Disusun oleh :
-Syalsabiela Putry R (33412201011) -Ulfah (33412201034)
-ST Noer Hafifah (33412201037) -Robi’atul Adawiyah (33412201018)
-Rofatun Amalia (33412201015) -Nuraini Tri Widowati (33412201020)
-Imania Islami (33412201030 -Kilau Bintang P (33412201028)
-Shela Oktavia R (33412201014) -Moh. Syaiful Sukma (33412201035)
-Ferliyanti Dewi (33412201008) -M. Rifqon Jazila (33412201027)
-Dwi Cahya Agusti (33412201024) -Iqbal (33412201045)
-Fata Khoiron A (33412201016)
Sebagai manusia tidak lepas dengan interaksi dalam kegiatan sehari-hari, karena sudah pasti
manusia akan membutuhkan seseorang untuk saling bertahan hidup.
Dalam interaksi sosial ada 2 syarat yang akan terjadinya interaksi sosial, yaitu:
1. Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari Bahasa latin, yaitu con atau cum yang memiliki arti bersama-sama
dan tango berarti menyentuh. Dengan demikian secara harfiah kontak sosial memiliki arti
bersama-sama menyentuh. Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak
lain yang yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling
bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial dapat terbentuk melalui
kontak fisik atau secara langsung (bersifat primer) dan kontak sosial tidak langsung (bersifat
sekunder). Adapun contoh kontak sosial secara langsung yaitu saling menyapa, atau saling
tersenyum. Sedangkan kontak sosial secara tidak langsung adalah kontak sosial yang
terbentuk melalui alat atau media penghubung seperti surat, telepon, dan media sosial.
Dapat disimpulkan bahwa kontak sosial dapat terbentuk karena terdapat umpan balik diantara
pihak yang terlibat atau bisa dikatakan hubungan sosial bisa terjadi jika terdapat tindakan
(aksi) dan umpan balik (reaksi) dengan orang lain.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan (ide, gagasan) dari satu
pihak ke pihak lain agar terjadi upaya saling memengaruhi antara keduanya. Komunikasi
dapat dilakukan dengan Bahasa atau kata-kata yang dapat dimengerti kedua pihak
(komunikasi verbal). Komunikasi juga dapat dilakukan dengan gerak-gerik badan atau kode
tertentu (komunikasi non verbal). Contohnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu, atau membunyikan kentongan.
Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, sedikitnya dibutuhkan komponen sebagai
berikut:
1) Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak
lain.
2) Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
3) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada
pihak lain.
4) Media adalah perantara untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa
tulisan, lisan, gambar atau film.
5) Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerima pesan setelah menerima pesan
dari komunikator.
Dalam proses komunikasi, pesan harus disampaikan lewat bahasa yang dimengerti oleh
kedua belah pihak agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif.
-Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
b. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari setiap orang atau kelompok-
kelompok yang semua saling bertentangan, sebagai upaya untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi, antara lain:
-Coersion, yaitu pemaksaan kehendak pihak tertentu kepada pihak lain yang lebih
lemah.
-Mediasi, hampir sama dengan arbitrasi, namun dalam hal ini pihak ketiga tidak
berwenang memberikan keputusan-keputusan penyelesaian.
c. Asimilasi
d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul karena penerimaan dan pengolahan unsur-
unsur kebudayaan asing tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya asli. Hal itu
merupakan perpaduan dua kebudayaan dalam waktu yang cukup lama, tanpa
menghilangkan budaya aslinya.
a. Koersi
b. Kompromi
Kompromi adalah bentuk usaha dalam meredakan masalah yang terjadi antara dua
belah pihak melalui pengurangan tuntutan.
c. Konsiliasi
d. Arbitrasi
e. Mediasi
Mediasi adalah bentuk akomodasi yang dilakukan oleh pihak ketiga dan bersifat
netral. Jadi, keputusan akhir tetap dikembalikan kepada kedua pihak yang berkonflik.
f. Ajudikasi
A. Pengertian kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para
koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman
belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang
kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen
rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan
di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan
masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini
menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait
beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu
sendiri.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakanbagian integral kesehatan.
Contoh
Ketika seseorang sakit dan mengalami demam maka kebanyakan kebudayaan yang di
percaya oleh orang hingga saat ini adalah jangan mandi ketika lagi demam yang mana hal
tersebut di percayai akan memperlambat penurunan suhu badannya tersebut padahal hal
tersebut merupakan sesuatu hal yang salah yang mana hal terebut dapat mengganggu
kebersihan tubuh nya dan hal tersebut dapat menumpuk kotoran-kotoran dan dapat
membuat bakteri dan kuman yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Padahal
dengan cara mandi dapat mempermudah penguapan atau penurunan suhu di dalam
badannya. jadi yang semulanya jangan mandi biar cepat sembuh ternyata dengan tidak
mandi dapat menambah berbagai macam penyakit.
Definisi Budaya dalam Psikologi Lintas Budaya Tentu menjadi kerancuan ketika sebuah
penelitian mengkaji pengaruh budaya terhadap sebuah aspek perilaku di mana budaya
didefinisikan sebagai pola perilaku sebuah kelompok sementara akademisi lain memahami
hasil penelitian tersebut dengan kerangka definisi budaya sebagai seni tradisional. Sebuah
definisi mengenai budaya yang disepakati bersama dalam konteks psikologi lintas budaya
diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam
psikologi lintas budaya. Syarat dalam definisi ini adalah benar-benar menggambarkan sisi
psikologi - mempelajari individu manusia sekaligus memenuhi semua aspek dari budaya
itu sendiri sebagai konstruk sosial (milik kelompok).
Sedangkan mengenai "apa yang dibagi" (things are shared) adalah penekanan yang khas
dari definisi Matsumoto tersebut. Apa yang dibagi dalam definisi di atas secara jelas
menerangkan bukanlah sekedar atribut fisik atau hal-hal yang observable. Yang dibagi
bukanlah perlengkapan, arsitektur rumah, ataupun objek material lainnya. Yang dibagi
bukanlah kesamaan atribut fisik semacam warna kulit, morfologi wajah, dan sebagainya.
Yang dibagi juga bukanlah kebangsaan atau wilayah hidup semacam area wilayah atau
region tertentu. Lebih dari itu yang dibagi adalah ide, sikap, nilai, dan keyakinan isi kepala
dari setiap individu yang hidup di budaya tersebut. Lebih lanjut, tidak hanya ide-ide vang
ada di kepala, melainkan juga kesadaran bersama Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa
budaya tidaklah identik dengan suatu wilayah region tertentu.
Sebaliknya, terpenting dari apa yang disebut budaya adalah penghayatan adanya
kepemilikan bersama atas hal-hal yang dimiliki bersama. Sebagai contoh, dapat disebut
budaya Jawa karena adanya seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang
merupakan khas dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang karena kesamaannya
tersebut menyebut dirinya orang Jawa, terlepas dari: asal ras maupun wilayah dia tinggal.
Ketika tidak ada lagi sekelompok orang (lebih dari satu) yang menyebut dirinya orang
Jawa yang menginternalisasi dan membagi kepemilikan atas seperangkat sikap, nilai,
keyakinan, dan perilaku yang merupakan khas dari mereka (orang Jawa) maka tidak ada
lagi budaya Jawa. Sebaliknya sepanjang masih ada sekelompok orang terlepas dari asal ras
maupun wilayahnya yang menyebut dirinya orang Jawa yang menginternalisasi dan
membagi kepemilikan atas seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang
merupakan khas dari mereka (orang Jawa) maka budaya Jawa masih ada.
Selain itu, berbicara budaya sudah pasti akan selalu dihubungkan dengan beberapa term
(istilah) yang dianggap berkaitan bahkan seringkali disalah artikan pengertiannya dengan
budaya itu sendiri. Oleh karena itu, pemahaman mengenai istilah-istilah di bawah ini
sangatlah diperlukan.
1. Ras
Hernandez (1989) menulis bahwa ras mengacu pada cara suatu kelompok masyarakat
menggambarkan dirinya sendiri atau digambarkan oleh orang lain sebagai hal yang
berbeda dari manusia lainnya karena karakteristik fisik bawaan yang diasumsikan (Ogbu,
1978). Pendapat ini didasarkan pada "geographic race". suatu konsep antropologi yang
digunakan untuk menggolongkan orang-orang menurut karakteristik fisik, seperti kulit dan
warna mata dan bentuk kepala, mata, telinga, bibir, dan hidung (Bennetx, 1986).
2. Etnis
Istilah Etnis berbeda dari ras yang lebihh berdasar pada aspek biologis, karena Etnis lebih
merujuk pada sekolompok orang yang membedakan diri mereka dari kelompok lain
berdasarkan kesamaan mereka dalam hal sejarah (termasuk legenda dan fooklore atau
cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat mereka), norma perilaku, bahasa dan
beberapa karakteristik lain (Tseng, 2001). Etnis digambarkan/didefinisikan atas dasar asal
nasional, agama, dan/atau ras (Gordon, 1964). Atribut-atribut yang berhubungan dengan
etnis meliputi (a) suatu gambaran/image kelompok dan perasaan identitas (sense of
identity) yang diperoleh dari pola-pola budaya kontemporer atau saat ini (misal, nilai-nilai,
perilaku, kepercayaan, bahasa) dan suatu sense of history (perasaan/ pengertian sejarah);
(b) minat ekonomi dan politis yang bersama: dan (c) keanggotaan yang adalah tanpa
dipaksa atau sukarela, walaupun identifikasi individu dengan kelompok mungkin adalah
pernyataan saja (Appleton, 1983; Bank, 1981). Secara luas individu biasanya beragam
dalam mengidentifikasikan dengan kelompok etnis tertentu, banyak orang mempunyai dua
atau lebih identitas. Ketika identifikasi kesukuan adalah kuat, individu memelihara nilai-
nilai, keyakinan/kepercayaan, perilaku, perspektif, bahasa,
kebudayaan, dan cara-cara berfikir sukunya (Hernandez, 1989). Tiap-tiap individu secara
serentak memiliki identitas etnis, identitas kelas sosio-ekonomi, dan suatu identitas gender.
Masing- masing ini juga membentuk suatu realitas pribadi yang dipengaruhi dan dibatasi
oleh etnis, kelas, dan gender (Grant & Sleeter, 1986).
Realitas pribadi mencerminkan sesuatu campuran yang kompleks, dinamis, dan unik
sebagai hasil interaksi dari beberapa karakteristik (Hernandez, 1989).
3. Society (Masyarakat)
Istilah society atau masyarakat seringkali digunakan berdekatan dengan budaya, meskipun
sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Masyarakat adalah sebuah
institusi sosial yang memiliki karakterisitik struktur sosial yang jelas. Masyarakat tersusun
atas anggota-anggota, diorganisisr oleh administrator (seperti Pemerintah atau goverment),
dan diatur oleh sekelompok peraturan atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, boleh
jadi mereka menampilkan suatu gaya hidup tertentu. Hal inlah yang kemudian dipahami
sebagai budaya dan karenanya term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term
budaya.
4. Subculture
Subculture merujuk sebuah populasi (sub) di dalam suatu masyarakat (major) yang
memegang sistem budaya yang berbeda dengan sistem budaya yang berkembang pada
masyarakat (major). Sekalipun anggota subculture biasanya memiliki latar belakang ras
atau etnis yang sama dengan anggota masyarakatnya (major) namun mereka biasanya
memiliki perbedaan terkait dengan pilihan gaya hidup, keyakinan yang mereka pegang,
dan juga sistem nilai (Tseng, 2001).
Contoh paling klasik dari subculture adalah kelompok amish di Amerika yang memegang
nilai kesederhanaan dalam hidup dan keterikatan dalam suatu gereja. Mereka menekankan
pada kesejahteraan bersama dan menghindari kompetisi antar individu. Oleh karenanya
mereka yang tersebar di Pensylvania, Ohio, dan Indiana cenderung menjauh dari
masyarakat lain (menutup diri), menolak penggunaan teknologi yang berlebih, serta
menghindari media massa. Sedangkan contoh dari subculture yang umum ditemui ditengah
kehidupan masyarakat modern adalah kelompok punk, gay, atau seperti saat ini
berkembang kelompok pecinta harajuku (mode fashion ala komik Jepang)\
5. Kelas Sosial
Kelas sosial merujuk pada stratifkasi (pengkelasan atau penggolongan) berdasar kriteria
tertentu di dalam masyarakat, biasanya berdasar status sosial ekonomi. Variabel yang
tercakup adalah level pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan (financial income),
dan lingkungan tinggal. Secara umum, sesungguhnya kelas sosial lebih menggambarkan
keyakinan adanya subgroup yang berbeda dalam suatu kelompok, semacam : kelas atas
(upper class), kelas pekerja menengah, serta kelas bawah.
6. Tradisi Supernatural/magis/religius,
Premis yang mendasariOrang yang mengikuti pandangan supernatural/magis/religius
percaya bahwa keadaan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ilmu sihir, kekuatan magis
dan roh-roh jahat
Daftar pustaka
Fachrial, Lia Aulia, and M. SI. "Proses Sosial dan Interaksi Sosial." Avaliable: http://fachriallia. staff.
gunadarma. ac. id/Downloads/files (2015).
Komunikasi dan interaksi social anak buku pengantar sosiologi studio belajar,zona referensi.
(2020)
“Proses Sosial dan Interaksi Sosial.” Repository.unikom.ac.id. 2013. 12 Februari 2023.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi. untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta: Penerbit
Erlangga.