Anda di halaman 1dari 15

LP ASKEP PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa
tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus
hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum
berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai streepthroat
(Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal
dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat
batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis :
1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ). 2)
Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan
waktunya berkerut ). 3) Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada
dinding faring).

2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:
a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
- Rhinovirus
- Coronavirus
- Virus influenza
- Virus parainfluenza
- Adenovirus
- Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
- Coxsackievirus A
- Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- HIV

b. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
- Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis
akut
- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5
15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
- Streptokokus grup C dan G
- Neisseria gonorrheae
- Corynebacterium diphtheriae
- Corynebacterium ulcerans
- Yersinia enterocolitica
- Treponema pallidum
- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan
peritonsilar.
3. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian
edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi
menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang
dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat
menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus
memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan
dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat
menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
4. PATHWAYS:
5. KLASIFIKASI BERDASARKAN AGEN PENYEBAB :

Faringitis Virus Faringitis Bakteri

Biasanya tidak Sering ditemukan nanah di tenggorokan


ditemukan nanah di
tenggorokan
Demam, biasanya Demam
tinggi.
Jumlah sel darah putih Jumlah sel darah putih meningkat ringansampai sedang
normal atau agak
meningkat
Kelenjar getah bening Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar
normal atau sedikit getah bening
membesar
Tesapus tenggorokan Tesapus tenggorokan memberikan hasil positif
memberikan hasil untuk strep throat
negative
Pada biakan di Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
laboratorium tidak
tumbuh bakteri

6. GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
- Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang
disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
- Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu
tinggi dan sakit kepala ringan.
- Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan
tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
- Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan
biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
- Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan
eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
- Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan
dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
- Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum
molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
- Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,
limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
- Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak
kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati,
dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala
berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C.
Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran
nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya
nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam,
menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran
faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak
ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak
kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau
tanpa tanda klinis lainnya.
Manifestasi klinis akut:
- Nyeri Tenggorokan
- Sulit Menelan, serak, batuk
- Demam
- Mual, malaise
- Kelenjar Limfa Leher Membengkak
- Tonsil kemerahan
- Membran faring tampak merah
- Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
- Nyeri tekan nodus limfe servikal
- Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
- Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosit Al)
- Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
- Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
- Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis kronis:
- Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
- Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan
batuk.
- Kesulitan menelan.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,
bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat
bakteri atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting
dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan
petunjuk yang berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

9. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada
faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada
pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab
virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab
virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:
1) Amantadine
2) Rimantadine
3) Oseltamivir
4) Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5) Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat
yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain
itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi
alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk
menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang
mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak
berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik
karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu:
a. Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan
mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
b. Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan
mengurangi demam.
c. Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d. Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun
penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
e. Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng
dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray
dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya
perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu
yang lama dapat berbahaya.
10. KOMPLIKASI
a. Otitis media akut
b. Abses peri tonsil
c. Abses para faring
d. Toksenia
e. Septikinia
f. Bronkitis
g. Nefritis akut
h. Miokarditis
i. Artritis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data fokus:
a. Data Subjektif
1) Anak mengeluh badannya terasa panas
2) Anak mengatakan tenggorokannya sakit
3) Anak mengeluh batuk
4) Anak mengatakan tidak bisa menelan
b. Data Objektif
1) Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius)
2) Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid
3) Nyeri tekan pada nodus limfe servikal
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret (sputum).
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kesulitan menelan.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
N Diagnosa NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan
. berhubungan tindakanperawatan,
dengan diharapakan suhu a. Kaji suhu badan setiap a. Mengetahui su
inflamasi pada badan pasien normal 2 jam. hu badan anak
faring
Termoregulasi (0800)
b. Anjurkan intake cairan
Kriteria hasil :
dan nutrisi yang adekuat.
b. Intake cairan
Suhu kulit
normal dan nutrisi dapat
membantu
Suhu badan mempercepat dalam
35,9C-37,7C c. Beri kompres hangat proses pengeluaran
misalnya pada ketiak panas tubuh.
-
c. Kompres
hangat dapat
membuka pori-pori
d. Berikan obat kulit sehingga
antipiretik mempercepat proses
evaporasi.
8. d. Obat antipiretik
dapat membantu
menurunkan panas.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan
. berhubungan tindakankeperawatan,
dengan diharapkan nyeri a. Lakukanpengkajian ny a. Mengetahui
inflamasi pada berkurang dengan erisecarakomprehensifterma tingkat
faring kriteria hasil suk lokasi, karakteristik, nyeritermasuk lokasi,
durasi, karakteristik, durasi,
Anak frekuensi,kualitas dan faktor frekuensi,kualitas da
melaporkan bahwa presipitasi. n faktor presipitasi
nyeri berkurang
b. Ajarkan tentang Tek
Anak niknon farmakologi (seperti
melaporkan napas dalam)
kebutuhan tidur dan b. Napas dalam
istirahat tercukupi merupakan salah
c. Berikananalgetik untuk satu relaksasi
Anak mampu
menggunakan metode menguranginyeri mengurangi
ketegangan dan
non farmakologi
untuk mengurangi membuat perasaan
nyeri. d. Tingkatkan istirahat lebih nyaman
anak
c. Analgetik
berguna untuk
mengurangi nyeri
sehingga pasien
menjadi lebih
nyaman
d. Istirahat dapat
merileksasikan
sehingga dapat
mengurangi nyeri
3 Ketidakefektifa Setelah dilakukan a. Kaji status pernafasan a. Dengan
. n bersihan perawatan, (kecepatan, kedalaman, mengkaji status
jalan nafas diharapakan bersihan serta pergerakan dada). pernafasan maka
berhubungan jalan nafas efektif akan diketahui
dengan dengan kriteria hasil: tingkat pernafasan
penumpukan dan adanya kelainan
Anak tidak
sekret pada sistem
(sputum) batuk
b. Auskultasi adanya suara pernafasan.
Anak dapat nafas tambahan (mis : b. Bunyi nafas
bernpas dengan lega mengi, krekels) bertambah sering
RR (u = 3 terdengar pada
tahun) = 20-30 waktu inspirasi dan
x/menit ekspirasi pada
respon terhadap
pengumpulan cairan,
sekret kental dan
spasme jalan nafas
c. Ajarkan pada klien
obstruksi.
untuk berlatih nafas
tambahan dalam dan batuk c. Pernafasan
efektif. dalam membatu
expansi paru
maximal dan batuk
efektif merupakan
mekanisme
d. Berikan klien minuman pembersihan silla.
hangat sedikitnya 2500
cc/hari. d. Cairan
terutama yang
hangat membantu di
e. Kolaborasi dengan tim dalam
dokter dalam pemberian, mengencerkan sekret
terapi pemberian (bronkadilator).
expectorant dan e. Expectorantme
broncodilatos. mbantu mengurangi
spasme pada
bronchus sehingga
pengeluaran sekret
menjadi lancar.
4 Ketidakseimba Setelah dilakukan a. Mengkaji pola makan a. Untuk
. ngan nutrisi tindakan ke- pasien mengetahui masalah
kurang dari perawatan selama 2 x yang terjadi dan
kebutuhan 24jam kebutuhan memudahkan
berhubungan nutrisi b. Memberikan makanan menyusun rencana
dengan pasienterpenuhi deng lunak kegiatan.
kesulitan ankriteria hasil :
b. Mencukupi
menelan
a. Anak dapat kebutuhan
menghabiskan 1 porsi c. Menganjurkan nutrisidan
makanannya. menjaga kebersihan mempermudah anak
oral/mulut untuk menelan
b. Berat bedan
anak normal c. Menghilangka
n rasa tidak enak
- pada
d. Memberikan makanan mulut/lidah,dan
dalam porsi kecil tapi sering dapat meningkatkan
nafsu makan
d. Untuk
mencukupi
kebutuhan nutrisi
dan mencegah mual
dan muntah
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC)


6th Edition. Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.
1. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi
11. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan
Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis
2012-2014. Oxford: Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media
Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
5th Edition. Missouri: Elsevier.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai