Anda di halaman 1dari 7

PR Ujian Buku Log

Dokter Muda : I Wayan Gede Mahardika Putra (2171121015)


Dosen Pembimbing : dr. Putu Amelia Agustini Siadja, Sp.T.H.T-K.L
KSM : Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Sanjiwani Gianyar/FKIK Unwar

1. Kandidiasis Oral
a. Definisi
Infeksi jamur jenis Candida Albicans yang menginfeksi mukosa di rongga mulut
b. Etiologi
Imunodefisiensi menjai penyabab umum infeksi jamur ini. pada bayi disebabkan
oleh adanya paparan saat proses persalinan dan proses menyusui yang tidak
higenis. Kandidiasis pseudomembran akut (oral thrush) biasanya dijumpai pada
mukosa pipi, lidah dan palatum lunak. Tampak sebagai plak mukosa yang putih,
difus, bergumpal Secara klinis, plak-plak putih tersebut tampak dalam kelompok-
kelompok yang mempunyai dasar mukosa eritematosa atau mungkin berdarah dan
terasa nyeri sekali. Kandidiasis Atrofi Akut terjadi pada rongga mulut tetapi
sebagian besar berada di atas permukaan dorsal lidah dan atau palatum. Keluhan
berupa nyeri hebat, rasa terbakar. Daerah yang terkena tampak khas sebagai lesi
eritematosa, simetris, tetapi berbatas tidak teratur. Kandidiasis Atrofi Kronis
(denture stomatitis). Gambaran khas berupa eritema kronis dan edema di sebagian
palatum di bawah prostesis maksilaris disertai kheilitis angularis, tidak
menunjukkan gejala atau hanya gejala ringan. Kandidiasis Hiperplastik Kronis
(leukoplakia candida). Gejala bervariasi dan bercak putih yang hampir tidak
teraba sampai plak kasar yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa
bukal. Keluhan umumnya rasa kasar atau pedih di daerah yang terkena.
c. Patofisiologi
Infeksi jamur yang mengeluarkan enzim yang mencederai mukosa sehingga
pasien menderita peradangan/ inflamasi.
d. Gejala
Keluhan umum yang dialamai pasien adalah rasa gatal, perih dan rasa kecap
metal/ penurunan daya kecap.
e. Pemeriksaan Fisik
Bercak merah dengan maserasi di daerahsekitar mulut di lipatan (interiginosa
diserta bercak merah yang terpisah di sekitarnya. Guam atau ral thrush yang
diselaputi oleh pseudomembran pada mukosa mulut
f. Pemeriksaan Penunjang
Sel ragi dapat dilihat dibawah mikroskop dala pelarut KOH 10% atau perwarnaan
gram.
g. Terapi
 Memperbaiki status gizi dan kerbersihan oral
 Kontrol penyakit predisposisinya
 Larutan nistatin 100.00-200.000 IU/ml yang dioleskan selama 3 hari
h. Pencegahan
Tingkatkan imunitas dengan kontrol penyakit predisposisinya, jaga higenitas oral
dan diet gizi seimbang
i. Pronosis
Pasien dengan imunokompoten bonam
2. Ulkus Mulut
a. Definisi
Adanya lesi/ diskontinuitas mukosa yang disebabkan oleh berbagai faktor
b. Etiologi
Ulkus pada mulut disebabkan oleh berbagai penyebab ada yang infeksi dan non
infeksi. Non infeksi dapat disebabkan karena adanya iritasi mukosa akibat adanya
zat iritan atau iritasi akibat mukosa mulut kontak dengan suhu ektrem, ulkus
mulut juga dapat disebabkan karena adanya trauma pada mukosa rongga mulut.
Infeksi bakteri mauapun virus dapat menyebabkan gejala ulkus mulut, yang
laping umum adalah aftosa/ stomatitis aftosa rekurens dan stomatitis herpes.
c. Patofisiologi
Patofisiologi yang merdasari ulkus mulut adalah adanya iritan dari mukosa atau
proses peradangan akibat infeksi yang menyebabkan terjadinya diskontinuitas
mukosa. Hal ini diserti dengan proses inflamasi yang menimbulkan tanda radang
akut.
d. Gejala
Pasien mengeluh nyeri dan luka pada mukosa mulut, umumnya bersifat rekurensi.
Pasien dengan oral higine yang tidak baik, pasien dengan imunokompremais,
pasien dengan riwayat merokok. Gejala sistemik sepeti demam dapat muncul
karena berhubungan dengan penyakut yang mendasarinya.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien didapatnya adanya luka/ lesi edematosa yang hiperemis pada mukosa
mulut. Dapat disertai pendarahan minimal. Pasien didiagnosis denga amannesis
dan pemeriksaan fisik. Diagnosis banding pada pasien dengan ulkus mulut adalah
herpes simpleks, hand foot dan muoth disease, manifestasi oral dari penyakit
pemphigus, SLE, crohn dan kanker mulut.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan disesuaikan dengan temuan klinis
dan penyakit yang mendasari.
g. Terapi
Terapi yang uumnya diberikan adalah
 Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk membersihakan rongga mulut
yang dipergunakan 3 kali sehari setelah makan dan didiemkan 1 menit
 Kortikosteroid topical seperti krim triamcinolone 0,1 % 2 kali setelah
makan
 Jika terkait dengan infeksi dapat diberikan antibiotic amoksisilin 3x500mg
h. Pencegahan
Pencegahan dilakukan berdasarkan pada penyebab yang diidentifikasi. Mejaga
kebersihan rongga mulut adalah hal yang mutlak untuk dilakukan.
i. Pronosis
Bonam

