P a g e 1 | 36
I.STEP 1 (TELAAH KATA SULIT)
1. Infeksi dentomaksilofasial:
Infeksi yg terjadi di bag. maksila dan fasial yang disebabkan oleh bakteri.
2. Trismus derajat 2:
Sulit membuka mulut, hanya mmapu membuka mulut selebar 2 jari.
3. Gigi 37 KPP:
Gigi 37 mengalami karies profunda perforasi.
4. Fluktuasi:
Pembengkakan yang ketika disentuh dapat berpindah.
5. Perkusi (+):
Ketika dilakukan pengetukan dengan handle terasa sakit, untuk
mengetahui adanya inflamasi periodontal. Hasil (+) berarti tajam:
menandakan terjadinya inflamasi periapikal. Hasil (+) ringan sampai
sedang: menandakan inflamasi periodontal.
6. Sondasi:
Pemeriksaan menggunakan sonde pada daerah oklusal gigi untuk
mengetahuyi adanya kavitas. Sondasi (-) berarti tidak ada kavitas.
7. Panoramik:
Pemeriksaan radiologi pada rongga mulut secara keseluruhan/utuh.
8. Antalgin:
Obat penghilang rasa nyeri/ anti nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.
9. R=20x/menit:
Respiration normal
10. N=84x/menit:
Nadi normal
11. Foto proyeksi periapical:
Gambaran radiologi yang menunjukkan 2-3 gigi dari daerah oklusal/insisal
sampai apikal.
P a g e 2 | 36
II.STEP 2 (RUMUSAN MASALAH)
1. Apa arti pemeriksaan klinis ekstra oral pada pasien menurut skenario?
2. Apa hubungan infeksi dentomaksilofasial dengan suhu tubuh meningkat?
3. Bagaimanakah mekanisme terjadinya infeksi dentomaksilofasial dengan port
de entry dari pulpa/periapikal gigi?
4. Apa saja penyebab penyakit infeksi dentomaksilofasial?
5. Apa arti pemeriksaan intra oral pada skenario?
6. Apakah arti pemeriksaan radiograf pada pasien?
7. Bagaimana klasifikasi infeksi dentomaksilofasial?
8. Bagaimana gambaran histopatologi dari penyakit infeksi dentomaksilofasial?
9. Apa arti data fisik umum dari pasien?
III.STEP 3 (BRAINSTORMING)
1. Apa arti pemeriksaan klinis ekstra oral pada pasien menurut skenario?
a) Pembengkakan: Dikarenakan adanya abses yang berisi pus.
b) Diffuse pada sudut rahang kiri yg meluas ke submandibula kiri:
Adanya pembengkakan limfonodi dan manifestasi inflamasi pada
gigi molar bawah kiri.
c) Kulit menegang dan mengkilat: Tanda-tanda pembengkakan.
d) Palpasi hangat dan sakit: Hangat karena adanya inflamasi dg
vaskularisasi pada daerah yg terinflamasi. Sakit karena tekanan
eksudat.
e) Tidak terdapat fluktuasi: Pembengkakan yang tidak dapat
berpindah tempat.
f) Limfonodi submandibula kiri teraba lunak dan sakit: Karena
adanya infeksi bakteri, kelenjar limfonodi melawan infeksinya
dengan cara peningkatan aktivitas (produksi sel limfosit T dan B).
g) Tepi mandibula teraba: Pembengkakan tidak terjadi hingga tepi
mandibula
P a g e 3 | 36
h) Trismus derajat 2: Keadaan sulit membuka mulut, hanya mmapu
membuka mulut selebar 2 jari
P a g e 4 | 36
d. Sondasi (-): Pemeriksaan menggunakan sonde pada daerah oklusal gigi
untuk mengetahuyi adanya kavitas. Sondasi (-) berarti tidak ada
kavitas di oklusal dan gigi non vital. Kemungkinan kavitas terjadi pada
karies kelas 2 atau 5.
e. Gingiva kemerahan dan bengkak: Karena terjadinya inflmasi,
vasodilatasi pembuluh darah, dan eksudasi.
P a g e 5 | 36
9. Apa arti data fisik umum dari pasien?
a. TD: 110/70 = Normal cenderung rendah
b. Respiration: 20x/menit = Normal (12-20x/menit)
c. Nadi: 84x/menit = Normal (60-90x/menit)
d. Suhu: 38,5 = Meningkat karena terjadi inflamasi
IV.STEP 4 (MAPPING)
Infeksi
Mikroorganisme
Patogenesa
P a g e 6 | 36
V.STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE)
VII.STEP 7 (PEMBAHASAN)
1. Definisi infeksi dentomaksilofasial
a. Masuknya kuman/mikroba ke dalam jaringan dentomaksilofasial
sehingga menimbulkan reaksi patologis berupa inflamasi pada jaringan
dentomaksilofasial, masuknya mikroba juga melibatkan proliferasi yang
memicu mekanisme pertahanan dan bermanifestasi pada inflamasi.
P a g e 7 | 36
b. Infeksi yang umumnya terjadi di daerah orofasial yang melibatkan
gangguan dari flora normal atau perpindahan dari organisme yang normal
ke situs dimana bakteri infeksi tersebut biasanya tidak terlihat.
P a g e 8 | 36
3. Port de entry infeksi dentomaksilofasial (Dari jaringan keras gigi dan
jaringan periodontal)
a. Melalui karies.
c. Melalui pericoronitis
Ada perikorona, dimana lesi dimulai dengan adanya perikoronitis
yang berakhir ke pembentukan abses.
P a g e 9 | 36
(pseudopoket).Berbagai macam flora normal rongga mulut, terutama
mikroflora subgingiva dapat mebentuk koloni di celah tersebut.
Kebersihan rongga mulut yang kurang sehingga terdapat akumulasi
plak dapat mendukung berkembangnya koloni bakteri (Marsh Phillip
dkk, 2009).
P a g e 10 | 36
Panah merah menunjukkan perluasan struktur yang mungkin terinfeksi.
1. Vestibula; 2. Spasium Bukal; 3. Palatal; 4. Dasar Mulut atau Sublingual; 5.
Submandibular; 6. Sinus Maxilla (Head, Neck, And Orofacial infection; 2016)
Berdasarkan keterlibatan:
a. Primer
Dibagi menjadi dua: maksila primer (canine, buccal, infratemporal)
dan mandibula primer (submentale, buccal, submandible, sublingual)
b. Sekunder
Dibagi menjadi delapan: masseterica, pterygomandible, superficial and
deep temporal, lateral pharyngeal, retro pharyngeal, preverterbal space,
parotid space
P a g e 11 | 36
Penyebaran infeksi Molar bawah yang ke arah bukal juga
ditentukan oleh perlekatan m. Buccinator. Apabila pus keluar diatas
perlekatan m. buccinator maka yang tejadi adalah vestibular abscess, bila
pus keluar dibawah perlekatan otot tersebut maka yang terjadi adalah
buccal space infection atau perimandibular infection. Penyebaran infeksi
M RB yg kearah lingual ditentukan oleh relasi antara letak apeks akar
gigi M dan tempat perlekatan m. Mylohyoid. Bila pus keluar dari dinding
lingual di atas perlekatan m. Mylohyoid maka akan terjadi sublingual
space abscess, sebaliknya bila pus keluar dibawah perlekatan otot tsb
akan timbul submandibular space abscess (Green, 2001).
P a g e 12 | 36
Penyebaran infeksi dentomaksilofasial bergantung pada lokasi dari apeks gigi
yang terlibat dan hubungannya dengan kortikal plate pada bagian bukal maupun
lingual serta hubungan apeks gigi dengan perlekatan otot. Berdasarkan Hohl et al,
dalam Cohen Pathway of The Pulp 8th Edition, fascial space dari kepala dan leher
dapat dibagi menjadi empat grup berdasarkan struktur anatomisnya, yaitu:
a. Bukal vestibula
Terletak antara bukal kortikal plate, mukosa alveolar dan muskulus
buccinator di bagian posteriornya. Pada kasus ini, sumber infeksi
adalah gigi posterior atau anterior pada mandibula. Persebaran infeksi
meluas melalui bukal cortical plate.
P a g e 13 | 36
Gambar perluasan bukal vestibula yang berasal dari gigi-gigi anterior mandibula.
(Sumber: Cohen Pathways of The Pulp8th Edition)
b. Spasia mentalis
Perluasan infeksi berada pada bagian inferior dari muskulus
mentalis dan superior dari muskulus platysma. Sumber infeksi berasal
dari gigi-gigi anterior, dengan cara menembus melewati kortikal plate
bukalis dan apeks dari gigi tersebut terletak di bawah perlekatan dari
muskulus mentalis.
Gambar perluasan spasia mentalis yang berasal dari gigi-gigi anterior mandibula.
(Sumber: Cohen Pathways of The Pulp8th Edition)
P a g e 14 | 36
c. Spasia submentalis
Perluasan infeksi terletak pada bagian inferior dari muskulus
mylohioid dan superior dari muskulus platysma. Sumber infeksi
berasal dari gigi-gigi anterior yang perluasan infeksinya meluas
melalui kortikal plate lingual.
P a g e 15 | 36
d. Spasia sublingualis
Penyebaran infeksi berada pada bagian inferior lidah atau
pada bagian mukosa oral dasar mulut dan bagian superior dari
muskulus
mylohioid.
Gambar perluasan spasia submentalis yang berasal dari gigi-gigi anterior
mandibula. (Sumber: Cohen Pathways of The Pulp8th Edition)
e. Spasia submandibula
P a g e 16 | 36
Gambar perluasan spasia submandibula yang berasal dari gigi-gigi posteriormandibula.
(Sumber: Cohen Pathways of The Pulp8th Edition)
a. Spasia bukal
b. Spasia Bukalis
P a g e 17 | 36
Terletak pada permukaan lateral dari muskulus buccinator dan
permukaan medial dari kulit pipi. Umumnya, infeksi dapat berasal dari
gigi posterior mandibula maupun maksila.
Spasia Parapharyngeal
Spasia ini tersusun dari
spasia pharyngeal lateral dan spasia retropharyngeal. Spasia
pharyngeal lateral merupakan spasia yang bilateral. Terletak di antara
permukaan lateral muskulus pterygoideus dan permukaan posterior
P a g e 18 | 36
dari muskulus konstriktor superior. Sedangkan, spasia retropharyngeal
terletak diantara permukaan anterior dari fascia prevertebra dan
permukaan posterior dari muskulus konstriktor superior yang meluas
ke bagian inferior hingga ke spasia retroesophageal.
b. Spasia Periorbital
P a g e 19 | 36
Terletak pada bagian profundus dari muskulus orbicularis oculi.
Perluasan infeksi pada spasia ini berasal dari spasia kaninus atau
bukalis.
P a g e 20 | 36
b. Menurut Grosssman
P a g e 21 | 36
c. Menurut Weine
d. Menurut Ingles
P a g e 22 | 36
e. Menurut Topazia
P a g e 23 | 36
temporal
d. lateral faring
e. retrofaring
f. prevertebral
4. Spasia pada leher
a. retrofaring
b. danger space
c. spasia karotik sheath
P a g e 24 | 36
Prostaglandin E2 inilah yang secara fisiologisnya (secara fungsi
normalnya) yang menyebabkan demam.
