Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BLOK METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN ANALITIK

Oleh:

1. Monica Tri U (181610101130)


2. Safril Rachmat Nurcahyo (181610101132)
3. Varendea Valen W. A (181610101133)
4. Lies Arifa Tri W. S (181610101134)
5. Muh. Farid Wian M (181610101135)
6. Hanifah Syifa H (181610101136)
7. Filky Nanda M (181610101137)
8. Mega Ayu Mardiana (181610101138)
9. Maria Yustina A. D. P (181610101139)
10. Alya Yamuna Azhari (181610101140)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2020

1
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNya sehingga laporan ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah dengan judul Metode
Penelitian Analitik.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan Tutor pada kelompok Tutorial 13, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. drg. Ristya Widi Endah Yani, M. Kes. selaku dosen
pembimbing tatap muka kelompok B yang senantiasa membimbing kami dalam pengerjaan
makalah ini dan semua anggota Tutorial 13 yang telah berpartisipasi dalam proses pembuatan
laporan ini.

Dan harapan penyusun, semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Jember, 22 Maret 2020

Penulis

2
1. Penelitian Analitik
A. Pengertian
Ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan. Prinsip analisis yang digunakan dalam studi analitik adalah
membandingkan risiko terkena antara kelompok terpapar dan tidak terpapar faktor
penelitian. Desain penelitian analitik secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
a. Penelitian potong-silang (cross sectional study)
b.Penelitian kasus-kontrol (case-control study)
c. Penelitian kohort (cohort study)
B. Macam-Macam
a. Cross-Sectional
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi
pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Pada penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena
pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif,
ataupun eksplanatif. penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan
satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji
keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di
antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian
cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika
perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode
waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.

3
Tujuan penelitian cross-sectional :
Tujuan penelitian crossesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai
berikut:
1. Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu
yang terdapat di masyarakat.
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit
tertentu dengan perubahan yang jelas.
3. Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko
atribut.

Ciri-ciri penelitian cross-sectional :


Ciri-ciri penelitian cross sesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan
pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok
yang terpajan atau tidak.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.
Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas
perokok dan bukan perokok.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan
sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Langkah-langkah study cross-sectional :


1. Merumuskan pertanyaan penelitian.
2. Menentukan tujuan penelitian.
3. Populasi studi.
4. Kriteria subjek studi.
5. Cara pengambilan dan perkiraan besarnya sampel.
6. Menentukan variabel yang akan diukur.

4
7. Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan.
8. Mengumpulkan data.
9. Analisis data

Kelebihan dan kekurangan penelitian cross-sectional :


Kelebihan penelitian Cross Sectional :
1. Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil
dapat diperoleh dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat
dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun
variabel efek.
Kekurangan penelitian Cross-sectional :
1. Diperlukan subjek penelitian yang besar.
2. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
3. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
4. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila
dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain.

Contoh kasus :
Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat
Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan
cross sectional.
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya
masing-masing.
- Variabel dependen (efek ) : BBL
- Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
- Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu,
perawatan kehamilan, dan sebagainya.
2. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
- Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi
daerah mana mereka akan diambil. Contohnya lingkup rumah sakit atau
rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan

5
sampel, apakah berdasarkan tehnik random atau non-random.
3. Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel
dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara
bersamaan (dalam waktu yang sama).
- Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb
ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
4. Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan.
- Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh
bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.

b. Case-Control
Pada studi kasus-kontrol, pengamatan/ observasi/ pengukuran yang dilakukan
pada variabel bebas dan variabel tergantung tidak dilakukan pada saat yang
sama. Pada penelitian ini, peneliti pertama-tama melakukan pengukuran variabel
tergantung (efek/penyakit), kemudian secara retrospektif baru mencari variabel
bebasnya (faktor risiko). Jadi, studi ini dapat dianggap sebagai studi longitudinal,
sebab subjek (kasus) diobservasi tidak pada satu saat saja, melainkan diikuti
sampai periode tertentu. Sebagai kontrol, dipilih subjek yang berasal dari
populasi yang memiliki karakteristik sama seperti kelompok kasus namun tidak
memiliki variabel tergantung (efek). Pemilihan kelompok kontrol ini dapat
dilakukan dengan cara serasi (matching) maupun tanpa matching. Seperti pada
studi potong-silang, hasil pengukuran pada studi kasus-kontrol biasanya juga
disusun dalam tabel 2x2. Pada studi ini peneliti dapat mencari hubungan sebab-
akibat antara efek dengan faktor risiko secara tidak langsung, yaitu melalui
penghitungan risiko relatif yang dinyatakan sebagai rasio odds ( odds ratio =
OR ).

Ciri-Ciri Penelitian Case Control


Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian
dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak.
Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi

6
yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut
Kontrol.Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila
peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari
masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara
berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian
kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya
kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan
kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control


1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif.
2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok control.
3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan
sebab-akibat.
4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistic.

Langkah-langkah Penelitian Case Control


1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2. Menetapkan variabel penelitian
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melakukan pengukuran variabel
5. Analisis hasil karakteristik penelitian case control

Kelebihan dan kekurangan Penelitian Case Control


Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control :
1. Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya,
cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relative murah.
4. Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit.
5. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan berbagai factor resiko

7
sekaligus dalam satu penelitian.
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control :
1. Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan
mengandalakan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini
menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami
efek cenderung lebih mengingat pajanan terhadap faktor resiko dari pada
responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini
rekam medis yang seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak
begitu akurat.
2. Validasi mengenai informasi kadang kadang sukar diperoleh.
3. Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar untuk
meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam
pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates.
5. Tidak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen,
hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

Contoh Penelitian Case Control


Hubungan antara hiperhomosisteinemia dengan kejadian penyakit jantung
koroner akut.
- Hubungan antara merokok dengan kejadian kanker paru.
- Hubungan antara merokok dan silikosis dengan kejadian kanker paru pada
pekerja tambang ( population-based ).
- Hubungan antara sterilitas pemotongan tali pusat dengan kejadian tetanus
neonatorum dalam suatu populasi tertentu ( population-based ).

c. Kohort
Berbeda dengan studi kasus-kontrol, maka pada studi kohort penelitian
dimulai dengan melakukan identifikasi faktor risiko (kausa) terlebih dahulu,
kemudian subjek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari
ada/ tidaknya efek (penyakit) yang ditimbulkan oleh faktor risiko tersebut. Jadi

8
studi kohort merupakan studi longitudinal yang bersifat prospektif. Pada studi ini
subjek penelitian dibagi menjadi dna kelompok, yaitu kelompok yang diteliti
terdiri dari subjek yang terpajan dan kelompok kontrol terdiri dari subjek yang
tidak terpajan. Hasil pengamatan juga disusun dalam tabel 2x2, untuk kemudian
ditentukan insidens tejadinya efek pada kedua kelompok dan dihitung risiko relatif
atau risiko insidens.

Karakteristik Studi Kohort


Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya,
kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami
outcome yang diamati atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:
1. Studi kohort bersifat observasional.
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat.
3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens.
4. Terdapat kelompok kontrol.
5. Terdapat hipotesis spesifik.
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif.
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder.

Langkah- Langkah dalam Studi Kohort


Dalam melakukan studi kohort, peneliti sebaiknya melakukan tahapan
sebagai berikut:
1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti, adalah
merumuskan masalah atau pertanyaan penelitian, menentukan apa yang
menjadi variabel dalam penelitian, baik variabel dependen, maupun
variabel independen, dan yang selanjutnya peneliti akan merumuskan
hipotesa penelitian.
2. Menentukan kelompok terpapar dan tidak terpapar
Pada studi kohort, harus diperhatikan mengenai penentuan
kelompok yang akan mendapat paparan dengan kelompok yang tidak

9
akan mendapat paparan. Pemilihan kelompok terpapar yang berasal dari
populasi umum memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat dari subjek penelitian.
Populasi umum merupakan pilihan yang tepat pada beberapa keadaan,
seperti:
1) Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi.
2) Batas geografik jelas, dan secara demografik stabil.
3) Ketersediaan catatan demografi yang lengkap dan up to date.
Selain populasi umum, kita dapat menggunakan populasi khusus.
Populasi khusus merupakan alternatif pada keadaan apabila prevalensi
paparan dan kejadian penyakit pada populasi umum rendah, dan adanya
kemudahan untuk memperoleh informasi yang akurat.
Kelompok tidak terpapar atau kelompok kontrol dalam penelitian
kohort adalah kumpulan subjek yang tidak mengalami pemaparan, atau
pemaparannya berbeda dengan kelompok target. Penentuan kelompok
tidak terpapar dapat dipilih dari populasi yang sama dengan populasi
kelompok terpapar, dan dapat dipilih dari populasi yang bukan asal
kelompok terpapar, tetapi harus dipastikan kedua populasi harus sama
dalam hal faktor faktor yang merancukan penilaian hubungan antara
paparan dan penyakit yang sedang diteliti.
Kelemahan dalam menggunakan populasi umum adalah derajat
kesehatan berbeda, data kependudukan, kesehatan, dan catatan medik
pada populasi umum tidak seakurat pada populasi khusus.
3. Menentukan Sampel
Hitung perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan. Untuk
menentukan perkiraan besarnya sampel satu kohort dapat digunakan
rumus dari Sndecor and Cochran. Untuk dua kohort, terutama untuk
pengujian hipotesis, harus diperhatikan kekuatan uji yaitu 1-β.4.
4. Pengambilan data dan pencatatan
Kedua kelompok yang telah ditetapkan, yaitu kelompok terpapar
dan kelompok tidak terpapar, kemudian diikuti selama jangka waktu