3. Faringitis
a. Definisi
Infeksi mukosa dan submukosa faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
Penyebab faringitis selain infeksi adalah kelainan kongenital dan neoplasma.
b. Etiologi
 Faringitis Akut Viral
o E : dari rhinitis akibat rhinovirus
o Virus : influenza, coxsachievirus, CMV, adenovirus, EBV, HIV-1
o S : demam, rinore, mual, nyeri tenggorokan, sulit menelan • Px
Fisik : faring dan tonsil hiperemis, tidak menghasilkan eksudat jika
akibat virus influenza, coxsachievirus dam CMV, lesi vesicular
orofaring dan lesi kulit maculopapular jika akibat coxsachievirus,
konjungtivitis jika akibat adenovirus, eksudat banyak jika karena
EBV.
o T : istirahat, hidrasi, kumur air hangat, analgesic, tablet hisap,
antivirus metisoprinol/ isoprenosine pada herpes simplex (dosis
60-100 mg/kgBB dalam 4-6 pemberian per hari pada dewasa)
 Faringitis Akut Bakterial
o Infeksi grup A Strep B hemolitikus
o S : nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam dengan suhu tinggi
o Px Fisik : tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan ada
eksudat, beberapa hari kemudian timbul petechie pada palatum dan
faring, kelenjar limfe anterior membesar, kenyal dan nyeri tekan
o T : antibiotic (penicillin G banzatin 50.000 U/kgBB intramuscular
dosis tunggal atau amoxicillin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali per
hari selama 10 hari pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau
eritromisin 4 x 500 mg/ hari), kortikosteroid (dexamethasone 8-16
mg, intramuscular 1 kali, pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB), analgesic,
kumur air hangat atau antiseptic
 Faringitis Akut Fungal
o S : nyeri tenggorokan dan menelan
o Px Fisik : plak putif di orofaring dan mukosa faring hiperemis
o Px Penunjang : pembiakan jamur dengan agar sabouroud dextrose
o T : nystasin 100.000-420.000 U 2 kali sehari, analgesic
 Faringitis Akut Gonorhea
o Pada pasien kontak oro-genital
o T : sefalosporin gen-3, ceftriakson 250 mg intravena
 Faringitis Kronik Hiperplastik
o Perubahan mukosa kronik hiperplastik di dinding posterior faring
o S : tenggorokan mula-mula kering gatal dan akhirnya batuk
berdahak
o Px Fisik : kelenjar limfe di bawah mukosa faring dan lateral band
hyperplasia, mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular
o T : local (kaustik faring dengan zat kimia larutan nitras argenti/
electrocauter), symptom (obat kumur atau tablet hisap), jika perlu
bisa diberi obat batuk antitusif/ expektoran, obat penyakit hidung
dan sinus yang menjadi penyebab
 Faringitis Kronik Atrofi
o Sering bersamaan dengan rhinitis atrofi
o S : tenggorokan kering dan tebal, halitosis
o Px Fisik : mukosa faring ditutupi lender yang kental dan bisa
diangkat tampak mukosa kering
o T : obati rhinitis atrofi, obat kumur, oral hygiene
 Faringitis Spesifik karena Treponema Pallidum
o E : treponema pallidum
 Stadium primer : kelainan lidah, palatum mole, tonsil,
dinding posterior faring dengan bercak putih, jika infeksi
terus bisa timbul ulkus yang tidak nyeri
 Stadium sekunder : jarang ditemukan, ada eritema dinding
faring yang menjalar ke laring
 Stadium tersier : ada guma, predileksi di tonsil dan palatum
 Faringitis tuberculosis
o Infeksi sekunder dari TB paru
 Infeksi eksogen melalui kontak sputum atau inhalasi
 Infeksi endogen dari darah pada TB milier
o S : anoreksia dan odinofagia, nyeri tenggorokan hebat, nyeri
telinga dan pembesaran kelenjar limfe cervical
o Px Penunjang : sputum basil tahan asam, foto thorax untuk TB
paru, biopsy untuk menyingkirkan dugaan keganasan
o T : sesuai TB paru

4. Laringitis
 Laringitis Akut (Radang akut laring)
o E : non spesifik (virus, S. pneumoni, E. coli, H. influenza),
spesifik (difteri, M. tuberculosis)
o FR : balita, pasien infeksi lower airway dan paru, terapi
radiasi/ branchytheraphy, imunosupresi, chemotherapy,
pekerjaan yang banyak biacara seperti penyanyi
o P : virus para influenza terinhalasi, infeksi epitel bersilia,
terjadi edema dan infiltrasi seluler dengan histosit,
limfosit, sel plasma dan PMN yang menyebabkan edea dan
hiperemi airway hingga terjadi penyempitan dan
membrane pelindung plika vokalis mengalami edema dan
hiperemi
o Px Fisik : laringoskopi (ditemukan laring edema,
hiperemis, gerak menurun, edema epiglottis, lipatan
ariepiglotis dan false vocal cord warna merah ceri)
o Px Penunjang : laringoskopo, fiber optic laringoskopi,
radiologi, lab
o T : kurangi edema laring, vocal rest, hidrasi, humidifikasi,
amoxicillin dan klavulanat atau ampicillin dan sulbaktam,
injeksi penicillin prokain 10 hari dan anti difteri serum
untuk difteri, corticosteroid pada bayi dan anak karena
rawan obstruksi, analgesic, antipiretik, mukolitik,
humidifikasi, trakeotomi jika obstruksi
 Laringitis Kronis (Radang laring 12-14 minggu)
o E : M. tuberculosis, M. leprae, T. pallidum, K.
rhinoscleromatis, A. israelli,, histoplasmosis, blastomicosis,
candidiasis, non spesifik (trauma, GERD)
o S : parau menetap, rasa tersangkut di tenggorokan, pasien
mendehem tapi sekret tidak keluar
o Px Fisik : mukosa menebal, hiperemis, permukaan tidak
rata
o Px Penunjang : sama dengan yang akut
o T : anti-inflamasi dan neurotropic, pembedahan jika
obstruksi
Referensi :

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-
KL FK UI. Dalam: Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2012. h. 10-38.
2. IDI. Pedoman Praktek Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Edisi
Kedua. Jakarta ; 2017.
3. Adams, G.L., et al. ‘Buku Ajar Penyakit THT’ (BOIES Fundamentals of Otolarymgolog,
Ed ke-6, EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai