Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


TONSILITIS DI RUANG MATA THT RSUD Dr.R.SOEDJONO SELONG
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

OLEH:
NINING ATMAWATI
032001D17020

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


DINAS KESEHATAN
AKADEMI PERAWAT KESEHATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Mengetahui
KepalaRuangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
TONSILITIS DI RUANG MATA THT RSUD Dr.R.SOEDJONO SELONG

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN TONSILITIS
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung
sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang
berulang.Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan
akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar
akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa,
bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau
oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi
(Harnawatiaj, 2006).
2. KLASIFIKASI
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
a. Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
b. Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
c. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
d. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan
berwarna putih kekuning-kuningan.
e. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat
dan hygiene mulut yang buruk.
3. ETIOLOGI
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
a. Pneumococcus
b. Staphilococcus
c. Haemalphilus influenza
d. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
e. Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
f. Streptococcus B hemoliticus grup A
g. Streptococcus viridens
h. Streptococcus pyogenes
i. Staphilococcus
j. Pneumococcus
k. Virus
l. Adenovirus
m. ECHO
n. Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus
atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan
mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa
dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.
4. PATHOFISIOLOGI
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis
lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis
lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
5. PATHWAY KEPERAWATAN

Edukasi post op

Resiko syok
6. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Persarafan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar
dan terisi detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. Letargi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (sakit saat menelan)
12. Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :


1. Rasa gatal / kering di tenggorokan
2. Lesu
3. Nyeri sendi
4. Odinafagia
5. Anoreksia
6. Otalgia
7. Suara serak (bila laring terkena)
8. Tonsil membengkak
Menurut Smelizer, Suzanne (2000)

Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) :
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat
menelan, kadang-kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan,kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar
nanah pada lekukan tonsil.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
menurut Firman S (2006), yaitu:
a. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam
renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
b. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
c. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
8. KOMPLIKSI
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam
sel-sel mastoid.
d. Laringitis
e .Sinusitis
f. Rhinitis

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
d. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
e. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
f. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari
jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah.
Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam
ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang
berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada
dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
1) Bubur
2) Memberikan cairan bila muntah telah reda
3) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari ada kepingan kecil).
4) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
c. Menawarkan makanan
1) Es crem vanila, crustard dingin, sup krim, dan jus,air dingin.
2) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahan.
3) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu
selama 1 minggu.
d. Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
1) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
2) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
3) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
4) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
e. Mengajari pasien mengenal hal berikut
1) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung
segera selama 1-2 minggu.
2) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
3) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TONSILITIS
1.
a) Identitas (Data Biografi)
b) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan utama
P : Biasanya nyeri merasakan nyeri saat menelan
Q : sakitnya seperti tersayat-sayat
R : sakitnya dibagian tenggorkan
S : skala sakitnya (5 dari 1-10)
T : pada saat menelan makanan
(2) Riwayat kesehatan sekarang.
Biasanya klien mengeluh nyeri pada saat menelan makanan
(3) Riwayat penyakit dahulu.
(4) Riwayat penyakit keluarga.
c) Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan.
Biasanya klien mengetahui tentang penyebab penyakit yang di deritanya.
Sebelum sakit klien bisa melakukan perawatan diri sendiri namun selama sakit
klien mengalami penurunan dalam pemeliharaan kesehatan, dan bergantung pada
orang lain.
2. Pola nutrisi dan metabolic.
3. Pola eliminasi.
4. Pola aktivitas dan latihan.
5. Pola istirahat dan tidur.
6. Pola kognitif dan persepsi.
Biasanya adanya kekhawatiran karena adanya nyeri pada saat menelan
7. Pola persepsi dan konsep diri..
8. Pola peran dan hubungan.
Biasanya gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bisa menyesuaikan tidak
akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
9. Pola seksualitas dan produksi.
10. Pola koping dan toleransi stress.
Biasanya mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi
labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
11. Pola nilai dan keyakinan.
Biasanya tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang
dianut oleh individu tersebut.
d) Pemeriksaan Fisik
1. TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu )
a. Suhu biasanya meningkat (normal : 36-37 0C)
Oral : dikatakan normal apabila suhu tubuh 37,0°C
Rectal : dikatakan normal apabila suhu 37,5°C
Aksila : dikatakan normal apabila suhu 36,7°C
Esophagus : dikatakn normal apabila suhu 37,3°C
b. Nadi biasanya normal : 80-100x/menit
c. RR biasanya normal : 16-24 x/m
Keadaan umum : Biasanya lemas
Kesadaran : Biasanya Komposmetis
d. Tekanan darah biasanya normal : sistolik = 90-120 dan diastolic = 60-
79 mmHg
2. Head To Toe
a. Pemeriksaan kepala dan leher:
1) Kepala dan rambut
(a) Tulang tengkorak
Inspeksi : ukuran cranium, deformitas, benjolan. Pembesaran
kepala pada hidrosefalus.
Palpasi : keseluruhan kepala, adakah nyeri tekan.
(b) Wajah
Perhatikan ekspresi wajah dan konturnya.
Perhatikan keadaan asimetris, edema, dan massa
(c) Rambut
Inspeksi: kuantitas, distribusi, tekstur, ketombe atau kutu.
Rambut yg halus èhipertiroidisme
Rambut kasarèhipotiroidisme
(d) Kulit kepala
Apakah ada skuama, benjolan, nevus, atau lesi
Kemerahan & skuama ditemukan pd dermatitis seboroika.
2) Mata (penglihatan):
(a) Inspeksi
 Amati letak kesimetrisan mata, gerakan mata, lapang
pandang, & visus
 Amati kelopak mata (palpebra)èLebar fisura palpebra, edema,
warna, lesi, keadaan & arah bulu mata, kemampuan
mengatup.
 Amati konjungtivaèwarna (anemis, ikterik,merah), infeksi,
atau pus
 Amati skeleraèwarna (ikterik, merah)
 Amati warna iris, ukuran & bentuk pupil.
 Amati reaksi pupil thdp cahaya. N= isokor. Bila mengecil
disebut miosis, melebar disebut midriasis, sangat kecil
disebut pin point.
 Amati kornea dan lensa. Perhatikan kekeruhan.
 Inspeksi gerakan mata : amati adakah nistagmus, strabismus ;
cek fungsi 6 otot mata.
(b) Palpasi
 Tekanan bola mata : (intraokuler)èTonometer.
 Pemeriksaan dengan oftalmoskop.
3) Hidung (penciuman)
(a) Inspeksi :
 Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung.
 Tidak terdapat jaringan parut dalam hidung.
 Tidak terdapat deviasi septum.
 Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung.
 Tidak tampak udem mukosa.
 Mukosa hidung hiperemis.
 Terdapat secret.
(b) Palpasi :
 Tidak terdapat nyeri tekan.
 Tidak ada krepitasi.
4) Telinga (pendengaran)
(a) Inspeksi
 Pinna : ukuran, bentuk, warna, lesi, ada massa.
 Canalis : bersih, serumen ,nanah.
 Reflek cahaya politzer : tarik daun telinga ke atas & belakang
(dewasa); ke bawah (anak-anak)èmembran timpani utuh atau
tidak.
(b) Palpasi
 jaringan lunak, jaringan keras, tulang mastoid. Bila ada
peradangan akn terasa nyeri.
 Tes pendengaran Garpu Tala: Rinne, Webber.
5) Mulut dan gigi
(a) Inspeksi
 Bau mulut, stomatitis/ radang mukosa, kelembaban
 Gigi : sisa makanan, karang, caries, gigi palsu/tdk
 Lidah : lurus, warna, ulkus, kebersihan
 Selaput Lendir : warna, bengkak, tumor, sekresi, ulkus,
berdarah
 Faring : radang
 Tonsil : ukuran
 Uvula: simetris
6) Tenggorokan :
(a) Inspeksi :
 Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran
peta.
 Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).
 Ovula : tidak ada kelainan.
 Tonsil : membesar, tidak hiperemis.
 Detritus (-)
(b) Palpasi :
 Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)
7) Leher
(a) Inspeksi
 Lihat Bentuk, warna, bengkak, massa, jaringan parut pada
leher pasien.
(b) Palpasi
 Raba pada nodul kelenjar limfe, vena jugularis, kelenjar
tiroid.
 Pemeriksaan kaku kuduk/ tengkuk ciri adanya rangsang
/iritasi meningeal akibat perdarahan/ peradangan sub
arachnoid.
3. Pemeriksaan Thoraxs/dada
a) Pemeriksaan paru
 Inspeksi : Bentuk dinding dada simetris, tidak ada retraksi atau
tidak ada lesi dan tanda sulit bernafas.
 Palpasi : Bentuk normalnya tidak ada kreptasi, tidak ada nyeri
tekan, vocal fremitus kanan dan kiri sama.
 Perkusi : Tidak ada pembesaran dinding dada sonor pada
kedua lapang paru
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler atau tidak, suara nafas tambahan
tidak ada, ronci (-), wheezing (-)
b) Pemeriksaan jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
3) Perkusi :
 Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra
 Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra
 Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra
 Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra
 Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada
Bunyi jantung dan tidak ada murmur.
c) Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi : Bentuk flat dan simetris, adanya distensi abdominal
2) Auskultasi : Peningkatan bising usus (>20x/mnt)
3) Palpasi : Terdapat nyeri tekan, adanya massa terutama pada
abdomen kuadran kanan bawah teraba agak kaku, tidak ada
pembesaran hepar dll.
4) Perkusi : Terdapat bunyi pekak.
a. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita
dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
2) Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
3) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3) Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.
2. INTERVENSI
a) Pre Operasi
No Diagnose Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Keperawatan
(1) (2) (3) (4)
1. Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri NIC : Menejemen Nyeri
berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan Intervensi :
pembengkakan tindakan keperawatan manejemen 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan tonsil. nyeri selama 3 x 24 jam komprehensif termasuk lokasi,
diharapkan tidak ada masalah karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dalam nyeri dengan skala 4 dan faktor presipitasi.
sehingga nyeri dapat hilang atau 2. Ajarkan teknik non farmakologi
berkurang dengan distraksi / latihan nafas dalam.
Kriteria hasil : 3. Berikan analgesik yang sesuai.
a. Mengenali faktor penyebab. 4. Observasi reaksi non verbal dari
b. Mengenali serangan nyeri. ketidanyamanan.
c. Tindakan pertolongan non 5. Anjurkan pasien untuk istirahat.
analgetik
d. Mengenali gejala nyeri
e. Melaporkan kontrol nyeri
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada

2. Cemas berhubungan NOC : Kontrol Cemas NIC : Pengurangan Cemas


dengan rasa tidak Tujuan : Setelah dilakukan 1. Sediakan informasi yang
nyaman tindakan keperawatan sesungguhnya meliputi diagnosis,
pengurangan cemas selama 3 x 24 treatmen dan prognosis.
jam diharapkan tidak ada masalah 2. Tenangkan anak / pasien.
dengan kecemasan dengan skala 4 3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi
sehingga rasa cemas dapat hilang fisik pada tingkat
atau berkurang kecemasan. (takhikardi, eskpresi cemas
Kriteria hasil : non verbal)
a. Ansietas berkurang 4. Berikan pengobatan untuk
b. Monitor intensitas kecemasan menurunkan cemas dengan cara yang
c. Mencari informasi untuk tepat.
menurunkan kecemasn 5. Instruksikan pasien untuk melakukan
d. Memanifestasi perilaku akibat teknik relaksasi
kecemasan tidak ada
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
(1) (2) (3) (4)
3. Hipertermi NOC : Termoregulasi NIC : Fever Treatment
berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering mungkin
proses penyakit tindakan keperawatan fever 2. Monitor warna, dan suhu kulit
treatment selama 3 x 24 jam 3. Monitor tekanan darah, nadi, dan
diharapkan tidak ada masalah pernafasan.
dalam suhu tubuh dengan skala 4 4. Monitor intake dan output
sehingga suhu tubuh kembali 5. Berikan pengobatan untuk mengatasi
normal atau turun. penyebab demam.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang
normal
b. Suhu kulit dalam batas normal
c. Nadi dan pernafasan dalam
batas normal.
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

b) Post operasi
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Keperawatan
(1) (2) (3) (4)
1. Nyeri akut NOC : Level Nyeri NIC : Menejemen Nyeri
berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan Intervensi :
insisi bedah, tindakan keperawatan manejemen 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
diskontinuitas nyeri selama 3 x 24 jam komprehensif termasuk lokasi,
jaringan. diharapkan tidak ada masalah karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
tentang nyeri dengan skala 4 dan faktor presipitasi.
sehingga nyeri dapat hilang atau 2. Ajarkan teknik non farmakologi
berkurang dengan distraksi / latihan nafas dalam.
Kriteria hasil : 3. Berikan analgesik yang sesuai.
a. Melaporkan nyeri 4. Observasi reaksi non verbal dari
b. Frekuensi nyeri. ketidanyamanan.
c. Lamanya nyeri 5. Tingkatkan istirahat pasien.
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

2. Resiko infeksi NOC: Kontrol Infeksi NIC: Kontrol Infeksi


berhubungan dengan Tujuan: Setelah dilakukan a. Ajarkan teknik mencuci tangan
prosedur infasif. tindakan keperawatan kontrol dengan benar.
infeksi selama 3 x 24 jam b. Gunakan sabun anti mikroba untuk
diharapkan tidak ada infeksi cuci tangan.
dengan skala 4 sehingga resiko c. Lakukan perawatan aseptik pada
infeksi tidak terjadi semua jalur IV.
Kriteria hasil: d. Lakukan teknik perawatan luka yang
a. Dapat memonitor faktor resiko tepat.
b. Dapat memonitor perilaku
individu yang menjadi faktor
resiko
(1) (2) (3) (4)

c. Mengembangkan keefektifan
strategi untuk mengendalikan
infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi faktor resiko.
Keterangan Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

3. Kurang pengetahuan Tujuan: Setelah dilakukan NIC : Pengajaran Pengobatan


berhubungan dengan tindakan keperawatan pengajaran 1. Jelaskan kepada anak dan orang tua
kurang mengenal pengobatan selama 3 x 24 jam tentang tujuan obat.
informasi. diharapkan tidak ada masalah 2. Informasikan kepada anak akibat
dengan kurang pengetahuan tidak minum obat.
dengan skala 4 sehingga 3. Ajarkan anak untuk minum obat
pengetahuan pasien dan keluarga sesuai dnegan dosis.
dapat bertambah 4. Informasikan kepada anak dan
NOC : Knowledge: Diet keluarga tentang efek samping
a. Menyebutkan keuntungan dan
diet yang
b. Menyebutkan makanan-
makanan yang diperbolehkan
c. Menyebutkan makanan-
makanan yang dilarang.
Ket: 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya
secara kompleks
DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.


Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.
Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
http://www.medicastore.com diakses tanggal 12 Juni 2008.
http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 12 Juni 2008.
http://imammegantara.blogspot.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

Anda mungkin juga menyukai