Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1
Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNya sehingga laporan ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah dengan judul Metode
Penelitian Analitik.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan Tutor pada kelompok Tutorial 13, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. drg. Ristya Widi Endah Yani, M. Kes. selaku dosen
pembimbing tatap muka kelompok B yang senantiasa membimbing kami dalam pengerjaan
makalah ini dan semua anggota Tutorial 13 yang telah berpartisipasi dalam proses pembuatan
laporan ini.
Dan harapan penyusun, semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
2
1. Penelitian Analitik
A. Pengertian
Ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan. Prinsip analisis yang digunakan dalam studi analitik adalah
membandingkan risiko terkena antara kelompok terpapar dan tidak terpapar faktor
penelitian. Desain penelitian analitik secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
a. Penelitian potong-silang (cross sectional study)
b.Penelitian kasus-kontrol (case-control study)
c. Penelitian kohort (cohort study)
B. Macam-Macam
a. Cross-Sectional
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi
pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Pada penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena
pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif,
ataupun eksplanatif. penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan
satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji
keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di
antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian
cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika
perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode
waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.
3
Tujuan penelitian cross-sectional :
Tujuan penelitian crossesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai
berikut:
1. Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu
yang terdapat di masyarakat.
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit
tertentu dengan perubahan yang jelas.
3. Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko
atribut.
4
7. Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan.
8. Mengumpulkan data.
9. Analisis data
Contoh kasus :
Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat
Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan
cross sectional.
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya
masing-masing.
- Variabel dependen (efek ) : BBL
- Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
- Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu,
perawatan kehamilan, dan sebagainya.
2. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
- Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi
daerah mana mereka akan diambil. Contohnya lingkup rumah sakit atau
rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan
5
sampel, apakah berdasarkan tehnik random atau non-random.
3. Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel
dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara
bersamaan (dalam waktu yang sama).
- Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb
ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
4. Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan.
- Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh
bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.
b. Case-Control
Pada studi kasus-kontrol, pengamatan/ observasi/ pengukuran yang dilakukan
pada variabel bebas dan variabel tergantung tidak dilakukan pada saat yang
sama. Pada penelitian ini, peneliti pertama-tama melakukan pengukuran variabel
tergantung (efek/penyakit), kemudian secara retrospektif baru mencari variabel
bebasnya (faktor risiko). Jadi, studi ini dapat dianggap sebagai studi longitudinal,
sebab subjek (kasus) diobservasi tidak pada satu saat saja, melainkan diikuti
sampai periode tertentu. Sebagai kontrol, dipilih subjek yang berasal dari
populasi yang memiliki karakteristik sama seperti kelompok kasus namun tidak
memiliki variabel tergantung (efek). Pemilihan kelompok kontrol ini dapat
dilakukan dengan cara serasi (matching) maupun tanpa matching. Seperti pada
studi potong-silang, hasil pengukuran pada studi kasus-kontrol biasanya juga
disusun dalam tabel 2x2. Pada studi ini peneliti dapat mencari hubungan sebab-
akibat antara efek dengan faktor risiko secara tidak langsung, yaitu melalui
penghitungan risiko relatif yang dinyatakan sebagai rasio odds ( odds ratio =
OR ).
6
yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut
Kontrol.Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila
peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari
masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara
berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian
kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya
kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan
kelangsungan hidup.
7
sekaligus dalam satu penelitian.
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control :
1. Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan
mengandalakan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini
menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami
efek cenderung lebih mengingat pajanan terhadap faktor resiko dari pada
responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini
rekam medis yang seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak
begitu akurat.
2. Validasi mengenai informasi kadang kadang sukar diperoleh.
3. Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar untuk
meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam
pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates.
5. Tidak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen,
hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
c. Kohort
Berbeda dengan studi kasus-kontrol, maka pada studi kohort penelitian
dimulai dengan melakukan identifikasi faktor risiko (kausa) terlebih dahulu,
kemudian subjek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari
ada/ tidaknya efek (penyakit) yang ditimbulkan oleh faktor risiko tersebut. Jadi
8
studi kohort merupakan studi longitudinal yang bersifat prospektif. Pada studi ini
subjek penelitian dibagi menjadi dna kelompok, yaitu kelompok yang diteliti
terdiri dari subjek yang terpajan dan kelompok kontrol terdiri dari subjek yang
tidak terpajan. Hasil pengamatan juga disusun dalam tabel 2x2, untuk kemudian
ditentukan insidens tejadinya efek pada kedua kelompok dan dihitung risiko relatif
atau risiko insidens.
9
akan mendapat paparan. Pemilihan kelompok terpapar yang berasal dari
populasi umum memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat dari subjek penelitian.
Populasi umum merupakan pilihan yang tepat pada beberapa keadaan,
seperti:
1) Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi.
2) Batas geografik jelas, dan secara demografik stabil.
3) Ketersediaan catatan demografi yang lengkap dan up to date.
Selain populasi umum, kita dapat menggunakan populasi khusus.
Populasi khusus merupakan alternatif pada keadaan apabila prevalensi
paparan dan kejadian penyakit pada populasi umum rendah, dan adanya
kemudahan untuk memperoleh informasi yang akurat.
Kelompok tidak terpapar atau kelompok kontrol dalam penelitian
kohort adalah kumpulan subjek yang tidak mengalami pemaparan, atau
pemaparannya berbeda dengan kelompok target. Penentuan kelompok
tidak terpapar dapat dipilih dari populasi yang sama dengan populasi
kelompok terpapar, dan dapat dipilih dari populasi yang bukan asal
kelompok terpapar, tetapi harus dipastikan kedua populasi harus sama
dalam hal faktor faktor yang merancukan penilaian hubungan antara
paparan dan penyakit yang sedang diteliti.
Kelemahan dalam menggunakan populasi umum adalah derajat
kesehatan berbeda, data kependudukan, kesehatan, dan catatan medik
pada populasi umum tidak seakurat pada populasi khusus.
3. Menentukan Sampel
Hitung perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan. Untuk
menentukan perkiraan besarnya sampel satu kohort dapat digunakan
rumus dari Sndecor and Cochran. Untuk dua kohort, terutama untuk
pengujian hipotesis, harus diperhatikan kekuatan uji yaitu 1-β.4.
4. Pengambilan data dan pencatatan
Kedua kelompok yang telah ditetapkan, yaitu kelompok terpapar
dan kelompok tidak terpapar, kemudian diikuti selama jangka waktu
10
tertentu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam penelitian.
Selanjutnya peneliti melakukan pencatatan semua keterangan yang telah
diperoleh sesuai tujuan penelitian.
5. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian
Semua data yang telah diperoleh, meliputi data kejadian penyakit
yang dialami oleh kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar,
dilakukan pengolahan data agar dapat ditangani dengan mudah, meliputi
kegiatan editing, coding, processing, dan cleaning. Selanjutnya data yang
diperoleh disajikan dalam tabel.
Table kontingensi 2x2
Faktor resiko Penyakit Total
Ya Tidak
Terpapar a b a+b
Tidak Terpapar c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d=N
12
8. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan.
Kekurangan Studi Kohort :
1. Tidak efisien dan praktis untuk mempelajari kasus yang langka.
2. Pada studi prospektif, akan memerlukan biaya banyak (mahal), dan
membutuhkan banyak waktu.
3. Pada studi retrospektif, membutuhkan ketersediaan catatan yang lengkap
dan akurat.
4. Validitas hasil penelitian dapat terancam, karena adanya subjek subjek
yang hilang pada saat follow-up.
5. Dapat menimbulkan masalah etika, karena peneliti membiarkan subjek
terkena pajanan yang merugikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Pradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books
Publishing.
Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A (K), Prof. DR. Dr. Sofyan Ismael, Sp. A (K). 2014.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta. CV Sagung Seto.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rieneka
Cipta.
Imron & Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto
14