Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS DI RUANG AMARILIS II

RSUD Dr.ADHYATAMA MPH TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :

SHINTA NURAINI

P1337420916028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017


A. KONSEP DASAR
1. Definisi

Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah
karena infeksi. Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi
pada usia 5-6 tahun, dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun.
Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi
pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.(
Ngastiyah,1997 )
Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis jika memiliki resistensi yang
rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis
berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara umum,
atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil
menjadi mudah diinvasi bakteri).
Tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran napas dan
saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. Pada cincin Waldeyer,
tonsil terdiri dari tiga jenis yaitu tonsil lingualis berjumlah satu pasang yang terletak
dibawah lidah, satu buah tonsil adenoid yang terletak di belakang hidung, dan tonsil
palatina yang terletak disebelah kanan-kiri rongga mulut. Cincin Waldeyer ini mampu
mengeluarkan imunoglobulin jenis G, A, M , D, dan E.
Adenoid merupakan jaringan limfoid bersama dengan struktur lain dalam cincin
Waldeyer. Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid memproduksi IgA
sebagai bagian penting sistem pertahanan tubuh garis depan dalam memproteksi
tubuh dari invasi kuman mikroorganisme dan molekul asing.

2. Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
b. Streptokokus Viridans
c. Streptokokus Piogenes
d. Virus Influenza
e. Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections)

3. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem
limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada
faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta
otalgia.
4. Pathways
Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilitis akut/kronis Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran

Resiko Otitis media


perubahanstatus
nutrisi < dari
kebutuhan tubuh

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran

5. Manifestasi Klinis/Gejala Klinis


Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
a. Nyeri tenggorok
b. Nyeri telan
c. Sulit menelan
d. Demam
e. Mual
f. Anoreksia
g. Kelenjar limfa leher membengkak
h. Faring hiperemis
i. Edema faring
j. Pembesaran tonsil
k. Tonsil hiperemia
l. Mulut berbau
m. Otalgia (sakit di telinga)
n. Malaise

Manifestasi klinik yang mungkin timbul pada tonsilitis sangat bervariasi untuk tiap
penderita, diantaranya rasa mengganjal atau kering di tenggorokan, nyeri tenggorok
(sore throat) rasa haus, malaise, demam, menggigil, nyeri menelan (odinofagia),
gangguan menelan (disfagia), nyeri yang menyebar ke telinga, pembengkakan
kelenjar getah bening regional, perubahan suara, nyeri kepala, ataupun nyeri pada
bagian punggung dan lengan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis
akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Leukosit : terjadi peningkatan
b. Hemoglobin : terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

7. Penatalaksanaan Medis
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll
b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c. Analgesik untuk meredakan nyeri
Penatalaksanaan keperawatan :
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. Kumur dengan air hangat
e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
Meskipun kebanyakan kasus tonsilitis dapat sembuh dengan penanganan
konvensional, seperti istirahat (bedrest), asupan makanan yang baik, penurun panas
(antipiretik), di mana tanpa pemberian antibiotik, tonsilitis biasanya berlangsung
selama kurang lebih 1 minggu. Adapun pemberian antibiotik dalam kasus seperti ini,
umumnya ditujukan untuk mengurangi episode penyakit dan lamanya gejala yang
diderita seperti nyeri tenggorok, demam, nyeri kepala, ataupun pembengkakan
kelenjar getah bening. Antibiotika sendiri menjadi indikasi jika pada pemeriksaan
kultur dan resistensi ditemukan bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A, dengan
tujuan mengeradikasi kuman dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dari perjalanan
penyakitnya sendiri, mulai dari penanganan konvensional hingga tindakan
pembedahan seperti tonsilektomi dan adenoidektomi. Jika pun keputusan
pembedahan yang diambil, maka harus berdasarkan indikasi yang jelas dan telah
mempertimbangkan cost/benefit ratio dari tindakan tersebut, selain itu telah
diperhitungkan komplikasi yang mungkin terjadi.
Beberapa indikasi untuk tonsilektomi/adenoidektomi antara lain: tonsillitis
rekuren atau kronis dengan kriteria yang telah ditentukan, difteria yang tidak
berespon terhadap terapi medikamentosa, demam rematik, tonsillitis yang berkaitan
dengan infeksi telinga tengah atau sinusitis maksilaris, formasi abses, obstruksi jalan
napas, dugaan keganasan tonsil, dan lain sebagainya.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau berulang, di
antaranya:
a. Abses peritonsilar (quinsy) :Biasanya timbul pada pasien dengan tonsillitis
berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
b. Abses parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari
tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi
abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini
berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada dan
menimbulkan komplikasi serius.
c. Abses retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea),
ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa
menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum
dan paru-paru.
d. Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium,
magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan
keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus
bernanah).
e. Kista tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna
putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil
oleh jaringan fibrosa.
f. Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi
Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute
glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat
menimbulkan lesi pada katup jantung.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan utnuk
mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenai
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS,
diagnosa medis dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan dirawat
b. Keluhan Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Daerah yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi kerumah sakit
serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit. Serangan,
karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu
Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum mrs, penyakit-penyakit
yang sebelumnya perna diderita klien sehingga klien dapat mrs.
Riwayat kelahiran
Riwayat imunisasi
Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis media)
Riwayat hospitalisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik penyakit yang
sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes meletus, hipertensi
maupun penyakit menular seperti hepatitis, tb paru.
3. Riwayat psikososial dan spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum : Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda tanda vital dll
b. Pernafasan : Kesulitan bernafas, batuk
Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
c. Nutrisi : Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan
dan minum, turgor kurang
d. Aktifitas / istirahat : Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
e. Keamanan / kenyamanan : Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
5. Pemeriksaan Penunjang

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi, nyeri.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses inflamasi dan insisi
pembedahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi.
Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.


2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.

INTERVENSI
Pre Operasi
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam dengan kriteria hasil:
C/axilaSuhu: 36-37
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
b. Anjurkan untuk banyak minum 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
c. Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis
R/mengurangi rasa panas
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/mencukupi kebutuhan pasien
f. Beri kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah
g. Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara,
indikasi
R/mempercepat penyembuhan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi, nyeri.
Tujuan : pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang paten.
Dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh sesak, Pernapasan 12-21x/mnt,
Intervensi :
a. Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tetap.
R/untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan perbaikan pertukaran
gas.
b. Hisap sekresi jalan nafas sesuai kebutuhan.
R/pengisapan sekresi dapat melonggarkan jalan nafas.
c. Bantu anak dalam mengeluarkan sputum.
Beberapa anak belum bisa mengeluarkan sputum sendiri.
d. Beri ekspektoran sesuai dengan kebutuhan.
R/ekspektoran dapat membantu mengencerkan dahak.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses inflamasi dan insisi
pembedahan.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri, Tekanan darah 120-129/80-84mmHg, Nadi 60-
100x/mnt,
Intervensi:
a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui kondisi pasien
b. Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
c. Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
d. Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
e. Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen.
f. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
g. Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
h. Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi.
Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak
mengeluh lemas, Makan habis 1 porsi, Pasien tidak mual, Pasien tidak muntah, Berat
badan normal/ideal, Konjungtiva merah muda, Rambut tidak rontok.
Intervensi:
a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
b. Timbang berat badan
R/mengetahui perubahan berat badan pasien
c. Monitor adanya mual dan muntah
R/mengetahui keadaan pasien
d. Monitor tonus otot, rambut merah dan mudah patah
R/mengetahui status kesehatan pasien
e. Monitor intake makanan/minuman
R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien
f. Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
g. Anjurkan makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
h. Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung zat besi,
Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C
R/mempercepat pemulihan kondisi pasien
i. Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.


NOC : Level Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri
dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

NIC : Menejemen Nyeri Intervensi :

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
3) Berikan analgesik yang sesuai.
4) Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
5) Tingkatkan istirahat pasien.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.


NOC: Kontrol Infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Dapat memonitor faktor resiko
b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.

NIC: Kontrol Infeksi

1) Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.


2) Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
3) Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
4) Lakukan teknik perawatan luka yang tepat

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3
x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4
sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambah
NOC : Knowledge: Diet

a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang

b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan


c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.

NIC : Pengajaran Pengobatan

1)

IMPLEMENTASI
Disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.

EVALUASI
Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah disusun.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono dan Soepardi, EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam
Soepardi, Efiaty Arsyad, et al., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6. Jakarta. FKUI, 2009.
2. Saragih, A.R, Harahap, I.S, Rambe, A.Y. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronik di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam
Malik Medan. Medan. USU Digital Library, 2009. Available at :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27640
3. Kurniadi, B. Penatalaksanaan Faringitis Kronik. Bagian Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung, dan Tenggorok. RSUD Saras Husada, Purworejo. Available at :
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Penatalaksanaan+Faringitis+Kroni
k (Accessed : March 18th 2017).

Anda mungkin juga menyukai