Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

OLEH
RITA WULAN SAFITRI
NPM 200103014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR
1.   Definisi

Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut


amandel) yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50%
kasus tonsilitis adalah karena infeksi. Tonsilitis akut sering dialami oleh
anak dengan insidensi tertinggi  pada usia 5-6 tahun, dan juga pada orang
dewasa di atas usia 50 tahun. Radang tonsil pada anak hampir selalu
melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi  pada faring biasanya juga
mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
( Ngastiyah,1997 )
Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis jika memiliki resistensi
yang rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat
tonsilitis  berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok
(faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya
adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi mudah diinvasi bakteri).
Tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran
napas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. Pada
cincin Waldeyer, tonsil terdiri dari tiga jenis yaitu tonsil lingualis berjumlah
satu pasang yang terletak dibawah lidah, satu buah tonsil adenoid yang
terletak di belakang hidung, dan tonsil  palatina yang terletak disebelah
kanan-kiri rongga mulut. Cincin Waldeyer ini mampu mengeluarkan
imunoglobulin jenis G, A, M , D, dan E.
Adenoid merupakan jaringan limfoid bersama dengan struktur lain
dalam cincin Waldeyer. Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh.
Adenoid memproduksi IgA sebagai bagian penting sistem pertahanan
tubuh garis depan dalam memproteksi tubuh dari invasi kuman
mikroorganisme dan molekul asing. 
2.   Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam -   macam, diantaranya adalah yang tersebut

dibawah ini yaitu : 


a.   Streptokokus Beta Hemolitikus
 b.  Streptokokus Viridans
c.  Streptokokus Piogenes
d.  Virus Influenza
e.  Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (
droplet infections)

3.   Patofisiologi

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian
atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian
menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen
pada tonsil menyebabkan terjadinya  proses inflamasi dan infeksi sehingga
tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara.Infeksi juga
dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya
eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia.
4. Pathways

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilitis akut/kronis Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


 pendengaran

Resiko Otitis media


perubahanstatus
nutrisi < dari

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran
5. Manifestasi Klinis/Gejala Klinis Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah : 
a. Nyeri tenggorok
b. Nyeri telan
c. Sulit menelan
d.   Demam
e.   Mual
f.   Anoreksia
g.   Kelenjar limfa leher membengkak
h. Faring hiperemis
i. Edema faring
 j.  Pembesaran tonsil
k. Tonsil hiperemia
l.   Mulut berbau
m.   Otalgia (sakit di telinga)
n. Malaise
Manifestasi klinik yang mungkin timbul pada tonsilitis sangat bervariasi
untuk tiap  penderita, diantaranya rasa mengganjal atau kering di
tenggorokan, nyeri tenggorok ( sore throat)  rasa haus, malaise, demam,
menggigil, nyeri menelan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia),
nyeri yang menyebar ke telinga, pembengkakan kelenjar getah bening
regional, perubahan suara, nyeri kepala, ataupun nyeri pada bagian
punggung dan lengan.

6.   Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :  
a. Leukosit : terjadi peningkatan
 b.  Hemoglobin : terjadi penurunan
c.  Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

7.   Penatalaksanaan Medis
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah : 
a.   Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin, eritromisin dll
 b.  Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c.  Analgesik untuk meredakan nyeri

Penatalaksanaan keperawatan :
a.  Kompres dengan air hangat
 b.  Istirahat yang cukup
c.   Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d.   Kumur dengan air hangat
e.   Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

Meskipun kebanyakan kasus tonsilitis dapat sembuh dengan


penanganan konvensional, seperti istirahat (bedrest)  , asupan makanan
yang baik, penurun panas (antipiretik), di mana tanpa pemberian
antibiotik, tonsilitis biasanya berlangsung selama kurang lebih 1
minggu. Adapun pemberian antibiotik dalam kasus seperti ini,
umumnya ditujukan untuk mengurangi episode penyakit dan lamanya
gejala yang diderita seperti nyeri tenggorok, demam, nyeri kepala,
ataupun pembengkakan kelenjar getah bening. Antibiotika sendiri
menjadi indikasi jika pada pemeriksaan kultur dan resistensi ditemukan
bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A, dengan tujuan
mengeradikasi kuman dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dari
perjalanan penyakitnya sendiri,mulai dari penanganan konvensional
hingga tindakan pembedahan seperti tonsilektomi dan adenoidektomi.
Jika pun keputusan pembedahan yang diambil, maka harus berdasarkan
indikasi yang jelas dan telah mempertimbangkan cost/benefit ratio dari
tindakan tersebut, selain itu telah diperhitungkan komplikasi yang
mungkin terjadi.
Beberapa indikasi untuk tonsilektomi/adenoidektomi antara lain:
tonsillitis rekuren atau kronis dengan kriteria yang telah ditentukan,
difteria yang tidak berespon terhadap terapi medikamentosa, demam
rematik, tonsillitis yang berkaitan dengan infeksi telinga tengah atau
sinusitis maksilaris, formasi abses, obstruksi jalan napas, dugaan
keganasan tonsil, dan lain sebagainya.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau
berulang, di antaranya: 
a. Abses peritonsilar (quinsy) :
Biasanya timbul pada pasien dengan tonsillitis berulang atau kronis
yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
b. Abses parafaringeal :
Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau
abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi
abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda.
Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh
darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
c.  Abses retrofaringeal  : 
Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan,
dan benjolan pada dinding posterior tenggorok,dan bisa menjadi sangat
berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum & paru-
paru
d.   Tonsilolith :
Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium,
magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk
benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut,
dan ulserasi (ulkus
 bernanah).
e.   Kista tonsil :
Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna
putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada
kripta tonsil oleh jaringan fibrosa. 
f.   Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat
infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang
ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial
endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung. 
B.   KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN

Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan


utnuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,


tanggal MRS, diagnosa medis dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan dirawat
b. Keluhan Utama : sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan. Daerah yang terserang baik atas atau bawah
sehingga klien pergi kerumah sakit serta hal atau tindakan yang
dilakukan saat klien dirumah sakit. Serangan, karakteristik, insiden,
perkembangan, efek terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu
Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum mrs,
penyakit-penyakit yang sebelumnya pernah diderita klien sehingga
klien dapat mrs.

  Riwayat kelahiran

  Riwayat imunisasi
  Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis
media)
  Riwayat hospitalisasi

e. Riwayat kesehatan keluarga


Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik
penyakit yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti
diabetes meletus, hipertensi maupun penyakit menular seperti
hepatitis, tb paru.
3. Riwayat psikososial dan spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum : Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda-tanda
vital dll

b. Pernafasan : Kesulitan bernafas,batuk

Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :


• T0 : bila sudah dioperasi

• T1 : ukuran yang normal ada

• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

• T3 : pembesaran mencapai garis tengah

• T4 : pembesaran melewati garis tengah

c. Nutrisi : Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun,


menolak makan dan minum, turgor kurang
d. Aktifitas / istirahat : Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise

e. Keamanan / kenyamanan : Kecemasan anak terhadap hospitalisasi

5.  Pemeriksaan Penunjang

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses
inflamasi dan insisi pembedahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi
Post Operasi 
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan. 
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. 
3.  Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi. 

III. INTERVENSI

Pre Operasi

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

Tujuan:

Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


1x24 jam dengan kriteria hasil:

 C/axila Suhu: 36-37

 Pernapasan 12-21x/mnt

 Tekanan darah 120-129/80-84mmHg


 Nadi 60-100x/mnt

Intervensi:
a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,saturasi
R/mengetahui keadaan klien
b. Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
c. Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis
R/mengurangi rasa panas
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/mencukupi kebutuhan pasien

f.  Beri kompres hangat


R/vasodilatasi pembuluh darah
g. Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis,
waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi


mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.

Tujuan : pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang paten.


Dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh sesak, Pernapasan 12-21x/mnt,

Intervensi :
a. Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tetap.
R/ untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan
perbaikan pertukaran gas.
b. Hisap sekresi jalan nafas sesuai kebutuhan.

R/ pengisapan sekresi dapat melonggarkan jalan nafas

c. Bantu anak dalam mengeluarkan sputum.


Beberapa anak belum bisa mengeluarkan sputum sendiri.

d. Beri ekspektoran sesuai dengan kebutuhan.


R/ekspektoran dapat membantu mengencerkan dahak.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses
inflamasi dan insisi pembedahan.

Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
 Pasien tidak mengeluh nyeri, Tekanan darah 120-129/80-84mmHg,
Nadi 60- 100x/mnt,
Intervensi:
a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
saturasi R/mengetahui kondisi pasien
b. Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
c. Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam R/mengurangi rasa
nyeri
d. Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
e. Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen.
f. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
g. Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
h. Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis,
waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena faktor biologi.

Tujuan:

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi


setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan
kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh lemas, Makan habis 1 porsi,
Pasien tidak mual, Pasien tidak muntah, Berat badan normal/ideal,
Konjungtiva merah muda, Rambut tidak rontok.

Intervensi: 
a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
saturasi R/mengetahui keadaan pasien
b. Timbang berat badan

R/mengetahui perubahan berat badan pasien

c. Monitor adanya mual dan muntah


R/mengetahui keadaan pasien
d. Monitor tonus otot, rambut merah dan mudah patah R/mengetahui
status kesehatan pasien

e. Monitor intake makanan/minuman


R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien
f. Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
g. Anjurkan makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
h. Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung
zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C
R/mempercepat pemulihan kondisi pasien
i. Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara,
indikasi
j. R/mempercepat penyembuhan

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.


 NOC : Level Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan
skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

NIC : Menejemen Nyeri Intervensi :

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. 
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas
dalam. 
3) Berikan analgesik yang sesuai. 
4) Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan. 
5) Tingkatkan istirahat pasien.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.


NOC: Kontrol Infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24
 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi
tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Dapat memonitor faktor resiko
b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.

NIC: Kontrol Infeksi 

1) Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar. 


2) Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
3) Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
4) Lakukan teknik perawatan luka yang tepat

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan
selama 3x24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang
pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga
dapat bertambah
NOC : Knowledge: Diet
a. Menyebutkan keuntungan dan diet
b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan
c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang. 
 NIC Pengajaran Pengobatan 
IV. IMPLEMENTASI

Disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.

V. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah disusun.
DAFTAR PUSTAKA

1.   Rusmarjono dan Soepardi, EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi


Adenoid. Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, et al., Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6. Jakarta.
FKUI, 2009. 

2. Saragih, A.R, Harahap, I.S, Rambe, A.Y. Karakteristik Penderita Tonsilitis


Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Bagian THT FK
USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Medan. USU Digital Library, 2009.
Available at : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27640 
3.   Kurniadi, B. Penatalaksanaan Faringitis Kronik.  Bagian Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung, dan Tenggorok. RSUD Saras Husada, Purworejo.
Available at:http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Penatalaksanaan+Faringitis+Kroni

Anda mungkin juga menyukai