Anda di halaman 1dari 85

PERMASALAHAN DAN

PENATALAKSANAAN KESEHATAN
ANAK DI NTB

Disampaikan Oleh : dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A. MPH


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB.
Pada ;Rangkaian Kegiatan Pelantikan Pengurus Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI) Provinsi NTB
Dengan Tema : Peran Perawat Anak Dalam Mewujudkan Generasi Bebas Stunting Menuju NTB Gemilang
Hotel Madani, 4 Januari 2020
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Target:
Komitmen 2.1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses
Global pangan yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang,
khususnya masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi, di
Goals sepanjang tahun.
2.2. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi,
termasuk mencapai target internasional 2025 untuk
penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi
kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan
menyusui, serta lansia.
3.1. Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah
70 per 100.000 kelahiran hidup
3.2. Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
17 Goals → 169 target dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan
Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH
2
MENYIAPKAN GENERASI EMAS UNTUK BONUS DEMOGRAFI
BONUS Ledakan penduduk USIA
Tahun 2020- PRODUKTIF/potensial/kerja :
DEMOGRAFI
2035 70 % dari total jumlah
penduduk

menentukan
peluang Indonesia menjadi
NEGARA MAJU
Bonus Demografi
Berkah? ><Bencana?

Kesempatan menyiapkan SDM Berkualitas Indeks Pembangunan Manusia


meningkat
3
PROYEKSI PENDUDUK
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010

20 tahun
kemudian

Tingginya Usia Produktif:


1. Intelektual rendah
Pada usia Balita : 2. Generasi lemah Beban Ganda Ekonomi :
1. Sering sakit 3. Generasi yang tidak 1. Lambatnya Pertumbuhan
berberdaya saing Ekonomi Daerah
2. Menderita kurang gizi, pendek dan kurus
4. Produktifitas rendah 2. Meningkatnya Kemiskinan
3. Lingkungan tidak Higiens 5. Pengangguran bertambah
4
JUMLAH KASUS KEMATIAN BAYI DAN ANAK BALITA
DI NTB (2016-2018)

Kematian Bayi Kematian Anak Balita


1006
75
953
55
866 42

2016 2017 2018 2016 2017 2018


BBLR
Asfiksia
Pneumonia
Ikterus
Tetanus
Diare
21%
34% Sepsis 28% Malaria
Diare
48% Campak
Malaria
10% Kelainan Syaraf 5% Demam
Demam Difteri
9% TB 0% 0%
Gizi Buruk
0% 18% Pneumonia 12% 7%
2% Kelainan Bawaan 0% Lain2
0% 3% 0%1% 0% 2% Lain2
ANATOMI KEMATIAN BAYI
Sumber:
1. SDKI 2012-2013 Riskedas 2013
• Intervensi efektif 2. Riskesdas 2007
✓ Ketersediaan & kualitas nakes 3. HSR Report : MCH (Bappenas 2014)
4. Badan Litbangkes, Lap Studi COD 2013
✓ Sarana/prasarana/alat
✓ Tata laksana & imunisasi
✓ Kesehatan Lingkungan Faktor ibu terhadap
kematian bayi 0-6 hari
(Riskesdas 2007)

6
• Fokus pada
Kematian Neonatal
• Intervensi efektif pada kesehatan
Kematian neonatal (19/1.000 kh = 60% AKB) Kematian post-neonatal dan gizi bumil & remaja

Kematian bayi (32/1.000 kh)


ANATOMI KEMATIAN BAYI
Karakteristik Sosial Ekonomi (SDKI 2012-13) Karakteristik Demografi (SDKI 2012-13)

• Penduduk miskin & Perdesaan


✓ Akses terhadap faskes dan
nakes
• KB dan
kespro

7
• Peningkatan
pengetahuan

• Gizi bumil
/bayi
PERKEMBANGAN BALITA

8
Persentase Wanita Usia Subur Resiko Kurang Energi Kronis (2017)

30

25 24.3

20 19.1
17.1 16.4
16.1
14.2 15.1
15 13.6
12.2
9.6 9.4
10

0
Kota Lombok Lombok Lombok Lombok KSB Sumbawa Dompu Bima Kota NTB
Mataram Barat Utara Tengah Timur Bima

9
STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEKS TB/U (2018)

35
30.9 KOTA MATARAM
30 LOMBOK BARAT
LOMBOK UTARA
25
21.6 LOMBOK TENGAH
20.6
19.5 LOMBOK TIMUR
20 18 18.5
SUMBAWA BARAT
14.6
15 SUMBAWA
10.5 11.4
10.3 DOMPU
10
BIMA
5 KOTA BIMA
0.6 NTB
0
PERSENTASE SANGAT PENDEK + PENDEK ANAK SEKOLAH DAN REMAJA
UMUR 5 – 12 TAHUN BERDASARKAN INDEKS TB/U
MENURUT PROVINSI, 2017
SENSUS 2010
USIA 5 – 14 TAHUN
JUMLAH 45 JUTA

BAGAIMANA
KUALITAS
KOGNITIFNYA??
INVESTASI
ATAUKAH BEBAN
??

Nasional : Sangat Pendek 8,3%, Pendek 19,4% Kurang lebih


4 juta anak Pendek
11
PERSENTASE REMAJA PUTERI UMUR 12 – 18 TAHUN
BERISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) BERDASARKAN LILA,
MENURUT PROVINSI, 2017

Sensus Penduduk, data 2017


Usia 10 – 19 tahun, 32 % ATAU SEKITAR
Sebanyak 21 juta orang 6 JUTA REMAJA PUTERI
KEK

CALON IBU
YG AKAN MELAHIR
KAN BAYI

12
KEPEMILIKAN BUKU KIA
120 107.7
103.1 105.7 105.3 100.9 101.4 102.9
100
100 91
81.3
80 70.3
60
40
20
0
BALITA MEMILIKI KMS (2018)
100.5
100.1 100 100
100 99.9 99.9
99.7 99.7
99.4 99.5 99.4
99.5
99
98.5 98.3
98
97.5
97
Persentase Puskesmas (Ketersediaan Kegiatan Program Bayi dan Anak)

Jumlah Manajemen
No Kabupaten/Kota MTBS Kelas Ibu Balita SDIDTK
Puskesmas Asfiksia

1 Kota Mataram 11 80 97 11 11
2 Lombok Barat 17 81 98 17 17
3 Lombok Utara 8 64 98 8 8
4 Lombok Tengah 28 126 70 25 25
5 Lombok Timur 31 195 88 31 31
6 KSB 9 0 82 9 9
7 Sumbawa 25 130 95 25 25
8 Dompu 9 41 97 9 9
9 Bima 21 141 75 21 21
10 Kota Bima 6 43 72 6 6

15
PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
(RPJMN KESEHATAN 2015-2019)

a. Penurunan AKI & AKB (Kesehatan Ibu & Anak termasuk Imunisasi)
b. Perbaikan Gizi khususnya Stunting
c. Pengendalian Penyakit Menular : HIV/ AIDS, Tuberkulosis & Malaria
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas &
Kanker)

PENDEKATAN
KELUARGA GERMAS

16
PROGRAM KESEHATAN KELUARGA
DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAN
HULU → HILIR
• Penjaringan kes. Peserta didik •Penjaringan kes. peserta didik
• Kespro remaja •BIAS, UKS
• Konseling: Gizi HIV/AIDS,NAPZA dll •PMT-AS
• Pemberian Tablet
tambah darah
Anak SD
PUS & WUS
Balita
• Konseling Kespro
• Pelayanan KB Anak SMP/A & remaja
• KIE Kespro Catin • Pemantauan
• PKRT pertumbuhan &
perkembangan
Lansia berkualitas • PMT
Bayi
• MTBS

Persalinan, nifas &


neonatal
•ASI eksklusif
• Pelayanan Kes.preventif dan promotif di Pemeriksaan •Imunisasi dasar
kelompok Lansia Kehamilan lengkap
• Pelayanan Kes. Santun Lansia di puskesmas •P4K Mendorong persalinan di Fasyankes • MP-ASI
dan RS •Buku KIA •APN (MAK III) dan KF •Penimbangan
• Peningkatan kualitas Hidup Mandiri (Home •ANC terpadu •IMD, Vit K 1 inj, Imm Hep B •Vit A
care/long term care) •Kelas Ibu Hamil •Rumah Tunggu Kelahiran •MTBS, MTBM
• Perlambatan proses Degeneratif (fisik, kognitif) •Kemitraan Bidan Dukun
•Fe & asam folat
• Peran dalam kes .Keluarga dan masy. •KB pasca persalinan
•PMT ibu hamil
•PONED-PONEK
•TT ibu hamil 17
JENIS PELAYANAN KESEHATAN ANAK (PERMENKES 25 TAHUN 2014)
Anak Usia Sekolah Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan
Perlindungan Kesehatan Anak : dan remaja Remaja :
1. Pel kes korban KtA, anak di 1.PHBS, keterampilan hidup sehat, dan
lapas/rutan, anak terlantar di keterampilan sosial
panti/LKS, anak jalanan /pekerja 2.Pelayanan melalui UKS dan PKPR
anak Balita dan Pelayanan Kes Bayi, Anak balita dan
2. Pel Kes Anak Disabilitas; Prasekolah Apras
3. Pel Kes Anak di DTPK dan 1. Pemberian ASI Eksklusif dan ASI
terisolasi. hingga 2 (dua) tahun
2. MP ASI
3. Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan
Janin Dalam 4. Pemberian Vit A
Pelayanan Kes Janin Dalam Kandungan 5. UPAYA POLA ASUH ANAK
Kandungan Bayi Baru lahir 6. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN,
1. Pemberian KIE asupan gizi (BBL)
PERKEMBANGAN
,PHBS 7. MTBS
Pelayanan kes bayi baru lahir
2. Pemeriksaan ANC
3. Stimulasi fungsi kognitif pada 1.Pel Kes Neonatal Esensial ( IMD, Perawatan Tali Pusat, vitamin K1, Salep
janin mata , Imunisasi HB0, Pemeriksaan fisik, Pemantauan tanda bahaya,
Penanganan asfiksia , metode kanguru pada BBLR, Penanganan BBL sakit dan
kelainan bawaan,
2. Skrining BBL ( Minimal Srining Hipotiroid Kongenital ) 18
3. KIE kepada ibu dan Keluarga
PELAYANAN GIZI SESUAI SIKLUS KEHIDUPAN ~ TERINTEGRASI~ KOLABORASI

UKM: 19
UKK (Usaha Kesehatan Kerja): Anak Usia SMP/A & remaja
Lansia
Deteksi dini penyakit dan norma
sehat dalam bekerja: wujud Germas • Kespro remaja UKM Anak Usia Sekolah
UKS
di tempat kerja
PUS & WUS
• Konseling: Gizi HIV/AIDS,
NAPZA dll
UKS/ M (Usaha Kesehatan
Sekolah/ Madrasah) →
LOGISTIK
• Suplementasi Fe dan Transformasi UKS/ M:
UKM: UKP: Folat merupakan wujud Germas di
• Konseling •
Posbindu Lansia: • Konseling dan Upaya Kes Sekolah institusi sekolah/madrasah/
penanggulangan • Pelayanan
pelayanan gizi Pesantren
KB
PTM, senam lansia
• PKRT
bersama, dll) • Lansia sehat, Anak Usia SD
• UKK
→ integrasi ke bugar,
Rumah Desa Sehat produktif CONTINUUM OF •Penjaringan
•Bulan Imunisasi Anak Sekolah


P4K
Buku KIA CARE •Upaya Kes Sekolah UKS
• ANC terpadu •PMT-AS
ANC Ibu Hamil
• Kelas Ibu Hamil
• ASI eksklusif
•Promosi MJAS di sekolah
• Suplementasi besi
LOGISTIK folat • Imunisasi dasar
lengkap Balita
UKM: UKP: • PMT ibu hamil KEK
• • Pemantauan
Kelas ibu • IMD Suplementasi
POSYAND
hamil, • Vit K 1 inj Kalsium pertumbuhan dan UKM: UKP:
Rumah • Imunisasi Hep B • Penanggulangan perkembangan Posyandu • Pemantauan
Tunggu • Kemitraan kecacingan • PMT/MP-ASI
• Zink untuk
(Penimbangan,
PMT, Imunisasi,
pertumbuhan &
perkembangan
U
Kelahiran Bidan Dukun • TT ibu hamil
PMT Bumil • KB pasca • Rumah tunggu manajemen diare
• Vit A
Pendidikan gizi, • PMT/MP-ASI PAUD
→ integrasi dll) PAUD • Fortifikasi besi dan
TAGB/MTB
persalinan kelahiran
• MTBS (Pendidikan Anak kegiatan suplementasi
ke Rumah • PONED-PONEK
Bayi
S
Desa Sehat • Promosi ASI Usia Dini) (Taburia)
Eksklusif → Integrasi ke • Vit A
• Konseling Rumah Desa
Sehat
• MTBS
• Pemberian obat cacing
LOGISTIK
Menyusui
• Zink untuk manajemen
Ibu Bersalin, 1000 HPK diare
• Imunisasi
Nifas dan Neonatal • PAUD
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
MENENTUKAN MASA DEPAN BANGSA
270 hari masa gestasi + 730 hari pasca anak dilahirkan

❖ Periode kritis dalam pembentukan masa emas (golden


period) bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan
organ tubuh anak yang sehat daan cerdas
❖ terjadi malnutrition pada periode ini akibatnya berjangka
panjang
❖ Perubahan yang terjadi pada 1000 HPK bersifat permanen
20
Mengapa 1000 HPK, Penting?

21
22
DAMPAK STUNTING BAGI KELUARGA DAN NEGARA

Penyebab Multi
DAMPAK BAGI Dimensi
KELUARGA
BALITA
1. GAGAL TUMBUH –
STUNTING (TB/U)
Pendek (TB/U), Kurus MENGHAMBAT
(BB/U) Pembangunan
2. GAGAL KEMBANG – dan Peluang
Gangguan Kognitif, Menjadi
lambat menyerap
pengetahuan, lemah di NEGARA
Riskesdas 2013 →
matematika; Stunting MAJU
(pendek dan deficit 37,2 (9 Juta)
kognitif) PSG 2016 → 27,5
3. GANGGUAN
Masalah Kesehatan
METABOLISME TUBUH – (di atas ambang
potensi untuk terkena batas 20%)
penyakti tidak menular

23
TREN ANGKA KEMATIAN NEONATORUM, BAYI DAN BALITA
INDONESIA, 1991 – 2017 (SDKI 2017)

24
Penyebab kematian neonatal, bayi dan balita
Penyebab utama kematian neonatal adalah:
i) Komplikasi prematuritas (45% kematian neonatus);
ii) Gangguan intrapartum (asphyxia, 21%);
iii) Kelainan kongenital (13%); dan
iv) Infeksi: sepsis, tetanus dan meningitis (11%).
Sumber: WHO/CHERG 2012. Countdown to 2015 report.

Sumber: Riskesdas, 2007


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEMATIAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR Penyebab
di luar
Jangkauan
kesehatan-

Infrastruktur
Energi
Unmet need Transport
Aborsi Keluarga Air bersih
Berencana BUDAYA
yang
tidak aman
Penyebab
tidak
Pertolongan langsung:
persalinan oleh anemia
tidak oleh penyakit,
petugas cacingan
kesehatan dan
terlatih kurang GIZI
PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


27
Balita
b. Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi <Usia 6
Bulan
Pencegahan jangka pendek adalah dengan melakukan IMD, memberikan
ASI Eksklusif, pemantauan pertumbuhan sejak awal kehidupan,
pemeriksaan neonatal esensial menggunakan MTBM (bayi muda 0-2
bulan) dan pemeriksaan balita sakit menggunakan formulir MTBS.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


28
Balita
Faktor risiko gizi buruk bagi bayi < 6 bulan yang sering ditemukan antara lain:

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


01
Bayi lahir sebelum waktunya (preterm/prematur)

02
Penyakit dan kelainan bawaan
03
Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh
kembang bayi dan gangguan kesehatan ibu setelah
04 melahirkan
Upaya pencegahan gizi buruk pada bayi usia < 6 bulan

upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam paket pelayanan


Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


30
Balita
c. Pencegahaan Gizi Buruk pada Balita 6-59 bulan:

Pemberian Makanan Sesuai Rekomendasi


01
Pencegahan Penyakit Infeksi
02
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita 6-59 bulan:

Pembinaan secara aktif pada keluarga dan masyarakat dengan


01 edukasi tentang pola asuh yang benar pada anak

Pemanfaatan pelayanan kesehatan


02
Penapisan kekurangan gizi pada balita: Penimbangan

03 berkala dan pengukuran LILA

Pemantapan peran lintas sektor dalam memberikan

04 dukungan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita


d. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Prinsip pencegahan gizi buruk: menemukan kasus yang


berisiko mengalami gizi buruk

Penemuan balita dengan hambatan pertumbuhan


sedini mungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatan
primer.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
33
Balita
KESALAHAN MENILAI STATUS PERTUMBUHAN

Berat Badan Berat Badan


Bulan Lalu Bulan ini

DIBANDINGKAN

PENILAIAN KADER/ TENAGA


KESEHATAN

ASAL NAIK

34
2. Penyebab Hambatan Pertumbuhan (Growth Faltering)

3 Penyebab Utama

1. Kurangnya asupan makanan (Kuantitas dan


Kualitas)

2. Penyakit Infeksi Akut/Kronis

3. Kelainan / Cacat Bawaan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


Balita 35
Faktor risiko terjadinya hambatan pertumbuhan:
Anak Ibu
• Berat bayi lahir rendah (BBLR) • Ibu dengan gangguan kesehatan,
• Kesulitan dalam proses menyusui termasuk kesehatan mental, yang
• Menderita sakit infeksi, baik akut atau dapat mempengaruhi pola asuh anak
kronik • Ibu remaja
• Kelainan kongenital. • Ibu yang terpapar asap rokok saat
• Terlambat memperkenalkan makanan hamil (perokok aktif atau pasif)
padat • Ibu pekerja
• Pemberian makan menurut umur yang
tidak adekuat (kuantitas dan kualitas)

Faktor ekonomi
• Akses ke fasilitas kesehatan yang sulit
• Kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang tidak optimal.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
36
Balita
3. Pemantauan pertumbuhan dan penentuan status gizi dengan indeks
antropometri

Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)

Panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)

Lingkar Lengan Atas (LiLA) (6 – 59 bulan)

Berat badan menurut umur (BB/U)

Lingkar kepala menurut umur

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


37
Balita
Indeks antropometri Kategori Nilai
BB/PB atau BB/TB Gizi Buruk Skor z <-3,0 SD
Gizi Kurang Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Gizi Baik Skor z -2,0 sampai dengan +1,0 SD
Risiko gizi lebih Skor >+1 sampai dengan +2,0 SD
Gizi Lebih (overweight) Skor >+2 sampai dengan +3,0 SD
Gemuk (Obese) Skor > +3,0 SD

