Anda di halaman 1dari 63

PERTEMUAN PERTAMA

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

A. PROSES SOSIAL (Soekanto, 2003; 59-67)


Para Sosiolog memandang betapa pentinganya pengetahuan tentang proses
sosial, karena dapat memberi gambaran nyata mengenai kehidupan bersama manusia
(masyarakat) dari segi Statis (Strukturnya) maupun segi Dinamisnya
(Fungsinya). Tamotsu Shibutani (1986;5); Soekanto (2003) menyatakan bahwa
sosiologi mempelajari transaksi-transaksi sosial yang mencakup usaha-usaha bekerja
sama antara para pihak,karena semua kegiatan manusia didasarkan pada gotong
royong.
Pengetahuan tentang proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh
pengertian mengenai segi dinamis (gerak) dari masyarakat. Dulu para sarjana
sosiologi menyamakan perubahan sosial dan proses sosial.
Masyarakat mempunyai bentuk-bentuk struktural seperti: Kelompok-kelompok
sosial, kebudayaan, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi dan kekuasaan.
Kesemuanya itu merupakan suatu derajat dinamika tertentu yang menyebabkan pola-
pola perilaku berbeda-beda, tergantung dari masing-masing situasi yang dihadapi.
Perkembangan dan perubahan masyarakat yg mewujudkan segi dinamikanya
disebabkan oleh warganya mengadakan hubungan satu dengan yang lain, baik dalam
bentuk orang per orang maupun kelompok-kelompok sosial.
Perkembangan ini merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola
perikelakuan manusia yang bebas menurut situasi dan kepentingan masing-masing
yang diwujudkan dalam proses sosial.
Hubungan-hubungan sosial pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-
nilai sosial dalam kehidupan masyarakat, kemudian meningkat menjadi pergaulan
dengan tujuan tertentu seperti bekerjasama dalam memecahkan masalah tertentu atau
pertikaian.
Secara singkat proses sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis
dalam kehidupan manusia.
Bentuk-bentuk proses sosial merupakan. bentuk khusus dari interaksi sosial,
yaitu hubungan sosial yang dinamis antara manusia. Walaupun orang bertemu muka
tidak saling menegur atau memberi tanda tertentu, interaksi sosial telah terjadi, karena
adanya perubahan perasaan. (Cantik, bau badan, cara berjalan, dsb).
Proses sosial adalah cara-cara hubungan yang dilihat apabila orang-perorang
dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-
bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-
perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada.
Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi
kehidupan bersama, misalnya Pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
ekonomi, hukum, dan sebagainya.
Hubungan-hubungan sosial pada awalnya merup proses penyesuaian nilai-nilai
sosial dalam kehidupan masyarakat, kemudian meningkat menjadi pergaulan dengan
tujuan tertentu seperti bekerjasama dalam memecahkan masalah tertentu atau

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 1


pertikaian. Secara singkat proses sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang
dinamis dalam kehidupan manusia.
Bentuk-bentuk proses sosial merupakan bentuk khusus dari interaksi sosial,
yaitu hubungan sosial yang dinamis antara manusia. Walaupun orang bertemu muka
tidak saling menegur atau memberi tanda tertentu, interaksi sosial telah terjadi, karena
adanya perubahan perasaan. (Cantik, bau, cara berjalan).

B. BEBERAPA PENDAPAT PARA AHLI


Adhan Nasution: Proses sosial adalah rangkaian kegiatan manusia yang
merupakan aksi dan reaksi atau tantangan serta respon di dalam hubungan antara satu
sama lain.
Abu Ahmad; Proses sos adalah cara-cara interaksi yang bisa diamati apabila
perubahan-perubahan menganggu cara hidup yang telah ada.
Soerjono Soekanto; Proses sosial sebagai pengaruh hubungan antara berbagai
segi kehidupan bersama.

C. INTERAKSI SOSIAL SEBAGAI FAKTOR UTAMA DALAM


KEHIDUPAN SOSIAL Soekanto (61-64)

Interaksi sosial sangat berguna dlm mempelajari bbg masalah masyarakat,


umpamanya bentuk-bentuk interaksi sosial di Indo. Yg berlangsung antara berbagai
suku Bgs, antar golongan termasuk golongan agama.
Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial berupa hub-hub sosial yg
dinamis. Bentuk umum dari proses sosial ad/ interaksi sosial sbg Syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial, karena interaksi sosial
memungkinkan kehidupan bersama. (Saling berbicara, bekerjasama, untuk mencapai
tujuan bersama, persaingan, pertikaian, dsb.)
Interaksi sos dimaksudkan sbg pengaruh timbal balik antara kedua belah pihak,
yaitu antara individu dgn individu, klp-klp, individu-klp, klp-individu.
Interaksi sos antara kelompok tidak bersifat pribadi, karena menyangkut
kepentingan kelompok itu sendiri, mis dua sahabat yang bertemu dalam perang
(Perancis-Jerman).

D. SYARAT-SYARAT INTERAKSI SOSIAL


Interaksi sosial terjad apabila memenuhi aspek kehidupan bersama, yaitu
adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
1. Adanya kontak sosial
Kontak sosial ad/ hub antara satu orang atau lebih melalui percakapan dgn
saling mengerti ttg maksud dan tujuan masing-masing dlm kehidupan
masyarakat.
a. Kontak sos tidak langsung; ad/ kontak sosial yg meng-gunakan alat
perantara mis: telpon, surat, org lain dsb
b. Kontak sos sec. langsung; ad/ kontak sosial melalui suatu pertemuan dgn
bertatap muka dan berdialog.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 2


Saling mengerti dan memahami antara kedua belah pihak sangat penting
dalam interaksi sosial, sedangkan kontak badan bukan merupakan syarat utama.
Dalam kontak sosial terdapat hub. positif maupun hub negatif. Hub Positif
terjadi karena hub kedua belah pihak terdapat saling pengertian dan saling
menguntungkan satu sama lain, biasanya berlangsung lama dan berulang-ulang.
Hub negatif terjadi karena hub kedua belah pihak tidak melahirkan saling
pengertian dan mengkin merugikan satu sama lain, sehingga menimbulkan
pertentangan.
Soerjono membedakan kontak sosial menjadi kontak sosial Primer dan
kontak sosial sekunder. Kontak sosial Primer; ad/ kontak sosial yg saling
bertatap muka, berjabatan tangan, bercakap-cakap dan Kontak sosial sekunder
ad/ kontak sos secara tidak langsung (membutuhkan perantara)

2. Adanya Komunikasi Sosial


Komunikasi sosial mengandung arti persamaan pandangan antara orang-
orang yang berinteraksi terhadap sesuatu.
Menurut Soerjono, komunikasi sosial; seseorang memberikan tafsiran
pada perikelakuan orang lain yang berwujud pembicaraan, gerakan badan, atau
sikap, serta perasaan-perasaan yg ingin di sampaikan oleh org tsb. Dengan
adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan orang lain atau sekolompok orang
dapat diketahui dan difahami oleh orang atau kelompok itu.
Dalam komunikasi bisa terjadi banyak penafsiran terhadap perilaku dan
sikap masing-masing org ygsedang berhub Mis; Jabat tangan ditafsirkan sgb satu
kesopanan atau peng-hormatan terhadap pihak lain sekaligus diwujudkan dlm
bentuk sikap kebanggaan.

E. BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL

1. Proses yang asosiatif;


a. Kerja sama
b. Akomodasi
c. Asimiliasi
d. Akulturasi
2. Proses yang disosiatif
a. Persaingan
b. Pertikaian atau pertentangan
Menurut Kimball Young dalam Soekanto
1. Oposisi; persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
2. Kerja sama (co-operation) menghasilkan akomodasi (accomodation)
3. Diferensiasi (differentiation); meliputi hak dan kewajiban seseorang dalam
masyarakat karena perbedaan usia, sex dan pekerjaan; menghasilkan stratifikasi
masyarakat.

1. Kerja sama
Kerja sama ad/ suatu bentuk proses sosial dimana di dalamnya
terdapataktivitas tertentu yg ditujukan untuk mencapai tujuan bersama, saling
membantu, saling memahami terhadap aktivitas masing-masing.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 3


Menurt Rounceh dan Warren, Kerja sama ad/ orang-orang yg menyadari
bahwa mereka memp kepentingan bersama pada suatu saat, mempunyai
pengetahuan atau pengendalian diri sendiri untuk saling memenuhi kepentingan
melalui kerja sama.
Pada dasarnya kerja sama itu terjadi apabila seseorang atau kelom-pok
orang memperoleh keuntungan, hasil, atau manfaat dari orang atau kelompok lain,
demikian pula sebaliknya.
Soerjono membagi kerja sama menjadi Bergaining (Tawar-menawar);
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa kedua belah pihak,
Looptation; suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan suatu organisasi, Coalition (penggabungan); kombinasi dua
organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan bersama.
Bentuk-bentuk kerja sama; ks spontan (serta merta), ks langsung (hsl
perintah atasan), ks kontrak (atas dasar tertentu, dan ks tradisional (kebiasaan;
gotong royong/ huyula, gugur gunung).
Bentuk kerja sama merup unsur dari sistem nilai-nilai sosial; terbentuk krn
adanya tujuan/ kepentingan bersama atau adanya ancaman dari luar.
Bentuk lain dari kerja sama; Gotong royong, ber-gaining (perjanjian tukar
menukar barang/ jasa), ko-optasi (penerimaan unsur-unsur baru dlm organisasi,
koalisi (kombinasi dua orgn at lebih yg punya tuj yang sama, dan Joint ventrue;
kersa dlm perusahaan.
2. Akomodasi
a. Pengertian
1) Merup suatu keadaan (keseimbangan) dalam interaksi sosial kaitannya
dengan nilai dan norma social dalam masyarakat.
2) Sebagai suatu proses atau upaya manusia untuk meredakan pertentangan
atau usaha untuk mencapai kestabilan.
3) Adaptasi (penyesuaian diri dgn alam sekitarnya) (Gillin).
b. Tujuan Akomodasi
1) Mengurangi pertentangan
2) Mencegah pertentangan secara temporer
3) Memungkinkan terjadinya kerja sama dlm masy berkasta
4) Peleburan klp sos via perkawinan camp.(amalgamtion).
c. Bentuk-bentuk Akomodasi
1) Coercion; akomodasi karena adanya paksanaan/ penguasanaan sesorang
terhadap orang lain (budak)
2) Compromise; saling mengurangi tuntutan untuk men-capai suatu
penyelesaian Mis. Kekuatan parpol dlm pemilu sama-sama kuat.
3) Arbitration; merup cara mencapai compromise oleh pihak ketiga.
4) Mediation hampir sama dgn arbitration; pihak ketiga bersifat netral, sbg
penasehat dan bukan pengambil keputusan.
5) Conciliation; mepertemukan keinginan dua pihak.
6) Tolerancion; menghindari diri dari perselisihan.
7) Stalmete; pihak yg bertentangan karena memp kekuatan yg sama, berhenti
pada titik tertentu (Amerika-Soviet).
8) Adjudication; penyelesaian sengket di Pengadilan

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 4


3. Asimilasi (Asimilation)

a. Merup usaha utk mengurangi perbedaan antara orang perorang atau klp dgn
klp man dan usaha mempertingi kesatuan tindak , sikap, dan proses mental
dgn mem-perhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
b. Proses asimilasi bisa timbul apabila:
1) Ada perbedaan kebudayaan (agama, ras).
2) Bergaul sec langsung dan intensif dlm waktu lama.
3) Kebudayaannya berubah dan saling menyesuaikan.
c. Faktor yg mempermudah asimilasi Hal 83 Soekanto.
d. Faktor yg mempersulit asimilasi hal 85 Soekanto

4. Persaingan

Persaingan merupakan suatu usaha dari sesorang untuk mencapai tujuan


lebih daripada lainnya. Persaingan itu bisa bersifat individu apabila persaingan
dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi, akan ttp apabila hasilnya
tidak cukup bagi seseorang, maka persaingan tersebut disebut per-saingan
kelompok

Persaingan didorong oleh kebebasan motivasi antara lain:

a. Mendapatkan status sosial atau Politik.


b. Mendapatkan jodoh
c. Mendapatkan kekuasaan
d. Mendapatkan nama baik
e. Mendapatkan kekayaan
Bentuk-bentuk persaingan: Persaingan; ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan
peran, dan Persaingan ras Baca hal 91-93

5. Pertikaian dan Pertentangan

Pertikaian = persaingan secara negatif (satu pihak bermaksud


mencelakakan/menyingkirkan pihak lain) atau usaha penghapusan keberadaan
pihak lain.

Pertikaian ad/ btk interaksi sosial, dimana terjadi usaha-usaha pihak lain
berusahan menjatuhkan pihak lainnya. Pertikanan adalah suatu proses sosial,
dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan cara pertentangan melalui pertikaian, ancaman, dan kekerasan.

Pertikaian itu tidak selamanya melalui kekerasan tetapi berbentuk lunak dan
mudah dikendalikan, Misalnya pertikanain pada saat seminar ilmiah atau
perdebatan dalam mencari kebenaran-kebenaran ilmiah (Soerjono). Bentuk-
bentuk pertentangan dan akibatnya Hal 102-103.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 5


Dalam kerja sama ataupun persaingan terjadilah persahabatan maupun
pertentangan dalam segala hal, antar aksi dan antar hubungan ini, disebut proses
sosial. Dalam pertentangan biasanya timbul beberapa masalah sosial yang
penting, yaitu:
1. Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
2. Kejahatan disebabkan karena kondisi dan proses sosial yang sama, yang
menghasilkan perilaku sosial lainnya. Masalah di atas memang rumit, karena
menyangkut beberapa aspek sebagai berikut:
a. Apakah perbuatan serta gejala yang ada dapat di-kualifikasikan sebagai
kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau para pejabat di dalam
menjalankan peranan/ fungsinya?
b. Siapakah lapisan tertinggi masyarakat yang karena profesi dan kedudu-
kannya mempunyai peluang untuk melakukan kejahatan tersebut?
c. Faktor-faktor sosial dan individual apa yang menyebabkan orang berbuat
demikian?
d. Bagaimanakah tindakan-tindakan pencegahannya melalui sarana-sarana
pengendalian sosial tertentu?
3. Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena
anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajibannya dalam kehidupan keluarga.
4. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat.
a. Pelacuran
b. Alkoholisme, yaitu dalam masyarakat umum apakah boleh atau dilarang
mengedarkan minum beralkohol.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 6


PERTEMUAN KEDUA

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA, MASYARAKAT DAN


KEBUDAYAAN

Sosiologi (Ilmu Sosial Dasar) adalah pengetahuan yang menelaah masalah-


masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat
Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori), seperti
geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi, psikologi sosial
dan sejarah).
Sebagai mata kuliah dasar umum, Ilmu Sosial Dasar bertujuan membantu
perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa, agar memperoleh
wawasan pemikiran yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari
setiap anggota masyarakat terpelajar yang berkenaan dengan sikap dan tingkah laku
manusia dalam menghadapi manusia lain serta tingkah laku manusia terhadap
manusia yang bersangkutan.

KONSEP MANUSIA

A. PENGERTIAN MANUSIA
Secara bahasa manusia berasal dari kata Manu (Sansekerta), mens
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain).Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang
individu. Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan
dianugerahiNya akal, hati, fisik. Yang membedakan antara manusia dengan hewan
adalah akal. Maka ada yang berpendapat bahwa manusia itu hewan yang berakal.
Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan tetapi yang
membedakannya adalah akal.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme
hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik,
sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu
dan kehilangan energi, dan oleh karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Oleh karena
itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri.
Pengertian manusia menurut beberapa ahli:
1. UPANISADS : Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa,
pikiran, dan prana atau badan fisik.
2. OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY : Manusia adalah
mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 7


adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
3. ERBE SENTANU : Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan
bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan mahluk yang lain.
4. PAULA J. C & JANET W. K : Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih
makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup
secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi
dengan berbagai kemungkinan.
5. ABINENO J. I : Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi
yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".

Manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spritual yang utuh dan unik. Teori


kebutuhan manusia memandang manusia sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan
yang terorganisir yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
(Effendy, 1998;2).
Yura, W. (1983); Effendi N. (1998; 3) mengemukakan bahwa kebutuhan
manusia dipandang sebagai tekanan internal sebagai hasil dari perubahan keadaan
sistem, dan tekanan ini dinyatakan dengan perilaku untuk mencapai tujuan, sehingga
terpenuhinya kebutuhan.
Bila dipandang dari aspek keperawatan, maka tekanan tersebut ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat yang menjadi sasaran dalam perawatan masyarakat.

B. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL


1. Manusia sebagai Makhluk Individu
Pengertian individu menurut konsep sosiologi artinya manusia yang hidup
berdiri sendiri/ tidak mempunyai kawan.
Menurut Soediman Kartohadiprojo; Manusia sebagai individu adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang dalam dirinya dilengkapi oleh kelengkapan hidup
yang meliputi; raga, rasa, rasio, dan rukun.
a. Raga adalah bentuk jasad manusia yang khas, mem-bedakan manusia dengan
manusia.
b. Rasa yaitu perasaan individu dapat menangkap obyek gerakan dari isi alam.
c. Rasio/ akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan
diri mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap individu.
d. Rukun yaitu hidup bergaul sesama individu secara harmonis, damai dan saling
melengkapi.
Individu yang memiliki 4 (empat) syarat di atas dapat hidup bersama dalam
masyarakat. Masyarakat merup. wadah hidup bersama dari individu-individu yang
terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi. Kumpulan dari individu-individu
merupakan suatu kelompok sebagai faktor penentu bagi terjadinya proses
kemasyarakatan.
Masyarakat terbentuk atas dasar hakikat individu, apabila kepentingan
individu berubah, maka masyarakat akan berubah.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 8


Dalam buku pengantar Sosiologi (Huky; 1982), Cooly mengemukakan
dua fase dalam memunculkan konsep tentang diri sendiri yaitu:
a. Fase persepsi yaitu apa yang dilihat orang lain dalam kepribadian dan tingkah
laku individu.
b. Fase penafsiran yaitu bagaimana orang lain menilai apa yang mereka lihat
dalam individu (sikap bangga, sombong, rendah hati dll).
2. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai kelompok sosial merupakan
himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan
tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling mempengaruhi
dan kesadaran untuk saling tolong menolong.
Beberapa persyaratan tentang himpunan manusia yang dapat dimanakan
kelompok sosial, yaitu:
a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian kelompok
yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota satu dengan anggota lainnya.
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. (Misalnya Tujuan yang sama, kepentingan yang sama).
d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
e. Bersistem dan berproses.
Empat faktor penting yang mempengaruhi kehidupan sosial manusia, yaitu:
a. Warisan biologis atau heredity; meliputi bakat manusia untuk belajar dan perlu
dikembangkan.
b. Keadaan alam di sekitar kita (Natural Environment), yaitu manusia harus
menyesuaikan diri dengan alam.
c. Warisan sosial (Social hertage), diserahkan melalui kelompok manusia.
Kelompok manusia yang pertama adalah keluarga, tetangga, kenalan, teman
sepermainan.
d. Dalam kelompok manusia, jiwa dan tabiat manusia mendapat pengaruh,
membentuk kepribadian atau personality.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 9


PERTEMUAN KETIGA

KONSEP MASYARAKAT

A. Pengertian Masyarakat
Manusia merupakan bagian dari kehidupan mahluk sosial yang ada di muka
bumi. Kumpulan dari manusia inilah yang kemudian dikenal sebagai masyarakat.
Pengertian masyarakat sendiri secara umum diartikan sebagai sebuah kesatuan yang
terjadi antara dua orang atau lebih manusia yang berada dalam sebuah wilayah dalam
jangka waktu tertentu atau Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Kondisi Umum yang menyebabkan munculnya masyarakat sendiri salah
satunya disebabkan adanya naluri alami manusia sebagai mahluk sosial. Sehingga
manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya hubungan dengan manusia yang
lain. Dengan demikian, manusia akan memiliki reflek bawah sadarnya untuk selalu
berusaha mencari manusia lainya dalam upaya menyempurnakan kodratnya sebagai
mahluk hidup yang memiliki akal pikiran. Manusia tidak akan mampu memiliki
kehidupan yang lengkap, jika manusia tidak mampu menyelaraskan diri dengan
lingkungan atau berada di sebuah kawasan dimana tidak terdapat manusia lain.
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan
hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society, sedangkan masyarakat itu sendiri
berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab
masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.
Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan
komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu
merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi perlaksaan, ia
bermaksud sesuatu yang dibuat atau tidak dibuat oleh kumpulan orang itu.
Masyarakat merupakan subyek utama dalam pengkajian sains sosial.
Pengertian masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi:
1. Selo Sumardjan (1974), Masyarakat merupakan sekelompok orang yang hidup
bersama dan mampu menciptakan kebudayaan.
2. Karl Marx (Pakar pemikiran Marxisme), masyarakat didefinisikan sebagai sebuah
struktur organisasi yang muncul sebagau akibat adanya perbedaan diantaranya
berbagai kelompok yang terpisah di bidang ekonomi.
3. Emile Durkheim. Menurutnya, pengertian masyarakat adalah sebuah realita yang
apa adanya dari setiap pribadi yang menjadi anggota dari masyarakat itu sendiri.
4. Paul B. Horton dan C. Hunt. Menurut keduanya, pengertian masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang mampu bersikaf mandiri serta secara bersama hidup
pada sebuah kawasan tertentu dan memiliki kebudayaan sama. Selain itu, mereka
akan melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam kumpulan tersebut.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 10


5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007; 721) Masyarakat adalah sejumlah manusia
dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama.
6. Menurut Pangkey HS (1990;18), Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang
telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama
ditaati dalam lingkungannya.
7. Hassan Saddily, 1993: 47 menemukakan bahwa; Masyarakat adalah Golongan
besar atau kecil, terdiri dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian
secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
8. Menurut Koentjaraningrat 1994, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan
terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
9. Menurut Ralph Linton 1968, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang
hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat
keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu
kesatuan sosial.
Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur
utama bagi masyarakat, bukan adanya sejumlah orang. Tiap anggota sadar akan
adanya anggota lain dan ia memperhatikan adanya orang lain dalam setiap
langkahnya. Bila cara memperhatikan itu sudah menjadi adat, tradisi, atau lembaga
(Pranata), maka perhatian itu tetap terpelihara sekalipun tidak ada seseorang
didekatnya.
Contoh: Peraturan lalu lintas di Indonesia menentukan orang mengendarai
kendaraan atau berjalan kaki harus berada di sebelah kiri untuk menghindari
tabrakan. Demikian pula dengan penggunaan lampu lalu lintas (Traffic light); merah,
kuning, biru.
Contoh berikut ini dapat memudahkan pemahaman kita tentang masyarakat:
1. Sekelompok fakir miskin yang hidup bersama siang dan malam hidup sendiri-
sendiri dan tidak mengadakan hubungan satu sama lain, sehingga kehidupan
seperti ini tidak dapat dinamakan masyakat sesuai definisi di atas.
2. Di tengah-tengah pegunungan terdapat suatu tempat dimana hidup empat
keluarga dengan letak rumah yang saling berjauhan jaraknya, namun anggota
keluarganya saling datang dan berkumpul, saling membutuhkan dan pengaruh
mempengaruhi, sehingga kehidupan bersama mereka memenuhi syarat
masyarakat.
3. Di kota-kota besar seperti Baverly Hills (Los Angeles, Amerika Serikat), terdapat
rumah-rumah bintang film dan orang-orang kaya ternama, penghuni-penghuni
rumah tersebut jarang kelihatan karena hanya datang tidur dan kadang-kadang
makan di rumahnya, selebihnya mereka bekerja di tempat yang jauh. Penghuni
rumah yang satu bukan saja tidak mengenal bahkan tidak pernak melihat
tetangganya. Di Indonesia kehidupan seperti ini dapat kita lihat di Jakarta atau
Surabaya, khususnya di perumahan-perumahan elite, tetangga yang satu tidak
mengenal tetangga lainnya, sekalipun bersebelahan rumah. Dalam keadaan
seperti ini sulit untuk menyatakan adanaya hidup bersama sebagai golongan atau
masyarakat.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 11


Kegiatan bersama dalam Rukun tetangga dapat dihidupkan melalui perkenalan
dan pertalian yang akrab, misalnya berhari raya bersama, melaksanakan pertemuan 2-
3 bulan sekali dalam bentuk pengajian, makan bersama, wisata bersama, dll.
Masyarakat modern berkeberatan atau menentang definisi masyarakat di atas
dan mengatakan bahwa, Masyarakat hanya terdapat dalam gambaran saja dan tidak
dapat dilihat menurut waktu dan tempat sebagaimana kita melihat suatu barang yang
konkrit. Mereka lebih mengutamakan proses kemasyarakatan yang memberi hidup
dan kehidupan bersama.
Kedua pengertian di atas dipelajari bersama dalam sosiologi karena keduanya
bertalian erat dan saling mempengaruhi.

B. MASYARAKAT DAN MACAMNYA


Masyarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah, hidup karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan. Biasanya masyarakat mengenal
kehidupan yang teratur dan aman, sebagai pengorabanan kemerdekaan dari
anggotanya, baik secara paksa maupn sukarela. Pengorbanan menahan napsu atau
kehendak sewenang-wenang an mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama.
Paksaan; Tunduk dan patuh pada aturan/ hukum yang ditetapkan oleh Negara atau
kelompok. Sukarela; Menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudraan
dalam kehidupan bersama (Hasan Shadily, 1993;50)

C. CARA TERBENTUKNYA MASYARAKAT


1. Masyarakat Paksaan: Masyarakat tawanan, masyarakat pengungsi/ pelarian.
2. Masyarakat merdeka:
a. Masyarakat alam yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya; Suku,
Golongan, atau suku Bangsa yang bertahan karena darah dan keturunan.
Umumnya sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau
tidak mudah berkembang dengan dunia luar.
b. Masyarakat Budidaya (Berbudaya) terbentuk karena kepentingan keduniaan
atau kepercayaan (keagama-an), antara lain kongsi perekonomian, keperasi,
masyarakat muslim, Kristen, Hindu, Budha, dan sebagainya.

D. ASAL-USUL MASYARAKAT
Bermacam-macam penyelidikan dijalankan untuk menjawab asal masyarakat,
tetapi tidak satupun yang menegaskan dengan benar. Semua pendapat hanya
merupakan perkiraan dan pandangan saja. Diantara kesimpulan yang ada bahwa,
Manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua atau di pulau yang
terpencil dan sunyi. Ia selalu tertarik pada hidup bersama dalam masyarakat karena:
1. Hasrat berdasarkan Naluri (Kehendak biologis di luar penguasaan akal) untuk
mencari teman hidup, untuk memenuhi kebutuhan seksual yang bersifat biologis.
Manusia dan hewan diberi naluri atau napsu untuk saling tertarik satu sama
lain. Napsu biologis ini pada manusia timbul sejak masa pubertas (Remaja)
sampai Dewasa, bahkan sampai umur tua pada laki-laki. Pada wanita napsu ini
lebih cepat dipadamkan atau diatur pengendaliannya bila sudah mempunyai 3
sampai 4 anak atau sudah berumur 45-50 tahun (masa menopause).

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 12


Hasil penelitian Prof, Lee Yun Suk (Seoul, Korea Selatan) menunjukkan
bahwa dari 250 ressponden, lelaki berusia 80 tahunpun masih mengadakan
hubungan seks, sedangkan pada usia lebih dari 60 tahun masih ditemukan 89,4%
laki-laki dan 33,6% wanita yang tetap memelihara kehidupan seksnya.
Rasa kesepian, merantau, atau tidak mementingkan pendidikan akan
mempercepat pencarian jodoh (cepat menikah), sementara di desa umumnya ada
adat/ kebiasaan yang amat keras terhadap anak gadis yang melarang bergaul
dengan lelaki sebelum menikah, sementara janda lebih bebas, sehingga banyak
gadis desa yang asal menikah dan bercerai setelah 1-2 tahun usia pernikahannya.
Adat ini mendatangkan rasa kurang tanggung jawab pada kaum laki-laki yang
gampang menceraikan isterinya dan menikah lagi dengan wanita yang lebih
muda. Data Statistik menunjukkan bahwa jumlah perceraian di Jawa sangat tinggi
di desa-desa.
Di Kota, kaum wanita lebih mementingkan pendidikan sampai lulus.
Pernikahan mereka relatif lebih kekal karena suami isteri menjaga kelangsungan
hidup keluarga mereka. Para sarjana wanitapun masih ada kesempatan untuk
mendapatkan jodoh, sementara wanita yang belum menikah tidak dicemoohkan
oleh masyarakat.
Perpecahan keluarga umumnya terjadi karena salah satu pihak
menyeleweng atau kurang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
keluarganya. Ada ke-enderungan bahwa kaum pria lebih suka mencari isteri yang
lebih muda daripada isterinya.
Pertentangan antara hukum alam dan kebudayaan bahwa usia 20-an tahun
merupakan usia yang terbaik bagi perempuan untuk melahirkan, tetapi panggilan
emansipasi yang mengharuskan perempan untuk, melanjutkan pendidikan sampai
perguruan tinggi dan 4-5 tahun setelah lulus baru menikah. Dengan demikian
Usia pernikahan yang baik bagi perempuan 20-35 tahun terlampaui, sedangkan
usia 35-40 tahun secara biologis seorang perempuan sulit untuk melahirkan
pertama kali.
Menjadi gadis atau perawan tua (Spinster) juga kurang disukai oleh wanita
berpendidikan tinggi atau wanita karir. Untuk mencegah hal itu ditempuh jalan
tengah, yaitu Jangan melewatkan kesempatan per-jodohan (menikah), sambil
menyelesaikan pendidikan, dengan menjunjung tinggi kehidupan yang terhormat
sesuai ajaran agama maupun adat istiadat yang ada di masyarakat.
Lembaga (pranata) pernikahan diakui oleh hampir semua macam
masyarakat di Indonesia. Lembaga inilah yang membdakan manusia dan hewan.
Agama Islam amat keras terhadap segala macam pertemuan seks antara pria
dan wanita di luar pernikahan, untuk mencegah anak yang terlantar (anak haram/
Zina) dan mempertahankan garis keturunan yang jelas.
Ikatan suami isteri berdasarkan pernikahan me-wajibkan orang tua
memelihara anak sebagai anugerah Allah dengan baik sejak awal sampai
mendapat jodoh, sehingga anak itu menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai
harapan orang tua, masyarakat, bangsa dan agamanya.
2. Kelemahan Manusia dan selalu mencari kekuatan ber-sama; mem-bentuk
kelompok, agar aman dan memenuhi kebutuhan bersama. Manusia sejak lahir

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 13


telah tampak dalam kelemahan, sehingga butuh perlindungan orang tuanya,
keluarga, masyarakat, suku bangsa dan bangsa.
3. Aristoteles; Manusia adalah Zoon Politicon = Makhluk sosial yang suka
bergolongan atau mencari teman untuk hidup bersama, daripada hidup sendiri.
4. Bergson (1859), Manusia hidup bersama bukan karena persamaan tetapi karena
perbedaan sifat, kedudukan dan sebagainya. (Teori Modern). Pendapat Aristoteles
dan Bergson dapat diakui kebenarannya. Berdasarkan adat dan sifat meniru,
maka perasaan solidaritas dalam golongan, keluarga, suku bangsa, bangsa dan
negara akan menjadi kuat dan luas dalam menghadapi bahaya.
Agama dapat mempersatukan manusia segala bangsa demi keamanan, jika
setiap manusia benar-benar memperhatikan dan melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya dan tidak mementingkan kepentingan sendiri. Perang antar pemeluk
agama bisa terjadi bila ada kepentingan kekuasaan dan politik, sehingga antara
bangsa yang memeluk agama yang samapun bisa terjadi perang seperti antara Irak
(Saddam Husain) dengan Iran (Khomeini). Timbulnya rasa per-saudaraan akan
meminimalisasi percekcokan (Torang samua basudara).
5. Masyarakat menurut pandangan biologis
Menurut pandang sosiologi Organik bahwa masyarakat merupakan suatu
badan yang hidup, tak berbeda dengan hewan atau manusia. Sebagai suat badan
yang hidup, masyarakat mempunyai jantung (pemerintah), beranggota, dan
berurat syaraf (Telepon dan telegraf). Masyarakat juga dapat sakit (penyakit
masyarakat) seperti perjudian, pelacuran, pencurian, perampokan bahkan dapat
menghasilkan sampah (sampah masyarakat). Manusia merupakan sel dari pada
masyarakat berbeda dengan hewan, yaitu manusia memiliki sifat dan pemikiran
yang berbeda sedangkan hewan memiliki bentuk dan sifat yang serupa.
Disamping itu pertentangan secara biologis mendatang-kan rasa sakit, sedangkan
pertentangan masyarakat dalam parlemen mendatangkan kebaikan.
6. Teori atomistis atau Individualistis
Pengikut teori organis ini lebih suka mengganggap bahwa masyarakat
dipelajari dari sudut golongan yang hidup dan dinamis, sedangkan teori
atomistis mengatakan bahwa dalam masyarakat hanya terdapat perseorangan,
yang masing-masing berdiri sendiri tanpa hubungan dengan orang lain dan
bersifat statis, karena mementingkan perseorangan dan membabi buta terhadap
proses sosial.
7. Manusia hanya dapat menjadi sempurna dalam masyarakat.
Seringkali kita mendengar manusia buas atau berperilaku seperti binatang,
sehingga sering diasingkan dari golongan atau masyarakat.
Masyarakat dapat dibedakan berdasarkan golongan, yaitu Golongan sementara
(Kerumunan), golongan yang sebenarnya (suku-bangsa, keluarga), dan perkumpulan
(pedagang, olah raga, kesenian, dan sebagainya. Masyarakat dapat dibagi menjadi
masyarakat umum (Society) dan masyarakat terbatas atau masyarakat setempat
(Community).
Menurut Kuntjaraningrat (1990) dalam Effendi N., (1998;4), Masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling bergaul dan saling berinteraksi. Masyarakat
merupakan kesatuankesatuan hidup manusia (Society; Inggris), yang berarti kawan,
sedangkan masyarakat dalam bahasa Arab berati ikut serta (berpartisipasi).

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 14


Ciri-ciri suatu masyarakat menurut Kuntjaraningrat (1990), adalah sebagai
berikut:
1. Interaksi antara warga-warganya.
2. Adat istiadat, norma-norma, hukum-hukum dan aturan-aturan khas yang
mengatur seluruh pola tingkah laku warga kota atau desa.
3. Suatu komunitas dalam waktu.
4. Suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Dengan demikian masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama. Masyarakat dapat dilihat sebagai kumpulan individu
dalam suatu hubungan yang saling ketergantungan untuk memperoleh kebutuhan
hidupnya secara terorganisir.
Masyarakat merupakan suatu bentuk sistem sosial, dalam hubungan dengan
lingkungannya, akan berusaha mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan seperti yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow (1967), maupun oleh A. Khalish, yaitu
Kebutuhan Fisiologis, Kebutuhan rasa aman dan keselamatan, Kebutuhan dicintai,
mencintai dan dimiliki, Kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri,
termasuk di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan akan asuhan keperawatan dan
pelayanan kesehatan.
Unit-unit masyarakat adalah komuniti, keluarga, kelompok yang mempunyai
tujuan dan nilai yang sama. Kuntjaraningrat (1990) mendefinisikan Komunitas
sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah nyata, dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas
suatu komunitas.
Ciri-Ciri Komuniti:
1. Kesatuan Wilayah.
2. Kesatuan Adat istiadat.
3. Rasa identitas komunitas.
4. Loyalitas terhadap komunitas.
Masyarakat sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang
bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama, dan berfungsi sebagai
suatu kesatuan dan secara terus-menerus mengadakan hubungan (interaksi) dengan
sistem yang lebih besar. Bagian-bagian yang saling berinteraksi tersebut merupakan
sub sistem dari komuniti seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan keluarga.
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan, adopsi atau pengakuan sebagai
anggota keluarga yang tinggal bersama satu kesatuan/unit yang membina kerja sama
yang bersumber dari kebudayaan umum, dimana setiap anggotanya belajar dan
melakukan peranannya seperti yang diharapkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial
melakukan beberapa fungsi yang paling dasar seperti memberikan keturunan,
sosialisasi, psikologi, seks, proteksi dsb.
Dalam perawatan kesehatan masyarakat, keluarga sebagai unit utama yang
menjadi sasaran pelayanan, karena keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Apabila salah satu diantara anggota keluarga mempunyai masalah
keperawatan atau kesehatan, akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain,
demikian terhadap kelompok, dan masyarakat sekitarnya. Masalah kesehatan

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 15


keluarga saling berkaitan terhadap anggota keluarga, kelompok maupun masyarakat
secara keseluruhan, yang akhirnya memberikan gambaran terhadap masalah
kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

E. UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
Soekanto (2003) menyebutkan beberapa unsur masyarakat (Society):
1. Manusia yang hidup bersama.
2. Berampur untuk waktu yang lama.
3. Adanya kesadaran bahwa mereka adalah satu kesatuan.
4. Mereka merupakan suatu system hidup bersama.
Abdulsyani (2007:14) juga mengungkapkan beberapa unsur masyarakat:
1. Sejumlah masnusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama; di
dalamnya manusia dapat saling mengerti dan mempunyai harapan-harapan sebagi
akaibat dari hidup bersama itu. Terdapat system komunikasi dan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam masyarakt tersebut.
2. Manusia yang hidup bersama itu merupakan satu kesatuan
3. Manusia yang bersama itu merupakan suatu system hidup bersama, yaitu hidup
bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota
masyarakat merasa terikat dengan kelompoknya.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 16


PERTEMUAN KEEMPAT

KONSEP KEBUDAYAAN

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah,yaitu bentuk jamak


dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kata kebudayaan dalam
bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Belanda
disebut cultuur. Kedua bahasa ini berasal dari bahasa latin yang colere berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan tanah (bertani), dengan
demikian culture atau cultuur berarti sebagai segala hal daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.

Pengertian kebudayaan menurut para pakar:


1. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
2. Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang
superorganic karena dapat diwariskan secara turun tumurun dari generasi ke
generasi dan tetap hidup walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat
senantiasa berganti.
3. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
4. Menurut Herskovits, kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik.
5. Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
6. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
7. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan manusia
dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tatakelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
8. Ahli lain, Ralph Linton, mengemukakan bahwa kebudayaan adalah seluruh dari
pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki
dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Sejalan dengan Linton,
Koentjaningrat merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar.
9. M.M. Djojodiguno mengemukakan bahwa kebudayaan atau Budaya adalah
daya dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 17


a. Cipta: kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan bathin. Hasil cipta berupa
berbagai ilmu pengetahuan.
b. Karsa: kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal sangkan paran.
Darimana manusia sebelum lahir (sangkan) dan kemana manusia sesudah mati
(paran). Hasilnya berupa norma keagamaan/kepercayaan.
c. Rasa : kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan
untuk menikmati keindahan dan monolak keburukan. Hasilnya berupa norma
keindahan yang menghasilkan berbagai kesenian (seni).
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
hasil buah budi manusia manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Segala
sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkrit maupun yang abstrak, itulah
kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang kesemuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat, dapat dirinci sebagai berikut;
1. Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan
manusia
2. Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan
hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Manusia yang susila atau berkebudayan, manusia yang sadar akan
peranannya sebagai pengemban nilai-nilai moral ialah manusia yang selalu
memprhatikan akal budi dan berusaha menaatinya. Berupaya melatih diri
mengekang atau mengen-dalikan hawa napsu dan berusaha membatasi keinginan
dalam segala segi. Tidak selalu menengok ke atas dan berusaha menengok yang
ada di bawah akan mem-perhalus akal budi dan selalu menumbuhkan kesadaran
bahwa selalu menuruti kemauan tanpa ingat batas-batasnya, akan menimbulkan
hal-hal yang tidak baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Perlakukanlah
manusia lain sesuai hak-hak kemanusiaannya. Sebagai pengemban nilai-nilai
moral, setiap orang harus merasa terpanggil untuk mengadakan reaksi, kapan, dan
dimana saja melihat perbuatan yang menginjak-injak nilai-nilai moral tersebut,
untuk menciptakan suasana yang aman, tertib, adil dan damai.

B. WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi; Wujud kebudayaan


adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu:


1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 18


2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas
aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu
sama lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat
kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.

Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan


budaya menjadi dua, yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat
konkret.
1. Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran
manusia, misalnya terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud
ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan
bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
2. Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan
dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati,
disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem
sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.
a. Perilaku : Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi
tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola
perilaku (pattern of behavior) masyarakatnya.
b. Bahasa : Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan
suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan
salah satu sebab paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai
mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa
berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir
dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c. Materi : Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia.
Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga,
senjata, alat produksi, dan alat transportasi.

C. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdiri dari unsur-unsur tertentu yang


merupakan bagian dari kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri.

1. Menurut Melville J. Herkovits kebudayaan terdiri dari 4 unsur yaitu:


a. Alat Teknologi
b. Sistem Ekonomi
c. Keluarga
d. Kekuatan Politik
2. Menurut Bronislaw Malinowski, unsur kebudayaan terdiri dari:
a. sistem norma
b. organisasi ekonomi

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 19


c. alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan
d. organisasi kekuatan.
3. Menurut Clyde Kluckhohn menyebutkan tujuh unsur kebudayaan:
a. peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,perumahan,alat-alat rumah
tangga,senjata,alat-alat produksi,dan transportasi)
b. mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
sistem produksi dan sistem distribusi)
c. sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,sistem hukum
dan sistem perkawinan)
d. bahasa (lisan maupun tulisan)
e. kasenian (seni rupa, seni suara dan seni gerak)
f. sistem pengetahuan,dan
g. sistem kepercayaan (religi)

Ketujuh unsur diatas disebut sebagai kebudayaan universal (cultural


universal). Unsur-unsur kebudayaan itu masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi
unsur-unsur kebudayaan yang lebih kecil berdasarkan kegiatannya.

D. FUNGSI KEBUDAYAAN

1. Hasil karya manusia melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan.


2. Karsa masyarakat yang merupakan perwujudan norma dan nilai-nilai sosial yang
dapat menghasilkan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan.
3. Di dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (patterns of behavior) yang
merupakan cara-cara masyarakat untuk bertindak atau berkelakuan yang sama
yang dimana harus diikuti oleh semua anggota masyarakat
Di antara fungsi-fungsi di atas juga termasuk dalam hubungan antara
kebudayaan dan kemasyarakatan yang akan di bahas pada sesi selanjutnya.

E. KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN

Secara umum, kebudayaan-kebudayaan masyarakat di dunia memiliki beberapa


karakteristik umum, diantaranya adalah:
1. Kebudayaan adalah milik bersama, artinya bahwa unsur-unsur yang tercakup
dalam kebudayaan, seperti ide, nilai, dan pala perilaku dijalankan dan dipelihara
bersama-sama oleh seluruh anggota masyarakat. Dengan demikian pandangan atan
tindakan-tindakan tertentu yang hanya dilakukan satu orang bukanlah sebuah pola
kebudayaan,melainkan hanyalah sebuah kebiasaan pribadi.
2. Kebudayaan merupakan hasil belajar, artinya bahwa semua unsur kebudayaan
adalah hasil belajar dan bukan merupakan warisan biologis (dibawa sejak lahir).
Dengan demikian, kebudayaan suatu masyarakat dapat berbeda dengan
masyarakat lainnya.Seseorang mempelajari kebudayaan dengan cara ikut serta
menjadi besar didalam kebudayaan tersebut. Ralph Linton mengatakan bahwa
kebudayaan adalah warisan sosial umat manusia. Artinya, kebudayaan
diwarisakan melalui hubungan-hubungan sosial yang terus-menerus. Proses
penerusan kebudayaan dari suatu generasi ke genarasi yang lainnya disebut
enkulturasi atau pembudayaan.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 20


3. Kebudayaan didasarkan pada lambang, seorang ahli antropologi, Leslie White
mengemukakan bahwa semua perilaku manusia dimulai dengan penggunaan
lambang-lambang tertentu. Sebagaimana kita ketehui kekuatan atau ketaatan
individu atau kelompok dapat dibangkitkan dengan adanya lambang-lambang,
seperti lambang keagamaan, seni, politik dan ekonomi. Aspek simbolis yang
terpenting dari gambar kebudayaan adalah bahasa. Bahasa telah berhasil
mengganti objek gambar dengan lambang berupa bunyi-bunyian yang memiliki
makna yang berbeda-beda. Unsur-unsur kebudayaan seperti strukur
politik,agama,kesenian,organisasi ekonomi, tidak mungkin ada tanpa lambang-
lambang. Dengan menggunakan bahasa itulah manusia dapat meneruskan
kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain.
4. Kebudayaan bersifat universal, akan tetapi perwujudan kebudayaan memiliki ciri-
ciri khusus yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya.
5. Kebudayaan bersifat dinamis; Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau
perkembangan, walaupun kecil dan seringkali tidak dirasakan oleh anggota-
anggotanya.
6. Kebudayaan cenderung mengisi dan menentukan jalanya kehidupan manusia
walaupun jarang disadari oleh manusia itu sendiri.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 21


PERTEMUAN KELIMA

A. HUBUNGAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan) mempunyai


kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak
dapat dipisahkan darimasyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan
meninggal dunia di dalam masyarakat.Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM),
bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg
makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia
lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul
satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan,
dimana kepentingan tersebut satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan
ini tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan
perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum
mengatur kepetingan - kepentingantersebut agar kepentingan masing-masing
terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya
dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai, adil dan
makmur.
Dimana ada masyarakat disitu ada hukum Hukum ada sejak masyarakat ada.
Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran,
sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di
masyarakat. Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur
seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan
sendiri. Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu
sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum
hukum itu disebut masyrakat hukum.

Alasan Masyarakat Mematuhi Hukum:


1. Karena orang merasakan bahwa peraturan - itu dirasakan sebagai hukum. Mereka
benar-benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut
2. Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap
peraturan hukum secara rasional. Penerimaan rasional ini sebagai akibat adanya
sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran kesukaran orang memilih
untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi
hukum.

B. HUBUNGAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,


sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia
merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 22


Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan,
tetapi tindakan demikian persentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa
kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar
kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya
hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan
manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan
terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
1. Penganut kebudayaan
2. Pembawa kebudayaan
3. Manipulator kebudayaan
4. Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan
yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka bertahan maka manusia
harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia
melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya
bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.

C. HUB. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Seringkali kita mendengar perkataan-perkataan ataupun pernyataan tentang


kebudayaan suatu masyarakat, Pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya
hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan
manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu dalam waktu yang telah cukup lama
dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju kepada satu
tujuan yang sama. Sedangkan Manusia adalah sumber kebudayaan dan masyarakat
adalah ibarat danau besar dimana air dari sumber-sumber itu mengalir dan
tertampung didalamnya. Manusia mengambil air dari danau tersebut, jadi erat sekali
hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan.
Masyarakatlah yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan
dan Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat, dapat dari nenek
moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya
waktu. Demikian pula eksistensi suatu masyarakat hanya dapat dijaga
kelangsungannya dengan adanya kebudayaan.
Masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun
melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat dan
menjadi ciri khas dari pada manusia (masyarakat) tersebut.
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidak-sesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang
mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 23


sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus
seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan
lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni:
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

Perubahan Kebudayaan
Terjadinya gerak perubahan kebudayaan ini disebabkan oleh :
Sebab-sebab yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah dan komposisi penduduk. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam
dan fisik tempat mereka hidup.

D. HUBUNGAN MANUSIA-MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

Hubungan antara manusia, masyarakat, dan kebuayaan ketiganya saling


berhubungan satu sama lain . Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang
saling berhubungan dengan kebudayaan. Mc Iver pakar sosiologi politik pernah
mengatakan:Manusia adalah makhluk yang dijerat oleh jaring jaring yang
dirajutnya sendiri. Jaring jaring itu adalah kebudayaan.
Mc Iver ingin mengatakan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang diciptakan
oleh masyarakat tetapi pada gilirannya merupakan suatu kekuatan yang mengatur
bahkan memaksa manusia untuk melakukan tindakan dengan pola
tertentu. Kebudayaan bahkan bukan hanya merupakan kekuatan dari luar diri
manusia tetapi bisa tertanam dalam kepribadian individu . Dengan demikian
kebudayaan merupakan kekuatan pembentuk pola sikap dan perilaku manusia dari
luar dan dari dalam. Unsur paling sentral dalam suatu kebudayaan adalah nilai nilai
yang merupakan suatu konsepsi tentang apa yang benar atau salah (nilai moral), baik
atau buruk (nilai etika) serta indah atau jelek (nilai estetika). Dari sistem nilai inilah
kemudian tumbuh norma yang merupakan patokan atau rambu rambu yang
mengatur perilaku manusia di dalam masyarakat.
Dari uraian tersebut di atas jelas sekali bahwa kebudayaan merupakan unsur
paling dasar (basic) dari suatu masyarakat, sehingga sampai sekarang sebahagian
sosiolog dan antropolog masih menganut faham cultural determinism yaitu bahwa
sikap, pola perilaku manusia dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaannya.
Lawrence Harrison dalam bukunya Culture Matters menggambarkan bagaimana
nilai nilai budaya mempengaruhi kemajuan maupun kemunduran manusia
(Harrison, 2000). Samuel Huntington memberi contoh bahwa pada tahun 1960-an
Ghana dan Korea Selatan memiliki kondisi ekonomi yang kurang lebih sama. Tiga
puluh tahun kemudian Korea telah menjadi Negara maju, tetapi Ghana hampir tidak
mengalami kemajuan apapun dan saat ini GNP perkapitanya hanya seperlimabelas
Korea Selatan. Ini disebabkan karena bangsa Korea (selatan) memiliki nilai nilai

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 24


budaya tertentu seperti hemat, kerja keras, disiplin dan sebagainya. Semua ini tidak
dimiliki masyarakat Ghana.
Secara umum kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
pengetahuan, gagasan, ide, yang dimiliki oleh suatu kelompok manusia, yang
berfungsi sebagai pengarah bagi mereka yang menjadi warga kelompok itu dalam
bersikap dan bertingkah laku. Karena berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap dan
bertingkah laku, maka pada dasarnya kebudayaan mempunyai kekuatan untuk
memaksa pendukungnya untuk mematuhi segala pola acuan yang digariskan oleh
kebudayaan itu. Dalam konteks Negara, kebudayaan merupakan sebuah penentu
penting bagi kemampuan suatu Negara untuk makmur, oleh karena budaya
membentuk pemikiran orang orang mengenai resiko, penghargaan dan kesempatan.
Sementara itu disisi lain, pembangunan pada dasarnya merupakan proses aktivitas
yang bersifat kontinyu dan terencana yang ditujukan untuk merubah dan
meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi kearah yang lebih baik dan wajar
dari waktu ke waktu.

E. HUB. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT

Telah kita ketahui bahwa unsur-unsur pokok dari kebudayaan meliputi


peralatan dan perlengkapan hidup, sistem mata pencaharian dan sistem-sistem
ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan sistem
kepercayaan. Pada bagian ini, kita coba menjabarkan hal-hal tersebut secara
terperinci.
1. Peralatan dan perlengkapan hidup
Hasil karya manusia melahirkan teknologi/ kebudayaan yang mempunyai
kegunaan untuk melindungi masyarakat dari lingkungannya.
Teknologi muncul sebagai cara-cara manusia untuk memenuhi kehidupan
fisiknya, mengorganisasikan masyarakat serta sebagai wahana untuk
mengekspresikan keindahan. Teknologi pada hakikatnya meliputi unsure-unsur
berukut ini.
a. Alat-alat reproduksi yaitu alat yang berfungsi untuk melaksanakan pekerjaan
produktif.
b. Senjata; Dalam masyarakat tradisisonal, selain digunakan untuk membela diri
dari ancaman kelompok lain dan binatang buas, senjata juga diperguna-kan
untuk berburu dan memperoleh makanan.
c. Makanan dan minuman
d. Pakaian dan perhiasan.
e. Tempat berlindung dan perumahan.
Wujud kebudayaan yang paling menonjol pada masyarakat hingga kini
adalah tempat berlindung atau perumahan. Di Indonesia, setiap suku bangsa
umumnya memilki bentuk atau corak rumah yang berbeda-beda. Hal ini biasanya
disusuaikan dengan adat kebiasaan hidup masyarakatnya.
2. Alat-alat transportasi; diciptakan secara bertahap mulai dari alat yang sederhana
hingga modern sesuai perkembangan zaman.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 25


3. Sistem mata pencaharian; yang dikenal masyarakat diantaranya;
a. Berburu dan meramu
b. Beternak
c. Bertani
d. Menangkap ikan
4. Sistem kemasyarakatan
a. Sistem kekerabatan
Adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang mempunyai
hubungan darah atau hubungan perkawinan.
b. Organisasi sosial
Adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Organisasi sosisl berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam membangun bangsa dan negara.
c. Bahasa
Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunaka manusia untuk
saling berkomunikasi dan berhubungan. Sebagai alat komunokasi, bahasa dapat
berupa bahasa tulis,bahsa lisan dan bahasa gerak atau bahasa isyarat.
d. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
perasaan hati manusia. Dipandang dari cara ekspresi manusia akan keindahan,
ada tiga lapangan besar kesenian berikut ini.
1) Seni rupa,atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata (visual).
2) Seni suara,atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga.
3) Seni sastra atau kesenian yang menunjukkan keindahan hahasa.
5. Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh
semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, logika, atau kegiatan-kegiatan yang bersifat coba-
coba (trial and error).
6. Sistem kepercayaan (religi)
Dalam menghadapi lingkungannya, manusia kadang merasa bahwa kemampuannya
sangat terbatas. Karena itu, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari
suatu jagad raya ini. Manusia meyakini bahwa penguasa itu pulalah yang
mengendalikan manusia. Keyakinan ini diformulasikan dalam serangkaian perilaku
dan tata cara dangan penguasa tertinggi tersebut. Manusia juga kemudian
mengembangkan sistem nilai dan norma yang berhubungan dengan dosa dan tabu.
Pelanggaran terhadap nilai dan norma itu diyakini akan menimbulkan angkara murka
dari sang penguasa. Keyakinan, perilaku, tata cara, sistem nilai, dan norman inilah
yang disebut dengan sistem kepercayaan.

KESIMPULAN

1. Pengertin manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan


dianugerahiNya akal, hati, fisik. Yang membedakan antara manusia dengan
hewan adalah akal

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 26


2. Pengertian masyarakat sendiri secara umum diartikan sebagai sebuah kesatuan
yang terjadi antara dua orang atau lebih manusia yang berada dalam sebuah
wilayah dalam jangka waktu tertentu atau Masyarakat adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.
3. Pengertian kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tiga wujud kebudayaan
a. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, dan peraturan.
b. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat.
c. Wujud fisik
5. Kelompok Budaya terbagi dua yaitu Budaya yang Bersifat Abstrak dan Budaya
yang Bersifat konkret
6. Unsur-Unsur Kebudayaan Menurut Melville J. Herkovits
a. Alat Teknologi
b. Sistem Ekonomi
c. Keluarga
d. Kekuatan Politik
7. Hubungan Manusia dan Masyarakat, Manusia selain sebagai makhluk individu
(perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga
sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
8. Menurut Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan
kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya
tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi
tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa
kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses
belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
9. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
a. Penganut kebudayaan
b. Pembawa kebudayaan
c. Manipulator kebudayaan
d. Pencipta kebudayaan
10. Hubungan masyarakat dengan kebudayaan; Masyarakat adalah kumpulan
manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu dalam waktu yang telah cukup
lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju kepada
satu tujuan yang sama.Sedangkan Manusia adalah sumber kebudayaan dan antara
masyarakat dengan kebudayaan. Masyarakat tersebutlah yang menciptakan dan
melestarikan kebudayaan
11. Hubungan Antara Manusia, Masyarakat dan kebudayaan hungan ketiganya
sangat berhubungan dan tak bisa dipisahkan. Masyarakat terbentuk dari Manusia
dan Manusia yang di dalam masyarakat tersebutlah yang menciptkan kebudayaan
baik itu kebudayaan yang kongkret maupun abstrak.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 27


PERTEMUAN KEENAM

BERBAGAI KELOPOK SOSIAL

A. PENGERTIAN KELOMPOK SOSIAL


Kelompok sosial adalah kumpulan individu yang saling memiliki hubungan
dan saling berinteraksi sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa kebersamaan dan
rasa memiliki.

B. SYARAT DAN CIRI-CIRI KELOMPOK SOSIAL

1. Menurut Robert K Merton


a. Kelompok sosial Memiliki pola interaksi.
b. Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok.
c. Pihak yang berinteraksi didefinisikan orang lain sebagi anggota kelompok.

2. Kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto:


a. Adanya kesadaran sebagi anggota kelompok yang bersangkutan.
b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota dengan anggota yang lainnya
dalam kelompok tersebut.
c. Adanya faktor pengikat yang dimiliki bersama misalnya kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi-politik yang sama dll.
Ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang kelompok sosial:
1. Menurut Mac Iver dan Charles H. Page, kelompok sosial merupakan himpunan
atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.
2. Menurut Paul B. Horto, kelompok berarti setiap kumpulan manusia secara fisik.
3. Menurut Roland L. Warren, suatu kelompok sosial meliputi sejumlah manusia
yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya secara keseluruhan.
4. Menurut Robert K. Merton sekumpulan orang yang saling berinetraksi sesuai
dengan pola yang telah mapan.

C. TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL

1. Klasifikasi Durkheim
a. Solidaritas mekanik: Merupakan ciri masyarakat yang masih sederhana dan
belum mengenal pembagian kerja. Yang diutamakan adalah persamaan perilaku
dan sikap.
b. Soladaritas Organik; merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal
pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifa mengikat, sehingga unsur-unsur
dalam masyarakat tersebut saling bergantung.
2. Klasifikasi Ferdinand Tonnies
a. Gemeinschaft; Merupakan kehidupan yang intim, pribadi dan ekslusif.
Contohnya ikatan perkawinan, Gemeinschaft dibagi menjadi 3, yaitu:
Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of place, Gemeinschaft of mind.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 28


b. Gesselschaft; Merupakan kehidupan publik sebagai sekumpulan orang yang
secara kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Contoh
Gesselschaft adalah ikatan pekerja dan ikatan pengusaha.
3. Klasifikasi Charles H.Cooley dan Ellsworth Farris
Menurut Charles H.Cooley di dalam masyarakat terdapat kelompok primer.
Kelompok ini ditandai dengan pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim,
ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga.
4. Klasifikasi W.G Sumner
Sumner membagi kelompok menjadi: In group dan Out group
Menurut Sumner, masyarakat primitif terdiri dari kelompok-kelompok kecil dan
besar dalam suatu wilayah terdapat jenis pembagian kelompok, yaitu kelompok
dalam (in group) dan kelompok luar (out group) .
5. Klasifikasi Soerjono Soekanto membagi kelompok berdasarkan 6 hal,yaitu:
a. Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota
b. Berdasarkan pada kepentingan dan wilayah
c. Berdasarkan derajat Organisasi
d. Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama
e. Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan
f. Derajat interaksi sosial
Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan dibagi menjadi 2, yaitu: Kelompok
primer (primary group) dan Kelompok sekunder (secondary group).

D. HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK


Macam-Macam Dimensi :
1. Dimensi Sejarah
Berarah pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar
kelompok, terkait stratifikasi etnik, stratifikasi jenis kelamin, stratifikasi usia.
Stratifikasi etnik terjadi dengan syarat:
a. Etnosentrisme.
b. Persaingan.
c. Perbedaan kekuasaan.
Stratifikasi usia terkait kekuasaan, hak istimewa, dan prestise individu
mulai beranjak dewasa sampai lanjut usia. Stratifikasi jenis kelamin terkait dengan
industrialisasi, pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan belum terlihat
jelas.
2. Dimensi Sikap; Munculnya suatu prasangka dan stereotip.
Prasangka merupakan sikap bermusuhan yang ditujukan pada suatu
kelompok tertentu atas dasar dugaan ciri yang tidak menyenangkan, yang
didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, ataupun bukti yang memadai.
Stereotip merupakan suatu konsep yang erat kaitannya dengan konsep
prasangka.
3. Dimensi Institusi
Dalam hubungan antar kelompok dapat berupa institusi politik dan
ekonomi. Institusi dalam masyarakat dapat memperkuat pengendalian sosial,
sikap, dan hubungan antar kelompok. Berfungsi untuk menghilangkan pola
hubungan antar kelompok yang ada.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 29


4. Dimensi Gerakan Sosial
Gerakan sosial yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan per-ubahan
maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada.
Terdapat dimensi perilaku, yaitu perilaku suatu kelompok terhadap kelompok lain
dan dimensi kolektif, seperti demonstrasi, hura-hura, perusakan atau bentrok fisik.

E. POLA HIDUP ANTAR KELOMPOK


1. Akulturasi; Terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai
berbaur dan terpadu.
Contoh: Hilangnya kebudayaan asli daerah akibat interaksi paksa dengan
pemerintah belanda.
2. Dominasi; Terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain.
Contoh: Kedatangan bangsa Eropa ke Benua Afrika dan Asia untuk memper-oleh
sumber alam yang dilanjutkan dengan domisi penduduk setempat.
Kornblum menyatakan bahwa terdapat empat macam kemungkinan proses yang
dapat terjadi dalam suatu hubungan antar kelompok; Genosida, Pengusiran,
Perbudakan, Segregrasi, Asimilasi
3. Paternalisme; Adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atau
kelompok ras pribumi.
Banton membedakan tiga macam masyarakat sebagai berikut.
a. Masyarakat metropolitan (di daerah asal pendatang).
b. Masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang dan sebagian dari
masyarakat pribumi.
c. Masyarakat pribumi yang dijajah.
4. Integrasi; Adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras
dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras
tersebut.
5. Pluralisme; Adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak
politik dan hak perdata masyarakat.

Lieberson, mengklasifikasikan pola hubungan antarkelompok menjadi dua pola


berikut:
Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (migrant superordination).
Pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous
superordination).

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 30


PERTEMUAN KETUJUH

PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan


bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat
berupa perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok.
Adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta
ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan
cepat. Masyarakat yang statis dimaksudkan masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah
masyarakat- masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.
Perubahan bisa berkaitan dengan:
1. Nilai- nilai sosial
2. Pola-pola perilaku
3. Organisasi
4. Lembaga kemasyarakatan
5. Lapisan dalam masyarakat
6. Kekuasaan dan wewenang, dan lain- lain.
Perubahan sosial pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang memengaruhi system sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai,
sikap-sikap dan pola- pola perilaku di antara kelompok- kelompok masyarakat.

A. CIRI-CIRI PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN BUDAYA

Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk


menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal ini
disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, sebaliknya
tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Hal ini
mengakibatkan bahwa garis pemisah di dalam kenyataan hidup antara perubahan
sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk ditegaskan. Biasanya antara kedua
gejala itu dapat ditemukan hubungan timbal balik/ sebab dan akibat.
Perubahan sosial terjadi dalam masyarakat memiliki beberapa ciri, antara lain
sebagai berikut:
1. Setiap masyarakat mengalami perubahan baik secara lambat maupun cepat
sehingga tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya.
2. Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan diikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Hal ini disebabkan
oleh lembaga-lembaga sosial bersifat interdependen akan saling memengaruhi
sehingga sulit sekali untuk mengisolir perubahan pada lembaga-lembaga sosial.
3. Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang bersifat
sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi tersebut
akan diikuti oleh reorganisasi yang mencakup pemantapan dari kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang baru.
4. Perubahan sosial terjadi dalam bidang material dan immaterial karena keduanya
memiliki hubungan timbal balik.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 31


5. Secara tipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk,
yaitu sebagai berikut:
a. Proses sosial, yaitu pergantian beragam pengahargaan, fasilitas, dan anggota
dari suatu struktur.
b. Segmentasi atau pembagian, yaitu pemekaran unit-unit struktural yang tidak
terlalu berbeda dengan unit-unit yang telah ada.
c. Perubahan struktur, yaitu timbulnya peran dan organisasi yang baru.
d. Perubahan struktur kelompok, yaitu pergantian komposisi kelompok, tingkat
kesadaran kelompok, dan hubungan antarkelompok dalam masyarakat.

B. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL


Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk,
sebagai berikut:
1. Perubahan Lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat atau evolusi memerlukan waktu yang lama.
Perubahan ini biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti
dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana
atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan
keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.
2. Perubahan Cepat (Revolusi)
Perubahan yang berlangsung secara cepat dinamakan dengan revolusi. Di
dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu
maupun tanpa direncanakan. Selain itu dapat dijalankan tanpa kekerasan maupun
dengan kekerasan.
Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun
dapat memakan waktu lama. Perubahan-perubahan tersebut dianggap cepat karena
mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan
dan hubungan antar manusia. Suatu revolusi dapat juga berlangsung dengan
didahului suatu pemberontakan.
Secara sosiologis, persyaratan berikut ini harus dipenuhi agar suatu revolusi
dapat tercapai.
a. Harus ada keinginan dari masyarakat banyak untuk mengadakan perubahan. Di
dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus
ada keinginan untuk mencapai keadaan yang lebih baik.
b. Ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin
masyarakat untuk mengadakan perubahan.
c. Pemimpin harus dapat menampung keinginan atau aspirasi dari rakyat untuk
kemudian merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu program kerja.
d. Ada tujuan konkret yang dapat dicapai. Artinya, tujuan itu dapat dilihat oleh
masyarakat dan dilengkapi oleh suatu ideologi tertentu.
e. Harus ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi, yaitu saat di
mana keadaan sudah tepat dan baik untuk mengadakan suatu gerakan.
3. Perubahan Kecil
Pada zaman dahulu, kaum perempuan di Indonesia setiap harinya
mengenakan baju kebaya. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 32


mode, model pakaian yang mereka kenakanpun mengalami perubahan. Ada yang
memakai rok panjang, rok mini, celana panjang, kaos, dan lain-lain. Contoh
tersebut merupakan suatu bentuk perubahan kecil. Apa yang kamu ketahui
mengenai perubahan kecil? Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung
atau berarti bagi masyarakat.
4. Perubahan Besar
Perubahan besar adalah suatu perubahan yang berpengaruh terhadap
masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti dalam sistem kerja, sistem hak milik
tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. Contohnya kepadatan
penduduk di Pulau Jawa telah melahirkan berbagai perubahan, seperti semakin
sempitnya lahan, terjadinya banyak pengangguran tersamar di desa-desa, dan
lainnya.
5. Perubahan yang Dikehendaki
Perubahan ini merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan dalam masyarakat. Pihakpihak ini dinamakan agent of change, yaitu
seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai
pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Cara-cara untuk memengaruhi masyarakat adalah dengan rekayasa sosial
(social engineering), yaitu dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih
dahulu. Cara ini sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning).
Contohnya, lahirnya undang-undang pemilu yang mengubah tata cara pemilihan
presiden dan wakil presiden di Indonesia. Saat ini rakyat memilihnya secara
langsung.
6. Perubahan yang Tidak Dikehendaki
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak
dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan,
perubahan ini sering membawa masalah yang memicu kekacauan atau kendala-
kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki
sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai,
Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang
memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya, banyak perkampungan
dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya
mencari permukiman baru.

C. PENYEBAB PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN


1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Pertambahan penduduk yang terjadi sangat cepat menyebabkan terjadi-nya
perubahan dalam struktur masyarakat, terutama pada lembaga kemasya-rakatan.
Misalnya, orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, bagi hasil
dan lain sebagainya yang sebelumnya belum dikenal. Berkurangnya penduduk
mungkin disebabkan karena perpindahan penduduk dari kota ke desa atau
transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam
bidang pembagian kerja yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
perpindahan penduduk telah berlangsung selama ratusan ribu lamanya didunia ini.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 33


2. Penemuan-penemuan Baru.
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu
yang tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suat penemuan
baru, jalannya unsur-unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian
masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan
akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penenemuan baru sebagai
akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pngertian dari
discovery dan invention.
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa
alasan atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru
berubah menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima dan
menerapkan penemuan baru itu.
Apabila ditelaah lebih lanjut lagi tentang penemuan baru, terlihat ada
beberapa faktor pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain:
a. Kesadaran individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b. Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c. Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
Di dalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya
kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima
kekurangan-kekurangan tersebut sebagai hal yang diterima begitu saja. Sebagian
orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak mampu memperbaiki
keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjaci pencipta-pencipta baru
tersebut.
3. Pertentangan Masyarakat
Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok,
kelompok-kelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat
kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan
individu walaupun diakui tetapi tidak mempunyai fungsi sosial. Banyak timbul
pertentangan antara kepentingan individu dengan kelompoknya, yang dalam hal-
hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan
generasi tua. Pertentangan-pertentangan demekian itu kerap terjadi, apalagi pada
masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap
modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiaannya lebih mudah
menerima unsur-unsur kebudayan asing atau barat yang dalam beberapa hal
mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas antara wanita
dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita yang kian sama di dalam
masyarakat dan lain-lain.
4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi.
Revolusi yang terjadi di Rusia pada 1917 telah menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar bagi negra rusia yang dulu adalah kerajaan berubah
menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin marxis. Segenap
lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga mengalami
perubahan yang mendasar.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 34


Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri (faktor ekstern) antara lain:
1. Berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia
Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin
menyebabkan masyarakat-masyarakat terpaksa harus meninggalkan tempat
tinggalnya. Misal, pada waktu dulu masyarakat dulu berburu kini berpindah ke
pertanian.
Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan
oleh tindakan manusia itu sendiri. Misalnya penggunaan tanah yang sembrono
tanpa memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebangan hutan yang liar
dapat menyebabkan banjir.

2. Peperangan.
Perang dengan negara lain dapat menimbulkan perubahan, karena negara
yang menang akan memaksakan kebudayaannya kepada negara yang kalah.
3. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain.
Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin
kebudayaan lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua
masyarakat mempunyai kecerendungan untuk menimbulkan hubungan timbal-
balik, artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya,
tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu
kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi maka yang
terjadi adalah proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula
unsur-unsur tersebut ditambahkan kebudaya asli namun lanbat laun kebudayaan
asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 35


PERTEMUAN KEDELAPAN

RELIGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Agama merupakan salah satu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia
untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu
agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi
kehidupannya sehari-hari. Namun, kalau dilihat dari secara kelompok atau
masyarakat, bagaimana kita memahami agama tersebut dalam kehidupan masyarakat?

A. FUNGSI AGAMA DALAM MASYARAKAT

Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita


memahami beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain:
1. Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi
menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribadi penganutnya
menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut
ajaran agama masing-masing.
2. Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan
dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan
dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi
Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut
Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah
umat di luar agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana
mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus
meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka
bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh.
Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami
secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan
sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah,
dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara. (Lakum
diinukum waliyadiin)
3. Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seseorang/ sekelompok orang
yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan
diri sendiri, sesama, semesta dan Allah. Tentu dia/ mereka harus bertaubat dan
mengubah cara hidup.
4. Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka
terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan,
kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa
berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan.
5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan
tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil
Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
6. Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 36


agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7. Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk
mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri
sendiri tetapi juga bagi orang lain.
8. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala
usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat
duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama,
bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Allah, itu adalah ibadah.

Terdapat beragam kepercayaan pada adanya kekuatan supernatural, sehingga


perlu diaplikasikan dalam bentuk ritual yang merupakan kegiatan untuk mendapatkan
kepuasan spiritual. Agama juga mengajarkan adanya benda yang sakral. Ritual
penghormatan kepada yang sakral dilakukan oleh umat penganut agama. Kata agama
juga diterjemahkan kedalam bvahasa inggris menjadi religion. Beragama adalah
corak suatu kelompok masyarakat dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang berasal dari kekuatan atau wujud gaib (relationship between humans and
supernatural/forces or beings).
Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia
mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai makhluk
individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya
pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara sosial manusia
memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan
masyarakat.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu
menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu
akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan
timbulnya tindakan irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda
merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap
sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu menjadikan manusia
beragama.

B. KEPERCAYAAN SEBAGAI KEKUATAN DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT
1. Pengertian Kepercayaan
Kata kepercayaan berasal dari bahasa sansekerta percaya yang berarti
pendapat. Itikad, kepastian, dan keyakinan. Istilah lain yang hampir sama dengan
kepercayaan adalah keyakinan yang secara etimologi berasal dari kata bahasa
arab yaqin. Sungguhpun antara istilah kepercayaan dan keyakinan mempunyai
perbedaan. Kepercayaan diartikan sebagai kebenaran yang diperoleh pikiran.
Keyakinan adalah suatu kebenaran yang diperoleh jiwa, dikuatkan oleh pikiran.
Kebenaran agama adalah keyakinan. Selanjutnya , kebenaran ilmu pengetahuan,
filsafat dan intelektual adalah kepercayaan. Kepercayaan bermula dalam tingkat
penerimaan dari ilmu pengetahuan. Keyakinan berada pada taraf intensitas dari
kepercayaan. Keyakinan telah meminta keharusan untuk melakukan aktivitas.
Sedangkan kepercayaan belum mempunyai keharusan untuk itu.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 37


Kepercayaan seseorang kepada hal-hal yang berada diluar dirinya, di luar
penghayatan lahiriahnya, diyakini mejadi suatu materi atau keadaan yang
mempengaruhi kehidupannya.
2. Jenis-jenis kepercayaan sebagai berikut:
a. Animisme
Menurut Tylor religi yang tertua ialah animisme yang kemudian
berkembang secara evolusi menjadi politeisme, dan akhirnya monoteisme.
Tumbuhnya religi menurut Tylor diawali dengan kesadaran manusia akan
adanya roh, bahwa di alam ini, dimana saja, ada roh. Manusia memuja roh,
khususnya roh orang yang meninggal, karena menurut anggapannya roh-roh
tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik pengaruh yang bersifat
positif (mendatangkan keuntungan) maupun yang bersifat negatif (merugikan).
Dari sinilah kemudian berkembang kepercayaan animisme, yang sisa-sisanya
masih banyak kita jumpai hingga sekarang.
Istilah tunggal animisme mengandung banyak variasi. Binatang dan
tumbuh-tumbuhan semua dapat memiliki jiwa tersendiri. Roh-roh yang
bersangkutan sangat bermacam-macam. Tetapi pada umumnya animisme lebih
dekat kepada manusia daripada kepada dewa dan dewi serta lebih lebih terlibat
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Dinamisme
Menurut Marett, manusia sudah mengenal religi semenjak masyarakat
masih hidup dalam taraf yang sederhana. Dalam tingkat religi yang sederhana
manusia menganggap bahwa pada benda-benda atau gejala-gejala alam yang
luar biasa terdapat kekuatan sakti. Kepercayaan yang dianggap mendahului
kepercayaan animisme ini disebut preanamisme. Istilah lain yang biasa
dipergunakan dalam kepustakaan antropologi adalah dinamisme, yaitu suatu
kepercayaan yang menganggap benda-benda tertentu di alam semesta ini
mengandung kekuatan gaib atau istilah antropologinya mana, sehingga
kepercayaan ini sering juga disebut manaisme. Kekuatan gaib ini dapat
berpengaruh baik atau buruk bagi kehidupan manusia (misalnya kekuatan pada
batu akik, keris, dsb).
c. Totemisme
Menurut Robertson Smith Totemisme, religi tertua umat manusia dalam
tingkat kehidupan yang masih sederhana ialah pemujaan terhadap totem.
Totemisme adalah suatu religi dimana kelompok manusia menganggap bahwa
diri mereka adalah keturunan dari suatu jenis binatang atau tumbuhan tertentu,
sehingga mereka memuja binatang atau tumbuh-tumbuhan totemnya serta
membangun tiang totem sebagai tempat pemujaan. Istilah totem sendiri berasal
dari bahasa suku Indian Ojibwa Ototaman yang berarti persaudaraan.
Binatang totem tabu untuk dibunuh atau dimakan.
Menurut pendapat P.P. Arnadit pada masyarakat Flores terdapat sisa-sisa
totemisme. Hal ini terlihat misalnya dari nama suatu klen di Maumere yaitu
Kuat Era (Kuat artinya klen, sedangkan Era artinya penyu) ada pula klen yang
bernama Kuat Higite (Higite artinya kerbau).

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 38


Kepercayaan monoteisme ternyata sudah tumbuh pada masyarakat yang
masih sangat sederhana tingkatannya. Masyarakat suku bangsa asli Australia
dalam kepercayaannya tidak memuja roh-roh, tetapi mereka mempercayai
adanya kekuatan supranatural, yaitu suatu wujud tertinggi yang mengawasi
perilaku manusia dalam hidupnya.
Jadi semacam kepercayaan monoteisme yang terdapat pada masyarakat
yang masih sederhana yang disebut Urmonotheisme untuk membedakan dengan
monoteisme modern.
d. Politeisme
Politeisme adalah kepercayaan kepada dewa-dewa. Setiap dewa
mempunyai tugas tertentu. Di antara dewa-dewa itu ada yang terbesar yang
dihormati dan dipuja. Menurut E. Durkheim religi timbul dari sentimen
kemasyarakatan. Rasa atau emosi keagamaan timbul dalam batin manusia
sebagai akibat adanya sentimen kemasyarakatan. Wujud dari sentimen
kemasyarakatan ini yaitu suatu kompleks dari perasaan yang mengandung rasa
cinta, rasa bakti, rasa terikat, yang disebabkan karena adanya suatu perasaan
pada tiap diri individu anggota masyarakat bahwa kehidupan tiap individu
mendapat pengaruh yang kuat dari anggapan yang bersifat kolektif. Sentimen
kemasyarakatan yang menimbulkan emosi keagamaan tersebut harus selalu
dikobarkan, untuk itu diperlukan suatu objek yang bersifat sakral sebagai pusat
upacara kemasyarakatan. Objek tersebut adalah totem.
3. Kepercayaan-kepercayaan Masyarakat
Beberapa kepercayaan daerah di Indonesia antara lain:
a. Kalimantan Tengah
Kepercayaan masyarakat Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang artinya
kehidupan. Mereka percaya kepada Ranying Hatalla yaitu Tuhannya yang
menciptakan kehidupan dan mengatur segala sesuatu menuju kesempurnaan
kekal abadi.
Dalam Kaharingan dipercaya bahwa alam semesta dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu alam bawah (pantai Danum Kalunen), Alam Atas, bagian langit ketujuh.
b. Nias (Sumatera Utara)
Suku Nias memiliki kepercayaan yang disebut pelebegu, istilah yang diberikan
oleh para pendatang yang berarti penyembah roh. Menurut kepercayaan ini
manusia memiliki dua macam tubuh yaitu tubuh kasar (boto) dan tubuh halus.
Tubuh Halus dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu moso (nafas) dan lumo-lumo
(bayangan)
c. Jawa
Masyarakat jawa (Jawa Tengah dan Jatim) banyak menganut tradisi kebatinan
dan kejawen.
d. Mentawai
Berada dipedalaman Siberut. Masyarakatnya percaya bahwa setiap benda,
manusia, hewan, dan tumbuhan memiliki jiwa. Kekuatan gaib yang ada di
setiap benda disebut BAJOU.
e. Batak
Masyarakat batak memiliki kepercayaan animisme. Mereka memiliki
kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Mereka percaya terhadap Roh. Roh

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 39


orang mati disebut sebagai Begu. Roh orang yang masih hidup adalah Tondi,
dan orang yang memiliki keistimewaan tertentu disebut sebagai Sahala.
f. Baduy
Orang Baduy percaya kepada Tuhan yang disebut Batara Tunggal. Segala
kehidupan sosial dan kebiasaan mereka diuraikan dalam pikukuh yaitu
seperangkat aturan perilaku yang diturunkan oleh leluhur. Pelanggar pikukuh
harus mengikuti pembersihan dan kemudian dibuang dari baduy dalam
(kampong tangtu) ke daerah luar (kampong dangka)
g. Tengger; Orang Tengger beragama Hindu yang lebih dekat ke Kejawen
h. Asmat; Orang Asmat percaya terhadap roh leluhur.

C. AGAMA SEBAGAI KEKUATAN DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT

Terdapat beragam kepercayaan pada adanya kekuatan supranatural, sehingga


perlu diaplikasikan dalam bentuk ritual yang merupakan kegiatan untuk mendapatkan
kepuasan spiritual. Agama juga mengajarkan adanya benda yang sakral. Ritual
penghormatan kepada yang sakral dilakukan oleh umat penganut agama
1. Definisi Agama
Dengan singkat definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang
empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluatif
(menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau
buruknya agama atau agamaagama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini
sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa
adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-
pemeluknya.
Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu sistem kepercayaan dan
praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus
kepercayaan-kepercayaan dan praktek- praktek yang bersatu menjadi suatu
komunitas moral yang tunggal. Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang
menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu sifat kudus dari agama dan
praktek-praktek ritual dari agama. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep
mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua
unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur
tersebut terlepas. Di sini terlihat bahwa sesuatu dapat disebut agama bukan dilihat
dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tersebut.
Sedangkan menurut pendapat Hendro Puspito, agama adalah suatu jenis
sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-
kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai
keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumya. Dalam kamus sosiologi,
pengertian agama ada 3 macam yaitu:
a. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual
b. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai
tujuan tersendiri
c. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 40


2. Ruang Lingkup Agama
Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup:
a. Hubungan manusia dengan tuhannya disebut ibadah, bertujuan untuk
mendekatkan diri manusia kepada tuhannya.
b. Hubungan manusia dengan manusia
Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan
kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-
ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula
sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama
mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Di setiap
ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan antara
makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat melanjutkan
kehidupannya.

3. Fungsi dan Peran Agama dalam Masyarakat


Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan
secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh
karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa
sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan
sebagai berikut:
a. Fungsi edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara
petugas-petugasnya (fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta
imam, guru agama dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan,
khotbah, renungan (meditasi) pendalaman rohani, dsb.
b. Fungsi penyelamatan
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup
sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa
mereka temukan dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal
sesuatu yang sakral dan makhluk teringgi atau Tuhan dan berkomunikasi
dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat
memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali
manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian
batin.
c. Fungsi pengawasan sosial (social control) yaitu:
1) Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik
bagi kehidupan moral warga masyarakat.
2) Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang
dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari sistem
hukum Negara modern.
d. Fungsi memupuk Persaudaraan
1) Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan
manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 41


2) Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism,
komunisme, dan sosialisme.
3) Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-
bangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN
dll.
4) Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi
karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari
dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas
yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama.
e. Fungsi transformatif
Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk
kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-
nilai baru yang lebih bermanfaat.
Menurut Thomas F. ODea menuliskan enam fungsi agama dan masyarakat
yaitu:
a. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi
b. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara Ibadat
c. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada
d. Pengoreksi fungsi yang sudah ada
e. Pemberi identitas diri
f. Pendewasaan agama
Menurut Hendropuspito lebih ringkas lagi, akan tetapi intinya hampir sama.
Menurutnya fungsi agama dan masyarakat itu adalah edukatif, penyelamat,
pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.
Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
masyarakat, karena agama memberikan sebuah system nilai yang memiliki
derivasi pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan
pembenaran dalam mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan
masyarakat. Agama menjadi sebuah pedoman hidup singkatnya. Dalam
memandang nilai, dapat kita lihat dari dua sudut pandang. Pertama, nilai agama
dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama sebagai norma atau
prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang emosional yang
menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut mistisme.
4. Pengaruh Agama Terhadap Kehidupan Manusia
Sebagaimana telah dijelaskan dari pemaparan diatas, jasa terbesar agama
adalah mengarahkan perhatian manusia kepada masalah yang penting yang selalu
menggoda manusia yaitu masalah arti dan makna. Manusia membutuhkan bukan
saja pengaturan emosi, tetapi juga kepastian kognitif tentang perkara-perkara
seperti kesusilaan, disiplin, penderitaan, kematian, nasib terakhir. Terhadap
persoalan tersebut agama menunjukan kepada manusia jalan dan arah kemana
manusia dapat mencari jawabannya. Dan jawaban tersebut hanya dapat diperoleh
jika manusia beserta masyarakatnya mau menerima suatu yang ditunjuk sebagai
sumber dan terminal terakhir dari segala kejadian yang ada di dunia. Terminal
terakhir ini berada dalam dunia supra- empiris yang tidak dapat dijangkau tenaga
indrawi maupun otak manusiawi, sehingga tidak dapat dibuktikan secara rasional,
malainkan harus diterima sebagai kebenaran. Agama telah meningkatkan kesa-

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 42


daran hidup manusia akan kondisi eksistensinya berupa ketidakpastian dan
ketidakmampuan untuk menjawab problem hidup manusia yang berat.
Para ahli kebuadayaan yang telah mengadakan pengamatan mengenai aneka
kebudayaan berbagai bangsa sampai pada kesimpulan, bahwa agama merupakan
unsur inti yang paling mendasar dari kebudayaan manusia, baik ditinjau dari segi
positif maupun negatif. Masyarakat adalah suatu fenomena sosial yang terkena
arus perubahan terus-menerus yang dapat dibagi dalam dua kategori: kekuatan
batin (rohani) dan kekuatan lahir (jasmani). Contoh perubahan yang disebabkan
kekuatan lahir ialah perkembangan teknologi yang dibuat oleh manusia.
Sedangkan contoh perubahan yang disebabkan oleh kekuatan batin adalah
demokrasi, reformasi, dan agama. Dari analisis komparatif ternyata bahwa agama
dan nilai-nilai keagamaan merupakan kekuatan pengubah yang terkuat dari semua
kebudayaan, agama dapat menjadi inisiator ataupun promotor, tetapi juga sebagai
alat penentang yang gigih sesuai dengan kedudukan agama.
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh
yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan
pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan
memecah-belah (desintegrative factor) . Pembahasan tentang fungsi agama disini
akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus
disintegratif bagi masyarakat, pengaruh yang bersifat integratif. Peranan sosial
agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-
sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok- kelompok keagamaan
sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat. Fungsi
Disintegratif Agama adalah, meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan
yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat,
pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang
mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu
masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.

Lima Agama Besar: Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan Katholik


a. Islam
Merupakan agama mayoritas di Indonesia, Islam di masyarakat Jawa oleh
Clifford Geertz dibedakan menjadi 3 golongan:
1) Islam Santri: golongan Islam taat
2) Islam abangan: Golongan Islam yang hanya menggunakan Islam sebagai
kedok/ topeng, aslinya golongan ini tidak memahami Islam dengan baik.
Mereka masih banyak yang memiliki kepercayaan lama
3) Islam Priyayi: Golongan Islam yang terdiri dari kaum bangsawan, keluarga
istana, pejabat pemerintah dan kaum terpelajar. Golongan ini menjadi Islam
karena Politik, kedudukan atau jabatan
b. Kristen; Agama terbesar ke dua setelah Islam.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 43


c. Katholik : agama terbesar ketiga setelah Islam dan Kristen banyak dianut oleh
masyarakat di Papua, NTT, maluku, dan kota-kota besar di Indonesia
d. Hindu
Agama yang paling tua di Indonesia. Berkembang sejak kerajaan Kutai, Kediri,
Singasari, Majapahit, Pajang. Sekarang banyak terdpat di Bali, NTB,
Empat upacara umat Hindu:
1) Bhakti marga: upacara adat, merawat tempat suci, pasrah pada Tuhan
2) Karma Marga : cara bertingkah laku, beragama dengan taat, giat bekerja
3) Jnana Marga: cara bijak dan pandai; mempelajari KS,
4) Yoga Marga (mendisiplinkan diri secara rohani) pengendalian hawa nafsu,
mengekang diri dari kenikmatan duniawi, mengucap mantra. Hari raya:
Nyepi, Galungan
e. Budha
Tanda kebesaran agama Budha di Indonesia adalah Candi Borobudur di Jawa
Tengah. Ajaran Budha mendorong ummatnya mengembangkan empat jiwa
positif yaitu:
1) Mengasihi semua makhluk yang mempunyai perasaaan dengan sepenuh hati
(Metta)
2) Bersuka cita dalam kebahagiaan makhluk lain dan tidak mendengkinya
(mudita)
3) Berbagi penderitaan dengan makhluk lain ( Karuna)
4) Tetap damai dan bebas,
Hari raya Budha : Waisyak
5. Hubungan kepercayaan & agama sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat
Munculnya agama dan kepercayaan menurut Mustopo bahwa: Setiap orang
merasa lemah menghadapi masalah-masalah tertentu, untuk itu dia membutuhkan
kekuatan baru. Kekuatan baru itu tidak muncul dari dirinya. Muncullah harapan
yang bermuara pada kepercayaan. Dengan demikian agama dan kepercayaan
adalah kebutuhan-kebutuhan mendasar setiap orang.
Rudolf Otto, Ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman yang menulis buku
penting The Idea of Holy pada tahun 1917 percaya bahwa rasa tentang suatu
yang gaib ini (numinous) adalah dasar-dasar dari agama : perasaan itu
mendahului setiap hasrat untuk menjelaskan asal-usul dunia atau menemukan
landasan bagi perilaku beretika : Kekuatan gaib dirasakan oleh manusia dengan
cara yang berbeda-beda. Terkadang ia menginspirasikan kegirangan liar dan
memabukkan, terkadang ketenteraman mendalam, terkadang orang merasa kecut,
kagum dan hina dihadapan kehadiran kekuatan misterius yang melekat dalam
setiap aspek kehidupan.
Terlihat disini bahwa manusia sebenarnya makhluk yang lemah, penakut
dan bahkan cenderung membutuhkan sesuatu yang lebih kuat dari dirinya.
Dengan keadaan demikian muncullah suatu keyakinan-keyakinan atau
kepercayaan dengan sesuatu yang dianggap misterius dan diyakini jauh lebih
kuat dan hebat dari manusia. Untuk mewujudkan keyakinan dan ketundukan
manusia tersebut, timbullah suatu kegiatan-kegiatan atau upacara-upacara yang
berbentuk pemujaan (cult) dan ibadat. Semua ibadat itu dilakukan manusia dalam
bentuk-bentuk yang beragam sesuai dengan kepercayaannya.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 44


Dalam mengamati kegiatan-kegiatan agama atau upacara-upacara dalam
suatu kepercayaan, maka Kontjaraningrat mengatakan: pabah-pabah khususnya
dalam ilmu gaib pada lahirnya sering tampak sama dengan sistem religius, baik
bacaannya, tempat upacaranya, pemimpinnya dan waktunya, jadi agak sukar
membatasi agama dan kepercayaan. Sedikit perbedaannya adalah pada saat
melakukan keagamaan, manusia secara sadar menyerahkan diri kepada tuhannya.
Sedangkan dalam kepercayaan, sering dilakukan secara tidak sadar.
Sementara itu Nottingham tidak menganggap bahwa kepercayaan itu
berbeda dengan agama, jadi ada kepercayaan-kepercayaan yang terdiri dari
syahadat-syahadat dan mitos-mitos (dongeng-dongeng) dan pengamalan-
pengamalan (ibadat) yang terdiri dari upacara-upacara keagamaan dan
peribadatan. Pernyataan ini sepertinya dapat memberikan gambaran bahwa dalam
agama ada kepercayaan dan sebaliknya dalam konsep kepercayaan itu ada
agama. Tetapi agama itu muncul berawal dari kepercayaan-kepercayaan terhadap
sesuatu yang dianggap suci dan sakral. Disini kemudian kepercayaan-
kepercayaan tersebut menjadi terorganisir dengan munculnya agama.
Setelah muncul dan berkembangnya agama, maka untuk mempertahan-kan
eksistensinya. Selanjutnya agama mewujudkan suatu pelembagaan yang terdiri
dari: pemujaan (Cult) Yaitu hubungan yang dilakukakan dengan objek suci, baik
secara sadar atau tidak sadar. Pola-pola kepercayaan yang berkaitan dengan
tingkat keyakinan atau tingkat intelektual. Rasionalisasi pola-pola kepercayaan,
rasionalisasi ini membawa kepada pemahaman yang mendalam bagi penganut
suatu agama.
Tampilnya organisasi keagamaan, diantaranya gereja, sekte-sekte dan lain
sebagainya. Dengan berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia,
kepercayaan berkembang dan berevolusi sesuai dengan tingkat perkembangan
manusia. Semakin rasional manusia, kepercayaan yang dimilikinya semakin tipis.
Disini, kepercayaan selanjutnya digantikan oleh agama. Dalam memilih agama
terkadang manusia semakin selektif karena agama yang timbul dari kepercayaan-
kepercayaan tadi ternyata memberikan gambaran-gambaran yang berbeda,
sehingga manusia dituntut untuk benar-benar memilih agama yang sesuai dengan
kepercayaannya.

6. Fungsi Agama dan Kepercayaan dalam Proses Integrasi Bangsa


a. Mengatur perilaku manusia melalui anjuran dan larangan sehingga menusia
senantiasa berperilaku benar.
b. Mengendalikan kehidupan masyarakat melalui konsep dosa(ganjaran
terhadap perilaku salah dalam suatu ajaran agama)
c. Memelihara solidaritas social baik intern maupun ekstern. Solidaritas intern :
persatuan di antara sesame umat agama. Solidaritas ekstern : persatuan antar
umat beragama yang berbeda. Solidaritas dapat dipupuk melalui penanaman
sikap saling mencintai sesama manusia, sikap saling toleransi dan
menghormati.
d. Ajaran agama menenteramkan batin manusia. Akibatnya masyarakat dapat
berpikir secara jernih dalam menghadapi berbagai persoalan hidup sehingga
terhindar dari perilaku anarkis yang dapat mengancam integrasi bangsa.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 45


KESIMPULAN
1. Agama Sangat penting dalam kehidupan sosial, sebab mempersatukan dan
membantu terlaksananya program-program social.
2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai psychososial berperan penting dalam
membangun sebuah moralitas masyarakat/kehidupan sosial.
3. Pendidikan agama dengan psychososial tidak suatu kesatuan dari pendidikan
agama
4. Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap
kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk
mencapai kebahagiaan dunia maupun akhiratnya
5. Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan
adab yang sempurna baik dengan tuhannya maupun lingkungan masyarakat.
Semua agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya
bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara bersikap dan
penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada
agamanya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan yang lain
adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.

DAFTAR PUSTAKA

http://menarailmuku.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-agama-bag2.html
Hasbullah, 2010. Islam dan Tamadun Melayu. Pekanbaru : LPM Fak Ushuludin UIN
SUSKA & YPR

Muhammad, Syed.1990. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Bandung :


Mizan

Mahdini.2003. Islam dan Kebudayaan Melayu. Pekanbaru : Daulat Riau

Diakses Pada : http://sejarahmalaysiastpm.blogspot.com

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 46


PERTEMUAN KESEMBILAN

LEMBAGA KEMASYARAKATAN

A. PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Pengertian istilah lembaga kemasyarakatan dalam bahasa Inggris


adalah social institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata
sosial.

1. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut Leopold Von Wiese dan Becker:


Lembaga kemasyarakatan adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan
antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu serta pola-polanya sesuai
dengan minat dan kepentingan individu dan kelompoknya.
2. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut Peter L. Berger : Lembaga
kemasyarakatan adalah suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia
ditekan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap sesuai
dengan keinginan masyarakat.
3. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut Mayor polak: Lembaga
kemasyarakatan adalah suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat
istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting.
4. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut W. Hamilton: Lembaga kema-
syarakatan adalah tata cara kehidupan kelompok, yang apabila dilanggar akan
dijatuhi pelbagai derajat sanksi.
5. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut Robert Maclver dan C. H. Page,
lembaga kemasyarakatan adalah prosedur atau tata cara yang telah diciptakan
untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok
masyarakat..
6. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut Koentjaraningrat: Lembaga
kemasyarakatan adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam
kehidupan manusia.
7. Pengertian lembaga kemasyarakatan menurut Soerjono Soekanto: Lembaga
kemasyarakatan adalah himpunan norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat (Tangkilisan, 2008).

B. CIRI-CIRI LEMBAGA KEMASYARAKATAN


Menurut Gillin dalam karyanya yang berjudul General Feature of Social
Instritution ciri-ciri Lembaga Kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan


pola-pola prilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasya-rakatan dan
hasil.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga
kemasyarakatan.
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 47


4. Lembaga kemasyarakatan mempunya alat-alat perlengkapan yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan seperti bangunan, peralatan, mesin
dan lain sebagainya
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis,
yang merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku dan lain-lain (Soekanto,2007).
7. Merupakan suatu organisasi tentang pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku
yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
8. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu.
9. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
10. Mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan lembaga.
11. Mempunyai lambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga tersebut.
12. Mempunyai tradisi yang tertulis maupun tidak tertulis, yang merumuskan tujuan.

Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan

1. Dari sudut perkembangannya dibedakan menjadi Crescive institution dan


Enacted institution. Crescive institution disebut sebagai lembaga primer yaitu
lembaga yang tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Enacted
institution yaitu lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk tujuan
tertentu.
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, dibagi menjadi Basic
institution dan Subsidiary institution. Basic institution adalah lembaga
kemasyarakatan untuk memelihara tata tertib dalam masyarakat. Sedangkan
Subsidiary institution adalah lembaga kemasyarakatan yang kurang penting.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat dibagi menjadi Social Sanctioned-institution
(Approved) dan Unsanctioned-institution. Social Sanctioned-institution adalah
lembaga yang diterima masyarakat. Sedangkan Unsanctioned-institution adalah
lembaga yang ditolak masyarakat.
4. Dari sudut penyebarannya dibagi menjadigeneral institution dan restriched
institution general institutional dalah lembaga kemasyarakatan yang dikenal
masyarakat di dunia. Sedangkan restriched institution adalah lembaga
kemasyarakatan yang dianut oleh masyarakat tertentu.
5. Dari sudut fungsinya dibagi menjadi Operative institution dan Regulative
institution. Operative institution adalah lembaga kemasyarakatan yang berfungsi
menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
lembaga. Sedangkan Regulative institution adalah lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi
bagian yang mutlak dari lembaga.

C. FUNGSI LEMBAGA KEMASYARAKATAN


1. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 48


3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Fungsi-fungsi di atas menyatakan bahwa apabila seseorang hendak
mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu maka harus pula diperhatikan
secara teliti lembaga-lembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan
(Soerjono Soekanto,1990).

Lembaga kemasyarakatan berfungsi sebagai pedoman perilaku atau sikap tindak


manusia dan merupakan salah satu sarana untuk memelihara dan mengembangkan
integrasi di dalam masyarakat. Namun demikian, tidak semua norma di dalam
masyarakat dengan sendirinya menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu.
Hal ini tergantung pada proses pelembagaan dari norma-norma tersebut sehingga
menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu.( Soekanto dan Taneko, 1984).

Fungsi-fungsi Lembaga Sosial


Dengan melihat dua tujuan lembaga sosial, yaitu mengatur ketertiban dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat maka untuk mewujudkan fungsi dari lembaga-
lembaga sosial harus dapat dilaksanakan. Menurut Soerjono Soekanto, lembaga
sosial memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah
laku atau bersikap dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
a. Lembaga ekonomi memberikan aturan-aturan produksi, distribusi dan
hubungan kerja.
b. Lembaga agama memberikan aturan tentang halal dan haram, baik dan buruk
dan tata cara peribadatan yang harus dilakukan oleh anggotanya.
c. Lembaga pendidikan memberikan akses bagi masyarakat untuk memperoleh
pendidikan, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mereka.
d. Lembaga keluarga memberikan pendidikan dasar tentang norma dan aturan
dasar sosialisasi sehingga, individu mempunyai pengetahuan dasar bagaimana
hidup dalam kelompok yang lebih besar sesuai dengan tujuan masing-masing.
2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi
masyarakat. Perpecahan atau disintegrasi ini sangat mungkin terjadi di tengah
masyarakat, mengingat sumber pemenuhan kebutuhan hidup cenderung tidak
seimbang dengan perkembangan masyarakat baik secara jumlah maupun
kualitasnya.
3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian
sosial. Contoh: dengan diberlakukannya peraturan sekaligus sanksi bagi
pelanggar norma.
Jadi pada intinya, lembaga sosial berfungsi untuk mengatur kehidupan anggota-
anggotanya agar mereka dapat hidup dengan tenang, damai, dan sejahtera dengan
tercapainya tujuan-tujuan mereka.
1. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan
Proses pelembagaan adalah proses yang terjadi pada suatu norma untuk menjadi
bagian dari suatu lembaga social, sehingga dikenal, diakui, dimengerti, dihargai
dan ditaati oleh masyarakat

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 49


2. Norma-norma sosial
Berdasarkan kekuatan mengikat anggotanya, norma-norma social dibedakan
menjadi:
a. Cara (usage); Suatu norma yang memiliki kekuatan mengikat paling lemah.
Kemudian lebih menonjolkan hubungan antar individu dalam masyarakat,
serta sanksi pelanggaran norma berupa celaan dari individu yang berinteraksi
dengannya.
b. Kebiasaan (folkways); Suatu norma memiliki kekuatan mengikat yang lebih
besar daripadausage. Kemudian lebih menonjolkan perbuatan yang
dilakukan oleh sebagian besar individu dalam masyarakat, serta sanksi
terhadap pelanggaran norma ini berupa celaan dari setiap anggota
masyarakat
c. Tata kelakuan (mores); Kebiasaan yang merupakan tata perilaku dan juga
sekaligus diterima sebagai norma pengatur yang mencerminkan sifat-sifat
yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat
pengawas, secara sadar ataupun tidak sadar, yang dilakukan terhadap
anggotanya
d. Adat istiadat (custom); Tata kelakuan yang kekal dan mempunyai kekuatan
mengikat yang lebih besar terhadap anggota masyarakatnya. Sehingga
masyarakat yang melanggarnya akan menerima sanksi.

D. JENIS-JENIS LEMBAGA SOSIAL


Lembaga sosial dibedakan menjadi lembaga kemasyarakatan sebagai peraturan
dan lembaga kemasyarakatan yang sungguh-sungguh berlaku. Lembaga
kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan apabila norma tersebut membatasi serta
mengatur perilaku masyarakat. Sedangkan, lembaga kemasyarakatan dianggap
sebagai yang sungguh-sungguh berlaku, apabila norma-norma tersebut sepenuhnya
membantu pelaksanaan pola kemasyarakatan

1. Lembaga Kemasyarakatan Desa


a. Karang Taruna; Merupakan wadah bagi generasi muda untuk
mengekspresikan jiwa mudanya. Disamping di tingkat desa di masing-masing
pedukuhan juga terdapat karang taruna tingkat dusun dengan kegiatan
tergantung dari program kerja karang taruna tingkat dusun.
b. LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa); berkedudukan
ditingkat desa yang berperan dalam rangka ikut memperlancar program-
program pembangunan ditingkat desa.
c. GaPokTan (Gabungan Kelompok Tani); Merupakan wadah bagi kelompok
tani ditingkat desa, kegiatan yang menjadi rutinitas adalah pertemuan
kelompok tani tingkat desa yang dilaksanakan secara bergilir setiap bulan di
masing-masing kelompok tani. Kegiatan yang dilakukan :
1) Pendampingan Program Aksi MANDIRI PANGAN
2) Pengelolaan PUAP ( Program Usaha Agribisnis Perdesaan )
d. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu); Kegiatan Posyandu meliputi
penimbangan rutin bagi balita dan lansia, pemberian makanan tambahan bagi
balita dan lansia, penyuluhan kesehatan bagi balita dan lansia.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 50


e. FORKESDES ( Forum Kesehatan Desa )/ DESA SIAGA: Forum ini
berkedudukan di tingkat desa, yang merupakan sarana untuk membahas
masalah-masalah kesehatan ditingkat desa. Kesehatan yang dimaksud disini
termasuk kesehatan lingkungan. Forum ini terbentuk pada tahun 2007 hal
tersebut didasari pada banyaknya masalah-masalah kesehatan ditingkat
pedukuhan yang tidak dapat secara maksimal. Sehingga dengan adanya forum
ini akan lebih mendorong terwujudnya desa yang sehat salah satunya adalah
penanganan masalah gizi buruk.
Fasilitas Kesehatan yang ada di desa contohnya :

1) POSKESTREN ( Pos Kesehatan Pondok Pesantren )


2) POLINDES ( Pondok Bersalin Desa )
3) PUSTU ( Puskesmas Pembantu )
4) POSYANDU BALITA
5) POSYANDU LANSIA
6) GERAKAN SAYANG IBU
7) PKK ( Pemberdayan Keluarga )
8) PPMD ( Pos Penanggulangan Malaria Desa )
9) BAZIS (Lembaga ini yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan keagamaan
dalam rangka untuk membina kerukunan umat beragama dan pembinaan
mental spiritual bagi warga masyarakat desa)
2. Lembaga Kemasyarakatan di Kota
Lembaga masyarakat kota di antaranya adalah Lembaga Keluarga, lembaga
Agama, lembaga Ekonomi, Lembaga Politik, dan lembaga Pendidikan.
a. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak menerima
pendidikan dan pembinaan. Meskipun diakui bahwa sekolah mengkhususkan
diri untuk kegiatan pendidikan, namun sekolah tidak mulai dari ruang
hampa Sekolah menerima anak setelah melalui berbagai pengalaman dan
sikap serta memperoleh banyak pola tingkah laku dan keterampilan yang
diperolehnya dari lembaga keluarga.
b. Lembaga Agama
Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ia
memberikan landasan normatif dan kerangka nilai bagi kelangsungan hidup
umatnya. Ia memberikan arah dan orientasi duniawi di samping orientasi
ukhrowi (eskatologis). Dalam konteks ini, secara sosiologis agama merupakan
sistem makna sekaligus sistem nilai bagi pemeluknya. Tetapi di era modern
ini peran agama tergeser oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi ialah Lembaga yang mempunyai kegiatan bidang ekonomi
demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat berfungsi;
1) Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan.
2) Memberi pedoman untuk barter dan jual beli barang.
3) Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja dan cara
pengupahan.
4) Memberi pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja.
5) Memberi identitas diri bagi masyarakat.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 51


Tujuan lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok untuk
kelangsungan hidup masyarakat.
d. Lembaga Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara.
e. Lembaga Pendidikan
Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat penting. Menurut UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 52


PERTEMUAN KESEPULUH

LAPISAN MASYARAKAT (STRATIFIKASI SOSIAL)

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).

A. PENGERTIAN STRATIFIKASI
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification
mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-
lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

B. DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PELAPISAN SOSIAL

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa
memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam
sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai
kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut
dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang
dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta
kemampuannya dalam berbagi kepada sesama
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan
menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab
orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan
kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan
atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 53


Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi
luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya
terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang
oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari
kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada
ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara
yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli
skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 54


PERTEMUAN KESEBELAS

IMPLEMENTASI SOSIO-BUDAYA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


DAN PERBANDING ANTAR BUDAYA

Implementasi Sosial dan Budaya pada Asuhan Keperawatan/ Social and


Cultural Implementation on Nursing Care

A. SOSIO ATAU MASYARAKAT


Manusia merupakan makhluk yang dalam kehidupannya tidak dapat hidup
sendiri, cenderung hidup berkelompok. Menurut Koentjaraningrat (1990) menyatakan
bahwa manusia adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengna
sistema adat istiadat tertetnu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama. Sebagai makhluk social, manusia cenderung untuk
berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.(dalam bukunya Pengantar
Antropologii).
Menurut Gilin dan Gillin (1954) dalam bukunya Culture Sociology menjelaskan
bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai
kebebasan, sikap, tradisi, dan perasaan persatuan yang sama. Konsep ini menjelaskan
kepada kita bahwa kelompok manusia yang besar terkait konsep masyarakat suatu
bangsa, misalnya masyarakat Indonesia, masyarakat Malaysia, masyarakat Inggris
dan masyarakat Negara lain.
Defisini masyarakat yang diuraiakan di atas tampaknya masih terlalu luas dan
abstrak untuk kita pahami. Agar kita lebih mengerti secara mendalam tentang defisini
masyarakat, kita perlu mengetahui unsure masyarakat. Secara sederhana,
Koentjaraningrat (1990) membagi unsure masyarakat ke dalam dua bagian yaitu
kesatuan social dan pranata social. Kesatuan social merupakan bentuk, susunan dan
kesatuan individu yang berinteraksi dalam kehidupan masyarakat yang meliputi
kerumunan, golongan dan kelompok. Pranata social adalah kumpulan berbagai norma
dan segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat. Berbagai norma tersebut memberi petunjuk bagi tingkah laku individu
yang hidup di masyarakat. Dengan mengerti unsure masyarakat, kita akan lebih
paham makna yang terkandung dlaam definisi kebudayaan.

B. KEBUDAYAAN
Dalam pengertian yang terbatas banyak orang yang memberikan defisinisi
kebudayana sebagai bangunan indah, candi, tari-tarian, seni suara, dan seni rupa.
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian. Ada pula yang memberikan definisi
kebudayaan sebagai hasil dan cipta, karsa dan rasa. Sebenarnya kata budaya berasal
dari bahasa Sansekerta budhaya, bentuk jamak dari budhi, yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan akal.
Menurut Koentjaraningrat (1990), terdapat sekitar 160 definisi kebudayaan
yang telah berhasil dikumpulkan oleh A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn. Sebanyak
160 definisi kebudayaan tersebut kemudian dianalisis, dicari latar belakangnya,
prinsip dan intinya, kemudian di klasifikasikan ke dalam berbagai tipe definisi. Hasil
pengertian kebudayaan tersebut kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku yang
diberi judul Culture, A Critical Review of Concepts and Definition.
Berbagai unsure universal yang pasti didapatkan di semua kebudayan di dunia
adalah system religi, system dan organisasi masyarakat, system pengetahuan, bahasa,
kesenian, mata pencaharian, teknologi, dan peralatan.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 55


Unsur budaya dibagian atas dan deret merupakan unsur yang lebih sukar
berubah jika dibandingkan dengna unsur-unsur yang disebut kemudian di bagian
bawah dan deret. Namun, hal ini hanya dalam garis besarnya saja karena ada kalanya
sub-sub unsur dan suatu unsure lebih sukar diubah bila dibandingkan dengan sub-
unsur dan suatu unsur yang tercantum di atasnya.

C. PENGARUH SOSBUD PADA KESEHATAN DAN PERILAKU


KESEHATAN

Sehat sering diartikan sebagai efisiensi sosial untuk dapat melakukan peran dan
fungsi dalam masyarakat. Ketika seorang individu sehat secara otomatis indivdu
tersebut akan mampu beremansipasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di
masyarakat. Sebaliknya, ketika individu terganggu status kesehatannya, emansipasi
dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di masyarakat juga akan terganggu.
Kondisi ini dapat merugikan masyarakt sehingga dengan status kesehatannya tersebut
individu diharapkan dapat mencapai kepuasaan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Ada beberapa aspek sosial yang memengaruhi status kesehatan, di
antaranya:
1. Umur. Semakin bertambah umur seorang individu, pola penyakit yang dialami
juga akan mengalami pergeseran. Jika dilihat dari golongan umur, maka ada
perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya, di kalangan
balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan usia
lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung
koroner, kanker dan lainnya.
2. Jenis kelamin. Kecenderungan penyakit terkadang dipengaruhi oleh jenis kelamin
individu. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat beberapa jenis penyakit yang hanya
diderita oleh jenis kelamin tertentu. Misalnya, di kalangan wanita lebih banyak
menderita penyakit kanker payudara, sedangkan pada laki-laki banyak yang
menderita kanker prostat.
3. Pekerjaan. Terdapat hubungan antar jenis pekerjaan dengan pola penyakit
tertentu. Misalnya, petani mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan pola
penyakit pekerja di industri. Di kalangan petani banyak yang menderita penyakit
cacing akibat kerja yang dilakukan di sawah dengan lingkungan yang banyak
cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja di industri, misalnya di pabrik tekstil,
banyak yang menderita penyakti saluran pernapasan karena banyak terpapar
dengan debu.
4. Sosial ekonomi. Keadaan sosial ekonomi juga dipengaruh pada pola penyakit dan
berpengaruh pada kematian. Misalnya, angka kematian akan lebih tinggi
dikalangan golongan yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan
mereka dari golongan status ekonomi tinggi. Demikian pula obesitas, lebih
banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi,
tetapi malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status
ekonominya rendah.
Menurut Foster (1978), identifikasi individu kepada kelompok berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan.
1. Pengaruh konsep diri (self concept) terhadap eprilaku kesehatan, konsep diri pada
diri kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasaan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan
diri kita kepada orang lain. Konsep diri merupakan factor yang penting dalam
kesehatan karena hal ini memengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku
petugas kesehatan.
2. Pengaruh image kelompok terhadap perilaku kesehatan. Tampilan (image)
seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Misalnya, anak

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 56


seorang perawat akan terpapar oleh organisasi keperawatan dan orang dengan
pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan
lingkungan keperawatan dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk
menjadi perawat.
3. Pengaruh identifikasi individu kepada kelompok sosialnya terhadap perilaku
kesehatan. Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting untuk
memberikan keamanan psikologis dan kepuasaan dalam pekerjaan. Identifikasi
tersebut dinyatakan dalam keluarga besar di kalangan kelompok teman, kelompok
kerja desa yang kecil dan kelompok lain.

