Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertulis di
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, upaya kesehatan harus selalu diusahakan
peningkatannya secara terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam
pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Nurbeti, M. 2009).
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat sudah
sesuai denganUndang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah
bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan (Nurbeti, M. 2009).
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat
merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang
kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah
satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary
target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan (Supardan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?

2. Apa tujuan dari pemberdayaan masyarakat?

3. Adakah prinsip pada pelaksanaan pemberdayaan kesehatan?

4. Bagaimana pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat?

5. Bagaimana pemberdayaan masyarakat semestinya?

6. Apa saja pelayanan yang pemberdayaan nya Bersumber daya masyarakat?


1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari pemberdayaan masyarakat

2. Mengetahui tujuan dari pemberdayaan masyarakat

3. Mengetahui prinsip dari pemberdayaan masyarakat

4. Mengetahui cara pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat

5. Mengetahui pemberdayaan masyarak yang semestinya dilakukan

6. Mengetahu kegiatan pelayanan masyaraka yang bersumber pada daya masyarakat


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development


(pembangunan masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang
bertumpu pada masyarakat). Tahap selanjutnya muncul istilah community driven
development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau
pembangunan yang digerakkan masyarakat. Pembangunan yang digerakkan masyarakat
didefinisikan sebagai kegiatan pembangunan yang diputuskan sendiri oleh warga komunitas
dengan menggunakan sebanyak mungkin sumber daya setempat.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada


individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi
mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif, dimana


sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif (berpartisipasi)
dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks pembangunan kesehatan,
partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan masyarakat dan fasilitator
(pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan penilaian kegiatan dan program kesehatan serta memperoleh manfaat dari
keikutsertaannya dalam rangka membangun kemandirian masyarakat.

UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya
berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya
kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain (Nurbeti, M. 2009).

2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007). Batasan
pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan secara bertahap.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu,
kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara
memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan.
Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena
kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu
proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada
subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan
diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan
kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak
merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, kondisi
semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan.
Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak
atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan
sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung
berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan
tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik
seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
a. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka
sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan
makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
b. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan mengenali
potensi-potensi masyarakat setempat.
c. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
d. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan
sebagainya (Notoadmojdo, 2007).

2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:

1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat


tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh
kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah
kehidupan yang dirasakan.
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari
ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan
yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan kegiatan
dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak
luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan
keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-
hasil kegiatannya.
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan yang
setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara sesama
pemangku kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan mengembangkan
sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggung jawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh
siapapun.
10. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah otonom (kabupaten
dan kota) untuk mengoptimalkan sumber daya kesehatan bagi sebesar-besar
kemakmuran masyarakat dan kesinambungan pembangunan kesehatan.

Lebih lanjut, pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan juga melandaskan pada:

1. Prinsip-prinsip menghargai yang lokal, yang mencakup: pengetahuan lokal,


keterampilan lokal, budaya lokal, proses lokal, dan sumber daya lokal.
2. Prinsip-prinsip ekologis, yang meliputi: keterkaitan, keberagaman, keseimbangan, dan
keberlanjutan
3. Prinsip-prinsip keadilan sosial dan Hak Asasi Manusia, yang tidak merugikan dan
senantiasa memberikan manfaat kepada semua pihak
2.4 Pendekatan dalam Pemberdayaan Kesehatan

Daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak, sedangkan


berdaya berarti berkekuatan, bertenaga, berkemampuan memiliki akal, cara untuk mengatasai
sesuatu. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan suatu usaha untuk memberikan kekuatan,
tenaga, kemampuas, mempunyai akal/cara untuk mengatasi masalah dalam kehudupan
masyarakat.

Dalam literature, pemberdayaan masyarakat dikonsepkan dalam dua makna pokok, yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan kemampuan
yang diharapkan dan meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberian wewenang
secara proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk membangun diri
dan lingkungan secara mandiri

Hal ini menunjukan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat berarti memampukan dan
memandirikan masyarakat .implementasi konsep pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan
pembangunan nasional harus terwujud dalam dua aspek kebijakan utama

1. Menetapkan suasana atau iklim yang memugkinkan berkembangnya potensi yang


dimiliki masyarakat baik sumber daya alam maupun system nilai tradisional dalam
menata kehidupan masyarakat
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat, baik potensi lokal yang telah membudaya
dalam menata kehidupan msyarakat melalui pemberian masukan berupa bantuan dana,
pembangunan prasarana dan sarana baik fisik (jalan,irigasi,listrik) maupun social
(pendidikan kesehatan) serta pengembangan lembaha pendanaa, penelitian dan
pemasaran di daerah.

2.5 Konsep Dan Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat

Kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi


pemberdayaan dan memberdayakan, menurut Mernam Webster dan Oxford english
dictionery (dalam prijono dan pranarka, 1996 : 3) mengandung dua pengertian yaitu :
pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give
ability to or enable. dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. sedang dalam pengertian
kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.

Gagasan pembangunan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat perlu untuk dipahami


sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan politik
masyarakat. perubahan struktur yang sangat diharapkan adalah proses yang berlangsung
secara alamiah, yaitu yang menghasilkan dan harus dapat dinikmati bersama. begitu pula
sebaliknya, yang menikmati haruslah yang menghasilkan.

Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan tetap memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat.dalam rangka itu pula diperlukan langkah-
langkah yang lebih positif selain dari menciptakan iklim dan suasana.

Konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep alternatif pembangunan, yang pada intinya
memberikan tekanan otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang
berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis dan
pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.sebagai titik fokusnya adalah lokalitas,
sebab “civil society” akan merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal.

Konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik ditingkat ideologis
maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan merupakan hasil interaksi antara
konsep top down dan bottom up antara growth strategy dan people centered strategy.
sedangkan ditingkat praksis, interaktif akan terjadi lewat pertarungan antarotonomi. konsep
pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan.

Latar belakang tersebut secara nyata diwujudkan dalam pendekatan pembangunan


masyarakat sebagai berikut :

1. pengoptimalan pengembangan masyarakat desa/kelurahan melalui pendekatan


pemberdayaan masyarakat untuk dapat meraih kesempatan peluang usaha melalui
penyediaan prasarana dan sarana modal sosial dimasyarakat
2. pemantapan kordinasi pembangunan melalui penciptaan keterkaitan antara institusi
lokal yang ada dimasyarakat
3. mendasarkan pada partisipasi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan kemitraan
dunia usaha, pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan transparansi.

2.5.1. Aspek Pemberdayaan Masyarakat


Ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek,
yaitu:
1) Peningkatan kepemilikan aset (Sumber daya fisik dan finansial) serta
kemampuan secara individual maupun kelompok untuk memanfaatkan aset
tersebut demi perbaikan kehidupan mereka.
2) Hubungan antar individu dan kelompok, kaitannya dengan pemilikan aset
dan kemampuan memanfaatkannya.
3) Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.
4) Pengembangan jejaring dan kemitraan-kerja, baik di tingkat lokal, regional
maupun global.

2.5.2. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan empat unsur pokok,


yaitu:
1) Aksesbilitas informasi, Kemampuan akses yang diterima oleh masyarakat.
2) Partisipasi atau keterlibatan, Menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan Proses pembangunan.
3) Akuntabilitas, Pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang
dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat.
4) Kapasitas organisasi local, Kemampuan berkerja sama, mengorganisir
warga masyarakat, serta memobilisasi sumber daya untuk memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi.

2.6 Peranserta Masyarakat

Peranserta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga
maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga,
ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.

2.6.1. Tujuan Peranserta Masyarakat

Tujuan program peranserta masyarakat adalah meningkatkan peran dan


kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang
memiliki visi sesuai; meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan
dan organisasi non pemerintah dan masyarakat; memperkuat peran aktif
masyarakat dalam setiap tahap dan proses pembangunan melalui peningkatan
jaringan kemitraan dengan masyarakat.
2.6.2 Faktor Yang Mempengaruhi Peranserta Masyarakat
Beberapa faktor yang mempengaruhi peranserta masyarakat antara lain:
1) Manfaat kegiatan yang dilakukan.
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi
masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta menjadi lebih
besar.
2) Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang
yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang
tertarik untuk berperanserta.
2.7 Upaya Pemeberdayaan Bersumber Daya Masyarakat (UKMB)

1. Pos pelayanan Terpadu (Posyandu)


Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar. (Depkes RI, 2011).

a. Tujuan Posyandu
Tujuan dari Posyandu meliputi 5 kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) dan
kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu terdiri dari :
 Panca krida Posyandu
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
 Sapta krida posyandu
1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial ( Depkes RI, 2011)

Makin banyaknya jumlah posyandu yang mendorong terjadinya variasi tingkat


perkembangan yang beragam. Untuk mengantisipasi keadaan yang demikian
dapartemen kesehatan menentukan tingkat perkembangan posyandu yang
digolongkan kedalam empat tingkat yaitu:

1. Posyandu Pratama (Pratamasidi)


Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya belum bisa rutin tiap
bulan dan kader terbatas yaitu 4 orang.
2. Posyandu Madya (Madyasidi)
Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
pertahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih . Akan tetapi
program utamanya (KB, KIA,Gizi, dan Imunisasi) masih rendah.
3. Posyandu Purnama (Purnamasidi)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih
dari 8 kali pertahun rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih dengan
cakupan 5 program utama (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%
sudah ada program tambahan.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu sudah sampai pada tingkat mandiri ini berarti sudah dapat
melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus
dengan program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari
50% KK (Depkes, 2011).
b. Sasaran Posyandu Sasaran dari kegiatan Posyandu yaitu:
1. Bayi yang berusia 12 bulan atau kurang 1 tahun.
2. Balita usia 1-5 tahun.
3. Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
4. Wanita usia subur (Meilani, N. dkk, 2009).
Sebagai jenis UKMB yang paling memasyarakat dewasa ini. Posyandu yang meliputi
lima program prioritas yaitu: Kb, KIA, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare,
terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi.
Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung
bersentuhan degan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembeli
seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan
kesehatan di berbagai daerah.
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan.
a. . Kegiatan utama, mencakup;
- kesehatan ibu dan anak
- keluarga berencana
- imunisasi
- gizi
- pencegahan dan penanggulangan diare
b. .Kegiatan pengembangan/pilihan,
masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan utama
yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru
tersebut misalnya;
 Bina Keluarga Balita (BKB)
 Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
 Bina Keluarga Lansia (BKL)
 Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
 Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
dasar yang ada di Posyandu terutama;
 bayi dan anak balita;
 Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
 Pasangan usia subur;
 Pengasuh anak.
c. Manfaat Posyandu bagi masyarakat yaitu:
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau
gizi buruk.
3. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
4. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah
(Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
5. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
6. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.
7. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
8. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan
anak balita.Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.

2. Pondok Bersalin Desa (POLINDES)


Pondok bersalin desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
ibu dan anak.UKBM ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam
pelayanan KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan Informasi, kesenjangan
ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya.
a. Tujuan Polindes adalah:
1. Memperluas jangkauan, meningkatkan mutu dan mendekatkan layanan KIA
termasuk KB kepada masyarakat.
2. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan ANC dan persalinan normal
di tingkat desa
3. Meningkatkan pembinaan dukun bayi oleh bidan di desa
4. Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan kesehatan bagi ibu dan
keluarganya, khususnya dalam program KIA, KB, gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare dan ISPA
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi dan anak serta yankes lainnya
lainnya oleh bidan sesuai dengan kewenangannya.
b. Fungsi Polindes
1. Meningkatkan mutu dan mendekatkan pelayanan KB-KIA
2. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan
3. Sebagai tempat persalinan
4. Sebagai tempat pelayanan kesehatan
5. Sebagai tempat konsultasi kesehatan
c. Syarat polindes
1. Tersedianya bidan di desa yg bekerja penuh
2. Tersedia sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat
4. Lokasi dpt dicapai dg mudah o/ penduduk sekitarnya dan dpt dijangkau dg
kendaraan roda empat
5. Tersedia tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan
post partum, minimal 1 tempat tidur
Namun dalam pelaksaanannya, polindes masih terhambat oleh banyak faktor, seperti

1. Kesulitan mendapatkan lokasi yang strategis


2. Kesulitan menggali peran serta masyarakat
3. Bidan tidak tinggal di desa
4. Budaya masyarakat melahirkan di tolong oleh dukun dan melahirkan dirumahnya
sendiri.
Sampai saat ini jumlah bidan di desa lebih dari 19.000 .Belum ada yang pasti berapa
polindes yang sudah berdiri sebagai sambutan masyarakat atas penempatan bidan
tersebut. Idealnya seluruh desa di luar kota yang akan menerima bidan di desa (sekitar
54.000) dapat menyambut kedatangan bidan tersebut dengan polindes. Jumlah polindes
tahun 2003 sebanyak 25.723 buah dan sampai sekarang ini tercatat 33.083 polindes.

3. Dana Sehat
Dana sehat telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209 kabupaten/ kota.
Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain
sebagai berikut:
 Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 43
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolahan
 Dana sehat Pola Pembangunan Kesehatan masyarakat Desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten
 Dan sehat pola Pondok Pesantren , dilaksanakan pada 39 kota/ kabupaten
 Dana sehat pola Koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri
 Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dilaksanakan pada 11 kabupaten./ kota
 Dana sehat organisasi/ kelompok lainnya (seperti tukangbecak, supir angkutan
kota dan lain- lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten . kota
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
anggota masyarakat yang belum terjangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes,
jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. dana sehat berpotensi sebagai
wahan memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan
UKMB setempat. Oleh karena itu, dan dana sehat harus dikembangkan keseluruh
wilayah/ kelompok sehinga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk
JPKM lainnya.

4. Upaya Kesehatan Tradisional


Beberapa kebijakan yang menjadi dasar dalam pelayanan kesehatan tradisional adalah
sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan:
 Pasal 48 Ayat 1: Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan: Poin b : "Pelayanan Kesehatan
Tradisional".
 Pasal 59 Ayat 1: Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi: Poin a: pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan; dan Point b: pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan.
 Pasal 59 Ayat 2: Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama.
 Pasal 59 Ayat 3: Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
 Pasal 60 Ayat 1: Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga
kesehatan yang berwenang.
 Pasal 60 Ayat 2: Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta
tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat.
 Pasal 61 Ayat 1: Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
 Pasal 61 Ayat 2: Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan
tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan didasarkan pada
keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat.
 Pasal 100 Ayat 1: Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan
aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau
pemeliharaan kesehatan tetap dijaga kelestariannya.
 Pasal 100 Ayat 2: Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan
bahan baku obat tradisional.
 Pasal 101 Ayat 1: Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan
menggunakan obat tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
 Pasal 101 Ayat 2: Ketentuan mengenai mengolah, memproduksi, mengedarkan,
mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
 Pasal 178: Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap
masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan
dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
 Pasal 191: Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau
kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
b. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional:
 Pasal 70 Ayat 1: Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan
mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan
tradisional.
 Pasal 70 Ayat 2: Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diarahkan agar masyarakat dapat melakukan perawatan kesehatan secara
mandiri (asuhan mandiri) dan benar
 Pasal 70 Ayat 3: Perawatan kesehatan secara mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan taman obat keluarga dan
keterampilan
c. Peraturan Menteri Kesehatan 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.
 Pasal 2 : Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan, digunakan sebagai acuan bagi semua pemangku kepentingan
dalam rangka pelaksanaan dan pembinaan upaya pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan
 Pasal 4 : Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dengan melibatkan lintas sektor dan
pemangku kepentingan terkai.
5. Upaya Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada era industrialisasi sekarang ini.
Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin banyak.,yang
biasanya tetap diiringi oleh maraknya tenaga kerja informal. Salah satu wujud upaya
kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK) di sektor
informal dan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di sektor formal.
Untuk sektor formal, upaya kesehatan kerja di rumah sakit justru menunjukan
kemajuan yang berarti.

Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK) bentuk operasional PKMD di lingkungan
pekerja merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
yang terencana., teratur dan berkesinambungan yang diselengggarakan oleh
masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang
sama dan bertujuan untuk menibgkatkan produktivitaskerja. Dengan demikian,
implementasinya selalu mencakup tiga pilar PKMD, yaitu adanya kerja sama lintas
sektor, adanya pelayanan dasar kesehatan kerja, dan adanya peran serta masayarakat.

6. Kader Kesehatan
Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih oleh
masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra, 1983).
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menanggani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat setra untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995).
Kader sebagai warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela.Kader secara sukarela bersedia berperan
melaksanakan dan mengelola kegiatan keluarga berencana di desa (Karwati, dkk,
2009).
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.
a. Peran Kader Kesehatan
Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani masyarakat khususnya
kelompok sasaran posyandu.Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah
disampaikan kepada masyarakat melalui kader.Karena kader lebih tanggap dan
memiliki pengetahuan kesehatan diatas rata–rata dari kelompok sasaran posyandu
(Umar Naim, 2008).
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat :
 Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Pengamatan terhadap maslaah kesehatan di desa
 Upaya penyehatan lingkungan
 Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
 Pemasyarakatan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) (Meilani, N., dkk, 2009).
Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.Wujud peran serta kader dalam bentuk tenaga dan
materi. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan
melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas
kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya di
beberapa negara:
1) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangganan penyakit yang
ringan.
2) Melakukan pengobatan sederhana.
3) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
4) Menolong persalinan.
5) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
6) Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (Program UPGK).
7) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan. 8)
Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
8) Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolombia, Papua New Guinea, dan
Sudan). 10) Pemberian motivasi KB.
9) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan.
10) Pemberian tentang perlunya follow up pada penyakit meular dan perlunya
memastikan diagnosis.
11) Penangganan penyakit menular.
12) Membantu kegiatan di klinik
13) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit. 18) Membina
kegiatan UKS secara teratur.
14) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan (Meilani, N. dkk, 2009).

Faktor yang mempengaruhi peran serta kader kader dari dalam adalah tingkat
pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun dari
pelatihan. (Prang, R., 2012).
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain, baik individu maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan yang cukup merupakan
dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang unutk
menerima pengetahuan, sikap dan prilaku/ motivasi baru. (Rahman, A., 2008).
Motivasi adalah rangsangan, dorongan, dan pembangkit tenaga yang dimiliki
seseorang ssehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu.(Azwar,
2008). Kader melakukan pekerjaan atau tugas secara sukarela secara umum
memiliki motivasi didalam dirinya yaitu kepedulian akan kesehatan di
masyarakat sehingga tanpa memperoleh kompensasi kader tetap setia melakukan
tugasnya. (Prang, R., 2012)
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan dalam
rangka menghadapi tugas-tugas mereka. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan
dalam pembinaan kader:
 Pemberitahuan ibu hamil tentang untuk bersalin di tenaga kesehatan
(promosi bidan siaga)
 Pengendalian tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas serta
rujukannya
 Penyuluhan gizi dan keluarga berencana
 Pencatatan Kelahiran dan kematian bayi/ibu
 Promosi tabungan ibu bersalin (TABULIN), donor darah berjalan,
ambulans desa, suami siap antar jaga (SIAGA), satgas gerakan sayang
ibu (Meilani, N. dkk, 2009).
7. Bentuk UKMB yang Lain
Bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang lain adalah sebagai berikut:
a. Satuan Karya Bhakti Husada (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi muda
khususnya pramuka dalam bidang kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Gigi Msyarakat (UKGMD), merupakan wujud peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
c. Pemberantasan Penyakit Menular melalui pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (P2M-PKMD), merupakan peran serta masyarakat dalam
penanggulangan penyakit menular yang banyak diderita penduduk setempat.
d. Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL), merupakan wujud perna serta
masyarakat dalam program penyediaan air bersih dan perbaikan lingkungan
pemukiman. Melalui kegiatan ini diharapkan cakupan penyediaan air bersih dan
rumah sehat menjadi semakin tinggi.
e. Karang Werda, merupakan wujud peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan
usia lanjut, misalnya Pos pembinaaan terpadu lansia.
F. Tantangan/ Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan program pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat atau peran serta masyarakat secara individu


Pemberdayaan masyarakat berupa peran serta individu dalam pembangaunan dirasa
masih sangant kurang apabila dibandingkan dengan pemberdayaan masyarakat secara
kelompok maupun secara massa. Peran serta masyarakat dengan menjadi kader
kesehatan, selalu diwarnai dengan tingginga drop out kader sehingga kader yang
terlatih jumlahnya selalu berkuramng.
2. Pemberdayaan masyarakat atau peran serta msayarakat dalam hal pendanaan
Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pos yandu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari system


kesehatan. Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh
masyarakat (degan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi
lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya.

Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah


pemberdayaan masyarakat miskin. Factor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat
baik dari segi pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan.

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan oleh


kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan, tknologi ketrampilan,
ditambah oleh kemampuan sumber daya manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak
kompetitif menunjang pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal. Selain itu
kelembagaan pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum belum
dioptimalkan untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan
pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu memberi nilai
tambah usaha.

Peranserta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan
bahwa partisipasi atau peranserta masyarakat pada hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan
perilaku namun batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan
namun sulit untuk dirumuskan.

Upaya Pemeberdayaan Bersumber Daya Masyarakat (UKMB) diantaranya yaitu Pos


pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (POLINDES), Dana Sehat, Upaya
kesehatan tradisional, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Dasar Swata dan Kader
Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan mentri kesehatan nomor 65 tahun 2013 tentang pemberdayaan masyarak dibidang
kesehatan [pdf].
(http://www.who.int/workforcealliance/countries/inidonesia_hrhplan_2011_2025.pdf, diakses
tanggal 21 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB)

(https://syahrullegiarto.wordpress.com/2016/03/03/pemberdayaan-masyarakat-di-bidang-
kesehatan/ , diakses tanggal 21 Oktober 2017 pukul 13.05 WIB)

Anda mungkin juga menyukai