10
tertentu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam penelitian.
Selanjutnya peneliti melakukan pencatatan semua keterangan yang telah
diperoleh sesuai tujuan penelitian.
5. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian
Semua data yang telah diperoleh, meliputi data kejadian penyakit
yang dialami oleh kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar,
dilakukan pengolahan data agar dapat ditangani dengan mudah, meliputi
kegiatan editing, coding, processing, dan cleaning. Selanjutnya data yang
diperoleh disajikan dalam tabel.
Table kontingensi 2x2
Faktor resiko Penyakit Total
Ya Tidak
Terpapar a b a+b
Tidak Terpapar c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d=N

Setelah data diolah, dilakukan analisis data secara univariat dan


bivariat, atau multivariat. Untuk menilai apakah paparan (faktor risiko)
yang dialami subjek sebagai penyebab timbulnya penyakit, dilakukan uji
kemaknaan dengan uji statistik yang sesuai. Keputusan uji statistik dapat
dicari dengan pendekatan klasik ataupun probabilistik.
Pada penelitian kohort, peneliti menghitung besarnya risiko yang
dihadapi kelompok terpapar untuk terkena penyakit menggunakan
perhitungan Relative risk/ RR (risiko relatif) dan Atribute risk/ AR (risiko
atribut). RR adalah perbandingan antara insidensi penyakit yang muncul
dalam kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang muncul dalam
kelompok tidak terpapar.
Analisis
a. Insiden Risk ( IR ) = a/ (a+b)
b. Relative Risk ( RR ) = IR kelompok terpapar : IR kelompok tidak
terpapar = (a/a + b) : (c/c + d)
c. Attributable Risk = IR kelompok terpapar – IR kelompok tidak
terpapar.
11
RR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan yang dikehendaki,
misalnya 95%. Interpretasi hasil RR adalah:
1) Jika nilai RR = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko
tidak ada pengaruh dalam terjadinya efek.
2) Jika nilai RR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup
angka 1, berarti variabel tersebut faktor risiko dari penyakit.
3) Jika nilai RR < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak
mencakup angka 1, berarti faktor risiko yang kita teliti merupakan
faktor protektif untuk terjadinya efek.
4) Jika nilai interval kepercayaan RR mencakup nilai 1, berarti mungkin
nilai RR = 1 sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang
kita teliti sebagai faktor risiko atau faktor protektif.

Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort


Kelebihan Studi Kohort :
1. Pada awal penelitian, sudah ditetapkan bahwa subjek harus bebas dari
penyakit, kemudian diikuti sepanjang periode waktu tertentu sampai
timbulnya penyakit yang diteliti, sehingga sekuens waktu antara faktor
risiko dan penyakit atau efek dapat diketahui secara pasti.
2. Dapat menghitung dengan akurat jumlah paparan yang dialami populasi.
3. Dapat menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit, karena
penelitian dimulai dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit.
4. Dapat meneliti paparan yang langka.
5. Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek atau penyakit secara
serentak sebuah paparan. Misalnya, apabila kita telah mengidentifikasi
kohort berdasarkan pemakaian kontrasepsi oral (pil KB), maka dengan
studi kohort dapat diketahui sejumlah kemungkinan efek kontrasepsi oral
pada sejumlah penyakit, seperti infark miokardium, kanker payudara, dan
kanker ovarium.
6. Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.
7. Bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan kecil.

12
8. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan.
Kekurangan Studi Kohort :
1. Tidak efisien dan praktis untuk mempelajari kasus yang langka.
2. Pada studi prospektif, akan memerlukan biaya banyak (mahal), dan
membutuhkan banyak waktu.
3. Pada studi retrospektif, membutuhkan ketersediaan catatan yang lengkap
dan akurat.
4. Validitas hasil penelitian dapat terancam, karena adanya subjek subjek
yang hilang pada saat follow-up.
5. Dapat menimbulkan masalah etika, karena peneliti membiarkan subjek
terkena pajanan yang merugikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Pradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books
Publishing.

Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A (K), Prof. DR. Dr. Sofyan Ismael, Sp. A (K). 2014.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta. CV Sagung Seto.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rieneka
Cipta.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,

Surabaya : Health Books Publishing

Imron & Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto

Isohanni, Jones, Jarvelin, Nieminem, Rantakallio, Jokelainen, and Croudace. 2012.

Educational Consequences Of Mental Disorders Treated In Hospital. A 31- Year Follow-Up Of


The Northern Finland 1966 Birth Cohort. Department of Psychiatry and Department of
Public Health Science and General Practice

14

Anda mungkin juga menyukai