PB/U atau TB/U Sangat Pendek Skor z <-3,0 SD


Pendek Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Normal Skor z -2,0 SD sampai dengan +3,0 SD
Tinggi Skor z > +3,0 SD

LiLA Gizi Buruk <11,5 cm


Gizi Kurang 11,5 – 12,4 cm
Gizi Baik ≥12,5 cm

Lingkar Kepala Sangat kecil Skor z <-3,0 SD


Kecil Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Normal Skor z ≥-2,0 SD sampai dengan ≤+2 SD
Sangat besar Skor z ≥-2,0 SD

BB/U Berat badan sangat kurang Skor z <-3,0 SD


Berat badan kurang Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Berat badan normal Skor z -2,0 sampai dengan +1,0 SD 38
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
Risiko berat badan lebih Skor z >+1,0 SD
4. Pemantauan Pertumbuhan Balita dengan Menggunakan KMS dan Buku
KIA

Berat Badan menurut umur (BB/U)

Panjang atau Tinggi Badan menurut


umur (PB/U atau TB/U)

Lingkar kepala menurut umur

Berat Badan menurut Panjang atau


Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


39
Balita
Balita yang tumbuh secara normal akan mengikuti jalur
pertumbuhannya, yang umumnya berada pada atau antara garis standar
deviasi +2 dan -2 (+2 hingga -2 SD)

Perhatikan kondisi-kondisi yang mengindikasikan adanya risiko atau telah


terjadi hambatan pertumbuhan, yaitu:
• Garis pertumbuhan balita keluar atau menyimpang dari jalurnya
• Garis pertumbuhan turun atau naik tajam
• Garis pertumbuhan mendatar, misalnya tidak terjadi kenaikan berat atau
panjang/tinggi badan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


40
Balita
Sangat penting untuk melihat situasi balita secara
keseluruhan pada saat menginterpretasi arah pertumbuhan di
grafik pertumbuhan. Contoh:
• jika seorang balita mengalami penurunan berat badan saat sakit
sebelumnya dan pada saat pemantauan pertumbuhan berikut ditemukan
kenaikan berat badan cepat (tampak sebagai kenaikan yang tajam pada
grafik pertumbuhan), maka keadaan ini bisa jadi baik dan mengindikasikan
adanya proses tumbuh kejar (catch-up growth).
• jika saat pemantauan pertumbuhan balita gemuk ditemukan berat badan
tidak naik atau sedikit menurun dan garis pertumbuhan mengarah pada
garis median, maka ini mengindikasikan perlambatan pertumbuhan (catch-
down) yang diharapkan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


41
Balita
Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau Menyimpang
dari Jalurnya

Garis pertumbuhan balita yang keluar atau menyimpang dari jalurnya mengindikasikan
adanya risiko hambatan pertumbuhan.

Garis pertumbuhan seorang balita diharapkan berada tidak jauh dari jalur SD yang sama
sejak dari awal.

Bila arah jalur pertumbuhan mendekati garis median, bisa jadi perubahan ini baik, namun
jika menjauhi garis median, maka kemungkinan besar mengindikasikan adanya masalah
hambatan pertumbuhan atau risiko terjadi hambatan pertumbuhan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


42
Balita
Garis Pertumbuhan Balita keluar atau menyimpang
dari jalur pertumbuhannya
Grafik Pertumbuhan Berat Badan Laki-laki Menurut Umur (umur 0 – bulan)
• Jalur A menunjukkan arah
pertumbuhan balita yang cenderung
berada pada jalur +1 SD dan tidak
menunjukkan adanya risiko hambatan
pertumbuhan

• Jalur B, arah pertumbuhan balita


menyimpang dari jalur pertumbuhan
yang diharapkan. Walaupun garis
pertumbuhan masih median dan -1
SD, namun jalur pertumbuhan balita
ini mengarah ke SD dibawahnya.
Sehingga dapat disimpulkan
berdasarkan arah pertumbuhannya,
maka balita ini mengalami hambatan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
pertumbuhan.
43
Balita
Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau Menyimpang
dariJalur Pertumbuhannya

• menunjukkan garis
pertumbuhan panjang
badan menurut umur
(PB/U) yang menyimpang/
keluar dari jalur
pertumbuhan dan
memotong standar deviasi
dibawahnya

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


44
Balita
Garis Pertumbuhan Turun atau Naik Tajam
Perlu mendapat perhatian
•Jika balita baru sembuh dari sakit atau menderita kekurangan gizi, maka
pada saat terapi gizi diharapkan terjadi tumbuh kejar (catch-up growth)
yang terlihat dengan kenaikan tajam berat badan balita.