Menurut Foster (1987), aspek budaya yang dapat memengaruhi kesehatan


seseorang antara lain adalah tradisi, sikap fatalism, nilai, ethnocentrism, dan unsure
budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.
Terdapat beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh
negative terhadap kesehatan masyarakat.
1. Sikap fatalistis. Sikap fatalistis dalam masyarakt mampu memengaruhi status
kesehatan. Beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama
Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan dan sakit atau mati itu adalah
takdir sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit atua menyelamatkan seseorang dan
kematian. Sika pseperti ini perlu dihindari karena hal ini memberi kesan bahwa
kita merasa tidak berdaya.
2. Pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan. Sikap ethnocentris
adalah sikap yang memandang kebudayaan sendiri paling baik jika dibandingakn
kebudayan lain. Misalnya, orang Barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu
dan teknologi yang dimilikinya dan selalu beranggapan bahwa kebudayaan yang
paling maju, merasa superior terhadap budaya dan masyarakat yang sedang
berkembang. Tetapi di sisi lain, semua anggota dan budaya lainnya menganggap
bahwa apa yang dilakukan secara alamiah adalah yang terbaik. Menurut
pandangan kaum relativitas tidak benar menilai budaya lain menggunakan
kacamata budaya sendiri, karena kedua budaya tersebut berbeda. Oleh karena itu,
sebagai perawat kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa perawat
adalah orang yang paling pandai, paling mengetahui tentang masalah kesehatan
dan merasa pendidikan perawat lebih tinggi dan masyarakat setempat sehingga
tidak perlu mengikutsertakan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
masyarakat. Dalam hal ini memang perawat lebih menguasai tentang masalah
kesehatan tetapi masyarakta lebih mengetahui keadaan dirinya.
3. Pengaruh perasan bangga pada status kesehatan. Bangga terhadap budaya boleh
berlaku pada semua orang. Hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnocentris. Di
Surabaya, penulis melakukan ebrbagai upaya perbaikan gizi di kelurahan
Wonokusumo tahun 2008, masalah yang ditemukan penulis masih banyak
masyarakat yang enggan membawa bayinya ke Posyandu untuk dilakukan
penimbangan dan diberikan makanan tambahan, padahal pemerintah bersama
Puskesmas dan diberikan makanan tambahan, padahal pemerintah bersama
Puskesmas memiliki program perbaikan gizi. Setelah dilakukan pendekatan
dengan keluarga, baru diketahui bahwa terdapat anggapan bahwa kalau anaknya
dibawa ke posyandu dan ditimbang mereka menganggap anaknya seperti beras
yang ditimbang.
4. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan. Seperti halnya dengan rasa bangga
terhadap statusnya, norma yang berlaku di masyarakat sangat memengaruhi
perilaku kesehatan dan anggota masyarakat yang mendukung norma tersebut.
Misalnya upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 57


dokter sebagai pemberi pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna
pelayanan. Maslaah tersebut juga terjadi pada masyarakat yang beragama Islam
di Indonesia pada awal program KB diperkenalkan kepada masyarakat. Di daerah
Serpong sekitar tahun 1976, akseptor KB menurun pada Puskesmas yang
pelayanan KB-nya ditangani oleh seorang dokter spesialis obsteri ginekologi
pria.
5. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan. Terdapat perilaku kesehatan yang
menguntungkan dan merugikan bidang kesehatan. Perilaku yang merugikan
kesehatan, misalnya adanay penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun
masyarakat mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengadung vitamin B1
jika dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat lebih memberikan nilai yang
tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih lebih enak dan lebih
bersih. Contoh lain, masih banyaknya petugas kesehatan yang merokok
meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap tubuh.
Mereka memberikan nilai tinggi untuk perilaku merokok karena rokok
memberikan kenikmatan, karena bahaya merokok tidak dapat segera dirasakan.
6. Pengaruh proses sosialisasi unsure budaya terhadap perilaku kesehatan. Pada
tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak diajarkan bagaiaman cara makan,
bahan makanan apa yang dapat dimakan, cara buang air kecil dan besar, dan
kebiasaan lain. Kebiasaan tersebut akan terus dilakukan sampai anak tersebut
dewasa dan tua. Kebiasaan tersebut sangat memengaruhi perilaku kesehatan dan
sulit untuk diubah. Misalnya, manusia yang biasa makanan nasi sejak kecil, akan
sulit untuk diubah kebiasan makannya setelah dewasa. Oleh karena itu, upaya
menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang beraneka ragam
harus dimulai sejak kecil.
7. Pengaruh konsekuensi dan inovasi perilaku kesehatan. Suatu proses perubahan
akan menghasilkan sebuah konsekuensi. Apabila seorang pendidik kesehatan
ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan pada masyarakat, maka yang
harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan, menganalisis factor yang berpengaruh pada perubahan dan berusaha
untuk memprediksi perubahan yang terjadi. Misalnya, masyarakat menggunakan
kayu untuk memasak sehingga dapur penuh dengan asap dan mengakibatkan
banyak ibu yang sakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA. Menyadari
keadaan tersebut akan membahayakan kesehatan penduduk, perawat bersama
ahli teknik berkolaborasi menciptakan cerobong asap. Setelah diterapkan
ternyatatimbul konsekuensi dan akibat yang sebelumnya tidak dipeikirkan. Di
rumah penduduk menjadi banyak semut putih, padahal semut tersebut mati
terkena asap. Adanya cerobong asap menyebabkan populasi semut putih semakin
banyak sehingga semakin banyak uang yang dikeluarkan untuk perbaikan
rumahnya. Oleh karena itu, ide cerobong asap tidak bisa diterima bukan karena
masyarakat yang kolot, ketidaktahuan manfaat cerbong asap, biaya cerbong asap
yang murah tapi karena kerugian pemasang cerobong asap lebih tinggi daripada
keuntungannya (Foster, 1978).

D. IMPLEMENTASI SOSIO- BUDAYA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan
masyarakat, termasuk mempelajari unsure social dan kebudayaan masyarakat.
Melalui proses keperawatan, khususnya pada tahap pengkajian perawat perlu
mengkaji unsure social masyarakat seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, social
ekonomi dan unsure budaya.
System kepercayaan tertentu berkaitan dengan pemilihan menu makanan.
Pemeluk beragama Islam tidak makan daging babi, meskipun diolah dengan baik.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 58


Secara medis sudah terbukti bahwa daging babi yang dikonsumsi mentah atau
setengah matang dapat menularkan cacing pita (Taenia solium). Perawat tidak dapat
menganjurkan masyarakat yang beragama Islam untuk makan daging babi.
Sangat penting bagi perawat untuk mempekajari system organisasi di
masyarkaat. Dengan mempelajari organisasi masyarakat, perawat akan mengethaui
organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa,
kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Perawat akan
menemukan key person untuk dijadikan kader kesehatan. Dengan pengetahuan
tersebut maka perawat dapat menentukan strategi pendekatan yagn lebih tepat dalam
upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat menuju perilaku sehat dan perbaikan
status kesehatan masyarakat.
Perawat harus memiliki pengetahuan tentang kesehatan masyarakat. Dengan
menguasai pengetahuan tersebut, akan membantu mereka dalam menentukan
pengetahuan mana yang perlu ditingkatkan, diubah, dan kesehatan. Sebagai contoh,
hasil penelitian Sudarto Kresno (2008) meunjukkan bahwa konsep masyarakat
tentang penyebab penyakti diare berbeda dengan konsep medis. Menurut masyarakat,
penyebab penyakit diarea pada bayi adalah karena bayi tersebut sedang mengalami
proses peningkatan kepandaiannya. Bayi yang semula hanya bisa merangkak
kemudian meningkat bisa berdiri, maka dalam proses perubahan tersebut, bayi akan
mengalami diare dan hal tersebut dianggap wajar sehingga tidak perlu diobati. Selain
itu, bayi byang baru tumbuh gigi juga bisa mengakibatkan diare.
Masyarakat juga berpendapat bahwa penyakit yang disebabkan oleh guna-guna,
gangguan ro halus, pergantian cuaca atau dosa manusia. Penelitian yang dilakukan di
pedesaan daerah Kabupaten Soe, Nusa Tenggara Timur, menunukkan bahwa bayi
yang sakit disebabkan oleh dosa kedua orang tuanya sehinggauntuk menyembuhkan
anak yang sakit ISPA, kedua orang tuanya harus mengutarakan dosa mereka dan
meminta maaf. Pertmaa kali mereka mencari pertolongan pengobatan kepada tim doa
dan jika tidak sembuh kemudian mereka mencari pertolongan pengobatan ke
pelayanan kesehatan (Sudarto Kresno 2008).
Petugas kesehatan perlu mempelajari bahasa local dan istilah local tentang
penyakit. Penguasaan bahasa local, tidak hanya sekadar untuk memudahkan
berkomunkasi dengan masyarkat. Umumnya masyarakat mempunyai istilah lokal
tentang suatu penyakit yang berbeda dengan istilah penyakit yang digunakan perawat.
Berikut ini diuraikan beberapa pertimbanga umum terkait dalam memenuhi
kebutuhan dasar nutrisi pada masyarakat
1. Untuk menjaga fungsi metabolism tubuh diperlukan kecukupan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, elektrolit dan elemen lain. Table di bawah ini
menunjukkan fungsi nutrient ini. Nutrient yang dianjurkan setiap hari, yaitu yang
mengandung lima kelompok makanan sedangkan kelompok keenam yaitu lemak,
minyak dan gula dianjurkan untuk dimakan sewaktu-waktu, kelompok ini tidak
boleh melebihi 30% dari masukan kalori seluruhnya.
2. Faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi meliputi usia, aktivitas, jenis kelamin,
status kesehatan, dan metabolism tubuh.
3. Faktor yang memengaruhi masukan nutrisi meliputi bersangkutan (nafsu makan,
kemampuan mengunyah dan menelan, kemampuan fungsional, status psikologis
dan budaya) dan structural (sosialisasi, keungnan, kemampuan memperoleh dan
menyiapkan makanan, fasilitas dan transportasi) (Millier,1995)
4. Tubuh memerlukan zat gizi minimal untuk kesehatan dan pertumbuhan. Selama
rentang kehidupan kebutuhan individu bervariasi.
5. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan metabolism menyebabkan penurun-
an berat badan, memburuknya kesehatan dan penurunan kemampuan tubuh
memperbaiki sel yang rusak. Metabolism akan meningkat pada keadaan trauma,
infeksi dan kanker.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 59


Berbagai fungsi nutrient (Sumber/ Source: Carpenito,1998)
Karbohidrat Sumber aktivitas utama untuk ativitas sel, diperlukan sebagai:
1) Transport substrat, menjamin fungsi selular
2) Sekresi hormone khusus
3) Kontraksi otot
4) Menghemat protein untuk fungsi lainnya
protein Dasar struktur tubuh (darah, otot, rambut, kuku, tendin kulit)
diperlukan sebagai.
1. Permulaan terjadinya reaksi kimia
2. Transportasi apoprotein
3. Pemeliharaan antibody
4. Mempertahankan tekanan osmotic
5. Mempertahankan system buffer
6. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan
7. Detoksifikasi substrat yang merugikan
Lemak Mempertahankan fungsi tubuh, menyediakan sumber energy,
diperlukan sebagai:
1. Sumber energy pilihan (lipolisis)
2. Melindungi organ internal
3. Bantalan organ internal
4. Mengabsorbsi vitamin larut lemak

Berikut in iadalah beberapa pertimbangan transkultural menurut beberapa ahli terkait


masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar nutrisi.
1. Selama beberapa abad diet telah digunakan di beberapa Negara untuk
penatalaksanaan kondisi penyakit yang spesifik, meningkatkan kesehatan selama
kehamilan, merangsang pertumbuhan bayi dan anak, serta digunakan untuk
memperpanjang umur harapan hidup (Boyle dan Andrewm, 1989)
2. Pada beberapa budaya, sehat dipandang sebagai suatu pernyataan keseimabngan
antara cairan tubuh (darah, flegma, empedu hitam, empedu kuning). Keadaan
sakit disebabkan oleh ketidakseimbangan antara cairan hormonal yang
menyebabkan kekeringan yang berlebihan, menggigil, panas atau basah. Sebagai
contoh, nyeri perut bagian atas diyakini disebabkan oleh makanan yang
berlebihan, diidentifikasi sebagai menggigil. Makanan, tumbuhan dan obat-
obatan diklasifikasikan seperti panas, basah, dingin, atau kering. Makanan,
tumbuhan dan obat-obatan digunakan untuk mempertahankan tubuh dalam
keseimbangan yang alami. Misalnya buah pisang diklasifikasikan sebagai suatu
makanan yang dingin tetapi jagung dikasifikasikan sebagai makanan yang panas
(Boyle danb Andrew, 1989)
3. Kekurangan laktosa pada orang dewasa dilaporkan banyak terjadi pada
penduduk di dunia. Sejumlah 49% terjadi pada orang Asia, 90% pada orang
Negro Afrika, 79 orang Indian Amerika, 75% pada orang Amerika kulit hitam,
50% orang Amerika-Meksiko, dan 17% pada orang Amerika kulit putih
(Overvield, 1985)
4. Latihan nutrisi dapat digolongkan sebagai kegiatan yagn menguntungkan, murni
dan penuh kehangatan. Manfaat dan kemurnian harus didukung. Latihan yang
hangat harus didukung dengan sensitivitas dan penjelasan pengaruh mentalnya
(Boyle dan Andrew,1989)
5. Makan secara berkelompok dapat dianjurkan pada beberapa situasi (rehabilitasi
jangka panjang, kesehatan mental) dapat menjadi konflik budaya (Contoh, laki-
laki makan bersama wanita) (Boyle dan Andrew, 1989)

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 60


6. Makan digunakan oleh orang Italia untuk meningkatkan kesehatan fisik dan
psikologis. Anggur merupakan makanan yang sering digunakan bersama pada
saat makan (Ginger dan Davidhizar, 1991)
7. Mempertahankan diet yang halal pada orang Yahudi adalah sebuah kemungkinan
walaupun di dapurnya terdpaat makanan yang tidak halal. Ikan dengan sirip
merupakan diet yang dibutuhkannya. Piring kertas disposibel akan digunakan
sehingga hidangan daging dan susu tidak bercampur. (Ginger dan Davidhizar,
1991).

PERBANDINGAN ANTAR BUDAYA

1. Budaya Masyarakat di Desa dan di Kota.


2. Budaya Masyarakat di Kota Kecil dan Kota Besar.

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 61


PERTEMUAN KE-XII - XIV

MASALAH SOSIAL MASYARAKAT

A. PENGERTIAN

Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai
kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen,
1992).[1] Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakatsebagai
sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.

B. KARAKTERISTIK

1. Kondisi yang dirasakan banyak orang.


Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial apabila
kondisinya dirasakan oleh banyak orang. Namun, tidak ada batasan mengenai
berapa jumlah orang yang harus yang harus merasakan masalah tersebut.[1] Jika
suatu masalah mendapat perhatian dan pembicaraan yang lebih dari satu orang,
masalah tersebut adalah masalah sosial.
2. Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan.
Menurut paham hedonisme, orang cenderung mengulang sesuatu yang
menyenangkan dan menghindari sesuatu yang tidak mengenakkan.[1] Orang
senantiasa menghindari masalah, karena masalah selalu tidak
menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat menentukan suatu masalah dapat
dikatakan sebagai masalah sosial.
3. Kondisi yang menuntut perpecahan.
Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut
pemecahan.[1] Umumnya, suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika
masyarakat menganggap masalah tersebut perlu dipecahkan.[1] Pada waktu lalu,
masalah kemiskinan tidak dikategorikan sebagai masalah sosial, karena waktu itu
masyarakat menganggap kemiskinan sebagai sesuatu yang alamiah dan
masyarakat belum mampu memecahkannya. Sekarang, setelah masyarakat
memiliki pengetahuan danketerampilan untuk menggulangi kemiskinan,
kemiskinan ramai diperbicangkan dan diseminarkan, karena dianggap sebagai
masalah sosial.
4. Pemecahan masalah tersebut harus diselesaikan melalui aksi secara kolektif.
Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat
diatasi secara individual, tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui
rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena
penyebab dan akibatnya bersifat multidimensional dan menyangkut banyak orang.

C. UPAYA PENGENDALIAN
1. Sosialisi
Fromm (1994) menyatakan bahwa jika suatu masyarakat ingin berfungsi
secara efisien, maka anggotanya harus memiliki sifat yang membuat mereka ingin
berbuat sesuai dengan apa yang harus mereka lakukan sebagai anggota

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 62


masyarakat. Mereka harus menghentikan kegiatan mereka secara obyektif perlu
mereka melakukan. Orang dapat dikendalikan dengan mensosialisasikannya
kepada mereka, sehingga mereka menjalankan peran sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2. Tekanan sosial
Ketika seseorang mengalami tekanan keinginan dari sebuah masalah maka
ini adalah sebuah proses yang berkisinambungan dan sebagian besar berlangsung
tanpa disadari. seseorang memilih menjadi seorang petani kecil, dan kemudian
hanya berpandangan tentang partai Republik yang baik, namun berbeda ketika Dia
mengalami tekanan dari partai ini, maka Ia akan memiliki haluan yang berbeda
dengan pandangannya sebelumnya. Hal ini akan sama saat keadaan dilakukannya
penekanan pada masalah sosial melalui perubahan paradigma terhadap masalah
tersebut.
D. KEMUNCULAN
1. Sebagai akibat dari perubahan sosial
Perubahan demografi (pertumbuhan atau pengurangan atau perubahan dalam
susunan penduduk), perubahan ekologi (perubahan dalam relasi antara (penduduk
dengan lingkungannya), perubahan kultural (perubahan dalam relasi untuk
memproduksi hasil ciptaan manusia, termasuk perubahan teknologi, dan
perubahan struktur (perubahanorganisasi dan relasi-relasi sosial). Perubahan-
perubahan yang alami umumnya tidak banyak mendapatkan sorotan atau
tanggapan karena dianggap wajar. Sedangkan perubahan yang terencana sering
menimbulkan kritik tajam bila tidak menemukan apa yang diharapkan atau
timbulnya masalah sosial akibat tidak sesuainya harapan dan kenyataan
2. Sebagai akibat dari pembangunan sosial
Pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana
dan dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan,
dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika
proses pembangunan ekonomi. Namun, ketika proses perubahan ini tidak berjalan
sesuai dengan rencana, maka tujuan dari pembangunan ini tidak akan terwujud,
yang kemudian dapat menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat yang menjadi
target pembangunan ini.

TUGAS KELOMPOK DISKUSI.


1. Rokok dan Minuman Keras (Miras)
2. Narkotika dan Zat Adiktif
3. HIV dan AIDS

Bun Yamin M. Badjuka, M. Kes 2012/2013 63

Anda mungkin juga menyukai