Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow
(Leavel & Clark,1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan,
untuk diagnose dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial,
yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar
kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat (Ikatan Dokter Amerika, AMA, 1948).
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu
antara sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara
teori (ilmu) dan Praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Kesehatan masyarakat adalah sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu
kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di
masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat?
2. Apa definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat?
3. Apa tujuan kesehatan masyarkat?
4. Bagaimana prinsip dasar kesehatan masyarakat?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
6. Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat.
2. Mengetahui definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Mengetahui tujuan kesehatan masyarakat.
4. Mengetahui prinsip dasar kesehatan masyarakat.
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
6. Mengetahui sasaran kesehatan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat


1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period)
a. Greene (1984)
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat, tidak hanya
dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan melainkan sudah dimulai
sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Dari kebudayaan
beberapa Negara seperti Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah
tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan
pula pada zaman tersebut, tercatat dokumen-dokumen tertulis bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air
limbah (drainase), pemukiman pembangunan kota, pengaturan air
minum dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun
tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya
latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latrine umum
pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan
penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak sedap dan pandangan yang
tidak enak. Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu.
Alasan meraka minum air kali yang mengalir dan sudah kotor terasa
tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit.
b. Hanlon (1974)
Pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan
yang mengharuskan masyarakat mencatat pembangunan rumah,
melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya dan binatang-
binatang piaraan yang menimbulkan bau dan sebagainya. Bahkan pada
waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan

3
supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman, warung
makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya.
1) Abad pertama sampai abad ke-7.
a) Hanlon (1964)
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk.
Di berbagai tempat terjadi endemik atau wabah penyakit.
Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu
kesehatan masyarakat mulai dirasakan pentingnya.
b) Notoatmodjo (2005)
Penyakit kolera menjalar dari Inggris ke Afrika
kemudian ke Asia dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada
abad ke-7 India menjadi pusat endemic kolera. Selain kolera
penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia kecil dan Eropa
melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan
lingkungan yaitu hygiene dan sanitasi, pengusahaan air minum
yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi
bagian kehidupan masyarakat waktu itu.
2) Abad ke-13 sampai abad ke-17
Pada masa ini kejadian endemic Pes yang paling dahsyat
terjadi di China dan India, diperkirakan 13 juta orang meninggal.
Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal setiap
harinya, atau selama wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60
juta orang. Peristiwa tersebut dikenal dengan “The Black Death”.
Pada abad tersebut kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat.
Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit
menular. Tahun 1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun
1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya
Dipteri, Tifus dan Disentri.

4
2. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period)
a. Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (Kebangkitan Ilmu
Pengetahuan)
Pada abad ilmu pengetahuan, mulai ditemukan berbagai macam
penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis
Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit
cacar. Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk
sterilisasi ruang operasi. William Marton menemukan ether sebagai
anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan
masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris.
Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi (wabah)
kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang
miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk
penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini.
Edwin Chadwich seorang pakar sosial sebagai ketua komisi ini
akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut:
Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk
berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia.
Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di
pasar banyak dirubung lalat dan kecoak. Disamping itu ditemukan
sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari,
dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian
masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik
yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan
Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang
isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk,
termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan
sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah
Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).

5
b. Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
Mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang
professional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski
dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan di
dalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908
sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya.
Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut, terlihat bahwa
kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di
masyarakat.
Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan
kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil
interaksi yang dinamis antara factor genetik, lingkungan fisik,
lingkungan sosial, kebiasaan perorangan dan pelayanan
kedokteran/kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada
tahun 1855 pemerintah Amerika telah membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk
perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Departemen kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan
departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing kota
seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun
1813, Philadelphia tahun 1818 dan sebagainya.
Pada tahun1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang
mempunyai perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas
maupun dari pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut
menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (Notoatmodjo,
2005).

6
c. Pada awal periode rekonstruksi
Disebut sebagai jaman kontradiksi dan peluang. Waktu untuk
meningkatkan kemakmuran di negara maju, dalam upaya penuntasan
kemiskinan dari mereka yang kurang mampu di seluruh dunia. Disebut
jaman peluang, karena dalam melihat kemajuan ilmiah dan teknologi
luar biasa sehingga mampu membuka pemandangan dan kemungkinan
tak terbatas untuk memecahkan permasalahan kuno tentang kemiskinan
dan penyakit (Gunaratne 1977). Berbagai penemuan dan inovasi selama
dan sesudah perang dunia kedua memberikan dorongan luar biasa untuk
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan dan produksi
massal seperti kina, dichloro diphenyl trichloroethane (DDT), penisilin
dan sulfonamide, pengembangan vaksin dan obat baru yang efektif
untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular, pengenalan pil
KB dan suntikan, pengenalan dan penggunaan komputer dan perbaikan
dalam pencitraan teknologi (X-ray dan CT Scan) memfasilitasi aplikasi
canggih dalam praktek kesehatan masyarakat. Kemajuan dalam
mikrobiologi dan imunologi memberikan kontribusi besar terhadap
pengembangan vaksin dan teknologi diagnostic.
3. Perkembangan Kesehatan Masyarakat Pada Masa Liberalisme dan
Sesudahnya
Dekade setelah perang dunia kedua membawa pergeseran nilai yang
ditandai dengan fokus dibidang kesehatan masyarakat dan harapan
masyarakat. Di negara maju, penyakit menular yang telah begitu lama
manjadi fokus utama kesehatan masyarakat telah surut. Dengan polio
menjadi yang terakhir dari epidemi yang mengejutkan, mampu menurunkan
korban dengan pemberian imunisasi, antibiotic, atau pengendalian
epidemiologi atau lingkungan.(Rogers 1990)
Masa perkembangan epidemiologi modern dimulai pada tahun
1950-an, dimulai dengan studi follow up terhadap dokter-dokter di Inggris
untuk memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara kebiasaan
merokok dan perkembangan penyakit kanker paru.

7
Dengan penaklukan fasisme dan diikuti dengan runtuhnya
komunisme, liberalisme muncul kembali. Ini dilambangkan dalam
pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kesehatan dan
kesejahteraan adalah hak asasi bagi semua manusia (WHO, 1968). Hal ini
adalah kewajiban bagi Negara untuk memberikan hak tersebut kepada
penduduk mereka. Dalam beberapa kondisi, konflik antara kesehatan
masyarakat sebagai suatu keharusan dan hak-hak sipil kembali muncul. Ini
tetap menjadi isu yang paling tangguh yang harus dihadapi oleh kesehatan
masyarakat. Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal
abad ke-19 mempunyai dampak yang sangat luas terhadap segala aspek
kehidupan manuasia, termasuk kesehatan.
4. Sejarah dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Negara Berkembang
Untuk melindungi kesehatan rakyat dan pekerjanya, penguasa
kolonial menegakkan hukum serupa dengan yang berlaku di negaranya.
Undang-undang kesehatan masyarakat yang spesifik bervariasi disetiap
penguasa kolonial.
Namun, jejak yang masih ada seperti undang-undang kesehatan
masyarakat, undang-undang kepemerintahan, undang-undang sipil, undang-
undang pabrik, undang-undang vaksinasi dan undang-undang tentang
penyakit menular masih berlaku selama beberapa dekade. Para kolonial
telah mencanangkan inisiatif penting dalam pencegahan dan pengendalian
kesehatan masyarakat internasioanl melalui vaksinasi cacar yang awalnya
diberikan pada para pekerja administrasi kolonial dan kemudian pada
pekerja kasarnya. Misionaris agama dari Eropa dan Amerika juga
melakukan ekspedisi ke seluruh dunia bersama dengan kekuasaan kolonial.
Banyak dari mereka, memiliki latar belakang medis allopathic, sehingga
kemudian mendirikan lembaga-lembaga perawatan medis serta system
pendidikan umum, termasuk sekolah keperawatan dari medis. Misionaris
ini mendirikan klinik kesehatan atau apotik pada awalnya dan kemudian
berkembang menjadi rumah sakit di Negara-negara kolonial.

8
Diakhir abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam
pendidikan kesehatan masyarakat, yaitu dengan pembentukan program
sarjana dan pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan
masyarakat, awalnya di negara-negara asal koloni kemudian dikembangkan
di koloni-koloni mereka.
Sekolah perintis kesehatan masyarakat didirikan di negara-negara
kolonial diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dengan maksud agar dapat
berfungsi sebagai pusat untuk pengembangan kebijakan terkait kesehatan
masyarakat, dan untuk melatih orang-orang yang akan melayani warga
negaranya di wilayah kolonial atau pekerja di daerah tropis.
Keberhasilan terbesar dicapai oleh negara-negara berkembang pada
abad ke-20 adalah pencegahan dan pengendalian serta pemberantasan tuntas
penyakit cacar, yaitu suatu penyakit menular mengerikan yang telah ada
sejak jaman dahulu. Sebagai tindakan pencegahan kesehatan masyarakat,
inokulasi nanah diambil dari kasus cacar ke orang sehat. Hal ini telah
dipraktekkan di Asia sejak zaman kuno. Metode variolation menyebar ke
Eropa dan bagian lain dunia pada abad ke-17. Saat itu telah disederhanakan
dan banyak digunakan untuk pencegahan dan pengendalian cacar.
Pada 1796, Edward Jenner memperkenalkan teknik modifikasi dari
variolation dengan menggunakan bahan cacar sapi. Masyarakat Eropa
perlahan-lahan menerima hasil eksperimen ini. Kemudian masa inokulasi
menggunakan bahan cacar sapi (vaksinasi) diperkenalkan secara luas.
Bahan vaksin yang telah dikeringkan pada kaca, itu bisa dikirim ke seluruh
bagian dunia. Penerimaan yang lebih luas dari vaksinasi massal ini telah
menyebabkan penyakit cacar berhenti menjadi ancaman utama
dikebanyakan negara Eropa dan Amerika pada awal abad ke-20
(Henderson, 1997).
Pada awal abad ke-20, Prancis kemudian diikuti oleh Belanda
memproduksi vaksin cacar yang beku dan kering dalam jumlah besar, yang
diperuntukkan setiap tahunnya untuk koloni mereka sendiri di Afrika dan
Asia. Institute Lister di London telah mengembangkan teknologi beku-

9
kering untuk memproduksi vaksin di awal 1950-an. Sejak itu, vaksin beku-
kering cacar stabil diproduksi komersial dengan skala besar dan telah
menyebar ke negara-negara maju lain dan kemudian ke negara-negara
berkembang yang baru merdeka.
a. Masa pra kemerdekaan
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan
praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun1851 didirikan
sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung
didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi
Lembaga Eykman sekarang. Pada tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter
Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes,
sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT
dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu,
penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah
kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk.
Hydric kemudian mengembangkan percontohan dan propaganda
kesehatan.
b. Masa era kemerdekaan
1) Pra reformasi
a) Masa orde lama
Pada tahun 1951 konsep bandung plan diperkenalkan oleh
dr Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang
menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun
1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr Y. Sulianti di Lembah
Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat
pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8
lokasi yaitu di Indrapura (Sumatra Utara), Kesiman (Bali),
Bojong Loa (Jawa Barat), Salaman (Jawa Tengah), Mojosari
(Jawa Timur), Metro (Lampung), DIY dan Kalimantan Selatan.
Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno

10
mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada
tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional.
c. Masa orde baru
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan. Tahun 1967 diadakan
seminar konsep puskesmas. Pada tahun 1968 konsep puskesmas
ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan
disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan
Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah “Basic”. Ada basic 7, basic 13
Health Service yaitu: KIA, KB, Gizi Masyarakat, Kesling, P3M, PKM,
BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun
1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut
menandatangani kesepakatan Visi: “Health For All By The Year 2000”,
di Alma Ata, Negara bekas Federasi Uni Soviet. Pengembangan dari
konsep “Primary Health Care”. Tahun 1979 puskesmas tidak ada
pentipean dan dikembangkan piranti manajerial perencanaan dan
penilaian puskesmas yaitu „Micro Planning‟ dan Stratifikasi
Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan posyandu, yaitu
pengembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu
dengan 5 programnya yaitu KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan
Imunisasi dengan 5 mejanya (Notoatmodjo, 2005).
Pada waktu-waktu selanjutnya posyandu bukan saja untuk
pelayanan balita tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada
waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam
Yodium, dan Suplemen gizi lainnya. Posyandu saat ini juga menjadi
andalan kegiatan penggerakan masyarakat seperti PIN, Campak, Vit.A
dan sebagainya.
2) Post reformasi
Pada tahun 1997 indonesia mengalami krisis ekonomi,
kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah,
menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan rendah. Kemudian
dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu

11
JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai
bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi.
Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga di
lapangan program-program kesehatan bernuansa desentralisasi dan
sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan
juga banyak yang bernuansa “politis‟. Tahun 2003 JPS-BK
kemudian menjadi PKPS-BBM bidang kesehatan, tahun 2005
berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan
Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat.
Puskesmas dan posyandu masih tetap eksis, bahkan
posyandu menjadi andalan ujung tombak “mobilitas sosial‟ bidang
kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi, menuntut
akutanbilitas dan kemitraan sehingga berkembang LSM-LSM baik
bidang kesehatan maupun bukan untuk menuntut akuntabilitas
tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai “partnership‟
LSM-LSM tersebut, program kesehatan yang bertanggung jawab
adalah promosi kesehatan.
Promosi kesehatan menjadi ujung tombak mewakili program
kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi
Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigm petugas kesehatan
dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan adalah melakukan
advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial.
Secara universal perkembangan kesehatan masyarakat
dibagi menjadi 5 era dengan dasar pembagian 5 unsur yaitu unsur
jangkauan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan,
unsur penyelenggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan.

12
B. Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menurut Winslow (1920), Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu atau
seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang umur, dan
meningkatkan efisiensi hidup masyarakat melalui upaya kelompok-kelompok
masyarakat yang terkoordinasi, untuk:
1. Perbaikan kesehatan lingkungan,
2. Mencegah dan memberantas penyakit menular,
3. Melakukan pendidikan kesehatan untuk masyarakat/perorangan,
4. Serta pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), Kesehatan Masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat yang meliputi usaha-usaha peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, keluarga maupun perorangan serta penyehatan
lingkungan hidupnya dalam bentuk fisik, biologis, sosio-ekonomis dan sosio-
kultural dengan mengikut sertakan masyarakat. Pada hakekatnya adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempelajari masalah2 kesehatan dan segala
faktor-faktor yang mempengaruhinya serta segala upaya atau cara2 untuk
mengatasinya dalam masyarakat.

C. Tujuan Kesehatan Masyarakat


Tujuan Kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif adalah tiap warga masyarakat dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial serta diharapkan
berumur panjang. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Umum

13
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat
kesehatan secara mandiri.
2. Khusus
a. Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat sakit.
b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
c. Tertangani/terlayani kelompok keluarga rawan, kelompok khusus dan
kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan
kesehatan.

D. Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat


Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik ada
beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan metode pemecahan masalah yang dituangkan dalam
pelayanan kesehatan.
2. Lebih menekankan pemikiran dan tindakan yang bersifat promotive dan
preventive daripada curative.
3. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara
yang ringan biaya dan berhasil baik.
4. Peran tenaga kesehatan terpenting adalah sebagai pendidik (health
education) dan pembantu (change egent).
5. IKM melihat upaya kesehatan sebagai upaya masyarakat yang
terorganisasikan (organized community efforts).
6. Menitikberatkan pada masyarakat sebagai obyek dan subyek upaya
kesehatan, sehingga masalah peran serta dan perilakunya menjadi sangat
penting.
7. Praktik kesehatan masyarakat adalah bagian dari sistem kesehatan
masyarakat.

14
8. Praktik kesehatan masyarakat merupakan gambaran dari seluruh program
kesehatan di masyarakat.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

LINGKUNGAN

KETURUNAN STATUS PERILAKU

KESEHA
PELAYANAN

KESEHA
Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan.
1. Lingkungan (Environment)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan
manusia) misalnya sampah, air, udara dan perumahan, dan sosiokultur
(ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain). Pada lingkungan fisik,
kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan dimana
manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber
dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air
bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air
merupakan kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi
dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial
berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin
individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang
baik maka akan semakin sulit. misalnya manusia membutuhkan makanan
dengan gizi seimbang untuk menjaga kelangsungan hidup, jika

15
individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk
memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi seimbang.
Demikian juga dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat,
semakin tinggi tingkat Pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan
untuk hidup sehat akan semakin baik. Beberapa contoh faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram terhadap
alkohol akan menurunkan tingkat konsumsi alkohol.
c. Semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun masyarakat maka
pengetahuan akan cara hidup sehat semakin baik.
2. Perilaku (Life Styles)
Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor kedua
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak
sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, di samping itu juga
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial
ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. Contohnya:
dalam masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya hidup pada
masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya:
pada masyarakat tradisional di mana sarana transportasi masih sangat minim
maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga
individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya (berolah
raga).
Pada masyarakat modern di mana sarana transportasi sudah semakin
maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan menggunakan
transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat
kurang menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Kondisi ini dapat
beresiko mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang

16
berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi
makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta tersebut akan
mengakibatkan transisi epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit
degeneratif. Berikut ini contoh dari life style yang dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang:
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker pada paru-
paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan
meningkatkan risiko obisitas yang berisiko pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan menutup)
pada pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi penyakit DBD.
3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat
yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat
berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau
tidak, tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Semakin mudah akses individu atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan maka derajat kesehatan masyarakat semakin baik. Adapun faktor
pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan, dapat terlihat sebagai
berikut:
a) Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan
menurunkan prevalensi HIV/AIDS.
b) Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan berkualitas.

17
c) Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat
untuk mengakses pelayanan kesehatan.

4. Keturunan (Heredity)
Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada derajat
kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat
genetik atau faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawa sejak
lahir, misalnya: dari golongan penyakit keturunan, diantaranya: diabetes
melitus, asma bronkia, epilepsy, retardasi mental hipertensi dan buta warna.
Faktor keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan hal ini merupakan
bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka harga yang dibayar cukup
mahal. Berikut ini contoh faktor keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan
leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik

F. Sasaran Kesehatan Masyarakat


Sasaran kesmas sesuai dengan lingkup kesmas :
1. Promotif : kelompok masyarakat sehat
2. Preventif : kelompok orang dengan risiko tinggi
3. Kuratif : kelompok orang sakit (pasien)
4. Rehabilitatif : kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit.

18
BAB III

KESIMPULAN

• Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah


sanitasi yang menggangu kesehatan, pencegahan penyakit melalui perbaikan
sanitasi dan imunisasi, integrasi antara ilmu sanitasi dan kedokteran.
• Winslow ( 1920 ) : kesmas ( pubilc health ) adalah ilmu dan seni : mencegah
penyakit, memperpanjang hidup dan meningkat kan kesehatan melalui upaya-
upaya.
• Ikatan Dokter Amerika (1948) : Kesmas adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.
• Tujuan kesmas adalah agar setiap individu dalam masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal (jasmani, rohani dan sosial) dan diharapkan
berumur panjang dan lebih produktif
• Faktor yang mempengaruhi kesmas terdiri dari keturunan, pelayanan kesehatan,
prilaku, dan lingkungan.
• Sasaran kesmas mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta : Rineka Cipta.

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta


: EGC

Dainur. 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya


Medika.

Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer

Ryadi, Slamet. 1982. Public Health Publications ; ILMU KESEHATTAN


MASYARAKAT. Surabaya : Usaha Nasional.

Eliana & Sumiati, Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Kebidanan ; Kesehatan
Masyarakat. Kemenkes RI.

Power Point Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) oleh Nanik Setijowati.

Power Point Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) oleh Dr. AR. Siswanto Budi
Wiyoto, M.Kes.

20

Anda mungkin juga menyukai