•Bila bukan karena tumbuh kejar, maka tidak diharapkan adanya


kenaikan berat badan yang tajam. Kenaikan tajam dari jalur pertumbuhan
dapat disebabkan karena perubahan pola pemberian makan yang akan
meningkatkan risiko balita gemuk

•Pada balita dengan kenaikan berat badan yang tajam, perlu dilihat juga
tinggi badannya. Jika kenaikan hanya terjadi pada berat badan tanpa
disertai kenaikan tinggi badan, maka ini menjadi masalah pertumbuhan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
45
Balita
Penurunan garis pertumbuhan berat badan yang tajam untuk balita
dengan status gizi baik atau kurang gizi harus segera diperiksa dan
ditangani. Bahkan pada balita gemuk, tidak seharusnya terjadi penurunan
berat badan yang tajam.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


46
Balita
indikasi hambatan pertumbuhan atau risiko terjadinya hambatan
pertumbuhan

RUJUK ke
Layanan Kesehatan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


47
Balita
e. Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi Buruk

1. Bayi < 6 bulan


a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu BB/U,
PB/U, BB/PB dan LK/U
b. Lakukan penilaian proses menyusui atau pemberian ASI, serta status
gizi dan asupan makan ibu. Lakukan juga penilaian pemberian ASI
saat bayi sakit (bila ada riwayat bayi sakit).
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain,
termasuk penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


48
Balita
e. Tindak lanjut sesuai dengan kondisi yang ditemukan, seperti:
• Konseling menyusui
• Konseling gizi bagi ibu menyusui.
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi
• Konseling stimulasi tumbuh kembang
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga masalah
teratasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


49
Balita
2. Balita 6 - 59 bulan

a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu BB/U, PB/U


atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, LK/U, LiLA
b. Lakukan penilaian asupan makan dan pola pemberian makan menurut
umur, termasuk pola pemberian makan saat balita sakit (bila ada
riwayat balita sakit).
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain,
termasuk penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


50
Balita
e. Tindak lanjut:
• Konseling pemberian makan bayi dan anak
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi,
pemberian vitamin A dan obat cacing (untuk balita ≥12 bulan)
• Konseling stimulasi tumbuh kembang
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Pemberian PMT untuk balita gizi kurang (bila tersedia).
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana
penyakit atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga
masalah teratasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


51
Balita
Penentuan Status Gizi

Pemeriksaan Klinis Pengukuran Antropometri

Pemeriksaan Laboratorium Analisa Diet/Makanan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada 52


Balita
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan:
• Semua alat harus diperiksa dan dikalibrasi secara berkala.
• Alat timbang berat badan:
– Untuk bayi, gunakan timbangan bayi dengan ketepatan 10
gram. Umumnya alat timbang bayi mampu menimbang
hingga 10 kg, namun ada beberapa alat timbang bayi yang
mampu menimbang hingga berat 20 kg.
– Untuk balita, gunakan timbangan dengan ketepatan 100
gram.
• Alat ukur panjang atau tinggi badan dengan ketepatan 0,1 cm.
• Pita ukur lingkar lengan atas balita dengan ketepatan 0,1 cm.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


Balita
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan:

• Untuk cara pengukuran, pastikan:


̶ Selalu mengikuti protokol pengukuran.
̶ Berikan petunjuk kepada ibu/pengasuh dan/atau balita yang
akan diukur dengan jelas dan ramah.
̶ Untuk keamanan, pastikan pengukur tidak memegang pensil
atau pena saat memegang atau mengukur balita, kecuali
untuk memberi tanda pada lengan saat pengukuran LiLA.
̶ Ukur balita satu per satu.
̶ Catat hasil pengukuran dengan hati-hati. Pastikan penulisan
angka yang jelas.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


54
Balita
Cara Menimbang Berat Badan Balita

Gunakan timbangan yang kuat dan tahan lama

Gunakan timbangan bayi dengan ketepatan 10 gram

Gunakan timbangan balita dengan ketepatan 100 gram

55
Dacin

Timbangan
Beam Balance Digital
(elektronik)
JENIS
TIMBANGAN

Timbangan
Tared Scale
bayi (Baby
(Uniscale)
Scale)
❖ Menggunakan Timbangan Bayi (“Baby Scale”):
• Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar
• Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol

• Timbang bayi dengan pakaian minim/telanjang


• Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang
ditunjuk oleh jarum timbang

57
❖ Menggunakan Dacin (25 kg):
• Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti penyangga kaki tiga atau
pelana rumah atau kosen pintu atau dahan pohon yang kuat.
• Atur posisi batang dacin sejajar mata penimbang
• Pastikan bandul geser berada pada angka NOL dan posisi paku tegak lurus
• Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang yang kosong pada dacin
• Setimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan pasir/batu
diujung batang dacin, sampai kedua paku tegak lurus. Gunakan tali pengaman
pada ujung skala tempat bandul geser berada.
• Masukkan balita kedalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin
dan geser bandul sampai paku tegak lurus
• Baca berat badan balita dengan melihat angka diujung bandul geser
• Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons
• Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/kotak
timbang

58
Batang dacin tidak
datar (seimbang)

Bandul penyeimbang
tidak dipasang

Sarung timbang Anak langsung ditimbang


sudah dipasang → berat badan anak lebih
berat dari sebenarnya

MEMASANG DACIN YANG SALAH

59
Sumber: Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI, 2006
• Bila tersedia dapat digunakan timbangan digital (elektronik) atau
Tared Scale (Uniscale). Bila tidak ada, dapat menggunakan
timbangan bayi (baby scale), dacin atau die-cast beam (spt detecto).

