Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk
saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi sosial akan
berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut
menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau
lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi
persaingan dan pertikaian. Seperti hal nya dalam bimbingan dan konseling,
bimbingan dan konseling merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
kepada koseli agar konseli mampu memahami dirinya serta membantu
mengembangkan potensi yang dimiliki klien sesuai dengan norma yang berlaku
melalui proses wawancara. Dalam proses konseling interaksi sosial mempunyai peran
yang sangat penting yaitu agar adanya perubahan sikap atau tingkah laku konseli ke
arah yang lebih baik. Selain agar adanya perubahan pada diri konseli, interaksi sosial
diharapkan mampu meningkatkan kualitas beragam peran sosial dalam kehidupan
kelompok dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1) Pengertian dari interaksi sosial?
2) Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
3) Fungsi dan tujuan interaksi sosial?
4) Bentuk-bentuk interaksi sosial?
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial?
6) Peran interaksi sosial terhadap bimbingan dan konseling?
BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengertian Interaksi Sosial


Ada beberapa ahli yang mendefinisakan interaksi sosial, diantaranya adalah:
Homans (dalam Ali. : 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian
ketika suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang
menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan Homans ini mengandung
pengertian bahwa interaksi sosial merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan lain yang menjadi
pasangannya.
Shaw mendefinisikan interaksi sosial sebagai suatu pertukaran antar pribadi yang
masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam keadiran
mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
Thibaut dan Kelley mendefinisikan interaksi sosial merupakan peristiwa saling
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam ksus
interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Gillin dan Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungna antara orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun orang perorangan dengan kelompok.

2) Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan
antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Ada dua
syarat terjadinya interaksi sosial :

a. Adanya kontak sosial (social contact)


Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar
individu dengan kelompok, antar kelompok dengan kelompok. Selain itu, suatu
kontak dapat pula bersifat langsung (face to face) maupun tidak langsung atau
sekunder. Yakni kontak sosial yang dilakukan melalui perantara, seperti melalui
telepon, orang lain, surat kabar, dan lain-lain.
b. Adanya Komunikasi Sosial
Yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa
yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya
komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok individu atau
perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu
kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.

Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


· Pelaku lebih dari satu orang
· Adanya komunikasi di antara pelaku
· Adanya tujuan mungkin sama atau tidak sama antar pelaku
· Adanya dimensi waktu

3) Fungsi dan Tujuan Interaksi Sosial


a. Fungsi Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial yang bertentuk kerjasama atau kooperatif (asosiatif)
mempunyai fungsi positif antara lain:
Ø Proses pencapaian tujuan hidup individu atau kelompok mudah terwujud
Ø Mendorong terwujudnya pola kehidupan individu atau kelompok secara integratif
Ø Setiap individu dapat meningkatkan kualitas beragam peran sosial dalam
kehidupan kelompok
Ø Mendorong terbangunnya sikap mental positif pada setiap individu dalam proses-
proses sosialnya
Ø Mendorong lahirnya beragam inovasi di berbagai bidang menuju masyarakat
madani.

Dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk persaingan atau


kompetisi (dissosiatif) mempunyai fungsi positif, antara lain:
Ø Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
Ø Sebagai media tersalurkannya keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada
suatu masa menjadi pusat perhatian secara baik oleh mereka yang bersaing
Ø Merupakan alat untuk menempatkan individu pada status dan peran yang sesuai
dengan kemampuan keahliannya
Ø Sebagai alat menjaring para individu atau kelompok yang akhirnya menghasilkan
pembagian kerja yang efektif.
Demikian juga, dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk konflik
(dissosiatif) mempunyai fungsi positif, yaitu:
Ø Dapat mendorong terjadinya perubahan pola perilaku seseorang atau kelompok ke
arah yang lebih baik
Ø Dapat mendorong terjadinya atau terbangunnya solidaritas ingroup dalam
kehidupan kelompok
Ø Dapat mendorong lahirnya karya demi karya yang lebih inovatif atau lebih maju
(Wilson, E.K 1966: Mack, R. and Pease, J. 1973)
b. Tujuan Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan faktor paling penting dalam proses-proses sosial. Diantara
tujuan seseorang melakukan interaksi sosial antara lain:
Ø Untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan tertentu, baik yang bersifat individu atau
kelompok
Ø Untuk proses pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial atau pemenuhan
kebutuhan fisik dan non fisik
Ø Untuk meningkatkan kualitas kompetensi diri dalam berbagai aspek kehidupan
sosial di masyarakat
Ø Untuk membangun solidaritas ingroup atau outgroup dalam kehidupan sosial di
masyarakat
Ø Dalam rangka mendapat masukan atau media evaluasi diri atau refleksi diri tentag
pola perilaku yang telah di lakukan dalam proses-proses sosial.
4) Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Gillin dan gillin menggolongkan proses sosial yang muncul akibat dari adanya
interaksi sosial menjadi dua jenis, yakni proses yang mengarah pada terwujudnya
persatuan dan integrasi sosial (asosiatif) dan proses oposisi yang berarti cara berjuang
untuk melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu (disosiatif).
a. Assosiatif
Asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan mendorong terciptanya pola
keteraturan sosial. Berikut adalah bentuk-bentuk dari asosiatif :
Ø Kerja Sama (cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk usaha bersama antar perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan
harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat
bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta
balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian
tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya
dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan
terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan
out-group-nya).

Bentuk kerja sama dapat dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Berdasarkan sifatnya
Kerja sama langsung (direct cooperation), yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah
atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
Kerja sama spontan (spontaneus cooperation), yaitu kerja sama yang terjadi secara
serta-merta.
Kerja sama kontak (contractual cooperation), yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat
atau ketetapan tertentu yang disepakati bersama.
Kerja sama tradisional (traditional cooperation), yaitu kerja sama sebagian atau
unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.
2. Berdasarkan pelaksanaannya
Kerukunan atau gotong royong
Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa
antara dua organisasi atau lebih.
Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan
pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara untuk menghindari konflik
yang bisa mengguncang organisasi.
Koalisi, yaitu kerja sama antara dua organisasi atau lebih yang keduanya mempunyai
tujuan yang sama. Tetapi, pada koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil
karena mereka memiliki strukturya masing-masing.
Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu.

Akomodasi
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan
oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan
sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu
proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan,
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak
pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti, terjadi penguasaan
(dominasi) suatu kelompok atas pada kelompok yang lemah. Contoh: penjajahan
yang terjadi di Indonesia, warga Indonesia di paksa untuk melakukan apa yang
belanda perintahkan.
Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat
perselisihan saling mengurangi tuntutan agat tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar
untuk melaksanakan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan
memahami keadaan pihak lainnya. Contoh: Perjanjian antara Indonesia dengan
Malaysia tentang batas wilayah perairan.
Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih
tidak sanggup mencapai kompromi sendiri, sehingga dilakukan melalui pihak ketiga.
Pihak ketiga di sini dapat ditunjuk oleh dua belah pihak atau oleh suatu badan yang
dianggap berwenang. Contoh: pertentangan antara karyawan dan pengusaha,
diselesaikan melalui serikat buruh serta Departemen Tenaga Kerja sebagai pihak
ketiga.
Mediasi (mediation), yaitu suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan
arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah bersikap netral dan
tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian
perselisihan antara kedua belah pihak. Contoh: mediasi pemerintah RI untuk
mendamaikan faksi-faksi yang berselisih di Kamboja. RI hanya menjadi fasilitator,
sedangkan keputusan mau berdamai atau tidak tergantung niat baik masing-masing
faksi yang bertikai.
Konsiliasi (conciliation), yaitu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang bertikai untuk tercapainya kesepakatan bersama.
Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang
bertikai untuk mengadakan asimilasi. Contoh: panitia tetap penyelesaian masalah
ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan perwakilan karyawan untuk
menyelesaikan pemogokan.
Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan yang
resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa direncanakan
karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari
perselisihan yang saling menrugikan kedua belah pihak. Contoh: umat kristiani tidak
makan ketika main bersama dengan umat islam yang sedang berpuasa
Stalemate, yaitu bentuk akomodasi ketika kelompok yang bertikai mempunyai
kekuatan yang seimbang. Lalu keduanya sadar bahwa tidak mungkin lagi untuk maju
atau mundur, sehingga per-tentangan atau ketegangan antara keduanya akan berhenti
dengan sendirinya. Contoh: pcrsaingan antara Blok Barat dan Blok Timur Eropa
berhenti dengan sendirinya tanpa ada pihak yang kalah ataupun menang.
Ajudikasi (adjudication), yaitu penyelesain masalah atau sengketa melalui pengadilan
atau jalur hukum. Contoh: Persengketaan tanah warisan yang diselesaikan di
pengadilan.
Displacement, yaitu bentuk akomodasi yang merupakan untuk mengakhiri suatu
pertentangan dengan cara mengalihkan perhatian pada objek bersama. Contoh:
adanya persengketaan Indonesia-Australia tentang batas ZEE berakhir setelah
dilakukan pembagian eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di Cclah Timor.
Persengketaan yang terjadi karena keberadaan sumberdaya alam, dan bukan ZEE.
Konversi, yaitu bentuk akomodasi dalam menyelesaikan konflik dimana salah satu
pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain. Contoh: dua
keluarga besar bermusuhan karena perbedaan prinsip, tetapi karena anak mereka
saling menjalin cinta yang tidak mungkin dipisahkan, sikap permusuhan pun luluh
dan bersedia saling menerima pertunangan anak-anaknya
Asimilasi
Asimilasi (assimilation) berarti proses penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki
dengan sifat-sifat lingkungan sekitar. Asimilasi merupakan proses sosial tahap lanjut
atau tahap penyempurnaan. Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama
dan akomodasi.
Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang berbeda
dan membentuk suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian
kebudayaannya yang asli. Lamanya proses akulturasi sangat tergantung pada persepsi
masyarakat setempat terhadap budaya luar yang masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam
waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya,
apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat.
Contoh: Candi Borobudur merupakan perpaduan kebudayaan India dengan
kebudayaan Indonesia; musik Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan
musik keroncong.

b. Disosiatif
Walaupun proses sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial.
Bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti cara yang bententangan dengan
seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Walau demikian, ada
juga manfaatnya demi tercipta suatu keteraturan sosial.
Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk sebagai berikut :
Persaingan (competition)
Persaingan (Competition) merupakan suatu proses sosial ketika berbagai pihak saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan terjadi
apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau
sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Contoh: Persaingan siswa dalam
memperoleh juara kelas dalam ujian akhir semester. Persaingan dilakukan dengan
norna dan nilai yang diakui bersama. Sehingga kecil kemungkinan persaingan
menggunakan kekerasan atau ancaman.
Kontravensi (contravension)
Kontravensi (contravension) merupakan proses sosial yang ditandai adanya
ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap
kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka.
Kontravcnsi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai terjadi
perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian
antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga
dengan pendirian masyarakat.
Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi
sebagai berikut :
Kontarvensi Umum, contoh : Penolakan, perlawanan, protes, gangguan, mengancam
pihak lain.
Kontravensi sederhana, contoh : menyangkal pernyataan orang lain di depan umum.
Kontravensi intensif, contoh : Penghasutan, penyebaran desas-desus, memfitnah
Kontravensi rahasia, contoh : pembocoran rahasia, khianat
Kontarvensi taktis, contoh : mengejutkan pihak lawan. Provokasi, intimidasi.
Pertikaian
Pertiakaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Sebab peselisihan
sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena adanya perbedaan antara kalangan
tertentu dalam masyarakat. Semakain tajam perbedaan mengakibatkan amarah dan
rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang
pihak lain.
Konflik (conflict)
Konflik merupakan suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman kekerasan.
Konflik tidak hanya berwujut pertentangan fisik sajaakan tetapi pihak yang satu
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya
5) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses interaksi sosial, yaitu :
a. Imitasi
Imitasi merupakan tindakan meniru orang lain. Imitasi memiliki segi positif juga
segi negatif, dikatakan positif apabila individu tersebut mengikuti atau maniru
individu lain yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
b. Sugesti
Sugesti merupakan reaksi seseorang terhadap sesuatu secara langsung dan tanpa
dipikir terlebih dahulu. Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran itu
tergugah secara emosional tanpa dipikir terlebih dahulu. Sugesti biasanya dilakukan
dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di lingkungan
sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas)
terhadap kelompok kecil (minoritas), ataupun orang dewasa terhadap anak-anak.
Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada usia, kepribadian,
kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang. Sugesti dapat dibedakan atas
tiga jenis, yaitu :
Sugesti kerumunan (crowd sugessition)
Adalah penerimaan yang tidak didasarkan pada penalaran, melainkan karena
keanggotaaan atau kerumunan
2. Sugesti negatif (negative suggestion) ditujukan untuk menghasilkan tekanan-
tekanan atau pembatasan tertentu.
3. Sugesti prestise (prestige suggestion) adalah sugesti yang muncul sebagai akibat
adanya prestise orang lain.
c. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Biasanmya yang menjadi objek dari proses
identifikasi adalah idolanya. Skap, perilaku, keyakinan dan pola hidup yang menjadi
idola akan melembaga bahkan menjiwai para pelaku identifikasi, sehingga sangat
berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadiannya.
d. Simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam
proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan
utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja
sama dengannya.
6) Peran Interaksi Sosial terhadap Bimbingan dan Konseling
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dalam bimbingan dan
konseling, konseling ini di lakukan melalui proses wawancara antara konseli dengan
konselor. Secara tidak langsung dari proses wawancara ini telah terjadi proses
interaksi sosial di antara keduanya. Dalam bimbingan dan konseling ini interaksi
sosial mempunyai peran antara lain :
Dapat mengubah perilaku konseli ke arah yang lebih baik
Dengan melakukan proses wawancara antara konseli dengan konselor, konselor
membantu konseli untuk dapat menyelesaiakan masalahnya. Sehingga masalah
konseli dapat terselesaikan.
Membantu konseli bagaimana hidup dalam lingkup sosial masyarakat
Membantu konseli agar dapat menempatkan diri pada ststus dan peran sesuai dengan
keahlian yang dimilikinya
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
atau kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kompetensi diri dalam berbagai aspek kehidupan sosial di masyarakat.
Semakin kita sering berinteraksi dengan orang lain maka kompetensi kita dalam
hidup di masyarakat akan meningkat. Interaksi sosial mempunyai fungsi untuk
mendorong terbangunnya sikap mental positif pada setiap individu dalam proses-
proses sosialnya. Terdapat dua bentuk dalam interaksi sosial diantaranya adalah
assosiatif dan dissosiatif, assosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang
mendorong terciptanya keteraturan sosial. Sedangkan dissosiatif merupakan bentuk
interaksi sosial yang mengarah pada ketidak teraturan pola sosial. Ada empat faktor
yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu, imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati.
Dalam bimbingan dan konseling interaksi sosial mempunyai peran yang salah
satunya adalah dapat meningkatkan kemampuan konseli untuk hidup dalam lingkup
sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai