp/-
content/uploads/sites/41/2019/01/Pengantar/Kesehatan/Lingkungan.pdf. Diakses
5 September 2020)
Notoatmodjo, 2007. Sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia.
(http://www.indonesian-publichealth.com/sejarah-kesehatan-masyarakat-2/.
Diakses 4 September 2020)
SejarahKesehatanLingkunganDiduniadan Indonesia.InformasiKesling. 2014.
https://informasikesling.blogspot.com/2015/05/sejarah-kesehatan-lingkungan
didunia.html Diakses 4 September 2020)

Anda mungkin juga menyukai