Anda di halaman 1dari 66

Siap menuju UN Sosiologi 2008.

Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

SKL 1

Mendeskripsikan interaksi sosial sesuai


dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
INTERAKSI SOSIAL

Pengertian Interaksi Sosial.


1. Soerjono Soekanto
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara inividu
dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara
kelompok dengan kelompok.
2. Macionis
Interaksi sosial adalah proses bertindak (aksi) dan membalas
tindakan (reaksi) yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain.
3. Broom & Selznic
Interaksi sosial adalah proses bertindak yang dilandasi oleh
kesadaran adanya orang lain dan proses menyesuaikan respon
sesuai dengan tindakan orang lain.
Proses Interaksi Sosial.
Interaksi sosial selalu terjadi karena ada aksi dan reaksi diantara
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, oleh karena itu interaksi
sosial bersifat resiprokal(berdampak mempengaruhi).
Interaksi sosial erat kaitannya dengan tindakan sosial. Tindakan
sosial adalah segala perilaku/tindakan seseorang yang memiliki
pengaruh atau ditujukan bagi pihak lain. Tindakan sosial
diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu:
a. Tindakan rasional instrumental.
Yaitu tindakan sosial yang dilakukan secara sengaja dan
terencana. Baik tujuan maupun cara-caranya sudah ditetapkan
secara sadar sebelumnya. Misalnya guru yang sedang mengajar,
delegasi yang sedang menegosiasikan suatu perundingan, dsb.
b. Tindakan rasional berorientasi nilai.
Yaitu suatu tindakan sosial yang dilakukan karena ingin mencapai
suatu kualitas nilai tertentu. Baik tujuan maupun cara-caranya
sudah tidak perlu dipersoalkan, karena sudah ditentukan oleh
suatu tata nilai yang dianut. Misalnya seseorang yang sedang
tekun beribadah, seseorang yang sedang bersedekah, dsb.
c. Tindakan afektif.
Yaitu tindakan sosial yang kemunculannya di dorong oleh situasi
afeksi (perasaan) seseorang. Misalnya seseorang yang menangis
karena sedang mengalami kesedihan, seseorang yang sedang
Halaman 1 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

tertawa terbahak-bahak karena sesuatu yang dianggapnya lucu,


dsb.
d. Tindakan tradisional.
Yaitu tindakan sosial yang dilakukan oleh seseorang karena di
dorong oleh adanya aturan tradisi dalam masyarakat. Misalnya
seseorang yang sedang melakukan prosesi ruwatan, dsb.
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial.
Interaksi sosial terjadi karena adanya dua pihak yang saling kontak
sosial dan komunikasi. Kontak diartikan sebagai hubungan dengan
orang lain. Hubungan ini terjadi setelah seseorang melakukan
aktifitas (tindakan) yang membuat orang lain memperhatikannya,
misalnya memanggil nama seseorang, menjabat tangan seseorang,
menepuk bahu, dll. Dilakukan dengan tatap muka (kontak langsung
atau kontak primer) maupun dengan melalui sarana penghubung
atau orang lain sebagai perantara (kontak tidak langsung atau
kontak sekunder). Komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain. Unsur-unsur komunikasi meliputi:
komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek/respon,proses.
Ciri-ciri interaksi sosial:
- Jumlah pelaku lebih dari dua orang
- Terjadi komunikasi melalui kontak sosial
- Memiliki tujuan tertentu
- Terdapat dimensi waktu tertentu
- Terjadi melalui suatu pola tertentu
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interakkasi sosial dapat dibedakan ke dalam dua bentuk yaitu
Interaksi Sosial Yang Bersifat Asosiatif dan Interaksi Sosial Yang
Bersifat Dissosiatif.
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif adalah interaksi sosial yang
mengarah kepada terbentuknya proses menuju persatuan atau
integrasi sosial. Termasuk bentuk interaksi asosiatif antara adalah:
1. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama adalah usaha bersama antar manusia untuk mencapai
tujuan bersama.
Bentuk-bentuk kerja sama:
a. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang atau jasa antara dua organiosasi atau lebih.
b. Coalition, yaitu Kombinasi/penggabungan antara dua atau
lebih organisasi yang mempunyai tujuan sama.
c. Cooptation, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan dan pelaksanaan organisasi politik.
d.
Joint Venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek
tertentu.
Halaman 2 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

e.
Bentuk-bentuk kerjasama yang lain :
- Kerjasama Sspontan (spontaneous cooperation),
- Kerjasama kontrak (contractual cooperation),
- Kerjasama perintah (direct cooperation),
- Kerjasama tradisional (traditional cooperation).
2. Akomodasi (acomodation)

Akomodasi mempunyai dua pengertian, yaitu:


Akomodasi yang berarti penyesuaian diantara perbedaanperbedaan yang ada di dalam masyarakat. (sebelum terjadinya
ketegangan maupun konflik),
Akomodasi baru adalah proses mencapai persetujuan sementara
atau penyelesaian masalah diantara pihak-pihak yang sedang
berkonflik.
Bentuk-bentuk akomodasi:
a. Koersi (penggunaan paksaan, secara fisik maupun psikologis)
b. Displacement (pengalihan sasaran)
c. Subordinasi (pihak yang lemah menerima kehendak pihak yang
kuat)
d. Kompromi (kedua belah pihak saling memberikan konsesi)
e. Mediasi (melibatkan pihak ke-3 sebagai mediator)
f. Konsiliasi
(mengirim
wakil-wakil
untuk
berundingmempertemukan wakil-wakil pihak untuk mencapai
kesepakatan)
g. Arbitrasi (pihak ke-3 sebagai penentu keputusan)
h. Toleransi (setuju untuk berinteraksi secara damai, tanpa
persetujuan yang sifatnya formal)
i. Adjudication (melalui peradilan)
j. Segregasi (memisahkan/melokalisir satu sama lain)
k. Stalemate (berhenti dalam keseimbangan)
l. Eliminasi (pengunduran diri salah satu pihak karena mengalah)
m.Subjugtion/domination (pihak yang mempunyai kekuatan
besar meminta kepada pihak lain untuk menaatinya)
n. Konversi (salah satu pihak bersedia mengalah,menerima
pendirian pihak lain)
o. Cease fire (gencatan senjata, penangguhan permusuhan).
p. Majority rule (keputusan yang diambil berdasarkan suara
terbanyak)
q. Minority consent (golongan minoritas tidak merasa dikalahkan
tetapi dapat melakukan kegiatan bersama)
3. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi adalah peleburan beberapa kebudayaan menjadi satu,
sehingga akar konflik yang bersumber pada perbedaan kebudayaan terhapus.

Halaman 3 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

4. Persaingan (competition)
Persaingan adalah usaha untuk melakukan sesuatu secara lebih
baik dibandingkan orang atau kelompok lain dalam mencapai
tujuan.
Persaingan akan terjadi jika sesuatu yang jumlahnya terbatas
dibutuhkan atau diinginkan oleh dua atau lebih pihak.
5. Pertentangan/pertikaian (conflict)
Konflik adalah upaya-upaya mendapatkan sesuatu dengan cara
melemahkan atau bahkan menghancurkan pihak lain.
Fungsi konflik: (a) menyelesaikan persoalan, (b) meningkatkan
kesatuan, solidaritas, dan kehendak untuk berkorban masingmasing kelompok, (c) mempercepat perubahan sosial.
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Interaksi Sosial
A. Faktor dari Dalam Diri Individu
(1) Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
(2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup
(3) Dorongan untuk mengembangkan diri dan memengaruhi orang
lain.
a. Imitasi yaitu tindakan seseorang untuk meniru sikap,
penampilan, gaya hidup orang lain.
b. Identifikasi yaitu usaha seseorang untuk menjadi sama
dengan orang lain.
(4) Kepedulian terhadap orang lain.
a. Sugesti yaitu pandangan atau pengaruh yang diberikan
kepada orang lain sehingga orang lain tersebut mengikuti
pandangan atau pengaruh tersebut dengan tanpa berpikir
panjang lagi.
b. Simpati yaitu perasaan tertarik kepada pihak lain yang
mendorong keinginan untuk memahami dan bekerja sama.
c. Empati yaitu perasaan terlibat dengan orang lain.
d. Motivasi yaitu pandangan atau pengaruh yang diberikan
kepada orang lain sehingga orang lain tersebut mengikuti
pandangan atau pengaruh tersebut secara kritis dan
bertanggungjawab.
B. Faktor dari Luar Individu
Tindakan orang lain, kejadian-kejadian yang berlangsung di
sekitar orang lain, merupakan hal-hal yang dapat merangsang
timbulnya interaksi sosial.

Halaman 4 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

NILAI DAN NORMA SOSIAL


Pengertian Nilai
1. Anthony Giddens
Nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok tentang apa yang dikehendaki, apa yang layak, dan apa
yang baik atau buruk.
2. Horton & Hunt
Nilai adalah gagasan-gagasan tentang apakah suatu tindakan itu
penting atau tidak penting.
3. Richard T Schaefer dan Robert P Lamm
Nilai merupakan gagasan kolektif tentang apa yang dianggap
baik, penting, diinginkan, dan dianggap layak. Sekaligus tentang
yang dianggap tidak baik, tidak penting, tak diinginkan, dan
tidak layak dalam sebuah kebudayaan.
Secara umum nilai didefinisikan sebagai konsepsi abstrak mengenai
apa yang diangap baik dan apa yang dianggap buruk. Dalam
masyarakat, umumnya ada nilai-nilai yang dianut bersama oleh
warga masyarakat. Nilai-nilai bersama itu sering disebut sebagai
nilai sosial.
Macam-macam Nilai Sosial.
C Cluckhohn melihat bahwa semua nilai kebudayaan pada dasarnya
mencakup hal-hal sebagai berikut:
Nilai mengenai hakekat hidup manusia.
Nilai mengenai hakekat karya manusia.
Nilai mengenai hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu.
Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam.
Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya.
Prof Notonegoro membagi nilai menjadi tiga, yaitu:

Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur


fisik/jasmani manusia.

Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia


untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas.

Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi


bathin/rohani manusia, meliputi:
- Nilai kebenaran, yang bersumber pada unsur akal manusia.
- Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur cita rasa indah
(nilai estetis).
- Nilai
moral/kebaikan yang bersumber pada unsur
karsa/kehendak (hati nurani).
- Nilai religius, yang bersumber pada kepercayaan dan
keyakinan manusia.
Halaman 5 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Berdasarkan cirinya nilai sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


Nilai Dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada
nilai yang lainnya.
Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal
berikut:

Banyaknya orang yang menganut nilai


tersebut.

Berapa lama nilai itu dianut atau digunakan

Tinggi rendahnya usaha orang untuk


memberlakukan nilai tersebut.

Prestise/kebanggaan
orang-orang
yang
menggunakan nilai tersebut.
Nilai yang mendarah daging (internalized value), adalah nilai
yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan seseorang.
Biasanya nilai ini sudah tersosialisasi sejak kecil. Bilamana
seseorang gagal melaksankannya ia akan merasa malu atau
bahkan merasa bersalah.
Beberapa ahli juga membedakan nilai menjadi nilai material dan
nilai immaterial.
Nilai immaterial (ajaran/ideologi, gagasan, religi, sistem
politik, dll), membentuk kepribadian, tingkah laku, martabat,
dan intelektual.
Nilai material (kegunaan, kenikmatan), menghasilkan sesuatu
yang dinikmati dan digunakan oleh panca indera (memenuhi
kebutuhan jasmaniah).
Ciri-ciri Nilai.

Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi


antar warga masyarakat.

Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan


lahir)

Terbentuk melalui proses sosialisasi (proses belajar)

Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan


kepuasan sosial manusia.

Dapat mempengaruhi perkembangan diri manusia.

Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.

Cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk


sistem nilai.
Nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Nilai mengandung standar
normatif dalam perilaku individu maupun perilaku masyarakat.
Fungsi Nilai

Halaman 6 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Dapat
menyumbangkan
seperangkat
alat
untuk
menetapkan harga sosial suatu kelompok suatu kelompok atau
suatu perbuatan.
Dapat mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan
bertingkah laku.
Sebagai penentu akhir manusia dalam memenuhi
peranan-peranan sosialnya.
Sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok
atau masyarakat.
Sebagai alat pengawas perilaku manusia.

Pengertian Norma.
1. Macionis
Norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat
yang memandu perilaku anggota-anggotanya.
2. Richard T Schaefer dan Robert P Lamm
Norma adalah standar perilaku yang mapan, yang dipelihara oleh
masyarakat.
3. Craig Calhoun
Norma adalah aturan atau pedoman yang menyatakan tentang
bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi
tertentu.
Macam-macam Norma Dalam Masyarakat
@ Norma sosial yang mengatur masyarakat ada yang bersifat formal
dan bersifat non formal.
Norma formal bersumber dari lembaga masyarakat (institusi)
yang formal atau resmi. Norma ini biasanya tertulis, misalnya
konstitusi, surat keputusan, peraturan daerah, dsb.
Norma non formal biasanya tidak tertulis, misalnya pantanganpantangan (tabu), aturan dalam keluarga, adat-istiadat, dsb.
@ Norma yang berlaku dalam masyarakat juga dapat dikelompokkan
ke dalam lima jenis, yaitu norma agama, norma kesusilaan,
norma kesopanan, norma kebiasaan, dan norma hukum.
1) Norma Agama, yaitu suatu norma yang berdasarkan ajaran
atau kaidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak.
2) Norma Kesusilaan, didasarkan pada hati nurani atau akhlak
manusia. Pelanggaran terhadap norma kesusilaan ini
misalnya
pembunuhan,
pemerkosaan,
pelecehan,
pengkhianatan, dsb.
3) Norma Kesopanan, adalah norma yang berpangkal dari
kepantasan dalam berperilaku masyarakat, misalnya cara
berpakaian, cara bersikap, cara berbicara, dsb.
4) Norma Kebiasaan, merupakan hasil dari perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang sebagai tanda masyarakat
menyetujuinya. Orang yang tidak melaksakannya akan
Halaman 7 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

5)

dianggap aneh. Misalnya kebiasaan melakukan selametan


bagi anak yang baru dilahirkan, kebiasaan mudik menjelang
hari raya, kebiasaan memperingati arwah orang yang sudah
meninggal dunia, dsb.
Norma Hukum, yaitu himpunan petunjuk hidup atau perintah
dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat. Diakui oleh masyarakat sebagai peraturan yang
sah dan memiliki aparat yang berwenang menegakkan sanksi.
Sanksi norma ini bersifat mengikat dan memaksa.

@ Dilihat dari kekuatan mengikat terhadap anggota masyarakat


norma dibedakan menjadi empattiga tingkatan sebagai berikut:
1) Usage (cara)
Yaitu cara melakukan sesuatu dalam hubungan atau interaksi
antar individu dalam masyarakat.
Seperti cara orang menyatakan kepuasannya sesudah makan.
2)

Folkways (kebiasaan)
Yaitu kebiasaan suatu kelompok dalam melakukan suatu hal.
Seperti makan dengan menggunakan sendok dan garpu,
berjabat tangan, mengenakan baju batik dalam acara-acara
resmi, mengendarai kendaraan di jalur sebelah kiri, dan lain
sebagainya.

3)

Mores (tata kelakuan)


Mores adalah norma yang dilandasi oleh moral, berupa
gagasan tentang benar atau salah yang mendorong
dilakukannya perbuatan-perbuatan tertentu dan melarang
perbuatan-perbuatan lainnya.
Misalnya larangan/tabu dalam bidang makanan, larangan
mem-pertontonkan anggota badan tertentu, larangan
berbuat asusila, dan lain-lain.
Richter Jr membedakan mores dengan folkways dari segi ada
tidaknya kaitan moral di balik suatu norma.

4)

Custom (adat istiadat)


Merupakan tata kelakuan yang telah terintegrasi dengan kuat
di dalam masyarakat. Warga yang melanggara adat akan
dikenai sanksi yang sangat keras, misalnya dikucilkan, diusir,
atau didenda berat oleh hukum adat, atau dikutuk oleh oleh
leluhurnya bahwa hidupnya akan sengsara, cepat mati, dsb.
Misalnya larangan perkawinan satu marga, pantangan
bercerai bagi orang Lampung, larangan perkawinan sumbang
(incest), dsb.

Fungsi Norma
Norma memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan bersama warga
masyarakat. Beberapa fungsi tersebut antara lain:
Halaman 8 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

a. Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang


berlaku.
b. Menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
c. Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat.
d. Menjadi dasar untuk memberikan sanksi kepada warga masyarakat yang melanggar norma.
Keteraturan dan Tertib Sosial
Terwujudnya keteraturan sosial sangat dipengaruhi oleh seberapa
jauh kesesuaian perilaku anggota-anggota masyarakat dengan nilai
dan norma yang berlaku. Terwujudnya keteraturan sosial
berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tertib sosial Order Keajegan Pola Keteraturan Sosial
Tertib sosial, (social order) yaitu kondisi kehidupan suatu
masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur, dimana setiap
individu bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya.
Order, yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang diakui
dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Order dapat dicapai
apabila ada tertib sosial dimana setiap individu melaksanakan
kewajiban dan haknya.
Keajegan, yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak
berubah sebagai hasil dari hubungan antara tindakan, nilai, dan
norma sosial yang berlangsung secara terus menerus.
Pola, yaitu corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi
sosial yang dijadikan model bagi semua anggota masyarakat. Pola
dapat tercapai apabila keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam
berbagai situasi.

SKL 2

Mengidentifikasi proses sosialisasi dalam


pembentukan kepribadian.
SOSIALISASI
Pengertian Sosialisasi
1. Stewart
Sosialisasi adalah proses orang mempperoleh kepercayaan, sikap,
nilai, dan kebiasaan dalam kebudayaannya.
2. Ritcher Jr
Halaman 9 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan,


keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi
sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam
satu kedudukan atau peranan tertentu dalam masyarakatnya.
3. Peter L Berger
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi
anggota yang dapat berpartisipasi dalam masyarakat.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik beberapa pengertian


pokok tentang sosialisasi sebagai berikut:
a) Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup
manusia.
b) Dalam sosialisasi terjadi saling memengaruhi antara individu
dengan masyarakat beserta kebudayaannya.
c) Melalui proses sosialisasi individu menyerap pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, norma, sikap, dan keterampilanketerampilan dari kebudayaan masyarakatnya.
d) Hasil sosialisasi adalah berkembangnya kepribadian seseorang
menjadi satu peribadi yang unik, sedangkan kebudayaan masyarakat juga juga terpelihara dan berkembang melalui
sosialisasi.
Proses Sosialisasi.
Sosialisasi berlangsung melalui interaksi sosial antar manusia.
Manusia mempelajari sesuatu dari orang-orang yang paling penting
dalam kehidupannya, seperti anggota keluarga dekat, teman baik,
dan para guru. Namun demikian manusia juga orang-orang yang
mereka temui di jalan, di televisi, dalam film, majalah, atau
melalui internet.
Hal-hal yang disosialisasikan dalam proses sosialisasi adalah
pengetahuan, nilai, norma, serta keterampilan hidup. Pengetahuan
disosialisasikan melalui proses pendidikan dan pengajaran,
keterampilan disosialisasikan melalui proses pelatihan. Pada
akhirnya nilai dan norma sosial diinternalisasikan oleh orang yang
terlibat dalam proses sosialisasi itu. Proses internalisasi adalah
proses mempelajari atau menerima nilai dan norma sosial sepenuhnya sehingga menjadi bagian dari sistem niali dan norma yang
dianutnya.
Menurut G.H. Mead, proses sosialisasi berlangsung melalui tahapan
tertentu, yaitu:
1. Preparatory Stage / Imitation Stage
Tahap ini merupakan tahap persiapan, dimana seorang anak
sejak mulai bayi diajarkan kemampuan-kemampuan berperilaku
sebagaimana manusia pada umumnya. Diajari berjalan,
berbicara, mengenakan pakaian, nama benda-benda, dsb.

Halaman 10 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

2.

Play Stage
Dalam tahap ini seorang anak mulai belajar mengambil peran
orang-orang yang berada di sekitarnya, terutama orang-orang
yang sering berinteraksi dengannya (significant others).

3.

Game Stage
Pada tahap ini seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang
harus dijalankannya, tetapi telah memahami pula yang harus
dijalankan oleh orang lain.

4.

Generalized Others
Dalam tahap ini individu sudah mampu mengambil peran-peran
orang lain yang lebih luas (generalized others), tidak hanya
peran-peran orang terdekatnya. Misalnya sebagai anak ia
mampu memahami peran-peran orang tuanya, sebagai siswa ia
mampu memahami peran sekolahnya, ia juga sudah mampu
berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Pada tahap ini seseorang
dikatakan sudah mempunyai diri (self).??????

Tujuan sosialisasi:
(1) Menumbuhkan disiplin dasar.
(2) Menanamkan aspirasi atau cita-cita.
(3) Mengajarkan peran-peran sosial dan sikap-sikap penunjangnya.
(4) Mengajarkan keterampilan sebagai persiapan dasar untuk
berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa.
Bentuk-bentuk Sosialisasi.
Dilihat dari prosesnya sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sosisialisasi primer
Yaitu sosialisasi pertama (awal) yang dijalani seseorang semasa
kanak-kanak, dan yang berfungsi mengantar mereka memasuki
kehidupan sebagai anggota masyarakat. Sosialisasi primer
berlangsung dalam keluarga,
b. Sosialisasi sekunder
Yaitu sosialisasi lanjutan dimana seseorang menjalani sosialisasi
di sektor-sektor kehidupan nyata di masyarakat.
Dilihat dari caranya, sosialisasi yang berlangsung di dalam keluarga
dibedakan menjadi:
a) Sosialisasi represif
Yaitu proses sosialisasi yang lebih mengutamakan penggunaan
hukuman, komunikasi satu arah, dan kepatuhan penuh anak-anak
kepada orang tua. Peran orang tua sangat dominan.

Halaman 11 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

b) Sosialisasi partisipatif
Yaitu sosialisasi yang lebih mengutamakan penggunaan motivasi,
persuasi, komunikasi timbal balik, dan penghargaan terhadap
otonomi anak. Orang tua merupakan partner sharing tanggung
jawab dalam proses tersebut.
Dilihat dari sifat agennya, sosialisasi dapat dibedakan menjadi:
(1) Sosialisasi formal, yaitu proses sosialisasi yang berlangsung
melalui lembaga-lembaga yang berwenang, seperti sekolah,
akademi militer, dsb.
(2) Sosialisasi informal, yaitu proses sosialisasi yang berlangsung di
dalam masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti dalam keluarga, antara teman, dsb.
(3)
Media Sosialisasi
1. Keluarga
Keluarga adalah lembaga yang paling terkait erat dengan proses
sosialisasi seseorang. Keluarga menjalankan fungsi-fungsi sebagai
berikut:
(a) Menjaga dan memelihara anak (fungsi pengasuhan)
(b) Tempat awal persemaian nilai dan norma (fungsi edukasi)
(c) Tempat persemaian cinta dan kasih sayang (fungsi afeksi)
(d) Tempat perlindungan bagi anak (fungsi proteksi)
(e) Tempat relaksasi dan mendapatkan penghiburan (fungsi
rekreasi)
(f) Sumber pemenuhan kebutuhan anak-anak (fungsi ekonomi)
2. Sekolah
Sekolah memperoleh mandat tegas untuk mensosialisasikan nilai
dan norma kebudayaan bangsa dan negara, dan tentu saja juga ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu di sekolah berlangsung proses
pendidikan dan pengajaran. Sekolah mengemban fungsi-fungsi
sebagai berikut:
(a) Memelihara kebudayaan dengan mewariskannya kepada
generasi muda.
(b) Mengembangkan kemampuan partisipasi siswa dalam kehidupan demokrasi, dengan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berpikir rasional serta mandiri.
(c) Memperkaya
kehidupan dengan memperluas wawasan
pengetahuan dan seni siswa.
(d) Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa.
(e) Meningkatkan kesehatan siswa dengan latihan fisik dan
pelajaran tentang kesehatan.
(f) Membentuk warga negara yang patriotik dengan pelajaran
tentang kejayaan negara, persatuan bangsa, dan sebagainya.

Halaman 12 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Disamping membaca, menulis, dan berhitung, menurut Robert


Dreeben anak di sekolah juga belajar tentang kemandirian
(independence), prestasi (achievement), spesifitas (specificity) dan
universalisme (universalism).
3. Kelompok teman sebaya (peer groups)
Menurut Piaget, hubungan diantara teman sebaya lebih demokratis
dibandingkan dengan hubungan antara orang tua dan anaknya.
Dalam keluarga orang tua dapat memaksakan berlakunya aturan
keluarga, dalam kelompok teman sebaya aturan perilaku dicari dan
diuji kemanfaatannya secara bersama-sama.
Kelompok teman sebaya dapat memberi pengaruh positif maupun
negatif.

4. Media Massa
Melalui radio, film, musik, televisi, surat kabar, majalah, dan
internet masyarakat memperoleh berita, wawasan, pengetahuan,
dan sebagainya yang tentu akan banyak manfaatnya.
5. Tempat kerja.
Tempat kerja merupakan tempat dimana seseorang dituntut untuk
mengaktualisasikan kemampuan dan tanggungjawabnya, sambil
sekaligus belajar tentang berbagai hal yang baru.
6. Negara
Dengan membuat berbagai peraturan perundang-undangan,
sebenarnya negara juga mensosialisasikan nilai dan norma yang
dianut oleh masyarakat, bangsa, dan negara kepada warga masyarakat.
Sosialisasi Sebagai Proses Pengenalan Nilai dan Norma Sosial
Budaya dalam Pembentukan Kepribadian.
Pengertian Kepribadian.
1. Horton
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, dan
temperamen seseorang.
2. 2. Schaefer dan Lamm
Kepribadian adalah keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri
khas, dan perilaku seseorang
3. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri
khas, dan perilaku seseorang.Keseluruhan perilaku seorang
individu dengan kecenderungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian situasi.
Halaman 13 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepribadian.


1. Warisan Biologis
Warisan biologis adalah semua yang diterima seseorang sebagai
manusia melalui gen kedua orang tuanya.
2. Lingkungan Fisik
Secara khusus lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian, namun lingkungan fisik memberi serangkaian pembatasan
bagi kebudayaan yang mungkin berkembang. Pada gilirannya
kebudayaan itulah yang memengaruhi kepribadian seseorang.
3. Kebudayaan
Setiap masyarakat mengembangkan satu atau beberapa macam
kepribadian dasar yang sesuai dengan kebudayaannya. Aspek
kebudayaan yang berpengaruh terhadap kepribadian adalah norma
kebudayaan.
4. Pengalaman Hidup dalam Kelompok
Kelompok adalah wahana dimana seseorang mengalami perkembangan kepribadian. Seseorang menyadari kebiasaan, memahami
larangan (tabu), dan menerima hadiah dan hukuman melalui
kelompok. Kelompoklah yang merupakan sarana langsung untuk
menyalurkan kebudayaan kepada seseorang. Dari berbagai
kelompok yang melingkupi kehidupan seseorang, ada kelompok yang
menjadi model bagi gagasan dan norma perilaku seseorang.
Kelompok itu disebut kelompok acuan (reference group).
5. Pengalaman Unik
Pengalaman hidup seseorang adalah unik, tak seorangpun yang
menyamainya. Pengalaman-pengalaman seseorang ditambahkan dan
disatupadukan.
Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Menurut Erik Erikson kepribadian seseorang berkembang melalui
delapan tahap, yaitu:
(1) Tahap Bayi
Bayi belajar percaya atau tidak percaya kepada orang lain. Jika
ibunya memberikan cinta dan kasih sayang, serta memerhatikan
kebutuhan fisik bayi secara konsisten, maka maka bayi itu akan
membangun perasaan aman dan percaya. Jika ibunya tidak
perhatian, atau sekedar tidak konsisten, maka ia akan membangun rasa tidak aman dan tidak percaya.
(2) Tahap Anak-anak
Anak-anak mulai belajar berjalan, menggunakan tangannya,
dan melakukan kegiatan lain. Ia mulai belajar kemandirian,
Halaman 14 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

yaitu membuat pilihan, menyatakan kehendaknya, serta membentuk dan mengejar keinginannya. Jika anak dihalang-halangi
Erikson percaya bahwa anak akan merasa takut-takut dan ragu
pada dirinya sendiri dan merasa malu dalam berhubungan
dengan orang lain.
(3) Tahap Bermain
Kesadaran moral anak mulai berkembang.
(4) Tahap Sekolah
Dunia anak semakin luas, banyak keterampilan tekhnis yang ia
pelajari dan perasaan bahwa kompeten atau mampu melakukan
sesuatu diperbesar.
(5) Tahap Remaja
Remaja mulai mengembangkan kesadaran akan
pribadinya melalui interaksinya dengan orang lain.

identitas

(6) Tahap Dewasa


Orang mulai mengembangkan hubungan cinta yang abadi
dengan lawan jenisnya.
(7) Tahap Dewasa Menengah
Seseorang mulai berkarya untuk keluarga dan masyarakat,
memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga maupun
masyarakat.
(8) Tahap Tua
Seseorang akan menemukan akhir hidupnya penuh dengan harga
diri (kebanggaan) atau penuh penyesalan diri.
Tahapan Perkembangan Kepribadian Menurut Erikson

Tahapan

Krisis Identitas
Yang Harus
dilampaui

Nilai Keutamaan
Dasar Yang
Harus
Dikembangkan

Bayi

Percaya VS Tidak Percaya

Harapan

Awal Kanakkanak (2-3 th)

Kemandirian VS Pemalu
dan Peragu

Kehendak/Kemauan

Tahap Bermain
Inisiatif dan Rasa Bersalah
(4-5 th)
Tahap Sekolah Pekerja Keras VS Rendah
(6-11 th)
Diri

Tujuan/Cita-cita
Kompetensi

Halaman 15 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Remaja
(12-18 th)

Identitas VS Kebingungan
Peran

Loyalitas/Kesetiaan

Dewasa Awal
(19-35 th)

Keakraban VS
Keterasingan

Cinta

Dewasa
Menengah
(36-50 th)

Produktifitas VS
Kemandegan

Kepedulian

Tua
Integritas VS Tak
(51 th ke atas) Berpengharapan

Kebijaksanaan

Menurut C.H Cooley, kepribadian seseorang berkembang sesuai


dengan interaksinya dengan orang lain. Cooley mengemukakan teori
bahwa proses pembentukan kepribadian seseorang pada hakekatnya
merupakan proses berkaca diri (looking glass self). Seseorang
mengevaluasi dirinya sendiri atas dasar sikap dan perilaku orang lain
terhadapnya, dengan kronologi sebagai berikut:
.
(1) Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya
tampak bagi orang lain.
(2) Seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai
perilaku dan tindakannya itu.
(3) Seseorang membangun konsepsi tentang dirinya berdasarkan
asumsi penilaian orang lain terhadap dirinya itu.
Menurut G H Mead, ketika dilahirkan seseorang belum memiliki
diri (self). Diri seseorang berkembang tahap demi tahap melalui
proses yang disebut Role Taking (pengambilan peran), dengan
tahapan sosialisasi sebagai berikut:
(1) Preparatory Stage (Tahap Persiapan)
(2) Play Stage / Imitation Stage (Bahap bermain/tahap meniru)
(3) Game Stage (Tahap Siap Bertindak)
(4) Generalized Others (Tahap Matang)

SKL 3

Mengidentifikasi berbagai perilaku


menyimpang dan pengendalian sosial dalam
PERILAKU MENYIMPANG
Pengertian Perilaku Menyimpang
1. Soerjono Soekanto
Halaman 16 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidahkaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
2. John J Macionis
Perilaku menyimpang adalah pelanggaran terhadap norma
masyarakat.
3. James Van Derr Zanden
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar
orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas
toleransi.
Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang.
Terjadinya Perilaku Menyimpang Sebagai Akibat Sosialisasi
Yang Tidak Sempurna.
Proses sosialisai yang tidak sempurna adalah proses sosialisasi yang
tidak berlangsung secara tuntas. Beberapa hal yang menyebabkan
proses sosialisasi (dalam keluarga) menjadi tidak sempurna
misalnya:
a) Orang tua yang terlalu sibuk, sehingga menyebabkan peran-peran
sebagai ibu atau ayah bagi anak-anaknya menjadi tidak
maksimal.
b) Hubungan antara suami isteri yang tidak harmonis sehingga
mengakibatkan anak-anak terabaikan.
c) Suami-isteri yang bercerai sehingga menyebabkan anak-anak
kehilangan figur orang tua.
d) Apa yang diajarkan dalam keluarga dan di sekolah berbeda
dengan apa yang dilihat dan dialami dalam kehidupan nyata di
masyarakat.
Terjadinya Perilaku Menyimpang Sebagai Akibat Sosialisasi
Subkebudayaan Yang Menyimpang.
Subkebudayaan menyimpang adalah komunitas tertentu dalam
masyarakat yang secara sadar menganut nilai-nilai kebudayaan
menyimpang. Misalnya kelompok preman, sekelompok penjahat
yang membentuk sindikat, lingkungan prostitusi, kalangan tertentu
yang menganut gaya hidup nyleneh dsb. Anak-anak/seseorang
kadang-kadang secara tanpa disadari mempelajari (baca:
tersosialisasi) dengan nilai-nilai sub kebudayaan menyimpang
tersebut. Umpamanya seorang anak yang dibesarkan di lingkungan
preman, sejak dini sudah terseosialisasi dengan nilai-nilai
premanisme, sehingga potensial menjadi seorang preman juga.
Jenis-jenis Perilaku Menyimpang
(a) Berdasarkan Jenisnya
Perilaku menyimpang primer (primery deviation), merupakan
perilaku menyimpang yang pertama kali dilakukan, bersifat
sementara dan tidak berulang. Si pelaku pada umumnya tetap
diterima secara sosial.

Halaman 17 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Perilaku menyimpang sekunder (secondary deviation),


merupakan periaku menyimpang yang dilakukan secara
berulang-ulang. Masyarakat pada umumnya tidak menerima
secara sosial.
(b) Berdasarkan Efek/Dampaknya
Perilaku menyimpang positif, adalah perilaku yang dianggap
menyimpang tetapi memiliki dampak positif.
Perilaku menyimpang negatif, yaitu perilaku menyimpang yang
mempunyai dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat.
(c) Berdasarkan Bentuknya.
Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan.
Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan (crime)
Macam-macam kejahatan:

Kejahatan tanpa korban (crime without victims)

Kejahatan terorganisasi (organized crime)

Kejahatan kerah putih (white collar crime)

Kejahatan korporasi (corporate crime), yaitu kejahatan


terhadap pemilik perusahaan, kejahatan terhadap
karyawan, kejahatan terhadap konsumen, kejahatan
terhadap publik.

Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity)

Dll.
(d) Berdasarkan jumlah pelakunya
Perilaku
menyimpang
yang
kejahatanindividual.
Perilaku
menyimpang
yang
(crime)kelompok.

bukan

merupakan

merupakan

kejahatan

Teori-teori Tentang Perilaku Menyimpang.


(1) Teori Biologi
Teori ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1876 oleh Caesare
Lombrosso (1835-1909). Ia adalah seorang dokter berkebangsaan
Italia yang bekerja di berbagai penjara. Lombrosso menyatakan
bahwa pelaku kejahatan pada umunya memiliki ciri-ciri fisik yang
berbeda dibandingkan orang kebanyakan, yaitu raut muka
murung /sedih, rahang dan tulang pipi menonjol, daun telinga
menonjol keluar, bulu-bulu yang berlebihan, dan jari-jari tangan
yang lebih panjang.
(2) Teori Labelling
Menurut Edwin M Lemert, seseorang yang pada awalnya hanya
melakukan penyimpangan primer tetapi dijuluki (dilabelling) secara
tidak adil oleh masyarkat, misalnya diolok-olok, diejek, disindir,
dikucilkan, dicurigai, dsb menyebabkan orang tersebut menjadi
Halaman 18 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

menderita batin sehingga membuatnya menjadi patah arang dan


menjadi seorang penyimpang.
Menurut Erving Goffman perilaku menyimpang terjadi karena
adanya stigma yaitu penamaan yang sangat negatif terhadap
seseorang atau kelompok sehingga mampu mengubah secara radikal
konsep diri dan identitas sosial mereka.
(3) Teori Sosialisasi
Pandangan dasar teori ini adalah bahwa penyimpangan merupakan
produk dari proses sosialisasi yang tidak sempurna atau gagal.
Menurut Albert Bandura misalnya, anak-anak belajar perilaku
menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang
mempunyai perilaku menyimpang. Khususnya mereka mengamati
dan meniru orang yang dekat dengannya.
Menurut Gerald M Peterson, anak-anak yang agresif umumnya
berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras atau agresif.
Akibatnya anak-anak kehilangan teladan pengendalian diri dan
mungkin menanggapi hukuman dengan meningkatkan agresi.
Menurut Edwin H Sutherland orang yang memiliki perilaku
menyimpang cenderung memiliki ikatan sosial dengan orang lain
yang memiliki perilaku menyimpang, dimana mereka mengokohkan
norma-norma dan nilai-nilai yang menyimpang. Prinsipnya setiap
kelompok sosial akan mewariskan nilai-nilai dan norma-norma
kelompok kepada anggota baru (cultural transmission). Dengan
demikian anak yang baik-baikpun bila bergaul dengan kelompok
yang menyimpang maka akan menjadi penyimpang pula. Sutherland
menyebutnya dengan istilah differential association.
(4) Teori Ketegangan
Teori ketegangan (strain theory) dikemukakan oleh Robert K
Merton. Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang lahir dari
kondisi sosial tertentu. Tepatnya, munculnya perilaku menyimpang
ditentukan oleh seberapa baik kesesuaian antara sebuah aspirasi
warga masyarakat (apa yang dianggap bernilai / tujuan yang
dianggap baik) dengan cara pencapaian yang dilegalkan oleh
masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
Perilaku menyimpang merupakan ketegangan antara aspirasi
idealisme (aspirasi) warga masyarakat dengan cara pencapaian yang
dilegalkan untuk mencapai idealisme (aspirasi) tersebut.
Terkait dengan kedua hal di atas (aspirasi dan cara pencapaian),
Merton memetakan adanya lima kemungkinan sikap penyesuaian
seseorang terhadapnya, yaitu:
a.
Konformitas (conformity)
Yaitu perilaku yang mengikuti aspirasi warga masyarakat dan cara
pencapaian yang dilegalkan oleh masyarakat tersebut.
b.
Inovasi (innovation)
Yaitu perilaku yang mengikuti aspirasi tetapi mengabaikan caracara legal untuk mewujudkan aspirasi tersebut. Dengan kata lain
Halaman 19 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

berupaya mewujudkan atau mencapai suatu aspirasi tetapi


menggunakan cara-cara non konvensional.
c.
Ritualisme (ritualism)
Yaitu perilaku yang mengabaikan aspirasi tetapi mengikuti cara
legal untuk mewujudkan aspirasi tersebut.
d.
Retreatisme (retreatism)
Yaitu perilaku yang mengabaikan baik aspirasi maupun cara-cara
legal yang ada, dengan menarik diri dari masyarakat atau
berperilaku apatis terhadap keadaan.
e.
Pemberontakan (rebellion)
Yaitu perilaku yang menolak pandangan masyarakat mengenai
suatu aspirasi maupun cara legal yang ada, kemudian berusaha
secara radikal untuk mengganti keduanya dengan aspirasi dan
cara-cara legal yang baru.
Tipologi Adaptasi Terhadap Situasi, Robert K Merton.
Tipe Adaptasi
Aspirasi Masyarakat
Cara Pencapaian Aspirasi
Konformitas
+
+
Inovasi
+
Ritualisme
+
Retreatisme
Pemberontakan
+/ +/ (5) Teori Disorganisasi Sosial
Teori ini dikemukakan oleh William I Thomas Florian Znaniecki.
Menurut teori ini perilaku menyimpang merupakan produk dari
perkembangan masyarakat yang tak seimbang, di dalamnya terjadi
perubahan dan konflik yang berdampak pada perilaku masyarakat.
Pola perkembangan kehidupan kota yang tidak seimbang,
melahirkan kantong-kantong wilayah seperti permukiman kumuh
(slum area), daerah prostitusi, daerah pinggiran yang gamang, dll
yang mengakibatkan terjadinya perilaku menyimpang dan
kejahatan.
(6) Teori Anomie (beberapa sumber menyebutnya teori fungsi)
Emile Durkheim memeperkenalkan konsep anomie dalam karyanya
yang terkenal The Division of Labour in Society (1893). Anomie
adalah kondisi tanpa norma, yang berarti runtuhnya norma
mengenai
bagaimana
seharusnya
masyarakat
berperilaku.
Masyarakat tidak tahu lagi pedoman perilaku apa yang dapat
dijadikan sebagai acuan bertindak. Kondisi ini mengarah pada
ketidakpuasan, konflik, dan perilaku menyimpang. Situasi anomie
dapat muncul sebagai dampak dari (misalnya) perubahan sosial yang
terlalu cepat, depresi ekonomi yang hebat, krisis politik yang serius,
dsb.
Disisi lain, Durkheim juga menyatakan bahwa keseragaman semua
anggota masyarakat tentang kesadaran moral tidak dimungkinkan.
Halaman 20 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Orang yang berwatak jahat selalu ada, dengan demikian kejahatan


juga akan selalu ada. Durkhem berpandangan bahwa adanya
kejahatan perlu bagi bagi masyarakat, karena dengan adanya
kejahatan maka moralitas dan hukum dapat ditegakkan.
(7) Teori Konflik
Menurut teori ini, perilaku menyimpang merupakan akibat dari
ketidaksamaan dalam masyarakat. Gejala perilaku menyimpang
terkait dengan praktik kekuasaan yang tidak adil. Hal ini nampak
dalam ketiga hal sebabagi berikut:
a. Norma-norma, khususnya norma hukum dari setiap masyarakat
pada umumnya menguntungkan mereka yang kaya dan berkuasa.
b. Jika perilaku kaum kaya dan berkuasa dipersoalkan, mereka
memiliki berbagai sarana untuk menolak sebutan sebagai pelaku
perilaku menyimpang.
c. Norma-norma dan hukum merupakan topeng yang sangat baik
untuk menutupi berbagai perilaku curang kaum kaya dan
berkuasa.
Ketiga hal di atas merupakan pandangan Karl Marx terhadap
perilaku kaum borjuis (kaum pemilik modal) di Eropa pasca revolusi
industri.Apa yang disebut perilaku menyimpang, oleh Karl Marx
adalah perilaku yang didefinisikan oleh penguasa.
(8) Menurut Dr Graham Baliane, kaum remaja lebih mudah terjebak
dalam tindakan menyimpang karena faktor-faktor berikut:
Ingin membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan
berbahaya, misalnya kebut-kebutan, berkelahi, dsb.
Ingin menunjukkan tindakan menentang orang tua yang
otoriter atau siapa saja dianggap tidak sepaham dengan
dirinya.
Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh
pengalaman emosional.
Ingin mencari dan menemukan arti hidup.
Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan.
Ingin menghilangkan kegelisahan.
Solidaritas diantara kawan.
Ingin tahu dan iseng.

PENGENDALIAN SOSIAL
Pengertian Pengendalian Sosial
1. Joseph S Roucek
Pengendalian sosial adalah segala proses, baik direncanakan
maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan
Halaman 21 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan


nilai-nilai sosial yang berlaku.
2. Peter L Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan
masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang
membangkang.
3. Pengendalian sosial adalah berbagai sarana untuk mendorong
warga masyarakat agar bersedia mematuhi norma-norma yang
berlaku.
Fungsi Pengendalian Sosial
(a) Mencegah timbulnya perilaku yang menyimpang.
(b) Mengurangi kadar terjadinya perilaku yang menyimpang.
(c) Mengembalikan para pelanggar ke jalan yang benar, sehingga
perilakunya kembali sesuai dengan norma-nilai yang berlaku.
(d) Menjaga tetap terpeliharanya nilai-nilai, norma-norma, dan
pranata sosial yang telah dijunjung tinggi.
(e) Menjaga keteraturan dan stabilitas masyarakat.???????
Sifat, Cara, dan Jumlah Pelaku Pengendalian Sosial
a) Cara Pengendalian Sosial
Cara Persuasif, merupakan upaya pengendalian sosial yang
dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya
mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bertindak
sesuai dengan norma yang berlaku.
Cara Koersif, merupakan upaya pengendalian sosial yang
dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya
memaksa warga masyarakat agar bertindak sesuai dengan norma
yang berlaku.
b) Sifat Pengendalian Sosial
Upaya Preventif, berbagai upaya pengendalian sosial yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan
terhadap kedamaian dan ketertiban masyarakat.
Upaya Represif, berbagai upaya pengendalian sosial yang
dilakukan untuk mengembalikan terjadinya berbagai gangguan
terhadap kedamaian dan ketertiban masyarakat. Upaya represif
ini dilakukan dalam bentuk pemberian sanksi dan pembinaan
terhadap pelaku penyimpangan.
c) Jumlah Pelaku Pengendalian Sosial
1. Pengendalian sosial yang dilakukan oleh individu terhadap
individu lain.
2. Pengendalian sosial yang dilakukan oleh individu terhadap
kelompok.
3. Pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok terhadap
individu.

Halaman 22 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

4. Pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok terhadap


kelompok lain.
Peran Lembaga Pengendalian Sosial
(1) Kepolisian
Keberadaan kepolisian secara kontitusional di Indonesia diatur
dalam pasal 30 ayat 4 UUD 1945, disana dinyatakan: Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
(2) Peradilan
Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap
norma-norma hukum.
(3) Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan lembaga pengendalian sosial yang
terdapat di masyarakat yang masih memegang teguh tradisi.
Warga masyarakat yang melanggar adat atau tradisi, pada
umumnya akan dikenakan sanksi. Sanksi tersebut misalnya
berupa membayar sejumlah denda tertentu, pengucilan atau
pengusiran dari lingkungan masyarakat.

(4) Tokoh Masyarakat


Tokoh masyarakat adalah individu-individu warga masyarakat
yang dianggap memiliki pengaruh pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lainnya. Orang tersebut biasanya
disegani dan dihormati, menjadi tempat tujuan warga masyarakat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi.
Jenis-jenis Pengendalian Sosial
(a) Gosip
Gosip/desas-desus/kabar burung, merupaka berita yang menyebar belum tentu/tanpa berdasarkan kenyataan. Pada umumnya orang tidak senang kalau bila menjadi sasaran gosip, sebab
gosip menyebabkan perubahan sikap masyarakat terhadap
orang yang digosipkan. Oleh karena itu orang akan berusaha
agar tidak menjadi sasaran gosip. Gosip menjadikan seseorang
menyadari kesalahannya, lalu berusaha bertindak sesuai dengan
norma yang berlaku.
(b) Sindiran
Sindiran merupakan cara menegur seseorang tidak secara
langsung kepada orang yang bersangkutan atau pelanggaran
yang dilakukannya. Sindiran dimaksudkan untuk menegur secara
Halaman 23 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

halus supaya orang yang dimaksud tidak kehilangan muka dan


segera menyadari kekeliruannya.
(c) Teguran
Teguran adalah peringatan yang dilakukan oleh satu pihak
kepada pihak lain, secara tertulis maupun lisan. Tujuannya
adalah menyadarkan pihak yang melakukan perilaku menyimpang.
(d) Hukuman
Sanksi/hukuman adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak
mengenakkan atau menimbulkan penderitaan, yang diberikan
kepada seseorang yang melakukan penyimpangan. Hukuman ini
dimaksudkan untuk menyadarkan pelaku penyimpangan sehingga tidak melakukan penyimpangan lagi, dan memberikan contoh
kepada masyarakat bahwa aturan ditegakkan.
(e) Pendidikan
Melalui pendidikan seseorang menjadi tahu, memahami,
mengakui, dan bersedia berperilaku sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Pendidikan berlangsung dalam tiga
matra, yaitu Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat.
(f) Agama
Bagi umat beragama, agama memberikan pedoman hidup, baik
dalam berhubungan dengan sesama manusia, dengan alam,
maupun dengan Tuhan. Agama memberikan perintah untuk
berbuat baik dan memberikan larangan untuk berbuat jahat.

SKL 4

Menganalisis bentuk-bentuk struktur sosial


dan konsekuensinya terhadap konflik dan

STRATIFIKASI SOSIAL
Pengertian Stratifikasi Sosial
1. Max Weber
Penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkhi menurut
dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise.
2. Giddens
Halaman 24 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Ketidaksamaan antara kelompok-kelompok manusia yang distrukturkan.


3. Pitirim A Sorokin
Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat.
Perwujudan pelapisan sosial adalah adanya kelas-kelas sosial dalam
masyarakat, yaitu kelas sosial tinggi, kelas sosial menengah, dan
kelas sosial bawah.
Faktor penyebab terjadinya pelapisan sosial menurut Huky adalah:
Perbedaan ras dan budaya, pPembagian tugas yang terspesialisasi,
dan kKelangkaan.
Prinsip Dasar Stratifikasi Sosial
(1) Stratifikasi sosial adalah ciri khas dari masyarakat dan bukan
sekedar refleksi dari perbedaan individu.
(2) Stratifikasi sosial bertahan dari generasi ke generasi.
(3) Stratifikasi sosial bersifat universal, namun bervariasi.
(4) Stratifikasi sosial mencakup ketidaksamaan dan kepercayaankepercayaan.
Dasar Stratifikasi Sosial
1) Kekayaan
2) Kekuasaan
3) Keturunan
4) Pendidikan

Wujud Stratifikasi Sosial


a. Stratifikasi Ekonomi
Stratifikasi sosial ekonomi adalah pelapisan sosial sosial yang
menggunakan parameter pemilikan kekayaan. Istilah kelas sosial
pada dasarnya menunjuk pada pelapisan ekonomi ini.
Secara garis besar stratifikasi ekonomi terdiri atas:
Kelas Atas, terdiri dari kelompok orang-orang kaya yang dengan
leluasa dapat memenuhi segala kebutuhan dan kenginan hidupnya.
Kelas Menengah, terdiri dari kelompok orang-orang yang hidup
berkecukupan, terpenuhi segala kebutuhan pokoknya.
Kelas Bawah, terdiri atas kelompok orang-orang miskin yang masih
belum terpenuhi kebutuhan primernya.
Menurut Aristoteles, masyarakat terdiri atas tiga kelas, yaitu
golongan yang sangat kaya, golongan kaya, dan golongan miskin.
b. Stratifikasi Politik
Stratifikasi politik adalah pelapisan sosial berdasarkan pemilikan
kekuasaan dan wewenang. Pelapisan sosial ini dapat kita lihat dalam
Halaman 25 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

struktur pemerintahan negara, struktur kepangkatan dalam militer,


maupun struktur golongan dalam hirarkhi pegawai negeri sipil.
c. Stratifikasi Pada Masyarakat Feodal
Pola dasar masyarakat feodal adalah sebagai berikut:
Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasan yang harus
ditaati dan dihormati oleh rakyatnya.
Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum
bangsawan merupakan tokoh panutan yang harus disegani,
sedangkan rakyat harus hidup menghamba.
Terdapat pola hubungan antar kelompok yang diskriminatif.
Golongan bawah sulit untuk mendapatkan kenaikan status sosial.
Pelapisan sosial pada masyarakat feodal misalnya:
Golongan Atas, terdiri atas raja dan keluarga, beserta para
kerabatnya.
Golongan Menengah, terdiri atas para priyayi, yaitu pegawai
kerajaan yang berpendidikan atau memiliki kemampuan khsusus
untuk kerajaan, dan para ahli agama.
Golongan Bawah, terdiri dari wong cilik, yaitu rakyat jelata yang
hidup mengabdi untuk raja.
d. Stratifikasi Pada Masyarakat Pertanian
Stratifikasi pada masyarakat pertanian di dasarkan atas pemilikan
atas tanah. Lapisan tertinggi, yaitu kaum petani yang memiliki
tanah pertanian dan rumah. Lapisan menengah, yaitu kaum petani
yang tidak memiliki tanah pertanian namun memiliki tanah
pekarangan dan rumah. Lapisan terbawah, yaitu kau petani yang
tidak memiliki tanah pertanian maupun pekarangan untuk rumah.
e. Stratifikasi Pada Masyarakat Industri
Stratifikasi sosial pada masyarakat industri didasarkan atas tingkat
pendidikan, kecakapan kerja, dan pemilikan modal. Dalam
masyarakat Eropa dikenal empat lapisan masyarakat, yaitu kelas
atas (top class), kelas menengah berpendidikan (academic middle
class), kelas menengah ekonomi (economic middle class), kelas
pekerja (workmen class), dan kelas bawah (underdog class).
Secara umum pelapisan masyarakat industri adalah sebagai berikut:
Elit: meliputi orang-orang kaya dan orang-orang yang menempati
kedudukan atau pekerjaan yang dinilai sangat tinggi oleh
masyarakat.
Professional: meliputi orang-orang yang berijazah dan bergelar
serta orang-orang dari dunia usaha yang berhasil.
Semi Professional: meliputi para pegawai kantor, pedagang,
tekhnisi yang berpendidikan menengah dan mereka yang tidak
bergelar.
Skill: meliputi orang-orang yang mempunyai keterampilan
mekhanis, seperti tekhnisi, praktisi salon kecantikan, dll.
Halaman 26 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Semi Skill: meliputi pekerja pabrik tanpa keterampilan, sopir,


pelayan resotan, dll.
Unskill: meliputi pramuwisma, tukang kebun, pasukan kuning, dll
Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
(1) Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi sosial tertutup adalah bentuk stratifikasi sosial yang
anggota-anggotanya sulit melakukan mobilitas sosial vertikal.
Mobilitas yang terjadi terbatas pada mobilitas sosial horisontal.
Tipe pelapisan sosial tertutup ini terdapat dalam sistem kasta di
India, masyarakat rasialis, dan masyarakat feodal.
(2) Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah tipe pelapisan sosial yang memiliki
kemungkinan mobilitas sosial vertikal maupun horisontal sangat
besar, maksudnya perpindahan sosial antar strata sangat mungkin
dilakukan.
Tipe pelapisan sosial terbuka ini terdapat dalam masyarakat yang
demokratis dan sangat menghargai prestasi.
(3) Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara pelapisan
sosial tertutup dan pelapisan sosial terbuka. Dalam beberapa hal
pelapisan sosialnya bersifat terbuka, tetapi untuk beberapa hal yang
lain pelapisan sosialnya bersifat tertutup.
Tipe pelapisan sosial campuran ini terdapat dalam masyarakat yang
(misalnya) sedang mengalami transisi menuju masyarakat demokratis atau pada masyarakat demokratis yang mempertahankan sebagian sistem feodalismenya.

DIFERENSIASI SOSIAL
Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan sosial atas
dasar perbedaan ciri-ciri fisik, ciri-ciri sosial, dan ciri-ciri budaya.
Dalam masyarakat plural, perbedaan ini didasarkan pada perbedaan
ras, etnisitas, klan, agama, gender (jenis kelamin), dan profesi.
Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
1. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik
bawaan yang sama.
Menurut Ralph Linton, manusia di dunia dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok ras besar, yaitu:
Ras Mongoloid (berkulit kuning sampai sawo matang, rambut
lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit)
Halaman 27 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Ras Negroid (berkulit hitam, rambut keriting, bibir tebal, dan


kelopak mata lurus)
Ras Kaukasoid (hidung mancung, kulit putih, rambut pirang
sampai coklat kehitaman, dan kelopak mata lurus)

Menurut AL Kroeber, kalsifikasi ras di dunia adalah sebagai berikut:


(a) Ras Australoid
Mencakup seluruh penduduk asli Australia (oang-orang Aborigin)
(b) Ras Mongoloid, mencakup:
1) Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)
2) Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Taiwan)
3) American Mongoloid (penduduk asli Amerika)
(c) Ras Kaukasoid, mencakup:
1) Nordic (Eropa Utara, sekitar laut Baltik)
2) Alpine (Eropa Tengah, Eropa Timur)
3) Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia,
Arab, dan Iran)
4) Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka)
(d) Ras Negroid
1) African Negroid (Benua Afrika)
2) Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal
Orang Semang, Filipina)
3) Melanesian (Irian, Melanesia)
(e) Ras-ras Khusus
1) Bushman (penduduk gurun Kalahari Afrika Selatan)
2) Veddoid (pedalaman Sri Lanka, Sulawesi Tengah)
3) Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)
4) Ainu (penduduk asli Jepang, di pulau Karafuto, dan
Hokaido)
2. Diferensiasi Suku Bangsa
Suku bangsa adalah sejumlah besar orang yang memiliki kesamaan
ciri-ciri fisik, kesamaan kebudayaan, dan kesamaan bahasa.ah .
Menurut C Van Vollen Houven, jumlah suku bangsa di Indoensia
adalah 316 buah. Menurut Kontjrananingrat, 119 buah.
Suku bangsa di Indonesia secara garis besar adalah sebagai berikut:
Di Pulau Sumatera, ada suku bangsa Aceh, Gayo, Batak,
Mandailing, Medan, Padang, Minangkabau, Bengkulu, Jambi,
Palembang, Melayu, Enggano, Mentawai, dan Nias.
Di Pulau Jawa ada suku bangsa Sunda, Jawa, Tengger, Madura,
Bawean, Tambur, Banten, dan Betawi.
Di Pulau Kalimantan, ada suku bangsa Dayak, Bulungin, dan
Banjar
Di Pulau Sulawesi ada suku bangsa Bugis, Makassar, Luwu,
Mandar, To Seko, Banjau, Sangir, Toraja, Toli-toli, Minahasa,
Bolaang Mongondow, dan Gorontalo.
Halaman 28 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Di Kepulauan Nusa Tenggara, ada suku bangsa Bali, Bima, Sasak,


Lombok, Manggarai, Ngada, Ende Lio, Dompu, Timor, dan Rote.
Di Kepulauan Maluku dan Papua ada suku bangsa Ternate, Tidore,
Dani, Wageo, Biak, Yapen, dan Asmat.
3. Diferensiasi Klan
Klan adalah kesatuan kerabat luas yang ditarik berdasarkan sistem
kekerabatan tunggal. Klan bersifat genealogis (memiliki pertalian
darah), religio magis (menjalankan fungsi-fungsi agama dan
kepercayaan, dan tradisi (memiliki kesatuan adat).
Klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) terdapat pada
masyarakat Mingkabau. Klan di Mingkabau di sebut suku yang
merupakan gabungan kampuang-kampuang. Nama-nama klan di
Minangkabau antara lain; Chaniago, Piliang, Gucci, Koto,
Sikumbang, Melayu, Dalimo, Munte, Kampai, Solo.
Klan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain
terdapat dalam masyarakat Batak, dengan sebutan marga. Marga
Batak Karo antara lain; Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin,
Singarimbun, Barus, dan Tambun. Marga Batak Toba antara lain;
Siregar, Simatupang, Nababan. Batak Mandailing antara lain;
Nasution, Batubara, Harahap, Rangkuti, dan Daulay.
Pada masyarakat Minahasa klan disebut fam, seperti Mandagi,
Lasut, Pangkerego, Supit. Fam pada masyarakat Ambon misalnya
Pattinasarani, Latuconsina, Latul, dan Manuhutu. Pada masyarakat
Flores antara lain; Fernandez, Wangge, Pareira, Leimena, Da Costa,
dan Kleden.
4. Diferensiasi Agama
5. Agama adalah .
Manusia selalu memiliki rasa kagum, takut, tidak berdaya terhadap
kekuatan-kekuatan alam yang tidak mampu dipahami dan
ditundukkan seperti petir yang dahsyat, gempa bumi yang hebat,
gunung meletus, angin topan, banjir, tsunami, wabah penyakit,
kegagalan panen, hama, dan sebagainya. Penciptaan manusia,
beredarnya matahari dan bulan, kerlap-kerlip bintang di langit,
hidup dan kematian dan lain-lain merupakan fakta-fakta alam yang
menggugah tanda tanya dan pemikiran manusia. Berdasarkan
pengalaman dan pengetahuannya itu manusia kemudian memiliki
kepercayaan dan agama yang berbeda-beda. Atas dasar itu kita
tidak bisa menyatakan bahwa kepercayaan atau agama tertentu
lebih baik dari pada kepercayaan atau agama lain. Masing-masing
agama dan kepercayaan memiliki arti fungsional bagi pemeluk dan
penghayatnya.
Di Indonesia kita mengenal agama Islam, Kristen Katholik, Kristen
Protestan, Hindhu, Budha, Kong Hu Cu, dan berbagai aliran
kepercayaan. Semua itu memberikan rasa tenteram dan mantap
bagi yang memeluk dan menghayatinya, serta membawa kedamaian
dan kerukunan hidup dalam bermasyarakat.
Halaman 29 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

6. Diferensiasi Jenis Kelamin.


Manusia terlahir dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Moore & Sinclair mendefinisikan jenis kelamin sebagai perbedaan
biologis antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil perbedaan
kromosom pada janin. Anthony Giddens juga mencatat bahwa
perbedaan biologis atau anatomis antara laki-laki dan perempuan
karena memang mereka berbeda secara genetik. Peredaan antara
laki-laki dan perempuan juga tampak dari alat reproduksi yang
dimiliki.
7. Diferensiasi Gender.
Manusia memang terlahir sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi
menjadi seorang laiki-laki atau perempuan merupakan hasil dari
harapan sosial dan kultural. Peran sebagai laki-laki dan perempuan
dibentuk oleh masyarakat melalui proses sosialisasi. Perilaku lakilaki disosialisasikan sejak dini kepada anak-anak yang berjenis
kelamin laki-laki, sebaliknya perilaku perempuan juga
disosialisasikan sejak dini kepada anak-anak berjenis kelamin
perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki peran
sosial penting bagi keluarga maupun masyarakat, tentu saja pada
bidang dan lingkup yang berbeda-beda.
Masyarakat menggunakan gender sebagai dasar prinsip pengaturan
sosial, pembagian tugas, dan imbalan, dalam kehidupan sosial. Di
kebanyakan masa dan tempat, baik pekerjaan, sifat-sifat, bahkan
nilai-nilai yang melekat pada perempuan selalu dipandang sebagai
sesuatu yang kurang diinginkan dan kurang berharga dibandingkan
yang melekat pada laki-laki. Oleh karena itu memiliki sifat rasional
(yang dianggap sebagai ciri-ciri maskulinitas) dipandang lebih
superior ketimbang sifat penuh perasaan (sebagai sifat feminim),
bersikap kompetitif (maskulin) lebih bernilai dibanding sikap penuh
perhatian (feminim), mencari uang (yang secara tradisional menjadi
peran maskulin) dianggap lebih penting ketimbang mengasuh anak
(yang tetap menjadi tujua utama feminim).
8. Diferensiasi Profesi
Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan anggota masyarakat
berdasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Di Indonesia
Dipandang dari kacamata makrososial, semua profesi memiliki
keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Profesi sebagai
petani mungkin memang tidak se mentereng profesi sebagi bankir
tetapi apakah para bankir bisa hidup tanpa ada para petani ?
9. Diferensiasi Usia
Manusia lahir ke tengah masyarakat tidak secara bersamaan, setiap
hari selalu lahir anak manusia, sementara manusia yang telah
terlahir ada yang terus bertambah usianya ada pula yang meninggal
dunia. Oleh karena itu di dalam masyarakat selalu terdapat
Halaman 30 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

kelompok-kelompok manusia yang seusia. Perbedaan usia biasanya


digambarkan melalui piramida penduduk terdiri atas kategorikategori penduduk dengan jarak usia lima tahun.
KONFLIK SOSIAL
Pengertian Konflik
Kata konflik berasal dari bahasa latin configere yang artinya saling
memukul. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik diartikan
sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Secara
sosiologis konflik didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang
melibatkan dua pihak atau lebih yang saling berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tak
berdaya. Gillin dan Gillin melihatnya sebagai proses interaksi sosial
yang saling berlawanan (oppositional), artinya konflik adalah again
dari proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya perbedaanperbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku.
Faktor-faktor Penyebab Konflik
Soerjono Soekanto mengemukakan empat faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat, yaitu:
1. Perbedaan Antar Individu.
Setiap individu tentu mempunyai pendirian, prinsip, atau bahkan
pandangan hidup yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan itu
berpotensi menimbulkan konflik dalam pergaulan. Misalnya Anda
berpendirian bahwa ketiak belajar suasana kelas haruslah tenang.
Sementara teman-teman Anda berpendirian bahwa belajar sambil
menyanyi adalah sesuatu yang menyenangkan. Perbedaan seperti ini
bisa saja menyulut amarah.
2. Perbedaan Kebudayaan.
Kepribadian seseorang sedikit banyak dibentuk oleh kelompoknya.
Secara sadar maupun tidak pemikiran seseorang akan terpengaruh
oleh pemikiran dan pendirian kelompoknya. Sebagai contoh seorang
anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai kesopanan, tentu akan terpengaruh untuk bersikap sopan
ketika bertemu atau berbincang dengan orang lain. Interaksi sosial
antara individu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang
cenderung berlawanan, dapat menimbulkan rasa marah dan benci
sehingga berakibat konflik.
3. Perbedaan Kepentingan.
Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan
penyebab lain terjadinya konflik. Kepentingan-kepentingan yang
berbeda antara dua pihak atau lebih akan menyebabkan polarisasi
hubungan sosial yang pada gilirannya akan menimbulkan konflik.
Halaman 31 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

4. Perubahan Sosial
Perubahan sosial, terutama perubahan sosial yang berlangsung
secara cepat, memunculkan berbagai dampak negatif. Misalnya
munculnya perilaku-perilaku yang dianggap aneh, berlawanan, dan
bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat. Situasi seperti ini
sering memunculkan ketegangan antara generasi muda dengan para
generasi yang lebih tua.
Perbedaan-perbedaan di atas memuncak menjadi konflik ketika
sistem sosial masyarakatnya tidak dapat mengakomodasi perbedaan
perbedaan tersebut. Hal itu mendorong maing-masing individu atau
kelompok untuk saling menghancurkan. Dalam hal ini Soerjono
Soekanto mengatakan bahwa perasaan memegang peranan
penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan tersebut.
Perasaan seperti amarah dan benci mendorong masing-maing
pihak untuk menekan atau menghancurkan pihak lain.
Sementara itu menurut De Moor, sistem sosial dapat dikatakan
mengandung konflik hanya apabila para penghuni sistem tersebut
membiarkan dirinya dibimbing oelh tujuan-tujuan dan nilai-nilai
yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran.
Lewis A Coser menyatakan bahwa konflik terbuka lebih umum
terjadi pada hubungan-hubungan yang parsial dari pada hubunganhubungan yag personal dan intim. Hubungan parsial misalnya
hubungan antara partner bisnis, hubungan personal dan intim
misalnya hubungan antara anggota keluarga.
Bentuk-bentuk Konflik Sosial
Lewis A Coser, membedakan dua bentuk konflik, yaitu:
Konflik Realistis, yang berasal dari kekecewaan individu atau
kelompok terhadap suatu sistem dan tuntutan-tuntutan yang
terdapat dalam hubungan-hubungan sosial. Misalnya para
karyawan yang mengadakan pemogokan melawan menejemen
perusahaan.
Konflik Non Realistis, yaitu konflik yang bukan berasal dari
tujuan-tujuan persaingan yang bersifat antagonis, melainkan dari
kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ke-tegangan.
Dalam masyarakat tradisional pembalasan dendam lewat ilmu
gaib merupakan contoh dari konflik non realistis.ide gagasan,
dll..
Lewis A Coser juga membedakan antara konflik in group (konflik
antar anggota dalam satu kelompok) dan konflik out group (konflik
antara suatu kelompok dengan kelompok lain).
Ralph Dahrendorf, membedakan konflik atas empat macam, yaitu:
o Konflik diantara peranan-peranan sosial.
o Konflik diantara kelompok-kelompok sosial.
Halaman 32 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

o Konflik diantara kelompok yang terorganisasi dengan kelom-pok


yang tidak terorganisasi.
o Konflik diantara satuan-satuan nasional.
Soerjono Soekanto, menyebutkan lima bentuk konflik dalam masyarakat, yaitu:
Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi
antara dua individu.
Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang umumnya
timbul karena perbedaan-perbedaan ras, kepentingan, dan
kebudayaan.
Konflik atau pertentangan antara kelas sosial, yaitu konflik yang
terjadi antara kelas sosial yang berbeda, misalnya antara para
pekerja (buruh) dengan menejemen perusahaan tempat para
buruh bekerja.
Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi
akibat adanya benturan-benturan tujuan/kepentingan politis
seseorang atau suatu kelompok dengan pihak yang lain.
Konflik atau pertentangan internasional, umumnya konflik ini
terjadi karena perbedaan kepentingan yang berpengaruh pada
kedaulatan negara, sehingga berkembang menjadi konflik antar
negara.

Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan bentukbentuk konflik sebagai berikut: (a) Konflik dengan orang tua sendiri,
(b) Konflik dengan anak-anak sendiri, (c) Konflik dengan keluarga,
(d) Konflik dengan orang lain, (e) Konflik dengan suami atau isteri,
(f) Konflik di sekolah, (g) Konflik dalam pemilihan pekerjaan, (h)
Konflik agama, (i) Konflik pribadi.
Dampak Sebuah Konflik
Menurut Lewis A Coser, konflik merupakan peristiwa normal yang
dapat memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial. Tidak
adanya sebuah konfik dalam masyarakat tidak dapat dianggap
sebagai sebuah petunjuk kekuatan dan stabilitas hubungan sosial
masyarakatnya.
Segi positif suatu konflik adalah sebagai berikut:
a) Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum
jelas.
b) Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali normanorma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam
masyarakat.
c) Konflik meningkatkan solidaritas in group
d) Konflik dapat meredakan atau menghilangkan ketegangan antar
kelompok.
e) Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma
lama dan menciptakan norma-norma baru.
Halaman 33 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

f)
g)

Konflik dapat menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan


antara kekeuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Konflik memunculkan kompromi-kompromi baru.

Segi negatif suatu konflik:


a) Memunculkan keretakan hubungan antar individu dan persatuan
kelompok.
b) Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
c) Berubahnya kepribadian para individu
d) Munculnya dominasi kelompok yang menang atas kelompok yang
kalah.
Upaya-upaya Mengatasi Konflik.
Ada tiga syarat agar sebuah konflik tidak berakhir dengan
kekerasan, ketiga syarat tersebut adalah:
(1) Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari
akan adanya situasi konflik diantara mereka.
(2) Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin bisa
dilakukan apabila berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisasi secara jelas.
(3) Setiap kelompok yang terlibat konflik harus mematuhi aturanaturan main tertentu yang telah disepakati bersama.
Pada umumnya masyarakat memiliki apa yang disebut dengan
savety valve (katup penyelamat), yaitu sarana atau mekanisme
untuk mengendalikan konflik di dalam tubuhnya. Katup penyelamat
tersebut menyediakan obyek-obyek tertentu atau mekanisme
tertentu yang dapat menyalurkan perhatian pihak-pihak yang
bertikai.
Secara umum terdapat tiga macam bentuk pengendalian konflik
sosial, yaitu:
a.
Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik semacam ini dilakukan melalui
lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil diantara pihak-pihak yang bertikai.
Contoh bentuk konsiliasi adalah lembaga perwakilan rakyat.
Berbagai kelompok kepentingan yang bertikai bertemu di dalam
lembaga ini untuk menyelesaikan konflik mereka.
Agar dapat berfungsi dengan efektif, lembaga-lembaga konsiliasi
harus memenuhi empat hal berikut:
Lembaga tersebut harus merupakan lembaga yang otonom.

Kedudukan lembaga tersebut di dalam masyarakat harus


bersifat monopolistis, artinya hanya lembaga tersebut yang
berfungsi demikian.

Lembaga tersebut harus berperan agar kelompok yang bertikai


merasa terikat kepada lembaga tersebut.
Halaman 34 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Lembaga tersebut harus bersifat demokratis, yakni setiap


pihak harus diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya
sebelum keputusan tertentu diambil.

b.
Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua
pihak yang bertikai sepakat untuk menunjuk pihak ke tiga sebagai
mediator. Pihak ke tiga ini akan memberikan pemikiran tentang
cara-cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan diantara
mereka. Cara ini cukup efektif untuk mengurangi irrasionalitas yang
timbul di dalam suatu konflik.
c.
Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila pihak-pihak
yang bertikai sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima
hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu
untuk menyelesaikan konflik.
Selain itu menurut George Simmel, terdapat beberapa bentuk
terselesaikannya sebuah konflik, yaitu:

Kemenangan salah satu pihak atas pihak lain (dominasi)

Kompromi, sehingga tidak pihak yang sepenuhnya menang dan


pihak yang sepenuhnya kalah.

Rekonsiliasi, yaitu mengembalikan suasana persahabatan dan


saling percaya diantara pihak-pihak yang bertikai.

Salah satu pihak memaafkan pihak yang lain.

Kesepakatan untuk tidak berkonflik.


Pengaruh Interseksi dan Konsolidasi Terhadap Integrasi Sosial
Pengertian Integrasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa integrasi
adalah pembauran sesuatu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan
bulat. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang
berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi kesatuan. Unsur yang
berbeda tersebut dapat berupa kedudukan sosial, ras, suku, agama,
kebiasaan, sistem nilai, dan bahasa.
Dalam integrasi sosial terdapat kerjasama dari seluruh anggota
masyarakat, mulai dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan
masyarakat luas. Banton mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola
hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat,
tetapi perbedaan tersebut tidak memberikan fungsi penting hak dan
kewajiban, pekerjaan, maupun status sosial seseorang.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar anggota
masyarakat sepakat mengenai struktur kemasyarakatan yang
dibangun, termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan pranata
sosialnya.
William F ogburn dan Mayer Nimkoff menyatakan syarat terjadinya
integrasi sosial sebabagi berikut:
Halaman 35 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil


saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka.
2. Masyrakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus)
bersama mengenai norma dan nilai-nilai bersama.
3. Norma-norma dan nilai-nilai sosial itu berlaku cukup lama, tidak
mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh
anggota masyarakat.
Suatu proses integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat
bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:

Homogenitas kelompok.
Semakin homogen suatu kelompok, semakin mudah kelompok
tersebut terintegrasi.

Besar kecilnya kelompok.


Umumnya dalam kelompok yang kecil tingkat kemajemukannya
rendah, sehingga integrasi akan lebih mudah tercapai.

Mobilitas geografis.
Semakin sering anggota masyarakat datang dan pergi, akan
semakin sulit pula proses integrasi tercapai.

Efektifitas komunikasi.
Semakin efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat integrasi
masyarakat tercapai.
Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
Integrasi sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk sebagai berikut:
1)
Integrasi Normatif.
Integrasi normatif dapat diartikan sebagai sebuah bentuk
integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Dalam hal ini norma merupakan hal yang mampu
mengintegrasikan (mempersatukan) masyarakat. Sebagai contoh
prinsip Bhineka Tunggal Ika menjadi sebuah nilai dan norma yang
mengintegrasikan masyarakat Indonesia.
2)

Integrasi Fungsional.
Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi-fungsi
tertentu dalam masyarakat. Sub kelompok - sub kelompok yang
ada dalam masyarakat tentu mempunyai fungsi masing-masing.
Fungsi-fungsi itu secara makro saling terintegrasi sehingga
mampu menopang kinerja masyarakat secara keseluruhan.

3)

Integrasi Koersif.
Integrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki
oleh penguasa. Menurut Ralf Dahrendorf, masyarakat terdiri atas
organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan dan
wewenang. Ia menamakan kondisi ini sebagai imperative
coordinated associations asosiasi yang dikoordinasikan secara
Halaman 36 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

paksa. Negara merupakan representasi dari kekuasaan dan


wewenang yang secara koersif berusaha mewujudkan integrasi
sosial.
Proses integrasi sosial dapat dilihat melalui proses akulturasi dan
asimilasi.
Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang
terjadi bila suatu kelompok sosial dihadapkan pada kebudayaan
asing yang berbeda. Unsur-unsur kebudayaan asing tersebut diserap
dan diterima dan diintegrasikan dengan unsur-unsur kebudayaan
sendiri. Kebudayaan asing akan mudah diterima jika:
o Tidak ada hambatan geografis
o Kebudayaan yang datang memberikan manfaat lebih besar
o Adanya persamaan dengan unsur-unsur budaya lokal
o Kebudayaan itu berifat kebendaan
Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan
adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang
ada diantara individu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam
proses ini setiap individu dalam masyarakat berusaha untuk
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental
yang lain dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama.
Asimilasi merupakan puncak dari proses integrasi sosial. Proses
asimilasi akan mudah berlangsung apabila didorong oleh faktorfaktor berikut:
Toleransi terhadap orang lain dengan kebudayaan yang berbeda.
Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi.
Sikap saling menghargai dengan orang lain dengan
kebudayaannya.
Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
Perkawinan campuran (amalgamasi).
Adanya musuh bersama dari luar.

Proses integrasi sosial mengikuti tahapan sebagai berikut:


Akomodasi Kooperasi Koordinasi Asimilasi
Interseksi Keanggotaan Masyarakat dalam Kelompok-kelompok
Sosial
Interseksi merupakan gambaran tentang terjadinya persilangan
keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok sosial tertentu. Hal
ini terjadi akibat adanya sifat keterbukaan dalam sistem pelapisan
sosial dan diferensiasi sosial dalam masyarakat. Misalnya Sutrimo
dari Jawa Tengah, Charles Bonar Sinaga dari Batak, Olivia Sengkey

Halaman 37 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

dari Manado, dan Utar Hidayat dari Sunda sama-sama menjadi


pengurus gereja di Magelang.
Adanya perbedaan suku bangsa, agama, ras, profesi, daerah asal,
dan sebagainya menyebabkan terjadinya persilangan antara
berbagai kelompok sosial tersebut, sehingga menghasilkan
keanggotaan dalam kelompok yang juga saling menyilang, yang
disebut cross cutting affiliation, yang nanti pada gilirannya akan
melahirkan cross cutting loyalty yaitu adanya perasaan saling
memiliki dan tanggungjawab yang mengikat terhadap tempat atau
wadah keanggotaannya.
Jadi proses interseksi antar kelompok masyarakat akan menciptakan
hal-hal sebagai berikut:
Melahirkan perasaan saling memiliki dan tanggungjawab
mengikat terhadap wadah atau tempat keanggotaannya.
Tetap memiliki loyalitas terhadap kelompok sosialnya.
Mencegah terjadinya konflik antarkelompok sosial tersebut.
Mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Konsolidasi Keanggotaan Warga Masyarakat ke dalam Kelompok
Sosial.
Konsolidasi berasal dari bahasa Latin consolidatio yang artinya
penguatan. Konsolidasi adalah gambaran tentang terjadinya proses
memperkuat
hubungan,
persatuan,hubungan
yang
saling
menguatkan keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok sosial
tertentu, misalnya antara ras dengan agama, klan dan suku, suku
dan agama, dsb. Hubungan konsolidasi akan memperkuat kedudukan
setiap kelompok sosial berdasarkan ras, suku, agama, daerah, dsb.
Contoh konsolidasi suku Aceh identik dengan agama Islam, orang
Bali identik dengan agama Hindu. Hubungan konsolidasi yang meluas
akan menghambat terciptanya integrasi sosial.

MOBILITAS SOSIAL
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial (Social mobility) sering didefiniskan sebagai Suatu
bentuk perubahan kedudukan seseorang atau kelompok dari dari
suatu kedudukan tertentu ke kedudukan yang lain, baik dalam satu
lapisan sosial yang sama maupun antar lapisan sosial.
Pengertian mobilitas sosial (gerak sosial) berbeda dengan pengertian
gerakan sosial (social movement). Gerakan sosial merupakan suatu
Halaman 38 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

gerakan kolektif dari sekelompok masyarakat yang memperjuangkan


suatu tujuan tertentu, baik bersifat ekonomi, politik, sosial,
maupun budaya. Social movement seringkali diwarnai oleh aktifitasaktifitas yang bersifat memaksa, misalnya demonstrasi.
Faktor pendorong mobilitas sosial:
1. Faktor struktural:
struktur pekerjaan
struktur ekonomi
perbedaan fertilitas
2. Faktor individu:

Perbedaan bakat/kemampuan

Perilaku yang berorientasi kepada mobilitas (mengikuti


pendidikan, kebiasaan kerja, menunda kesenangan, penguasaan rule of the game, konsistensi antara tujuan dan usaha
mencapainya, keberuntungan)
3. Faktor status sosial
4. Faktor ekonomi
5. Faktor situasi politik
6. Faktor demografis/kependudukan
7. Faktor keinginan melihat daerah lain (volunteer)
Faktor penghambat mobilitas sosial:
Kemiskinan
Diskriminasi kelas
Perbedaan ras dan agama
Perbedaan jenis kelamin
Pengaruh sosialisasi yang kuat.
Jenis-jenis mobilitas sosial
Secara umum mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
mobilitas sosial horisontal (lateral)
mobilitas sosial vertikal.
Dipandang dari sudut pelakunya:

mobilitas sosial intragenerasi

mobilitas sosial antar generasi / intergenerasi.


Dengan demikian mobiltas sosial dapat dikategorikan menjadi:

mobiltas sosial horisontal intragenerasi

mobilitas sosial horisontal antargenerasi / intergenerasi

mobilitas sosial vertikal ke atas intragenerasi

mobilitas sosial vertikal ke atas antargeneras / intergenerasi

serta mobilitas sosial vertikal ke bawah intragenerasi

mobilitas sosial vertikal ke bawah antar generasi /


intergenerasi.
Halaman 39 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Mobilitas sosial vertikal ke atas mempunyai bentuk:


Naiknya individu-individu ke dalam kedudukan sosial yang lebih
tinggi, dimana kedudukan tersebut sudah tersedia.
Terbentuknya kelompok baru yang ditempatkan ke dalam
kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan anggota
kelompok pembentuknya.
Mobilitas sosial vertikal ke bawah mempunyai bentuk:
Turunnya individu-individu ke dalam kedudukan sosial yang
lebih rendah.
Turunnya derajat kehidupan sosial suatu kelompok.
Prinsip-prinsip umum mobilitas sosial vertikal:
1. Tidak ada suatu masyarakatpun yang sistem pelapisan sosialnya
bersifat mutlak tertutup.
2. Betapapun terbukanya suatu sistem pelapisan sosial, mobilitas
sosial vertikal didalamnya tidaklah berlangsung sebebasbebasnya.
3. Tidak terdapat kecenderungan yang pasti perihal bertambah atau
berkurangnya laju mobilitas sosial vertikal.
4. Laju mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi,
politik, sosial, maupun budaya adalah berbeda-beda.
5. Mobilitas sosial vertikal mempunyai dampak yang berbeda-beda
bagi individu-individu yang mengalaminya.
Saluran-saluran mobilitas sosial (social elevator):
Angkatan bersenjata
Lembaga pendidikan
Organisasi politik
Lembaga keagamaan
Organisasi ekonomi
Organisasi profesi
Perkawinan.

SKL 5

Menganalisis kelompok sosial dalam


masyarakat multikultural.
Semenjak masih kecil hingga dewasa, manusia senantiasa menjadi
anggota dari bermacam-macam kelompok. Dapatkah kita menyusuri
dalam kelompok apa saja kita pernah menjadi anggotanya ?
Halaman 40 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Terlihat bahwa kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat


penting dalam kehidupan kita, karena sebagian besar aktifitas
berlangsung di dalamnya.
Pengertian Kelompok Sosial
1. Mac Iver dan C.H Page
Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan
manusia yang hidup bersama.
2. Mayor Polak
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan
dalam sebuah struktur.
3. Robert K Merton
Sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola
yang telah mapan.
Faktor Yang Mendasari Terjadinya Kelompok Sosial
Mengapa manusia senantiasa ingin hidup bersama ?
Ciri-ciri kelompok sosial:
Menurut Soerjono Soekanto, himpunan manusia baru dapat
dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memiliki beberapa
persyaratan sebagai berikut:
a) Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok.
b) Ada hubungan timbal balik antara anggota satu dengan anggota
lainnya.
c) Ada satu faktor pengikat yang dimiliki oleh bersama oleh
anggota kelompok.
d) Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku yang sama.
e) Bersistem dan berproses.
Robert K Merton menyebutkan tiga kriteria suatu kelompok, yaitu:

Memiliki pola interaksi

Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai


anggota kelompok.

Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain


sebagai anggota kelompok.

Bentuk-bentuk Kelompok Sosial


A. Klasifikasi Emile Durkheim
Durkheim membagi kelompok sosial menjadi dua tipe yaitu
kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan
kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas organik.
Solidaritas mekanik merupakan ciri dari masyarakat yang masih
sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. Yang
diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Seluruh
Halaman 41 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

kegiatan warga masyarakat diikat oleh apa yang disebut


kesadaran kolektif, yaitu suatu kesadaran bersama yang
mencakup seluruh keseluruhan kepercayaan dan perasaan
kelompok, berada di luar individu, dan bersifat memaksa.
Hukum yag dominan adalah hukum pidana, untuk mengembalikan kondisi tidak seimbang akibat perilaku menyimpang. Sanksi
terhadap pelanggaran bersifat represif.
Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang terdapat
dalam masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja, saling
ketergantungan antar warga masyarakat tinggi. Ikatan bersama
yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadran kolektif,
melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai profesi.
Hukum yang menonjol adalah hukum perdata. Sanksi terhadap
pelanggaran bersifat restitutif.
B. Klasifikasi Ferdinand Tonnies
Kelompok dalam masyarakat dibedakan ke dalam gemeinschaft
dan gesselschaft.
Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim,
pribadi, dan eksklusif. Contohnya adalah ikatan agama, ikatan
perkawinan, rumah tangga, dsb.
Gesselschaft merupakan kehidupan publik sebagai sekumpulan
orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing
tetap mandiri. Misalnya hubungan kerja, ikatan profesi, dan
sebagainya.
Dalam konteks Indonesia, gemeinshaft dan gesselschaft dapat
tercermin dalam paguyuban dan patembayan.
Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama yang bersifat
alamiah, mempunyai ikatan batin yang kuat, dan kekal.
Paguyuban dapat dibedakan ke dalam tiga tipe, yaitu:
a. Paguyuban
karena
ikatan
darah
atau
keturunan
(gemeinschaft by blood), seperti keluarga, kelopok
kekerabatan, dsb.
b. Paguyuban karena persamaan tempat tinggal (gemeinschaft
by place), seperti rukun tetangga, rukun warga, dsb.
c. Paguyuban karena persamaan jiwa dan pikiran (gemeinschaft
by mind), seperti perkumpulan kebatinan, sekte, dsb.

C. Klasifikasi Emile Durkheim


D. Klasifikasi C.H. Cooley
Cooley membagi kelompok dalam masyarakat menjadi
kelompok primer, dan kelompok sekunder.
Kelompok primer ditandai dengan pergaulan dan kerjasama
tatap muka yang intim, jumlahnya kecil, saling mengenal, akrab
dan memiliki solidaritas yang kuat. Misalnya keluarga, kerabat,
ketetanggaan, RT, dsb.
Halaman 42 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Kelompok sekunder bersifat formal, tidak pribadi, dan berciri


kelembagaan, pola hubungan bersifat kontraktual. Misalnya
perkumpulan, partai politik, dsb.
E.

Klasifikasi WG Sumner
Menurut Sumner kelompok sosial dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu in group dan out group.
In Group (kelompok dalam, kelompok kami) adalah suatu
kelompok sosial dimana seseorang menjadi anggotanya. Di
kalangan kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama,
dan kedamaian, dan solidaritas kelompok (in group feeling).
Out Group (kelompok luar, kelompok mereka) adalah suatu
kelompok dimana seseorang tidak menjadi anggotanya. Dilihat
dari sudut kelompok kami, kelompok mereka biasanya
diposisikan sebagai partner, pesaing, rival, atau bahkan musuh.
Keterlibatan seseorang dengan kelompok mereka sangatlah
dangkal, atau tidak ada sama sekali.

F.

Klasifikasi Soerjono Soekanto


Menurut Soerjono Soekanto kelompok sosial dapat dibedakan
berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota (kelompok kecil dan
kelompok besar), berdasarkan pada kepentingan dan wilayah
(komunitas dan kerumunan), berdasarkan derajad organisasi
(kelompok terorganisasi dan kelompok tidak terorganisasi).

Analisis Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural.


Ciri-ciri keaneka ragaman (kemajemukan) masyarakat:
a. Terjadinya segmentasi kelompok.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembagalembaga yang bersifat nonkomplmenter.
c. Kurang mengembangkan konsensus terhadap nilai-nilai yang
mendasar.
d. Secara relatif sering terjadi konflik antar kelompok.
e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan.
f. Adanya dominasi oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong keberagaman masyarakat Indonesia, yaitu:
Keadaan geografis Indonesia yang terdiri atas kepulauan
Pengaruh kebudayaan asing
Iklim yang berbeda-beda,
Pembangunan.
Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman, tetapi
juga bermakna kesederajatan antar perbedaan yang ada. Multikulturalisme menuntut masyarakat untuk hidup penuh toleransi,
selaing pengertian antar budaya dan antar bangsa, dengan prisip
sebagai berikut:

Pengakuan terhadap identitas budaya lain


Halaman 43 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup di dalam


masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku dalam
masyarakat.

Kemajuan yang dicapai oleh kelompok tertentu


dipandang sebagai sumbangan yang besar bagi kelompok luas.
Faktor-faktor yang menghambat mutikulturalisme antara lain;
menganggap budaya sendiri yang paling baik, pertentangan antara
budaya Barat dan Timur, pluralisme dianggap sebagai sesuatu yang
eksotis, pandangan yang paternalistik, kecurigaan terhadap orang
asing, dsb.

Hubungan Antar Kelompok Sosial.


Hubungan antar kelompok sosial dapat dilihat dari beberapa dimensi
sebagai berikut:
(1) Dimensi Sejarah
Hubungan antar kelompok dalam dimensi sejarah diarahkan
pada pemahaman tumbuh dan berkembangnya hubungan antar
kelompok. Hal ini terkait dengan stratifikasi etnis (rasialisme),
stratifikasi jenis kelamin, dan stratifikasi usia.
Stratifikasi etnis menurut Noel terjadi apabila terdapat tiga
syarat, yaitu etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan
kekuasaan.
Stratifikasi usia terkait dengan kekuasaan, hak istimewa, dan
prestise yang dimiliki individu sejak mulai beranjak dewasa
hingga menjelang tua.
Stratifikasi jenis kelamin terkait dengan industrialisasi,
pembagian kerja pada masyarakat tradisional.
(2)

Dimensi Sikap
Dalam hubungan antar kelompok sosial sering muncul
prasangka (prejudice) dan stereotip (stereotype).
Prasangka merupakan sikap bermusuhan yang ditujukan pada
suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok
tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.
Stereotip adalah citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras
atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra
tersebut. Stereotip memilki sifat negatif maupun positif.
Misalnya perempuan memiliki sifat keibuan, penyayang, dan
lembut, (stereotip positif). Orang msikin memiliki sifat bodoh,
kotor, dan tidak berbudaya, (stereotip negatif)

(3)

Dimensi Institusi
Dimensi institusi dalam hubungan antar kelompok dapat
berupa institusi politik maupun ekonomi. Maksudnya hubungan
antar kelompok dapat bersifat birokratis saja tanpa hubungan
yang lebih personal. Contoh seorang petugas administrasi
tidak perlu mengenal dengan baik orang-orang yang dilayani,
Halaman 44 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

hubungan yang terjadi antar mereka tak lebih dari hubungan


administratif saja.
(4)

Dimensi Gerakan Sosial


Hubungan antar kelompok sering melibatkan gerakan sosial,
baik yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan
perubahan maupun oleh pihak yang ingin mempertahankan
keadaan.

Pola Hubungan Antar Kelompok.


Hubungan antar kelompok juga diwarnai oleh pola-pola tertentu
yang khas. Terhadap kelompok ras, Banton mengemukakan
beberapa kemungkinan pola hubungan antar kelompok ras :
akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme, dan integrasi.
a) Akulturasi
Akultutasi terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang
bertemu mulai berbaur dan berpadu.
b)

Dominasi
Dominasi terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok
ras yang lain. Dalam kaitannya dengan dominasi, Kornblum
menyatakan bahwa terdapat empat macam kemungkinan yang
terjadi dalam suatu hubungan antar kelompok, yaitu:
- Genosida, yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis
terhadap kelompok tertentu.
- Pengusiran
- Perbudakan
- Segregasi, yaitu pemisahan antara kelompok ras tertentu
dengan ras yang lain.
- Asimilasi.

c)

Paternalisme
Paternalisme adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras
pendatang ata skelompok ras pribumi.

d)

Pluralisme
Pluralisme adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya
persamaan hak politik dan hak perdata masyarakat. Pola
hubungan ini lebih mencerminkan pola hubungan antar
kelompok dari pada integrasi.

e)

Integrasi
Integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya
perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberi
perhatian khusus pada perbedaan ras tersebut.

Halaman 45 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Ahli lain, Lieberson, mengklasifikasikan pola hubungan antar


kelompok menjadi dua pola sebagai berikut:
2.
Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (migrant
superordination), contohnya adalah kedatangan bangsa Eropa
ke benua Asia, Afrika, dan Amerika.
3.
Pola dominasi kelompok pribumi atas pendatang (indigenous
superordination), contohnya dominasi kulit putih Perancis atas
kelompok pendatang dari Aljazair, Cina, Turki.

SKL 6

Menjelaskan proses perubahan sosial pada


masyarakat dan dampaknya terhadap
kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Perubahan Sosial
A. Prof Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
B. Kingsley Davis
Perubahyan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat.
C. William F Ogburn
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada aspekaspek kehidupan sosial, seperti kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan tekhnologi yang sangat berpengaruh terhadap
pola berpikir masyarakat.
XII IPS 2
Mengapa perubahan sosial merupakan proses yang melekat pada diri
masyarakat ?
1. Menghadapi masalah-masalah baru.
2. Ketergantungan pada hubungan antar warga pewaris kebudayaan.
3. Lingkungan yang berubah.
4. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada.
5. Timbulnya keinginan untuk mengadakan perbaikan.
6. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri.
7. Adanya usaha-usaha suatu masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.
8. Banyaknya kesulitan dan tantangan hidup yang dihadapi oleh
masyarakat.
9. Tingkat kebutuhan hidup mkasyarakat yang semakin kompleks.
10. Sikap terbuka masyarakat terhadap hal-hal yang baru
11. Sistem pendidikan yang dapat nilai-nilai tertentu untuk meraih
masa depan.
Halaman 46 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Meskipun perubahan merupakan sesuatu yang inheren (melekat)


dalam diri masyarakat, tetapi masyarakat juga mempunyai
kecenderungan untuk bertahan (mempertahankan apa yang sudah
mapan). Hal ini dipengaruhi oleh faktor:
Adanya unsur yang mempunyai fungsi tertentu dan sudah
diterima oleh masyarakat secara luas.
Adanya unsur-unsur yang sudah tersosialisasi sejak kecil.
Adanya unsur-unsur yang berkaitan dengan kepercayaan dan
agama yang dianut.
Adanya unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan filsafat hidup
bangsa.
Karakteristik Perubahan Sosial.
Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang , cepat atau
lambat suatu masyarakat pasti mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi pada lembaga tertentu akan diikuti pula
oleh perubahan pada lembaga sosial yang lainnya.
Perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi
yang bersifat sementara, yang nantinya akan diikuti oleh
reorganisasi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang baru.
Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
sprirtual saja, karena keduanya memiliki kaitan erat.
Teori Utama Perubahan Sosial
1. Teori Siklus
Teori siklus melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulangulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki
kesamaan atau kemiripan dengan apa yang terjadi sebelumnya.
Proses peralihan masyarakat bukanlah berakhir pada tahap
akhir yang sempurna, melainkan berputar kembali pada tahap
awal
untuk
peralihan
selanjutnya.
Oswald
Spengler
berpandangan bahwa peradaban mengalami proses kelahiran,
perkembangan, dan keruntuhan. Sorokin berpendapat bahwa
semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem
kebudayaan yang berputar tiada akhir, yaitu:
a. Kebudayaan Ideasional (ideational cultural)
Kebudayaan ini didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan
terhadap hal-hal adikodrati.
b. Kebudayaan Idealistis (idealistic cultural)
Kebudayaan ini berisi kepercayaan terhadap unsur adikodrati
dan rasionalitas yang saling bergabung.
c. Kebudayaan sensasi (sensational cultural)
Dalam kebudayaan ini sensasi (segala sesuatu yang teraba
oleh panca indera) merupakan tolok ukur dari kenyataan dan
tujuan hidup.
2. Teori Perkembangan (teori Linier)
Halaman 47 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Menurut teori ini perubahan dapat diarahkan ke suatu titik


tujuan tertentu, seperti masyarakat yang tradisional dapat
diarahkan untuk berubah menjadi masyarakat modern.
Herbert Spencer berpendapat bahwa masyarakat berkembang
dari primitif, tradisional, bersahaja, menuju masyarakat modern
yang komplkes dan maju. Durkheim mengatakan bahwa
masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas
organik. Menurut Weber masyarakat berubah secara linier dari
masyarakat yang diliputi pemikiran mistik dan takhayul, menuju
masyarakat yang berpikiran rasional. Marx berpendapat bahwa
masyarakat feodal akan berubah secara revolusioner menjadi
masyarakat kapitalis.
Teori perkembangan / teori linier ini dibagi menjadi dua, yaitu
teori evolusi dan teori revolusi.
3. Teori Modernisasi
Teori modernisasi melihat bahwa negara-negara terbelakang akan
mengikuti jalan yang sama dengan apa yang sudah dialami oleh
negara-negara modern. Cara yang dimaksud adalah proses
modernisasi.
4. Teori Ketergantungan.
Teori ini melihat bahwa ada ketergantungan antara negaranegara dunia ketiga terhadap negara-negara industri. Ketika
negara-negara industri berkembang semakin maju, negara-negara
dunia ketiga semakin terbelakang
akibat kolonialisme dan
neokolonialisme.
5. Teori sistem dunia.
Teori menyatakan bahwa perekonomian kapitalis dunia tersusun
atas tiga jenjang, yaitu negara inti, negara semi-perferi, dan
negara periferi.
Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Perubahan Lambat (Evolusi)
Beberapa teori yang evolusi :
- Unilinear Theories of Evolution
Manusia dan masyarakat mengalami perkembangan melalui
tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke
bentuk yang kompleks dan akhirnya sampai ke tahapan yang
sempurna.
- Universal Theories of Evolution.
Perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap. Menurut Durkheim masyarakat
merupakan perkembangan dari kelompok yang homogen ke
kelomok yang heterogen.
- Multilined Theories of Evolution.
Halaman 48 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Teori menekankan pada penelitian terhadap tahapan-tahapan


tertentu dalam evolusi masyarakat.
Perubahan Cepat (Revolusi)
Syarat terjadinya revolusi:
Ada keinginan dari masyarakat untuk mengadakan perubahan.
Ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu
memimpin masyarakat untuk mengadakan perubahan.
Ada pemimpin yang dapat menampung keinginan/aspirasi
masyarakat
dan merumuskan aspirasi tersebut menjadi
program kerja.
Ada tujuan konkret yang dapat dicapai.
Ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi.
Perubahan Kecil
Perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh berarti bagi masyarakat.
Perubahan Besar
Perubahan yang membawa pengaruh bagi masyarakat dan
lembaga-lembaganya.
Perubahan yang dikehendaki / perubahan yang direncanakan.
Perubahan yang telah direncanakan sebelumnya oleh pihak-pihak
(agent of change) yang hendak mengadakan perubahan, melalui
apa yang dinamakan social engineering dan social planning.
Perubahan yang tidak dikehendaki / perubahan yang tidak
direncanakan.
Perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan
masyarakat atau kemampuan manusia. Perubahan yang tidak
dikehendaki seringkali merupakan akibat atau dampak dari
perubahan terencana yang dilakukan.
Perubahan Struktural
Perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya
reorganisasi masyarakat.
Perubahan Proses
Perubahan yang sifatnya tidak mendasar, seringkali hanya
merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya.
Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Faktor Internal
Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Penemuan-penemuan baru (inovasi).

Halaman 49 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

- invention, yaitu penemuan unsur kebudayaan baru (material


maupun non material) dengan mengombinasikan unsur-unsur
kebudayaan yang sudah ada.
- discovery, yaitu penemuan unsur kebudayaan baru (benarbenar baru), baik berupa alat maupun gagasan. Seringkali
dari suatu discovery menjadi invention membutuhkan
rangkaian pencipataan.
Suatu penemuan baru menimbulkan pengaruh tertentu kepda
masyarakat:
a. Penemuan baru yang menimbulkan pengaruh pada berbagai
bidang.
b. Penemuan yang menimbulkan perubahan-perubahan yang
menjalar dari suatu bidang ke bidang yang lain.
c. Beberapa penemuan baru yang menghasilkan satu jenis
perubahan.
Pertentangan/konflik dalam masyarakat.
Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Faktor Eksternal
Lingkungan fisik di sekitar manusia.
Peperangan.
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
- penetrasi damai (penetration pacifique)
- penetrasi paksa (violente)
Faktor Penghambat Perubahan Sosial.
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
Sikap masyarakat yang masih mengagungkan tradisi.
Adanya kepentingan yang sudah tertanam kuat (vested interest)
Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi masyarakt.
Prasangka terhadap hal-hal yang baru.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
Kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sulit di
ubah.
Dampak Perubahan Sosial.
Disamping berbagai dampak positif yang ada, perubahan sosial
sering kali berdampak negatif juga, utamanya potensi munculnya
disintegrasi sosial.
Situas disintegrasi biasanya ditandai oleh:
Sebagian besar anggota masyarakat tidak lagi mematuhi normanorma maupun nilai-nilai yang berlaku.
Timbul ketidaksepahaman di antara anggota kelompok, sehingga
hilang rasa solidaritas dan kesatupaduannya.
Sanksi yang diberikan kepada pelanggar tidak dilaksanakan
secara konsekuen.

Halaman 50 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Menurunnya kewibawaan para tokoh dan pimpinan masyarakat,


sehingga tidak ada lagi figur panutan atau teladan.
Tanda-tanda disintegrasi ini dapat berupa: pergolakan daerah, aksi
protes dan demonstrasi, kriminalitas, kenakalan remaja, dsb.

Modernisasi dan Globalisasi sebagai sebuah Perubahan Sosial.


Modernisasi pada dasarnya adalah perubahan sosial jangka panjang
yang telah direncanakan. Pengertian kata modern mengacu pada
kemampuan hidup menurut konstelasi jaman sekarang. Manusia
modern (menurut Alex Inkeles) memiliki ciri-ciri; sangat menghargai
waktu, berorientasi ke masa depan, rasional, dan mempunyai
perencanaan.
Globalisasi merupakan bagian dari proses perubahan sosial yang
menyangkut penggunaan cara-cara baru dalam berbagai bidang
kehidupan oleh semua masyarakat di berbagai belahan dunia. Akibat
dari demikian majunya tekhnologi komunikasi dan informasi, dunia
menjadi sempit, batas-batas geografis menjadi nisbi.
Modernisasi dan globalisasi terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, bidang ekonomi, bidang politik, bahkan bidnag
agama.
Modernisasi berbeda dengan westernisasi / pem-Barat-an.
Westernisasi mengimplikasikan pengambilalihan segala hal yang
berkenaan dengan budaya Barat. Sedangkan modernisasi lebih
menekankan pada perubahan sikap dan mentalitas untuk mengatasi
tantangan jaman.
Westernisasi erat dengan sekulerisme (paham bahwa dunia dengan
segala kepentingannya terpisah dengan agama), konsumerisme
(sikap hidup yang boros dan konsumtif), dan hedonisme (mengagung
- agungkan kesenangan duniawi). Westernisasi, sekulerisme, konsumerisme, dan hedonisme merupakan dampak negatif dari
perubahan sosial.
Dampak Perubahan Sosial.
Dampak Positif.
Secara umum dampak positif dari perubahan sosial adalah
kemungkinan dicapainya tahap perkembangan sosial baru yang lebih
maju dan lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Dampak Negatif.
Dampak negatif dari perubahan sosial umumnya terkait dengan
kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan masyarakat atau bahkan
merusak kelangsungan masyarakat, seperti urbanisasi, kesenjangan
sosial-ekonomi, pencemaran lingkungan alam, kriminalitas, dan
lunturnya eksistensi jati diri bangsa.

SKL 74

Menganalisis bentuk-bentuk struktur


Halamansosial
51 dari 66 halaman.
dan konsekuensinya terhadap konflik dan

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Pengertian Lembaga Sosial


1. Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt
Lembaga sosial adalah sistem norma-norma sosial dan
hubungan-hubungan yang menyatukan nilai-nilai dan prosedurprosedur tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
2. Menurut Rober Mac Iver dan C H Page
Lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara yang telah
diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang
tergabung dalam suatu kelompok tertentu.
3. Menurut Soerjono Soekanto
Lembaga sosial adalah himpunan norma dari segala tingkatan
yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat.
Sifat Hakekat Lembaga Sosial
1)
Lembaga sosial merupakan pola-pola pemikiran dan pola-pola
perilaku yang terwujud melalui aktifitas kemasyarakatan dan
hasil-hasilnya.
2)
Bersifat kekal dan berlaku dalam kurun waktu yang lama.
3)
Setiap lembaga sosial memiliki tujuan-tujuan tertentu yang
merupakan tujuan bersama dari komunitas masyarakat yang
bersangkutan.
4)
Memiliki alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan lembaga tersebut.
5)
Memiliki simbol-simbol tertentu yang menggambarkan fungsi
dan tujuan lembaga.
6)
Memiliki tradisi-tradisi tertentu.
Fungsi Lembaga Sosial
a. Fungsi manifes (fungsi nyata)
Yaitu fungsi lembaga sosial yang disadari dan menjadi harapan
banyak orang.
b.

Fungsi laten (fungsi tersembunyi)


Yaitu fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan
menjadi tujuan utama banyak orang.
Secara umum lembaga sosial mengemban fungsi-fungsi sebagai
berikut:
(1) Memberikan pedoman kepada warga masyarakat tentang
bagaimana seharusnya bertingkah laku dalam upaya memenuhi
kebutuhannya.
(2) Menjaga ketertiban, keutuhan, dan kebersamaan anggota
masyarakat.
Halaman 52 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

(3) Memberikan pedoman dalam melakukan pengendalian sosial


(4) Menjaga dan melindungi nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
(5) Memberikan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
khusus manusia.
Jenis-jenis Lembaga Sosial
Menurut Paul B Horton, paling tidak terdapat delapan jenis lembaga
sosial dalam masyarakat, yaitu:
1. Lembaga pendidikan (educational institution), berfungsi untuk
memenuhi penerangan dan pendidikan. Misalnya sekolah,
lembaga bimbingan belajar, universitas, akademi, dll.
2. Lembaga politik (political institution), berfungsi memenuhi
kebutuhan manusia dalam mengatur keseimbangan kekuasaan
dalam masyarakat. Misalnya partai politik, KPU, DPR, dsb.
3. Lembaga ekonomi (economic institution), berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam proses produksi, distribusi,
dan konsumsi. Misalnya bank, pasar, asuransi, dsb.
4. Lembaga kekeluarga (domestic institution), berfungsi untuk
memenuhi keperluan hidup manusia akan keluarga dan
kekerabatan. Misalnya sistim kekerabatan, sistim perkawinan,
sistim pembagian warisan, dsb.
5. Lembaga fisik (somatic institution), berfungsi untuk memenuhi
keperluan fisik dan kenyamanan manusia. Misalnya salon
kecantikan, tempat-tempat kebugaran, dsb.
6. Lembaga seni dan rekreasional (aesthetic and recreational
institution), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
penghayatan cita rasa keindahan dan rekreasi. Misalnya TMII,
galeri seni, dsb.
7. Lembaga agama (religius institution), berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam berhubungan dan berbakti kepada
Tuhan dan berinteraksi dengan sesama manusia menurut norma
agama yang dianut. Misalnya pondok pesantren, dewan gereja,
dsb.
Lembaga ilmiah (scientific institution), berfungsi untuk memenu-hi
kebutuhan manusia akan kebenaran ilmu dan menyelami alam
sekitarnya berdasarkan metode ilmiah.
Tipe-tipe Lembaga Sosial
a. Berdasarkan sudut perkembangannya.
a) Cressive institution
Lembaga sosial yang tumbuh secara alamiah (tidak
disengaja) dari adat-istiadat masyarakat. Seperti lembaga
perkawinan, pranata hak milik, religi, dsb.

b) Enacted institution

Halaman 53 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Lembaga sosial yang sengaja dibentuk untuk mencapai


tujuan tertentu. Seperti lembaga pendidikan, lembaga
perbankan, dsb.
b.

Berdasarkan sudut sistem nilai yang diterima masyarakat.


a) Basic institution
Lembaga sosial yang keberadaanya sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan masyarakat. Misalnya
keluarga, sekolah, negara, dsb.
b) Subsidiary institution
Lembaga sosial yang keberadaannya dianggap kurang
penting oleh masyarkat. Misalnya pranata hiburan, pranata
kecantikan, dll.

c.

Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat.


a) Approved/sanctioned institution.
Lembaga sosial yang keberadaannya diterima oleh warga
masyarakat.
b) Unsanctioned institution.
Lembaga sosial yang keberadaannya tidak diterima/tidak
dikehendaki oleh masyarakat.

d.

Berdasarkan sudut penyebarannya.


a) General institution.
Lembaga sosial yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat
dunia.
b) Restructed institution.
Lembaga sosial yang hanya dikenal oleh masyarakat
tertentu.

e.

Berdasarkan sudut fungsinya.


a) Operative institution.
Lembaga sosial yang berfungsi menghimpun pola-pola atau
cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya lembaga industri.
b) Regulative institution.
Lembaga sosial yang berfungsi mengawasi tata kelakuan yang
ada dalam masyarakat. Misalnya lembaga hukum.

Beberapa Contoh Lembaga Sosial.


(1) Lembaga Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat,
terdiri atas suami-isteri dan atau dengan anak-anaknya.
Bentuk keluarga terdiri atas:
(1) Keluarga inti (batih, somah, nuclear family), yaitu keluarga
yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
(2) Keluarga luas (extended family)
Halaman 54 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

(3) Keluarga polygamous, yaitu beberapa keluarga inti yang


dipimpin oleh seorang kepala keluarga.
Proses terbentuknya keluarga:
1) Prenuptual Stage (tahap persiapan berkeluarga)
2) Nuptual Stage (tahap awal berkeluarga, yaitu menikah)
3) Child Rearing Stage (tahap pengasuhan anak)
4) Maturity Stage (tahap keluarga matang)
Bentuk-bentuk perkawinan.

Menurut jumlah pasangan:


a) Monogami
b) Poligami
Poligini
Satu orang laki-laki memiliki lebih dari satu isteri, bila isteriisterinya bersaudara kandung disebut poligini sororat, bila
isteri-isterinya tidak saling bersaudara kandung disebut
poligini non sororat.
poliandri
Satu orang isteri memiliki beberapa suami, bila suami-suaminya
bersaudara kandung disebut poliandri fraternal, bila suamisuaminya tidak bersaudara kandung disebut poliandri non
fraternal.

Menurut asal pasangan


a) Endogami, yaitu mengambil pasangan dari dalam lingkungan
sendiri, misalnya satu klen, etnis, kerabat.
b) Eksogami, yaitu mengambil pasangan dari luar lingkungan
sendiri, misalnya beda marga, beda suku, dsb.
Eksogami dibagi dua yaitu connubium asymetris/connubium
circulation (tidak saling memberi pasangan), dan connubium
symetris (saling memberi pasangan).
c) Homogami (mengambil pasangan dari kelas sosial yang sama)
d) Heterogami (mengambil pasangan dari kelas sosial yang
berlainan)

Menurut hubungan kekerabatan


a) Cross cousin (perkawinan sepupu silang)
b) Paralel cousin (perkawinan sepupu sejajar)
Pola Menetap Setelah Perkawinan.
1. Patrilokal
Pasangan suami isteri menetap di sekitar kediaman kerabat
suami.
2. Matrilokal
Pasangan suami isteri menetap di sekitar kediaman kerabat
suami.
3. Bilokal
Halaman 55 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

4.
5.
6.
7.
8.

Pasangan suami isteri menetap secara bergantian antara


kerabat isteri dan kerabat suami.
Neolokal
Pasangan suami isteri menetap di tempat tinggal yang baru.
Avunculokal
Pasangan suami isteri menetap di sekitar kediaman saudara
laki-laki ibu dari pihak suami.
Natalokal
Pasangan suami isteri menetap di tempat kelahiran masingmasing, dan hanya bertemu untuk waktu yang relatif pendek
Utrolokal
Pasangan suami isteri bebas menentukan tempat tinggalnya.
Commonlokal.
Pasangan suami isteri bertempat tinggal di dalam kelompok
yang terdiri dari orang tua kedua belah pihak.

Fungsi-fungsi Keluarga
(a) fungsi reproduksi
(b) fungsi sosialisasi
(c) fungsi afeksi
(d) fungsi ekonomi
(e) fungsi proteksi
(f) fungsi pemberian status
Susunan Keluarga.
Susunan keluarga yang dimaksud di sini adalah sistim kekerabatan, yaitu cara yang digunakan oleh suatu kebudayaan tertentu
dalam menentukan keanggotaan kerabat seseorang.

Sistim kekerabatan bilateral (cognatic descent), seperti


etnis Sunda, Jawa, Lampung, Aceh, Banjar, Melayu, Bugis,
dan Makassar.
(a) prinsip
ambilineal
(optative
descent),
yaitu
menghitung garis kekerabatan terkadang melalui
pihak ayah atau melalui pihak ibu.
(b) Prinsip konsentris, yaitu menghitung garis keluarga
sampai jumlah tertentu.
(c) Prinsip promogenitur, yaitu menghitung garis keluarga
melalui ayah atau ibu yang usianya tertua saja.
(d) Prinsip ultimogenitur, yaitu menghitung garis keluarga
melalui ayah atau ibu yang usianya tertua
sajatermuda

Sistim kekerabatan unilateral/unilineal


a. Sistim kekerabatan patrilineal (garis keluarga dihitung
dari garis ayah), seperti etnis Batak, Nias, Maluku,
Timor, dan Flores pada umumnya.

Halaman 56 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

b.

Sistim kekerabatan matrilineal (garis keluarga dihitung


dari garis ibu), seperti etnis Minangkabau dan Ngada di
Flores.

(2) Lembaga Pendidikan.


Menurut David Popenoe, lembaga pendidikan mengemban fungsi
sebagai berikut:
1) Transmisi kebudayaan masyarakat
2) Memilih dan mengajarkan peranan sosial
3) Mengajarkan corak kepribadian
4) Sumber inovasi sosial
(3) Lembaga Politik
Lembaga politik adalah keseluruhan tata nilai dan tata norma yang
berkaitan dengan kekuasaan.
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang dapat bersumber dari
kewibawaan yang dimiliki oleh seseorang sejak dilahirkan
(kharisma), diperoleh dari tradisi atau keturunan, atau
diperoleh dari pemberian/pengakuan secara legal-formal.
Hal-hal yang termasuk dalam lembaga politik ini antara lain bentuk
negara
(negara
kesatuan,
negara
federasi),
bentuk
pemerintahan (republik, monarkhi, kekaisaran).
Fungsi Lembaga Politik
1.
Memelihara ketertiban di dalam (internal order)
2.
Menjaga keamanan di luar (external security)
3.
Mengupayakan
kesejahteraan
umum
(general
welfare)
4.
Mengatur proses politik
(4) Lembaga Ekonomi
Pranata ekonomi mengatur proses produksi barang maupun jasa,
proses ditribusi barang maupun jasa, dan proses konsumsi
barang maupun jasa.
(5) Lembaga Agama
Menurut Light, Keller, dan Callhoun, unsur-unsur dasar agama adalah :
1.
Sistim keyakinan (sistim kepercayaan)
2.
Praktik kegamaan
3.
Simbol keagamaan
4.
Umat beragama
5.
Pengalaman
keagamaan/emosi
keagamaan
(6)

Lembaga Hukum
Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum
kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma hukum.

Halaman 57 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

SKL 84

Menganalisis bentuk-bentuk struktur sosial


dan konsekuensinya terhadap konflik dan
Pengertian Penelitian
a. Menurut Marzuki
Suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari, dan menganalisis
fakta-fakta mengenai suatu masalah.
b. Menurut Supranto
Kegiatan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis.
c. Menurut Sutrisno Hadi
Suatu usaha untuk mengisi suatu kekosongan, mengembangkan
atau memperluas, dan menggali lebih dalam apa yang telah ada,
serta menguji kebenaran sesuatu.
Kegunaan Penelitian
Ditinjau dari kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian merupakan
alat utama untuk melakukan hal-hal berikut:
- Memperkuat ilmu pengetahuan
- Membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan
Syarat Penelitian
Ada tiga persyaratan penting penelitian, yaitu:
1) Sistematis, artinya penelitian dilaksanakan menurut pola
tertentu dari yang sederhana sampai yang kompleks hingga
tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
2) Terencana, artinya penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur
kesengajaan, dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah
pelaksanaannya.
3) Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai dari awal sampai akhir
kegiatan dilakukan menurut cara-cara yang sudah ditentukan,
yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan.
Cara Berpikir Seorang Peneliti
(a) Berpikir skeptis
Artinya peneliti harus selalu menanyakan bukti atau fakta yang
dapat mendukung suatu pernyataan. Ia tidak boleh percaya
begitu saja pada sesuatu tanpa adanya penjelasan atau buktibukti yang masuk akal.
(b)

Berpikir analitis
Artinya peneliti harus selalu menganalisis setiap pernyataan
atau persoalan yang dihadapi.

Halaman 58 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

(c)

Berpikir kritis
Artinya peneliti harus selalu mendasarkan pikiran dan
pendapatnya pada logika serta menimbang berbagai hal secara
obyektif berdasarkan data dan analisis akal sehat.
(d) Jujur
Artinya seorang peneliti tidak memasukkan keinginannya sendiri
ke dalam data.
(e) Terbuka
Artinya seorang peneliti bersedia memberikan bukti penelitian
dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil
penelitiannya.
Sikap seorang peneliti
1) Obyektif, artinya seorang peneliti harus bisa memisahkan
antara perasaan pribadi dengan fakta.
2) Kompeten, artinya seorang peneliti harus memiliki kemampuan
untuk menyelenggarakan penelitian dengan metode dan tekhnik
penelitian tertentu.
3) Faktual, artinya harus bekerja berdasarkan fakta yang
diperoleh.
Macam-macam Penelitian.
Berdasarkan tujuannya:

Penelitian dasar (basic research).


Tujuannya adalah menemukan prinsip-prinsip umum tentang
sesuatu untuk menyusun suatu teori.

Penelitian terapan (applied


research)
Tujuannya adalah untuk memecahkan suatu persoalan.
Berdasarkan metodenya.
1.
Penelitian historik.
Penelitian historik berusaha mengkaji peristiwa yang telah
terjadi pada masa lampau.
2.
Penelitian survei.
Penelitian survei dilakukan untuk memperoleh informasi yang
sejenis dari berbagai kelompok atau orang, melalui angket
maupun wawancara.
3.
Penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang
memanipulasi atau mengontrol situasi penelitian.
4.
Penelitian observasi (penelitian pengamatan).
Penelitian observasi bertujuan memperoleh informasi secara
langsung tingkah laku orang yang diteliti.

Halaman 59 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Berdasarkan Tujuan Umumnya:


1.
Penelitian eksploratif
Penelitian
yang
bertujuan
menemukan
problematikproblematik baru.
2.
Penelitian developmental/pengembangan
Penelitian yang bertujuan memperluas atau mengembangkan
hasil penelitian yang pernah dilakukan.
3.
Penelitian verifikatif
Penelitian yang bertujuan menguji kebenaran suatu peristiwa
atau suatu hasil penelitian yang pernah dilakukan.
Berdasarkan Taraf Penjelasanya / taraf pemberian informasi:
1.
Penelitian deskripstif
Memberikan penjelasan mengenai gejala yang diteliti,
mengungkapkan apa adanya tentang suatu fenomena.
2.
Penelitian eksplanasi.
Menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih, tidak
hanya menjawab pertanyaan apa ? melainkan menjelaskan
fenomena mengapa ?.
3.
Penelitian eksplorasi.
Menjelaskan secara sangat mendalam suatu fenomena atau
permasalahan penelitian.
Berdasarkan Tempat Pelaksanaannya:
1.
Penelitian laboratorium
2.
Penelitian lapangan
3.
Penelitian kepustakaan
Berdasarkan pendekatan dan data yang dikumpulkan.
1.
Penelitian kuantitatif
2.
Penelitian kualitatif
Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Rancangan Penelitian Sosial.
Pembuatan rancangan penelitian dapat dilakukan menurut tahaptahap sebagai berikut:
(1) Memilih masalah penelitian
Masalah (topik) penelitian adalah tentang hal apa yang akan
kita teliti. Menentukan masalah yang akan diteliti merupakan
langkah pertama dalam kegiatan penelitian. Masalah
penelitian yang kita pilih akan menjadi judul penelitian kita.
Masalah (topik) penelitian memiliki kriteria:
1)
Sesuai dengan minat peneliti
2)
Dapat/mampu diteliti
3)
Data cukup tersedia
4)
Mempunyai manfaat tertentu
Halaman 60 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

5)
(2)

(3)
(4)

(5)

(6)

Bukan duplikasi

Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mencari informasi
tentang yang diperlukan agar masalahnya menjadi jelas, dan
menjajaki kemungkinan diteruskan atau tidaknya penelitian.
Merumuskan masalah penelitian
Rumusan masalah penelitian merupakan pokok persoalan apa
yang akan diteliti. Berupa kalimat tanya.
Merumuskan anggapan dasar
Anggapan dasar (asumsi) adalah sesuatu yang diytakini
kebenarannya oleh peneliti, berfungsi sebagai pijakan
penelitian.
Memilih pendekatan.
Secara umum ada dua pendekatan dalam penelitian, yaitu:
a. Pendekatan kuantitatif, digunakan bila data yang hendak
dikumpulkan adalah data yang bersifat kuantitatif
(berbentuk angka).
b. Pendekatan kualitatif, digunakan bila data yang hendak
dikumpulkan adalah data kualitatif (data yang berbentuk
kata atau kalimat).
Menentukan variabel dan sumber data.
Langkah ini menjawab pertanyaan apa yang akan diteliti dan
dari mana data diperoleh.

b. Pelaksanaan Penelitian
(7) Menentukan dan menyusun instrumen
Yang dimaksud dengan instrumen adalah alat untuk mengambil
data, misalnya kuesioner, daftar pertanyaan wawancara, dsb.
(8) Mengumpulkan data
Data yang terjaring melalui instrumen penelitian kemudian di
kumpulkan untuk selanjutnya diolah.
(9) Menganalisis data
Menganalisis data adalah meliputi kegiatan mengolah dan
menafsirkan suatu data.
(10) Menarik Kesimpulan
Penulisan Laporan Penelitian
Laporan penelitian terdiri atas tiga bagian, yaitu:
A. Bagian pendahuluan
ditulis tanpa bab dan nomor halaman, misalnya halaman
judul, halaman persembahan, motto, daftar isi, daftar
tabel/gambar, kata pengantar
B. Bagian isi (menggunakan judul bab):
Bab I Pendahuluan, berisi:

Halaman 61 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

1 latar belakang masalah (peneliti menjelaskan latar


belakang dipilihnya masalah penelitian, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah)
2 merumuskan masalah (rumusan masalah merupakan
pertanyaan-pertanyaan pokok yang di cari jawabannya melalui kegiatan penelitian)
3 tujuan penelitian dan manfaat penelitian
Bab II Tinjauan Pustaka, berisi:
1. pengkajian teori yang digunakan
2. definisi konsep dan definisi operasional
3. penyusunan kerangka pikir
4. perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara akan jawaban
permasalahan penelitian. Berupa hipotesis kerja (Ha)
dan hipotesis nol (Ho). Suatu hipotesis harus
memenuhi syarat bisa diterima akal sehat,
menyatakan hubungan antar variabel, harus dapat
diuji, dalam bentuk kalimat pernyataan, dan
konsisten dengan teori dan fakta yang telah dibangun.
Bab III Metodologi Penelitian, berisi:
1 tempat dan waktu penelitian
2 metode penelitian
3 sampel penelitian
4 tekhnik pengambilan sampel (random sample,
stratified
sample,
area
probability
sample,
proportional sample, purposive sample, quota
sample, dan cluster sample)
5 tekhnik pengumpulan data
Data dapat dikumpulkan dengan tekhnik:
angket (angket tertutup, angket terbuka, angket
semi tertutup/semi terbuka, atau kepustakaan)
studi pustaka
observasi (membuat catatan, menggunakan skala
penilaian, membuat daftar cek / checklist).
Observasi dibedakan menjadi observasi partisipasi
dan observasi non partisipasi.
Wawancara (wawancara tidak terstruktur wawancara terstruktur, wawancara bebas
wawancara terpimpin wawancara bebas
terpimpin).
Berdasarkan cara memperolehnya data dibedakan menjadi
data primer dan data sekunder. Berdasarkan sifatnya
dibedakan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif.
Menurut sumbernya dibedakan menjadi data internal dan
data eksternal.
Halaman 62 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

6 Tekhnik analisis data


Bab IV Hasil Penelitian (variabel yang diteliti, tekhnik analisis
data, penafsiran kesimpulan analisis data, kesimpulan
pengujian hipotesis)
Bab V Kesimpulan dan Saran (deskripsi singkat mengenai
masalah, hipotesis, dan hasil penelitian, kesimpulan hasil
penelitian, saran-saran)
C. Bagian penutup. (daftar pustaka, lampiran, dll).
Cara-cara pengambilan sample penelitian.
1. Sampel Random / acak, campur (random sampling)
2. Sampel Berstrata (stratified sampling)
3. Sampel Wilayah (area sampling)
4. Sampel Proporsi / sampel berimbang (proportional sampling)
5. Sampel Bertujuan (purposive sampling)
6. Sampel Kuota (quota sampling)
7. Sampel Kelompok (cluster sampling)
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiata mencari data di lapangan
yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dokumentasi/studi
kepustakaan, angket, wawancara, dan observasi.
(a) Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dapat dilakukan di perpustakaan, museum,
arsip nasional, kantor-kantor berita, kantor pemerintahan,
stasiun televisi/radio, dsb. Data yang diperoleh pada umumnya
data sekunder.
(b) Angket/kuesioner
Pengambilan data menggunakan angket memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
- Tidak memerlukan kehadiran peneliti.
- Dapat menjangkau responden dalam jumlah banyak.
- Seragam untuk semua responden.
- Dapat dijawab secara anonim, sehingga responden lebih
terbuka.
- Dapat dijawab menurut kesempatan yang dimiliki responden.
Terdapat beberapa bentuk angket, yaitu :
a. Angket tertutup (semua jawaban sudah tersedia)
b. Angket terbuka (pilihan jawaban tidak disediakan)
c. Angket semi tertutup/semi terbuka (beberapa pilihan
jawaban sudah disediakan, tapi disediakan pula isian untuk
jawaban alternatif)
Halaman 63 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

(c) Wawancara
Berhasil atau tidaknya pengambilan data melalui wawancara
sangat dipengaruhi oleh kondisi pewawancara, kondisi
informan, menarik atau tidaknya topik penelitian, dan situasi
saat wawancara.
Seorang pewawancara harus mempunyai sikap netral, ramah,
adil, dan mampu menghindari ketegangan.
(d) Observasi
Obersvasi diartikan sebagai kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh panca
indera.
Kriteria observasi:
- Pengamatan telah dirancang secara sistematis.
- Pengamatan harus berkaitan dengan penelitian.
- Pengamatan harus tercatat.
- Pengamatan harus dapat dicek dan dikontrol kebenarannya.
Perlengkapan observasi:

Anecdotal record (catatan sesuai kejadian)

Rating scale (skala penilaian)

Check list (daftar check)

Mechanical deviced (perlengkapan mekanis)


Macam-macam observasi:
Obesrvasi partisipasi (pengamatan terlibat)
Observasi non partisipasi (pengamatan tidak terlibat)
Kelebihan observasi:
(+) Dapat mencatat data pada waktu kejadian berlangsung.
(+) Dapat memperoleh data dari subyek secara langsung.
Kelemahan observasi:
(-) Diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan data.
(-) Moment suatu data belum tentu dapat terulang lagi.
Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu tahap
persiapan, tahap pengorganisasian data, dan tahap pengolahan
data.
Tahap persiapan, meliputi kegiatan editing (mengecek kelengkapan
identitas responden, kelengkapan data, serta macam isian data) dan
coding (usaha jawaban responden menurut macamnya, menggunakan simbol atau angka). Beberapa pengelompkan data misalnya:
- kategori koronologis atau temporal (menit, jam, hari, minggu,
dst)
- kategori geografi (negara, regional, kota, desa, dsb)
- kategori kualitatif atau atribut (jenis kelamin, agama, status
marital, dsb)
Halaman 64 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

- kategori kuantitatif (besarnya, jumlah, dsb)


Tahap pengorganisasian data
Data diorganisasikan dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram,
flow chart, dsb. Tabel dapat berupa tabel frekuensi dan tabel
silang.
Tahap pengolahan data
Pengolahan data dapat dilakukan secara statistik (untuk penelitian
kuantitaif) dan secara non statistik (untuk penelitian kualitatif).
Pengolahan data secara statistik meliputi: distribusi frekuensi,
ukuran tendensi sentral (mean, median, modus), dan derajad
hubungan antar variabel.
Pengolahan data secara non statistik meliputi: reduksi data,
penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.
Jenis hubungan data
Hubungan simetris
Apabila suatu variabel berhubungan dengan variabel yang lain,
tetapi adanya variabel tersebut bukan disebabkan oleh variabel
yang pertama. Misalnya seorang peneliti meneliti dua variabel,
yaitu meningkatnya jumlah pemakaian pupuk dan meningkatnya
jumlah pemilikan televisi petani. Kedua variabel tersebut
disebabkan oleh faktor yang sama, yaitu meningkatnya
pendapatan petani.
Hubungan asimetris
Apabila sebuah variabel berhubungan dengan variabel yang lain
tetapi hubungan tersebut tidak timbal balik. Misalnya hubungan
antara rajin dengan sukses.
Hubungan timbal balik
Apabila kedua variabel saling mempengaruhi secara timbal balik,
dalam hal ini kita tidak tahu mana sebab dan mana akibat.
Misalnya tingkat pendidikan yang rendah dengan penghasilan
seseorang.
Penulisan Laporan Penelitian.
- Penulis laporan penelitian harus mengetahui kepada siapa
laporan itu ditujukan, misalnya untuk sponsor, kalangan
mahasiswa, masyarakat umum, atau untuk majalah.
- Penulis laporan harus menyadari bahwa pembaca laporan tidak
mengikuti semua kegiatan penelitian.
- Penulis laporan harus menyadari bahwa latar belakang
pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan tidaklah
sama.
- Laporan penelitian merupakan elemen penting dalam proses
kemajuan ilmu pengetahuan.

Halaman 65 dari 66 halaman.

Siap menuju UN Sosiologi 2008.


Departemen Sosiologi SMA Taruna Nusantara Magelang.

Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara berpikir


deduktif dan induktif.

Halaman 66 dari 66 halaman.

Anda mungkin juga menyukai