Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILLITIS

Disusun Oleh :
Rantidika Rachman
202001040

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


2023
1. Definis Tensilitis
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil ( atau biasa di sebut amandel )
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah
karena infeksi. Tonsolitis akut sering di alami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada
usia 5-6 tahun, dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun.
Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitar nya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga di sebut sebagai
tonsilofaringitis. ( Ngastiyah, 1997 ).
Seseorang terpredisposisi menderita tonsilitis jika memiliki resistensi yang
rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis berulang
sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara umum, atau
sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi
mudah diinvasi bakteri.

2. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (dropletinfections )

3. Anatomi dan Fisiologi


Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring dan secara
kolektif dikenal sebagai cincin waldeyer. Cincin ini terdiri dari jaringan limfoid dari
dasar lidah (tonsil lidah), dua tonsil tekak, adenoid, dan jaringan limfoid pada dinding
posterior.
4. Patofisiologi
Saat bakteri masuk atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,
amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut sel-
sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan
memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan
tetapi kadang kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi dari
virus ini lah yang menyebabkan tonsilitis.

Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel mejadikan


terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil. Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan. Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di tenggorokan
terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler). Abses besar yang terbentuk di
belakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39c-40c) abses
secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyebrang ke tengah tenggorokan.

Di mulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah. Pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokan nya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat
menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak dan kelenjar getah bening melemah
didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedingan, seluruh tubuh
sakit,sakit kepala dan biasa nya sakit telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien
sukar menelan,belakang tenggorokan merasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasa nya berakhir 72 jam ( Edward,2001 Reeves Charlene
J.Roux,Gayle dkk,2001).
PATHWAY TONSILITIS

5. Manefistasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Sakit tenggorokan dan leher
2. Nyeri telan
3. Drooling pada anak-anak
4. Demam ( suhu tubuh yang lebih dari 37,5c untuk orang dewasa dan lebih dari 38c
untuk anak-anak)
5. Kehilangan nafsu makan dan umum nya tidak sehat
6. Amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
7. Bengkak dan kelenjar getah bening tender ( kelenjar) di kedua sisi leher
8. Perubahan suara mereka ( seperti terdengar serak atau teredam)

6. Komplikasi
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman Streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :

a. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
A(Soepardi, Effiaty Arsyad.dkk. 2007). Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah
melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat

b. Otitis media akut

Mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga
(Soepardi, Effiaty Arsyad, dkk. 2007).

c. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid (Socpardi, Effiaty Arsyad, dkk. 2007).

d. Laringitis

Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.


Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karera virus, bakter
lingkungan, maupunmkarena alergi (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).

e. Sinusitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding
yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves Roux, Lockhart, 2001).

f. Rhinitis

Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001).

7. Pemeriksaan diagnostik
Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan
yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usip
tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi
maku dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan kehilangan
pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara menyeluruh
sensitivitas resistensi dapat dilakukan jika diperlukan.

8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari.
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih tahun
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan tonsillitis adalah
a. Penatalaksanaan tonsillitis akut
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau ohat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klidomisin
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur/hisap
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila teraterapi medikamentosa atau
terapi konservatif tidak berhasil. Tonsilektomi menurut Firman S (2006),
yaitu :

a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus
dipuasakan. Membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas
b. Teknik pembedahan Anestesi umum selalu diberikan sebelum
pembedahan.pasien diposisikan terlentang dengan kepala sedikit
direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan 10
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan.
Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari
darah. Tonsil diangkat dengan diseksi quillotine. Metode apapun yang
digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap.
Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam
ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan
yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh
darah pada dasar tonsil.
c. Perawatan paska-bedah
1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
2) Memantau tanda-tanda perdarahan:
1). Menelan berulang
2). Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan
terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat2

b. Identitas Penanggung jawab

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan
terakhir, pekerjaan, alamat.

c. Riwayat kesehatan
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit
kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret
pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang Riwayat
penyakit dahulu harus lah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem
persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat
penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat
kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif.
Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.

d. Pengkajian persistem
1) Keadaan umum
2) Tingkat kesedaran : composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma
3) TTV
4) Sistem Pernapasan

Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi, nafas


bunyi ronchi.

5) Sistem Kardiovaskuler

Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut nadi


bradikardi kemudian takikardi.

6) Sistem Perkemihan

Inkotenensia, distensi kandung kemih

7) Sistem Gastrointestinal

Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami perubahan


selera

8) SistemMuskuloskeletal

Kelemahan otot, deformasi

9) Sistem Persarafan

Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus,


kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses penyakit
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Difisit nutrisi b.d faktor psikologis

3. Intervensi Keperawatan

REVISI
1. Bagaimana proses terjadinya hipertermi pada tonsilitis?
Demam pada manusia terjadi ketika hipotalamus mengatur suhu
yang lebih tinggi dibandingkan biasanya. Perubahan kontrol
pengaturan suhu bagian otak ini biasanya disebabkan molekul kecil
di dalam darah yang dikenal dengan sebutan pirogen.
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa
toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih
tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen
endogen.
2. Proses terjadinya gangguan pendegaran
Rongga dan saluran sinus semuanya terhubung dan bekerja
bersama. Misalnya, tabung Eustachius menghubungkan setiap telinga
tengah ke bagian belakang tenggorokan di belakang saluran
hidung. Tabung yang terhubung ke tenggorokan akan membuka dan
menutup untuk menyegarkan udara di telinga, mengalirkan sekresi,
dan mengatur tekanan udara. Pada anak-anak, tabung ini jauh lebih
sempit dan horizontal, membuatnya lebih sulit untuk dikeringkan dan
lebih mudah tersumbat.

3. Proses terjadinya pembesaran tonsil


Sekitar 80% tonsilitis disebabkan oleh virus dan sisanya 15-30% oleh
bakteri. Mikroorganisme yang memasuki tubuh melalui hidung dan mulut
akan tersaring di tonsil.
Tonsil mengandung sel imun yang terdiri dari sel limfosit B, sel limfosit T,
sel plasma matur serta immunoglobulin A (IgA). Sel imun ini akan
menghancurkan mikroorganisme dengan mengeluarkan sitokin sehingga
terjadi reaksi inflamasi yang menyebabkan gejala nyeri menelan dan
demam pada pasien. Inflamasi dan pembengkakan jaringan tonsil diikuti
dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam
kripta menyebabkan fase-fase patologis, antara lain peradangan terbatas
pada tonsil, pembentukan eksudat, selulitis tonsil dan daerah sekitarnya,
pembentukan abses peritonsial dan nekrosis jaringan.
4. Ukuran tonsil
a) T0 : tonsil yang sudah diangkat total lewat operasi
b) T1 : tonsil yang normal, tersembunyi di balik pilar tonsil
c) T2 : tonsil yang membesar mencapai pilar tonsil
d) T3 : tonsil yang membesar melebihi pilar tonsil
e) T4 : tonsil yang membesar hingga melewati batas tengah
(uvula)

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI


TONSILLITIS DENGAN NYERI AKUT
DI RS.MISI RUANG HYASINTA
Oleh :
RANTIDIKA RACHMAN

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


BANTEN
2023
1.1. Pengkajian

1) Biodata

Nama : An.”J”

Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : ISLAM

Pendidikan :-

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl.Rajawali V No 06 RT.8 RW.2 Des.Kayuringan Jaya

R.Rawat : Hyasinta

Dx.medis : Ton

Tgl.Masuk : 09-08-2023

Tgl.Pengkajian : 11-08-2023

Penanggung Jawab

Nama : Ny.”I”

Umur : 34 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hub.Dengan Pasien : Ibu

2) Keluhan Utama

Ibu dari An.”J” mengatakan anak nya mengeluh nyeri menelan.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu An.” j” mengatakan pada tanggal 08 Agustus 2023 jam 21.39 wib anaknya

mengalami demam, mual, muntah, dan nyeri menelan, saat sakit anak hanya di

kompres dan diberikan obat paracetamol saja. Ibu dari An.”j” mengatakan pada

tanggal 09 Agustus 2023 jam 05.26 wib keluarga dari An.”j” memutuskan

membawa anak ke RS misi untuk dilakukan perawatan, saat di IGD An.”j” dikaji

dan di anjurkan untuk dilakukan rawat inap. Pada jam 13.23 WIB anak

dipindahkan ke ruang hyasinta. Pada tanggal 11 Agustus 2023 pasien dikaji dan

di dapatkan pasien mengeluh nyeri menelan, P : nyeri terasa bila menelan, Q :


nyeri terasa seperti tertusuk, R : nyeri dibagian tonsil, S : skala 7 (0-10), T : nyeri

terasa hilang timbul. TD : 110/70 mmHg, S : 36,6 C, N : 98 SPO : 99 %, RR : 22

x/mnt, tingkat kesadaran komposmentis, keadaan umum anak tampak lemah,

anak teraba hangat, tampak tonsil mengalami peradangan, ibu dari An.”J” tampak

selalu menanyakan tentang penyakit anak nya, ibu dari An.”J” mengatakan anak

sering menangis dan makan tidak selalu habis karena anak mengeluh nyeri

menelan, anak tampak terpasang infus dibagian tangan sebelah kanan.

4) Riwayat Kesehatan Masalalu

Ibu dari An.”J” mengatakan anaknya sebelumnya belum pernah mengalami

sakit seperti ini.

5) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu dari An.”J” mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki

penyakit menular dan penyakit herediter seperti (Hipertensi, Dm, Tb.Paru, Hiv,

dll)

6) Genogram

7) Riwayat Prenatal

Ny.”I” mengatakan tidak memiliki penyakit apapun saat masa kehamilannya,

keluhan yang di rasa hanya penyakit ringan saja seperti mual dan muntah

8) Riwayat Intranatal
Ny.”I” mengatakan saat kelahiran anaknya dilahirkan di puskesmas terdekat,

kelahiran dilakukan secara normal.

9) Riwayat Postnatal

Ny.”I” mengatakan perawatan tali pusat anaknya dilakukan oleh bidan

terdekat dan pemberian ASI diberikan sampai umur 4 bulan.

10) Riwayat tumbuh kembang anak/DDST

An.”J” dengan BB : 13 Kg, TB : 104 Cm, dengan usianya yang sudah 48

bulan. Ibu An.”J” mengatakan anaknya sudah bisa mengayuh sepeda yang

beroda tiga, Ibu dari An.”J” mengatakan jika anak setelah makan selalu mencuci

dan mengeringkan tangannya, An.”J” tampak bisa berdiri dengan satu kaki

selama >2 detik, An.”J” tampak bisa melompati kertas tanpa berlari, An.”J”

tampak mampu menggambar lingkaran, An.”J” mampu menyusun kubus tanpa

jatuh, Ibu An.”J” mengatakan bahwa An.”J” selalu mentaati aturan saat bermain

petak umpet, Ibu An.”J” mengatakan bahwa An.”J” sudah mampu mengenakan

pakaian tanpa dibantu bila sedang tidak sakit, An.”J” mampu menyebutkan

nama lengkapnya.

11) Pemeriksaan Fisik

a) Tanda-tanda vital

(1)Kesadaran

Kualitatif : Komposmentis

Kuantitatif : Motorik :6

Bicara :5

Mata :4

Jumlah :15 (Komposmentis/Sadar penuh)

Kesimpulan : Pasien sadar penuh.


(2) Tekanan darah : 110/70 mmHg

MAP : 83,3 (perfusi ginjal memadai)

(3) Nadi : 98 x/mnt

(4) Suhu : 37,9 C

(5) Respirasi : 22 x/mnt

b) Antropomentri

(1) BB : 39 Kg

(2) TB : 104 Cm

IMT : 14

Kesimpulan : Pasien cukup pangan

c) Pemeriksaan Fisik

(1) Sistem Pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada peradangan,

mukosa hidung merah muda, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk

dada simetris, vocal premitus getar kedua sisi, pengembangan paru sama

kedua sisi, suara nafas vesikuleri, RR : 22 x/mnt, irama : teratur,

kedalaman : ringan, saat diperkusi sonor di lapang paru, tidak nyeri tekan

atau nyeri ketuk..

(2) Sistem Cardiovaskuler dan Limfe

Mukosa bibir sedikit pucat, tidak ada clubing finger, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena jugularis,

tidak ada lesi atau edema di thorax, akral teraba dingin, Crt : <3 detik,

batas jantung ics 2 sampai ics 5 sinistra, penyebaran ictus cordis 1 cm (ics

4-ics 5), tidak ada nyeri ketuk atau tekan dibagian thorax, suara jantung bj
1 lub bj 2 dub, tidak ada iramana jantung tambahan (murmur, gallop, dll),

irama jantung : teratur, kualitas nadi teraba sedang, N : 98 x/mnt.

(3) Sistem Pencernaan

Conjungtiva merah muda, lidah tampak kuning, tidak ada caries gigi,

tampak peradangan pada tonsil, nyeri saat menelan skala : 7 (0-10), tidak

ada asites di abdomen, BU : 14 x/mnt, tidak ada nyeri ketuk dan tekan di

abdomen, saat diperkusi terdemgar timpani, reflek mc.burney (-).

(5) Sistem Pengelihatan

Bentuk mata simetris, conjungtiva merah muda, sclera tampak putih,

pupil 3 mm isokor mengecil pada reaksi cahaya, ketajaman mata baik

mampu membaca dalam jarak 30 cm, lapang pandang baik mampu

mengikuti pergerakan jari, tekstur mata kenyal, tidak ada masa tambahan

dibagian mata, tidak ada nyeri tekan dibagian mata.

(6) Sistem Pendengaran

Pina kiri dan kanan tampak simetris, tidak ada serumen, reflek

politezer kiri dan kanan memantul pada reaksi cahaya, tidak ada nyeri

tekan dibagian kedua telinga, tekstur telinga kenyal, tidak ada masa

tambahan di kedua telinga, tes rine,weber,swabach mampu mendengar

dengan baik dengan perbandingan pemeriksa.

(7) Sistem Perkemihan

Tidak ada nyeri tekan dibagian kandung kemih, tidak ada nyeri ketuk

dibagian ginjal, BAB dan BAK tampak dibantu perawat dan keluarga.

(8) Sistem Muskulokeletal


Keadaan umum pasien tampak baik, proporsi tubuh tegak, beraktifitas

dibantu, berpindah belum mampu.

Rom : 5 5
5 5

Kesimpulan : Ekstremitas atas kekuatan otot penuh nilai : 5, Ekstremitas

bawah kekuatan utuh nilai : 5.

(9) Sistem Endoktrin

Tidak ada pembesara thyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis,

tidak ada lesi atau edema, tidak tampak poliuri, tidak tampak polidipsi,

tidak ada lesi atau edema, ada nyeri saat menelan skala : 7 (0-10)..

(10) Sistem Integumen

Warna kulit putih, kulit tampak sedikit pucat, tidak ada lesi atau

edema, warna rambut hitam, kuku utuh, turgor kulit elastis, tekstur kulit

kenyal, kulit tampak sedikit kotor dan berminyak, kulit teraba lengket

finger print < 3 detik, kulit teraba hangat Suhu : 36,6 C.

d) Pola Kebiasaan Sehari-hari


Tabel 1.1 kebiasaan sehari-hari
Pasien
No Pola
Sebelum Sakit Saat Sakit

1 2 3 4

1 Pola makan dan Ibu dari An.”J” Ds: Ibu dari An.”J” mengatakan saat
minum mengatakan anaknya sakit tidak selalu menghabiskan
selalu makan 3-4 makan nya karena anak mengeluh
x/hari, dan minum nyeri menelan, makan hanya 5-6
kurang lebih 8-9 sendok saja.
gelas/hari Do: Pasien tampak tidak
menghabiskan makanan yang
diberikan dari RS, anak tampak
meringis saat menelan.

2 Pola istirahat dan Ibu dari An.”J” Ds: Ibu dari An.”J” mengatakan saat
tidur mengatakan anaknya setelah sakit pola tidur anak tidak
selalu tidur dibawah ada perubahan.
jam 22.00 wib. Do: An.”J” tampak berbaring dengan
Dan terkadang rileks
anaknya tidur di
siang hari.

3 Personal hygiene Ibu dari An.”J” Ds: Ibu dari An.”J” mengatakan saat
mengatakan anaknya setelah sakit anak belum mandi.
mandi 2x/hari selalu Do: An.”J” tampak kotor dan
gosok gigi dan berminyak, kulit anak teraba
memakai sampo lengket

4 Eliminasi BAB dan Ibu dari An.”J” Ds: Ibu dari An.”J” mengatakan saat
BAK mengatakan anaknya setelah sakit BAB dan BAK tidak
selalu BAB dipagi ada masalah.
hari saat setelah Do: BAB dan BAK dibantu perawat
bangun tidur, dan dan keluarga
BAK tidak ada
masalah

5 Pola aktifitas Ibu dari An.”J” Ds: Ibu dari An.”J” mengatakan saat
mengatakan hari-hari setelah sakit anak tidak melakukan
anaknya hanya aktifitas apapun.
bermain di rumah Do: An.”J” tampak berrbaring, aktifitas
saja. anak dibantu perawat dan keluarga
(12) Data penunjang

(a) Hasil pemeriksaan laboratorium

Tabel 1.2 pemeriksaan laboratorium


09 agustus 2023

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hematologi darah rutin


Hemoglobin 10.2 Lk:13,2-17,3 ; pr: 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 9.980 Lk: 3800-10600 ; pr: 3600-11000 /ul
Eritrosit 4.07 Lk: 4,4-5,9 ; pr: 3,6-5,2 Jt/ul
Hematokrit 30.3 Lk: 40-52 : pr: 35-47 Vol%
Trombosit 235.00 150.000-450.000 /ul
PCT 0 0,100-0,500 %
MCV 0.220 80-100 Fl
MCH 74.4 26-34 Pg
MCHC 25.1 32,0-36,0 g/dl
RDW 33.7 10,5-17,7 %
MPV 13.8 4,3-11.0 Fl
PDW 9.2 10,0-18,0 %
Basofil 8.8 0-1 %
Eosinopil 0 2-4 %
Batang 1 2-5 %
Segmen 0 50-70 %
Limfosit 30 25-40 %
Monosit 61 2-8 %
8
(18) Program terapi

Tabel 1.3 program terapi


N Dosis
Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
o dan Rute

Mengembalikan Hypernatremia, 1. Asidosis laktat.


keseimbangan kelainan ginjal, 2. Hiperkalemia.
elektrolit dan kerusakan sel hati, 3. Pembentukan
keseimbangan dan asidosis laktat bekuan darah
500 cairan (clotting) pada
1 Ringer laktat ml/12 pasien dengan
jam/IV transfusi.
4. Alergi, termasuk
pruritus.
5. Reaksi lokal.

mengobati Hypernatremia, 1. Sakit kepala


infeksi bakteri kelainan ginjal, atau pusing
pada berbagai kerusakan sel hati. 2. Mual dan
bagian tubuh, muntah
seperti saluran 3. Kehilangan
1x150 pernapasan, selera makan
2 Azitronisin
mg/oral paru-paru, 4. Kelelahan
mata, kulit, 5. Diare
telinga,
tenggorokan,
amandel, dan
alat kelamin.

3 Iprox 3x7,5 Obat ini dapat Penderita dengan 1. Pusing,


ml/oral digunakan riwayat 2. sakit kepala
untuk Nyeri hipersensitif dyspepsia
ringan sampai terhadap Ibuprofen 3. diare
sedang antara dan obat anti 4. mual
lain nyeri pada inflamasi non 5. muntah
penyakit gigi steroid lain 6. nyeri abdomen
atau pencabutan 7. konstipasi
gigi, nyeri 8. hematemesis
pasca bedah, 9. lambung, ruam
sakit kepala,
gejala artritis
reumatoid,
gejala
osteoartritis,
gejala juvenile
artritis
reumatoid,
menurunkan
demam pada
anak.

Digunakan riwayat alergi 1. meningkatnya


untuk terhadap kadar asam
mencegah kandungan obat urat
gangguan ini;asam urat; 2. sembelit
perdarahan 3. ruam atau
mempunyai gatal-gatal
Laprosin
penyakit jantung pada kulit
bekerja
yang sedang 4. insomnia
menstimulasi
1x90 mg mendapat terapi
4 Laprosin proses imun 5. nyeri perut
driv RL digitalis; serta
terhadap infeksi 6. mual, dan
virus, seperti ibu hamil dan diare.
flu, cacar, menyusui.
campak, herpes,
dan parotitis
(peradangan
pada kelenjar
ludah).

obat yang Tidak boleh Reaksi alergi parah


digunakan digunakan oleh (anafilaksis), Sesak
untuk pasien yang telah nafas, Gatal, Ruam
mengatasi nyeri diketahui memiliki
3x0,18 akut atau kronik alergi terhadap Angioedema berat
5 Santagesik atau bronkospasme,
mg/IV berat. kandungan obat
Santagesik. Aritmia kordis,

Tekanan darah
rendah.
1.2. Analisa data post op

Tabel 1.4 analisa data post op

No Data Etiologi Masalah

1 Ds. Agen pencedera Nyeri akut


1) Ibu dari An.”S” mengatakan fisiologis
anaknya mengeluh nyeri saat
menelan, skala : 7 (0-10).

DO.

1) An.”J” tampak meringis saat


menelan
2) Tampak pembengkakan pada
tonsil
3) An.”J” tampak cemas

1 Ds. Ketidakmampuan Resiko defisit


1) An.”J” mengatakan nyeri jika menelan makanan nutrisi
menelan
2) Ibu dari An.”J” mengatakan saat
sakit anak hanya makan 5-6
sendok saja

Do.

1) An.”J” tampak meringis saat


menelan
2) BB sebelum dan sesudah sakit :
39 Kg (belum terjadi penurunan
BB)

3 Ds. Kurang terpapar Defisit pengetahuan


1) Ibu dari An.”J” mengatakan tidak informasi
tahu tentang penyakit yang di
derita anak nya

Do.

1) Ibu dari An.”J” tampak selalu


menanyakan tentang penyakit
anak nya

1) Diagnosa Keperawatan Post Op

(a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(b) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan proses penyakit

(c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

1.3. Rencana Keperawatan Post Op

Tabel 1.5 rencana keperawatan

N Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana keperawatan


o

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pemberian analgesik


dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24 I.08243
fisiologis dibuktikan jam, di dapatkan tingkat Observasi
dengan : nyeri menurun, dengan 1) Identifikasi
kriteria hasil : karakteristik nyeri
Ds. 1) Keluhan nyeri 2) identifikasi skala
1) Ibu dari An.”S” menurun nyeri
mengatakan Target : S : 2 (0-10) 3) Identifikasi riwayat
anaknya 2) Meringis menurun alergi obat
mengeluh nyeri 3) Sikap protektif 4) Monitor efektifitas
saat menelan, penggunaan
skala : 7 (0-10). analgetik
Terapeutik

DO. 5) Berikan tekhnik non


farmakologis untuk
1) An.”J” tampak meredakan nyeri
meringis saat (nafas dalam)
menelan
2) Tampak Kolaborasi
pembengkakan
pada tonsil 6) Kolaborasi
3) An.”J” tampak pemberian Iprox
cemas 3x7,5 ml/oral

2 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi


b.d ketidakmampuan keperawatan selama 24 jam
menelan Ketidakmampuan menelan I.03119
makanan membaik : Observasi
dibuktikan dengan :
1) Porsi makan yang 1) Monitor asupan
dihabiskan meningkat makanan
Ds. 2) Nafsu makan
1) An.”J” meningkat Teraupetik
mengatakan 2) Lakukan oral
nyeri jika hygiene sebelum
menelan makan
2) Ibu dari An.”J” 3) Ajarkan posisi
mengatakan saat duduk saat makan
sakit anak hanya
makan 5-6 Kolaborasi
sendok saja
4) Kolaborasi dengan
Do. ahli gizi untuk
memberikan suhu
1) An.”J” tampak dan tekstur
meringis saat makanan dengan
menelan sesuai
2) BB sebelum dan
sesudah sakit : 39
Kg (belum terjadi
penurunan BB)

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan.


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
kurang terpapar jam, di dapatkan tingkat I.12383
informasi dibuktikan pengetahuan meningkat Observasi
dengan. dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi tingkat
1) Pertanyaan tentang pengetahuan tentang
masalah yang dihadapi penyakit
Ds. menurun. 2) Identifikasi kesiapa
1) Ibu dari 2) persepsi yang keliru menerima informasi
An.”J” terhadap masalah
mengatakan menurun. Teurapetik
tidak tahu Perilaku membaik.
3) Sediakan materi dan
tentang media penkes
penyakit yang 4) Jadwalkan penkes
di derita anak 5) Menjelaskan penkes
nya sesuai dengan masalah.
6) Berikan kesempatan
untuk bertanya
Do.

2) Ibu dari
An.”J” tampak
selalu
menanyakan
tentang
penyakit anak
nya

1.4.Implementasi Keperawatan

Tabel 1.6 implementasi keperawatan

Tangga Tindakan Keperawatan Paraf Evaluasi Paraf


l dan
waktu

11 Nyeri Akut Berhubungan Dengan S:


Agustu Agen Pencedera Fisik.
s 2023 - An.”J” mengatakan
1) Mengidentifikasi nyeri nya masih
08.00 karakteristik nyeri terasa, tapi nyeri nya
terasa membaik
RS : dibanding hari
kemarin, skala : 6
- An.”J” mengatakan nyeri (0-10)
seperti ditusuk-tusuk,
nyeri terasa bila sedang O:
menelan
- Ibu dari An.”J” - An.”J” tampak
mengatakan anaknya masih meringis
selalu meringis jika sedang kesakitan saat
menelan sesuatu menelan
A:
Ro : - Masalah nyeri akut
belum teratasi
- An.”J” tampak meringis
08.15
saat menelan P:

2) Mengidentifikasi skala - Lanjutkan intervensi


nyeri no :
1) Identifikasi
RS : karakteristik
nyeri
- An.”J” mengatakan skala 2) Identifikasi
08.25 nyeri nya 7 (0-10) skala nyeri
Ro : 3) Anjurkan
tekhnik non
- An.”J” tampak meringis farmakologis
(nafas dalam)
3) Mengidentifikasi riwayat 4) Memberikan
alergi obat obat sesuai
intruksi
RS :
dokter (Iprox
- Ibu dari An.”J” 3x7,5
08.30 ml/oral)
mengatakan anaknya tidak
mempunyai alergi obat
apapun

Ro :

- -

4) Memberikan tekhnik non


farmakologis untuk
meredakan nyeri (nafas
dalam)

RS :

- Ibu dari An.”J”


12,00 mengatakan bersedia
diberikan anaknya di ajari
tekhnik nafas dalam

Ro :

- An.”J” tampak bisa


mempelajari tekhnik nafas
dalam dengan bantuan
perawat dan keluarga

12.25
5) Memberikan obat sesuai
intruksi dokter (Iprox
3x7,5 ml/oral)

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan bersedia
anaknya diberikan obat

Ro :

- Obat diberikan pada


13.30 An.”J” dengan prinsip 5
benar

6) Memonitor efektifitas
penggunaan analgetik

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan nyeri menelan
anaknya membaik saat
setelah diberikan obat

Ro :

- An.”J” tampak berbaring


dengan rileks, tidak ada
tanda-tanda alergi obat

Evaluasi

RS :

- An.”J” mengatakan nyeri


nya masih terasa, tapi
nyeri nya terasa membaik
dibanding hari kemarin,
skala : 5 (0-10)

Ro :

- An.”J” masih meringis


kesakitan saat menelan
11 Resiko defisit nutrisi berhubungan S:
Agustu ketidakmampuan menelan
s 2023 makanan - Ibu dari An.”J”
mengatakan
08.00 anaknya sudah
menghabiskan satu
1) Memonitor asupan pursi makanan
makanan walaupun secara
RS : perlahan

- Ibu dari An.”J” O:


mengatakan anaknya - An.”J” tampak
mengeluh nyeri menelan menghabiskan
bila makan hanya 5-6 makanan yang
sendok saja dihabiskan
- An.”J” mengatakan nyeri
bila menelan A:

Ro : - Masalah resiko
defisit nutrisi
- An.”J” tampak meringis teratasi sebagian
bila menelan
08.25 - An.”J” tampak tidak selalu P:
menghabiskan makanan
nya - Lanjutkan semua
intervensi

2) Melakukan oral hygiene


sebelum makan

RS :

- Ibu dari An.”J”


11.48
mengatakan bersedia anak
nya dilakukan gosok gigi

Ro :

- An.”J” diberikan oral


hygiene

3) Mengjarkan posisi duduk


11.50 saat makan

RS :

- An.”J” mengatakan
mengerti apa yang di
ajarkan

Ro :

- An.”J” tampak mengerti


apa yang di ajarkan
13.30

4) Bekolaborasi dengan ahli


gizi untuk memberikan
suhu (hangat) dan tekstur
(lembek/bubur)
makanan dengan sesuai

RS :

- -

Ro :

- Memberikan makanan
pada An.”J”

Evaluasi

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan anaknya
sudah menghabiskan satu
porsi makanan walaupun
secara perlahan

Ro :

- An.”J” tampak
menghabiskan makanan
yang dihabiskan

11 Defisit Pengetahuan Berhubungan S:


Agustu Dengan Kurang Terpapar
s 2023 Informasi : - Ibu dari An.”J”
mengatakan
07.30 1) Mengidentifikasi tingkat sekarang sudah tau
pengetahuan tentang penyakit tentang penyakit
yang di hadapi yang dialami
anaknya.
Rs :
O:
- Ibu dari An.”J”
mengatakan tidak - Ibu dari An.”J”
mengetahui tentang tampak mengerti
penyakitnya. tentang materi
penkes, Ibu dari
Ro : An.”J” dapat
menjawab
- Ibu dari An.”J” tampak pertanyaan perawat
selalu bertanya tentang seputar penkes yang
07.50
penyakit nya. tadi di sampaikan

2) Menyediakan materi dan A:


media penkes
- Masalah defisit
RS : pengetahuan teratasi

- - P:
10.00
Ro : - Akhiri intervensi

- Media penkes di siapkan


(SAP dan Leaflet)

3) Menjadwalkan penkes

RS :

- Pasien mengatakan
bersedia diberikan penkes
pada jam yang sudah
ditentukan perawat
10.18

Ro :

- Melakukan kontrak waktu


dengan Ibu dari An.”J”
untuk melakukan penkes

4) Mengidentifikasi
kesiapan menerima
informasi
10.25 RS :

- Ibu dari An.”J”


mengetakan siap diberikan
penkes

Ro :

- Ibu dari An.”J” tampak


siap

5) Menjelaskan penkes
10.40
sesuai dengan masalah
(Tonsilitis)

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengetakan siap diberikan
penkes

Ro :

- Penkes dilakukan

10.55
6) Memberikan kesempatan
untuk bertanya

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan tidak ada
pertanyaan
Ro :

- Ibu dari An.”J” tampak


tidak bertanya, Ibu dari
An.”J” dapat menjawab
pertanyaan perawat
seputar penkes yang sudah
di sampaikan

Evaluasi

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan sekarang
sudah tau tentang penyakit
yang di alami nya

Ro :

- Ibu dari An.”J” tampak


mengerti tentang materi
penkes, Ibu dari An.”J”
dapat menjawab
pertanyaan perawat
seputar penkes yang tadi
di sampaikan
Tabel 1.7 implementasi keperawatan
Tangga
l dan Tindakan Keperawatan Paraf Evaluasi Paraf
waktu

12 Nyeri Akut Berhubungan Dengan S:


Agustu Agen Pencedera Fisik.
s 2023 - An.”J” mengatakan
1) Mengidentifikasi nyeri nya sudah
08.00 karakteristik nyeri sangat membaik,
tidak begitu terasa
RS : nyeri seperti hari
kemarin, skala : 3
- An.”J” mengatakan nyeri (0-10)
nya sudah sangat membaik - Ibu dari An.”J”
- Ibu dari An.”J” mengatakan
mengatakan anaknya anaknya sudah tidak
sudah tidak terlalu nyeri terlalu kesakitan bila
bila menelan menelan tidak
Ro : seperti hari-hari
kemarin anak nya
- An.”J” sedikit meringis selalu kesakitan bila
08.15
saat menelan menelan

2) Mengidentifikasi skala O:
nyeri - An.”J” masih
RS : tampak tidak terlalu
meringis saat
- An.”J” mengatakan skala
nyeri nya 3 (0-10) menelan
08.25
Ro : A:

- An.”J” tampak sedikit - Masalah nyeri akut


meringis teratasi

P:

3) Menganjurkan tekhnik non - intervensi


farmakologis untuk dihentikan
meredakan nyeri (nafas
dalam)

RS :

12,00 - Ibu dari An.”J”


mengatakan mengerti apa
yang di anjurkan

Ro :

- Ibu dari An.”J” tampak


mengerti apa yang di
anjurkan

4) Memberikan obat sesuai


intruksi dokter (Iprox
13.30
3x7,5 ml/oral)

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan bersedia
anaknya diberikan obat

Ro :

- Obat diberikan pada


An.”J” dengan prinsip 5
benar
-

Evaluasi

RS :

- An.”J” mengatakan nyeri


nya sudah sangat
membaik, tidak begitu
terasa nyeri seperti hari
kemarin, skala : 3 (0-10)
- Ibu dari An.”J”
mengatakan anaknya
sudah tidak terlalu
kesakitan bila menelan
tidak seperti hari-hari
kemarin anak nya selalu
kesakitan bila menelan
Ro :

- An.”J” masih tampak tidak


terlalu meringis saat
menelan

12 Resiko defisit nutrisi berhubungan S:


Agustu ketidakmampuan menelan
s 2023 makanan - Ibu dari An.”J”
mengatakan
08.00 anaknya sudah
menghabiskan satu
1) Memonitor asupan porsi makanan yang
makanan diberikan dari RS
RS : -

- Ibu dari An.”J” O:


mengatakan anaknya
- An.”J” tampak
sudah menghabiskan satu
menghabiskan 1
porsi makanan
porsi makanan.
- An.”J” mengatakan sudah
menghabiskan makanan A:
yang diberikan daris RS.
- Resiko defisit nutrisi
Ro : teratasi

08.25 - An.”J” tampak P:


menghabiskan 1 porsi
makanan - intervensi
dihentikan

2) Menganjurkan oral
hygiene sebelum makan

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan mengerti apa
11.48
yang di anjurkan

Ro :

- Ibu dari An.”J” tampak


mengerti apa yang di
anjurkan

3) Menganjurkan posisi
duduk saat makan

RS :
11.50 - Ibu dari An.”J”
mengatakan mengerti apa
yang di anjurkan

Ro :

- Ibu dari An.”J” tampak


mengerti apa yang di
anjurkan

13.30

4) Bekolaborasi dengan ahli


gizi untuk memberikan
suhu (hangat) dan tekstur
(lembek/bubur)
makanan dengan sesuai

RS :

- -

Ro :

- Memberikan makanan
pada An.”J”

Evaluasi

RS :

- Ibu dari An.”J”


mengatakan anaknya
sudah menghabiskan satu
porsi makanan yang
diberikan dari RS
-

Ro :

- An.”J” tampak
menghabiskan 1 porsi
makanan.

Anda mungkin juga menyukai