P a g e 25 | 36
Gambar parulis pada mukosa alveolar
b. Radiografis:
Gambaran radiolusen pada daerah periapikal gigi yang batasnya
diffuse karena lamina dura telah rusak.
P a g e 26 | 36
c. Histopatogenesa:
Panah orange menunjuk pada abses, yaitu pus yang terlokalisir dalam
suatu wilayah.
Patogenesa: Infeksi pulpa - Kondisi ini juga dikenal sebagai pulpitis. Ini
umumnya disebabkan oleh karies gigi yang berhasil menembus melalui
enamel dan dentin gigi untuk mencapai pulpa. Hal ini juga dapat
disebabkan karena trauma atau cedera termal berulang setelah prosedur
gigi . Ketika Pulpa menjadi meradang karena infeksi itu menyebabkan
tekanan yang berlebihan membangun di dalam rongga Pulpal yang
menyebabkan sakit gigi. Nyeri juga dapat disebabkan karena tekanan
berlebihan yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya dan iritasi saraf
trigeminal, yang menyebabkan spasme otot masseter menyebabkan
Trismus. Karena pulpa dikelilingi oleh dentin keras tidak ada ruang untuk
menghilangkan tekanan. Ini menyebabkan nyeri gigi yang berlebihan.
Pada akhirnya ini bahkan dapat menyebabkan revitalisasi gigi. Jika pulpitis
bersifat reversibel seperti pada kasus karies gigi atau dentin yang terpapar,
P a g e 27 | 36
maka trismus akan mengurangi perawatan yang efektif dari kondisi
tersebut.Jika kondisi pulpitis ireversibel seperti dalam kasus karies yang
dalam maka kondisi menjadi sulit untuk dikelola.
P a g e 28 | 36
2. Teknik rontgen bite wing
Untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah
daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk
melihat permukaan gigi yang berdekatan dengan puncak tulang
alveolar.
Untuk melihat karies dibawah restorasi
P a g e 29 | 36
b. Foto ekstraoral
Foto ekstraoral digunakan untuk melihat area yang luas pada
rahang dan tengkorak. Film yang digunakan diletakkan di luar mulut
pasien. Foto ekstraoral terbagi atas:
P a g e 30 | 36
2. Teknik foto lateral
Untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,diagnosa
fraktur, keadaan patologis tulang tengkorak dan muka
Untuk evaluasi kondisi dari tulang dan posisi impaksi gigi/ lesi
yang besar
3. Teknik chepalometric
Untuk memperlihatkan relasi gigi rahang atas dan rahang bawah
dengan tulang wajah.
Untuk melihat tengkorak, tulang wajah akibat trauma penyakita
atau kelainan tumbuh kembang
Untuk melihat jaringan lunak nasofaring, sinus paranasal, dan
palatum keras
P a g e 31 | 36
4. Teknik foto postero anterior
Untuk melihat tengkorak pada bidang postero anterior
Untuk memperlihatkan struktur gambaran wajah : sinus
frontalis, ethmoidalis, fossa nasalis, dan orbita
5. Teknik foto antero posterior
Untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan
mandibula
Untuk memperlihatkan gambaran sinus frontalis, ethmoidalis,
dan tulang hidung
P a g e 32 | 36
6. Proyeksi water / sinus projection
Evaluasi maksila, sinus frontal,ethmoidalis,orbita,sutura
zygomatico frontalis dan rongga nasal
8. Submentovertex projection
Untuk meliaht dasar tengkorak
P a g e 33 | 36
Posisi dan orientasi kondilus,sinus sphenoidalis dan fraktur pada
arcus zygomaticus, lengkung mandibula, dan dinding lateral sinus
maksila
P a g e 34 | 36
DAFTAR PUSTAKA
Aderem, Alan. 2003. The Journal of Infectious Diseases, Vol 187: 40-
50.Phagocytosis and Inflammatory Responses. https://doi.org/10.1086/374747
P a g e 35 | 36
P a g e 36 | 36