• Timbangan kamar mandi dan timbangan gantung yang menggunakan


pegas tidak direkomendasikan karena hasilnya kurang akurat.

60
❖ Menggunakan die-cast beam (spt Detecto):
• Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar
• Pastikan posisi bandul pada angka NOL dan jarum dalam keadaan setimbang
• Posisikan anak pada timbangan
• Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum setimbang. Baca dan
catat berat badan anak.
• Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka
perlu ditimbang dengan ibunya. Berat badan anak didapat dengan
mengurangi hasil penimbangan ibu bersama anak dengan berat badan ibu
saja.
Cara Mengukur Panjang Badan/Tinggi Badan
Anak < 2 tahun
• Pengukuran dilakukan telentang
• Jika diukur tinnginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk
mengkonversi menjadi panjang badan

Anak ≥ tahun dan anak sudah mampu berdiri tegak


• Pengukuran dilakukan berdiri tegak
• Jika diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk
mengkonversi menjadi tinggi badan.

Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur
panjang badan (infantometer/stadiometer) dengan kriteria kuat/tahan lama,
presisi sampai 0,1 cm, sudah dikalibrasi dan memiliki Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
62
Balita
CARA MENGUKUR TINGGI/PANJANG BADAN

Kunci pengait berada di samping papan pengukur


Posisi balita dan pengukur Posisi tangan asisten pengukur (memegang
telinga) dan posisi kepala

Posisi pengukur yang benar (mata tegak Posisi kaki yang benar, telapak kaki menempel tegak lurus
lurus ke jendela baca alat pengukur) pada papan penggeser
CARA MENGUKUR
TINGGI BADAN PADA ANAK

Posisi microtoise di lantai


Posisi microtoise setelah ditarik sampai
menunjukkan angka nol

Posisi microtoise yang siap pakai


CARA MENGUKUR
TINGGI BADAN PADA ANAK

66
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)

• Dilakukan pada balita umur 6-59 bulan


• Menggunakan pita LiLA balita
• Pastikan pita LiLA tidak sobek, lusuh, lembab atau angka tidak
terbaca/kabur.

Pita LiLA Balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


67
Balita
LILA anak 6-59 bulan

• Selalu mengukur lengan kiri


• Buka pakaian pada lengan kiri
• Tekuk siku
• Cari puncak bahu [1] [2]
• Cari ujung siku [3]

68
LILA anak 6-59 bulan

▪ Taruh benang pada puncak bahu [4] hingga ujung


siku [5]
▪ Ukur panjang lengan atas
▪ lipat benang menjadi dua dan temukan ujung
benang di ujung puncak bahu untuk menentukan
titik tengah lengan
▪ Tandai titik tengah pada kulit menggunakan bolpen
[6]

69
LILA anak 6-59 bulan
• Luruskan lengan anak: tangan harus santai, sejajar dengan badan
• Lingkarkan pita LILA di titik tengah yang sudah ditandai. Pastikan
pita menempel rata di sekeliling kulit, tidak terlalu ketat [8] atau
terlalu longgar [9]
• Ukur hingga ke angka 0.1 cm terdekat [10]

Warna Batas Status


≥12.5 cm Normal

11.5 - 12.4 cm Kurus


<11.5 cm Sangat Kurus

70
Menentukan Status Gizi Menggunakan GPA dan Tabel Standar
Antropometri
❖ Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)
• Dalam Buku KIA terdiri dari 8 macam grafik yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin
untuk anak umur 0-2 tahun dan umur 2-5 tahun.
• Untuk tiap kelompok umur terdiri dari 4 macam grafik yaitu BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB
atau BB/TB, dan IMT/U.
• Hasil pengukuran akan diplot pada garis grafik untuk setiap indikator pertumbuhan.
• Pada saat memplot di grafik, umur anak diplot pada bulan penuh.
• Angka panjang/tinggi badan dibulatkan menjadi angka tanpa desimal yang terdekat,
misalnya 0,1 s.d 0,4 dibulatkan ke bawah, sedangkan ≥ 0,5 dibulatkan ke atas.
• Tentukan status gizi berdasarkan tabel Indikator Pertumbuhan.
• Bila hasil ploting tepat pada garis Z-score, maka dianggap masuk pada kategori yang lebih
ringan. Sebagai contoh, BB/U tepat pada garis -3, dianggap berat badan kurang dan
bukan berat badan sangat kurang.
❖Tabel Standar Antropometri
Penentuan status gizi dapat juga menggunakan tabel standar antropometri
yang dibedakan untuk anak laki-laki dan perempuan, antara lain menurut
BB/PB atau BB/TB berdasarkan standar WHO-2005.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


72
Balita
Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut dengan
Indeks Antropometri

Indeks antropometri yang digunakan yaitu:


a.Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
Gizi kurang: -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Gizi buruk : <-3,0 SD
b.Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Gizi kurang: 11,5 – 12,4 cm
Gizi buruk : <11,5 cm

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


73
Balita
Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis

Edema bilateral karena kurang gizi akut mempunyai ciri-ciri:


• Bilateral (ada pada kedua sisi tubuh misal kedua telapak kaki,
kedua tungkai, kedua lengan)
• Mulai dari kedua telapak kaki. Bila semakin berat maka edema
akan juga mengenai kedua tungkai, lengan dan muka. Jika
edema hanya di tungkai atau lengan atau muka, maka edema ini
bukan karena kurang gizi akut
• Tidak sakit ketika ditekan.
• Tidak ada perubahan dalam sehari (misal tidak memburuk di
malam hari dibandingkan pagi hari).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


74
Balita
Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut berdasarkan Gejala
Klinis
Cara pemeriksaan edema bilateral:
• Lakukan pemeriksaan di kedua sisi tubuh, misal
kedua telapak kaki atau kedua tungkai.
• Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian
punggung telapak kaki, bagian bawah kaki atau
tungkai dan hitung hingga tiga detik
• Angkat ibu jari.
• Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada
kedua kaki/ tungkai, ini menunjukan pasien
memiliki edema.
• Bekas tekanan mungkin lebih mudah dirasakan Tekanselama Bekas
3 detik tertinggal
daripada yang terlihat.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


75
Balita
Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis

Klasifikasi edema bilateral

Derajat Deskripsi
Ringan (+) Edema hanya dikedua punggung kaki
Sedang Edema dikedua punggung kaki dan
(++) tungkai bawah (dan/atau
tangan/lengan bawah)
Berat Edema meluas di seluruh bagian
(+++) tubuh (edema anasarka)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


76
Balita
Penemuan dini kasus berisiko kekurangan gizi akut dengan:
• Pengukuran LiLA (balita 6 – 59 bulan)
• Identifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan
• Pemeriksaan edema bilateral.
• Mengenali balita yang kurus.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


77
Balita
Balita berisiko gizi kurang atau gizi buruk yang perlu dirujuk adalah:
• Balita (6 – 59 bulan) dengan LiLA kuning (11,5 - <12,5 cm) dan merah
(<11,5 cm).
• Balita yang mengalami hambatan pertumbuhan (seperti yang dijelaskan
di atas).
• Balita dengan edema bilateral.
• Balita yang tampak kurus.
• Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkab
karena faktor bayi maupun faktor ibu.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


78
Balita
Penjelasan yang diberikan kepada keluarga bila balita perlu dirujuk
sebagai berikut:
• Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk dapat menjalani rawat
jalan bila: tanpa komplikasi; nafsu makan baik; dan keluarga
mampu merawat balita tersebut dengan bimbingan tenaga
kesehatan (petugas gizi/bidan/perawat).
• Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk menjalani rawat inap
bila: BB kurang dari 4 kg; ada komplikasi; nafsu makan buruk; dan
keluarga tidak mampu merawat dengan baik.
• Semua bayi usia kurang dari 6 bulan dengan indeks BB/PB kurang
dari -3 SD menjalani rawat inap.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada


79
Balita
TIM PELAKSANA
TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK

80
PELAKSANA
TIM DUKUNGAN GIZI (fungsional)

1. DOKTER
2. PERAWAT/BIDAN
3. NUTRISIONIS/DIETISIEN
4. LABORATORIUM/RADIOLOGI
5. FARMASI
6. Dan lain2 sesuai kasus

81
PERANAN TIM DUKUNGAN GIZI

mencegah

mengobati
Gizi buruk Gizi baik
Peranan Tim Dukungan Gizi:
• Dokter : menentukan diagnosis, melakukan
tindakan,pengobatan dan tindak lanjut
• Perawat/ bidan: asuhan keperawatan
• Nutrisionis: menyediakan makanan, melakukan
konseling gizi baik di rumah sakit
maupun di puskesmas 82
PEMANTAUAN DAN EVALUASI KEGIATAN
TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK

83
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Di SARANA PELAYANAN KESEHATAN
(Rumah Sakit/Puskesmas)

• Peningkatan Berat Badan (> 50 g/KgBB/minggu selama 2


minggu berturut-turut)
• CFR (Case Fatality Rate)
< 5% msh bisa ditolerir, >20% tidak dapat diterima
Lama hari rawat / lama berobat
Kunjungan rumah (tindak lanjut perawatan) → Pemulihan Gizi Berbasis
Masyarakat (CFC)

84
85
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai