TONSILITIS
OLEH :
DORKAS M BEAY
7120411807
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS
2. Klasifikasi Tonsilitis
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006), yaitu sebagai berikut :
a. Tonsilitis Akut
Tonsil akut merupakan radang akut pada tonsil. Disebabkan oleh streptococcus
pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga
disebabkan oleh virus.
b. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit,
epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
c. Tonsilitis Lakularis
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
d. Tonsilitis Membranosa
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan
berwarna putih kekuning-kuningan.
e. Tonsilitis Kronik
Radang kronik pada pada tonsil. Tonsillitis kronik biasanya sering terjadi pada
anak-anak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia
10 tahun. faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
3. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut
feksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
d. Laringitis
e. Sinusitis
f. Rhinitis
4. Etiologi
Penyebab terjadinya tonsillitis yaitu oleh adanya infeksi bakteri dan virus,
(Mansjoer, 2003):
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang
biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
b. Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A.
Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia
berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c. Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang
baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki
kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka
mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.
d. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus
influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada
manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala,
hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Megantara, Imam 2006, manifestasi klinik dari tonsillitis yaitu Nyeri
tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan
ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Tanda
dan gejala lainnya yaitu:
a. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis :
terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu
(tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu.
b. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati
garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama
pada anak-anak.
c. Tonsila biasanya nampak bercak – bercak dan kadang diliputi oleh eksudat.
Eksudat ini mungkin keabu – abuan atau kekuningan. Eksudat ini dapat
mengumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat terjadi nekrosis
jaringan lokal, nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, mual dan kelenjar limfa
pada leher membengkak, malaise (perasaan tidak menentu pada tubuh yang tidak
nyaman ).
d. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
e. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga
menjadi malas makan Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
f. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot. Dapat disertai batuk,
pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran kelenjar
getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
g. Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika
disertai pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian
belakang antara tenggorokan dan rongga hidung). Tentu tidak semua keluhan dan
tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan bersifat
individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke dokter ketika
mengalami keluhan demam dan nyeri telan
h. Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat kronik, menghebat bila terjadi
serangan akut.
i. Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit kepala.
j. Pada adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur.
k. Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi
l. Arkus anterior posterior merah
m. Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup sekret
mukopurulen.
6. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas,
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi
bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga. (Nurbaiti 2001).
Pada Tonsilitis Akut, Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman
menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold
superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfo nuclear, sedangkan tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang ,maka epitel mukosa dan jaringan limpoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limpoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan
mengerut sehingga ruang antara elompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus. Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
PATHWAY
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri grup A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
b. Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui kuman penyebabkan dan obat yang masih sensitive terhadapnya.
c. Pemeriksaan darah lengkap yaitu
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak,
apabila ada menandakan anak terkena infeksi.
d. Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.