Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Proses Sosial dan Interaksi Sosial


Makalah Antropologi Kesehatan Dosen Pengampun

Disusun oleh :
-Syalsabiela Putry R (33412201011) -Ulfah (33412201034)
-ST Noer Hafifah (33412201037) -Robi’atul Adawiyah (33412201018)
-Rofatun Amalia (33412201015) -Nuraini Tri Widowati (33412201020)
-Imania Islami (33412201030 -Kilau Bintang P (33412201028)
-Shela Oktavia R (33412201014) -Moh. Syaiful Sukma (33412201035)
-Ferliyanti Dewi (33412201008) -M. Rifqon Jazila (33412201027)
-Dwi Cahya Agusti (33412201024) -Iqbal (33412201045)
-Fata Khoiron A (33412201016)

Jurusan Kesehatan Prodi D-III Keperarawatan Politeknik Negeri Madura 2022


1.1 Pengertian proses sosial dan interaksi sosial
Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga
suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-
kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan
dan perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut
sebelum mempunyai bentuk-bentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di
dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang
dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial. Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa:
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada.
•Proses sosial => pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama. Mis. Pengaruh
mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum dan
seterusnya.
Proses sosial dapat didefinisikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat diamati apabila
perorangan atau kelompok manusia saling bertemu
Dalam proses sosial, obyek pengamatan adalah peristiwa sosial atau perbuatan sosial yang harus
dibedakan dari kegiatan biologis.
Bentuk umum proses sosial => interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) =>
karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
•Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Interaksi sosial
•Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia (Gillin & Gillin, 1954)
•Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial,
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Kimball & Raymond, 1959).
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain,
atau sebaliknya.
1.2 Syarat terjadinya Interaksi Sosial

Sebagai manusia tidak lepas dengan interaksi dalam kegiatan sehari-hari, karena sudah pasti
manusia akan membutuhkan seseorang untuk saling bertahan hidup.

Dalam interaksi sosial ada 2 syarat yang akan terjadinya interaksi sosial, yaitu:

1. Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari Bahasa latin, yaitu con atau cum yang memiliki arti bersama-sama
dan tango berarti menyentuh. Dengan demikian secara harfiah kontak sosial memiliki arti
bersama-sama menyentuh. Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak
lain yang yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling
bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial dapat terbentuk melalui
kontak fisik atau secara langsung (bersifat primer) dan kontak sosial tidak langsung (bersifat
sekunder). Adapun contoh kontak sosial secara langsung yaitu saling menyapa, atau saling
tersenyum. Sedangkan kontak sosial secara tidak langsung adalah kontak sosial yang
terbentuk melalui alat atau media penghubung seperti surat, telepon, dan media sosial.

Dapat disimpulkan bahwa kontak sosial dapat terbentuk karena terdapat umpan balik diantara
pihak yang terlibat atau bisa dikatakan hubungan sosial bisa terjadi jika terdapat tindakan
(aksi) dan umpan balik (reaksi) dengan orang lain.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan (ide, gagasan) dari satu
pihak ke pihak lain agar terjadi upaya saling memengaruhi antara keduanya. Komunikasi
dapat dilakukan dengan Bahasa atau kata-kata yang dapat dimengerti kedua pihak
(komunikasi verbal). Komunikasi juga dapat dilakukan dengan gerak-gerik badan atau kode
tertentu (komunikasi non verbal). Contohnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu, atau membunyikan kentongan.
Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, sedikitnya dibutuhkan komponen sebagai
berikut:
1) Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak
lain.
2) Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
3) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada
pihak lain.
4) Media adalah perantara untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa
tulisan, lisan, gambar atau film.
5) Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerima pesan setelah menerima pesan
dari komunikator.

Dalam proses komunikasi, pesan harus disampaikan lewat bahasa yang dimengerti oleh
kedua belah pihak agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif.

1.3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial: Asosiatif, Disosiatif, dan Akomodatif


Interaksi sosial bisa diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dengan individu,
individu dengan kelompok , maupun kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial bisa
terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melakukan interaksi sosial, bisa saling membantu kepada orang lain agar bisa tetap
bertahan hidup. Adapun beberapa ciri interaksi sosial adalah terjadinya kontak sosial dan
komunikasi dengan tujuan yang jelas. Setiap jenis interaksi sosial juga mempunyai
bentuknya sendiri. Secara umum, interaksi sosial dapat dibedakan menjadi tiga bentuk,
yakni interaksi sosial asosiatif, disosiatif dan akomodatif. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial :
1. Interaksi Sosial Asosiatif
interaksi sosial asosiatif adalah hubungan sosial yang mengarah pada kerja sama. Bentuk
interaksi sosial ini sifatnya positif, terutama dalam penyelesaian masalah. Karena proses
ini yang memang ditujukan untuk kerja sama atau mengarah pada persatuan. Interaksi
sosial asosiatif, meliputi:
a. Kerja sama
Kerja sama adalah suatu usaha antara perorangan atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Kerja sama ini umumnya bersifat konstruktif atau membangun.
Bentuk-bentuk kerja sama, antara lain:

-Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.

-Cooperation, yaitu penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dari suatu


organisasi untuk menghindari terjadinya kecurangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
-Coalition, yaitu gabungan antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan
yang sama.

-Joint venture, yaitu kerja sama dalam usaha proyek-proyek tertentu.

b. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari setiap orang atau kelompok-
kelompok yang semua saling bertentangan, sebagai upaya untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi, antara lain:

-Coersion, yaitu pemaksaan kehendak pihak tertentu kepada pihak lain yang lebih
lemah.

-Kompromi, yaitu ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi


tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian konflik.

-Arbitrasi, apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi


sendiri, perlu mengundang pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan
pertentangan.

-Mediasi, hampir sama dengan arbitrasi, namun dalam hal ini pihak ketiga tidak
berwenang memberikan keputusan-keputusan penyelesaian.

-Konsiliasi, mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi


tercapainya tujuan bersama.

-Toleransi, keinginan untuk menghindari perselisihan.

-Stalemate, ketika kedua kelompok yang bertikai mempunyai kekuatan seimbang.

-Ajudikasi, yaitu penyelesaian masalah melalui jalur hukum/ pengadilan.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha


mengurangi perbedaan yang terdapat antara perorangan atau kelompok. Hal tersebut
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental
dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama. Secara singkat asimilasi
dapat diartikan sebagai peleburan dua kebudayaan menjadi satu kebudayaan.

d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul karena penerimaan dan pengolahan unsur-
unsur kebudayaan asing tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya asli. Hal itu
merupakan perpaduan dua kebudayaan dalam waktu yang cukup lama, tanpa
menghilangkan budaya aslinya.

2. Interaksi Sosial Disosiatif


Interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang lebih mengarah kepada
konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok. Berbeda dengan interaksi
sosial asosiatif, interaksi ini bersifat negative, karena mampu merenggangkan persatuan
juga solidaritas kelompok. Interaksi sosial disosiatif, meliputi :
a. Persaingan
Persaingan merupakan proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok dalam
mencapai keuntungan, melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu
menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman atau kekerasan.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya sikap dan perasaan tidak
suka yang disembunyikan, tetapi tidak menimbulkan konflik sosial. Bentuk proses
sosial ini berada di antara persaingan dan konflik.
c. Pertikaian
Pertikaian adalah proses sosial yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha
memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara
ancaman atau kekerasan. Perselisihan yang terjadi bersifat terbuka.
d. Konflik
Konfilik berasal dari kata latin, yaitu 'configure' yang berarti saling memukul. Konflik
dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya.
3. Interaksi Sosial Akomodatif
interaksi sosial akomodatif merupakan proses penyesuaian antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Adapun
tujuannya sendiri untuk mencegah atau mengatasi ketegangan yang bisa menjurus ke
konflik. Interaksi sosial akomodatif, meliputi :

a. Koersi

Koersi adalah bentuk akomodasi yang pelaksanaannya dengan menggunakan paksaan,


ancaman, tekanan, maupun kekerasan.

b. Kompromi
Kompromi adalah bentuk usaha dalam meredakan masalah yang terjadi antara dua
belah pihak melalui pengurangan tuntutan.

c. Konsiliasi

Konsiliasi adalah usaha yang dilakukan pihak tertentu untuk mempertemukan


keinginan antara kedua belah pihak yang berkonflik, sehingga dapat meyelesaikan
masalah.

d. Arbitrasi

Arbitrasi terjadi ketika pihak ketiga membantu meredakan pertentangan yang memiliki


kedudukan lebih tinggi dan dapat memberikan keputusan yang mengikat pihak-pihak
yang berkonflik.

e. Mediasi

Mediasi adalah bentuk akomodasi yang dilakukan oleh pihak ketiga dan bersifat
netral. Jadi, keputusan akhir tetap dikembalikan kepada kedua pihak yang berkonflik.

f. Ajudikasi

Ajudikasi merupakan proses penyelesaian masalah melalui meja hijau (jalur hukum).

A. Pengertian kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para
koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman
belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang
kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen
rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan
di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan
masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini
menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait
beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu
sendiri.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakanbagian integral kesehatan.

B. Kebudayaan dan pengobatan tradisional


Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan
anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap
bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut
dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua
penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-
hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia
dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang
yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-
masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang
terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku.
Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-
masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota
sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena
penyakit tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan
oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan
oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari
pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara
penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.

C. Konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat


Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor– faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan
sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan pro
seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan
lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya
tiduran atau istirahat saja.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu
kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini
masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk
Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari
mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu
milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan
lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil,
dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan
dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana
dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib,
roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian
penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram
air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka
masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

D. Faktor pendorong dan penghambat

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan dalam Masyarakat


Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan
individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui
dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri.
Menurut Blum(1974) yang dipetik dari Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar.
Disebabkan oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina
dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut
Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi
oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
2.Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang
tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan
perilaku para petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas
kesehatan. Selain itu, faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait
dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor ini

Contoh
Ketika seseorang sakit dan mengalami demam maka kebanyakan kebudayaan yang di
percaya oleh orang hingga saat ini adalah jangan mandi ketika lagi demam yang mana hal
tersebut di percayai akan memperlambat penurunan suhu badannya tersebut padahal hal
tersebut merupakan sesuatu hal yang salah yang mana hal terebut dapat mengganggu
kebersihan tubuh nya dan hal tersebut dapat menumpuk kotoran-kotoran dan dapat
membuat bakteri dan kuman yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Padahal
dengan cara mandi dapat mempermudah penguapan atau penurunan suhu di dalam
badannya. jadi yang semulanya jangan mandi biar cepat sembuh ternyata dengan tidak
mandi dapat menambah berbagai macam penyakit.

E. Penerapan lintas budaya dan pengaruhnya dalam kesehatan

Definisi Budaya dalam Psikologi Lintas Budaya Tentu menjadi kerancuan ketika sebuah
penelitian mengkaji pengaruh budaya terhadap sebuah aspek perilaku di mana budaya
didefinisikan sebagai pola perilaku sebuah kelompok sementara akademisi lain memahami
hasil penelitian tersebut dengan kerangka definisi budaya sebagai seni tradisional. Sebuah
definisi mengenai budaya yang disepakati bersama dalam konteks psikologi lintas budaya
diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam
psikologi lintas budaya. Syarat dalam definisi ini adalah benar-benar menggambarkan sisi
psikologi - mempelajari individu manusia sekaligus memenuhi semua aspek dari budaya
itu sendiri sebagai konstruk sosial (milik kelompok).

Sedangkan mengenai "apa yang dibagi" (things are shared) adalah penekanan yang khas
dari definisi Matsumoto tersebut. Apa yang dibagi dalam definisi di atas secara jelas
menerangkan bukanlah sekedar atribut fisik atau hal-hal yang observable. Yang dibagi
bukanlah perlengkapan, arsitektur rumah, ataupun objek material lainnya. Yang dibagi
bukanlah kesamaan atribut fisik semacam warna kulit, morfologi wajah, dan sebagainya.
Yang dibagi juga bukanlah kebangsaan atau wilayah hidup semacam area wilayah atau
region tertentu. Lebih dari itu yang dibagi adalah ide, sikap, nilai, dan keyakinan isi kepala
dari setiap individu yang hidup di budaya tersebut. Lebih lanjut, tidak hanya ide-ide vang
ada di kepala, melainkan juga kesadaran bersama Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa
budaya tidaklah identik dengan suatu wilayah region tertentu.

Sebaliknya, terpenting dari apa yang disebut budaya adalah penghayatan adanya
kepemilikan bersama atas hal-hal yang dimiliki bersama. Sebagai contoh, dapat disebut
budaya Jawa karena adanya seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang
merupakan khas dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang karena kesamaannya
tersebut menyebut dirinya orang Jawa, terlepas dari: asal ras maupun wilayah dia tinggal.
Ketika tidak ada lagi sekelompok orang (lebih dari satu) yang menyebut dirinya orang
Jawa yang menginternalisasi dan membagi kepemilikan atas seperangkat sikap, nilai,
keyakinan, dan perilaku yang merupakan khas dari mereka (orang Jawa) maka tidak ada
lagi budaya Jawa. Sebaliknya sepanjang masih ada sekelompok orang terlepas dari asal ras
maupun wilayahnya yang menyebut dirinya orang Jawa yang menginternalisasi dan
membagi kepemilikan atas seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang
merupakan khas dari mereka (orang Jawa) maka budaya Jawa masih ada.
Selain itu, berbicara budaya sudah pasti akan selalu dihubungkan dengan beberapa term
(istilah) yang dianggap berkaitan bahkan seringkali disalah artikan pengertiannya dengan
budaya itu sendiri. Oleh karena itu, pemahaman mengenai istilah-istilah di bawah ini
sangatlah diperlukan.
1. Ras

Hernandez (1989) menulis bahwa ras mengacu pada cara suatu kelompok masyarakat
menggambarkan dirinya sendiri atau digambarkan oleh orang lain sebagai hal yang
berbeda dari manusia lainnya karena karakteristik fisik bawaan yang diasumsikan (Ogbu,
1978). Pendapat ini didasarkan pada "geographic race". suatu konsep antropologi yang
digunakan untuk menggolongkan orang-orang menurut karakteristik fisik, seperti kulit dan
warna mata dan bentuk kepala, mata, telinga, bibir, dan hidung (Bennetx, 1986).

2. Etnis

Istilah Etnis berbeda dari ras yang lebihh berdasar pada aspek biologis, karena Etnis lebih
merujuk pada sekolompok orang yang membedakan diri mereka dari kelompok lain
berdasarkan kesamaan mereka dalam hal sejarah (termasuk legenda dan fooklore atau
cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat mereka), norma perilaku, bahasa dan
beberapa karakteristik lain (Tseng, 2001). Etnis digambarkan/didefinisikan atas dasar asal
nasional, agama, dan/atau ras (Gordon, 1964). Atribut-atribut yang berhubungan dengan
etnis meliputi (a) suatu gambaran/image kelompok dan perasaan identitas (sense of
identity) yang diperoleh dari pola-pola budaya kontemporer atau saat ini (misal, nilai-nilai,
perilaku, kepercayaan, bahasa) dan suatu sense of history (perasaan/ pengertian sejarah);
(b) minat ekonomi dan politis yang bersama: dan (c) keanggotaan yang adalah tanpa
dipaksa atau sukarela, walaupun identifikasi individu dengan kelompok mungkin adalah
pernyataan saja (Appleton, 1983; Bank, 1981). Secara luas individu biasanya beragam
dalam mengidentifikasikan dengan kelompok etnis tertentu, banyak orang mempunyai dua
atau lebih identitas. Ketika identifikasi kesukuan adalah kuat, individu memelihara nilai-
nilai, keyakinan/kepercayaan, perilaku, perspektif, bahasa,

kebudayaan, dan cara-cara berfikir sukunya (Hernandez, 1989). Tiap-tiap individu secara
serentak memiliki identitas etnis, identitas kelas sosio-ekonomi, dan suatu identitas gender.
Masing- masing ini juga membentuk suatu realitas pribadi yang dipengaruhi dan dibatasi
oleh etnis, kelas, dan gender (Grant & Sleeter, 1986).
Realitas pribadi mencerminkan sesuatu campuran yang kompleks, dinamis, dan unik
sebagai hasil interaksi dari beberapa karakteristik (Hernandez, 1989).

3. Society (Masyarakat)

Istilah society atau masyarakat seringkali digunakan berdekatan dengan budaya, meskipun
sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Masyarakat adalah sebuah
institusi sosial yang memiliki karakterisitik struktur sosial yang jelas. Masyarakat tersusun
atas anggota-anggota, diorganisisr oleh administrator (seperti Pemerintah atau goverment),
dan diatur oleh sekelompok peraturan atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, boleh
jadi mereka menampilkan suatu gaya hidup tertentu. Hal inlah yang kemudian dipahami
sebagai budaya dan karenanya term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term
budaya.

4. Subculture

Subculture merujuk sebuah populasi (sub) di dalam suatu masyarakat (major) yang
memegang sistem budaya yang berbeda dengan sistem budaya yang berkembang pada
masyarakat (major). Sekalipun anggota subculture biasanya memiliki latar belakang ras
atau etnis yang sama dengan anggota masyarakatnya (major) namun mereka biasanya
memiliki perbedaan terkait dengan pilihan gaya hidup, keyakinan yang mereka pegang,
dan juga sistem nilai (Tseng, 2001).

Contoh paling klasik dari subculture adalah kelompok amish di Amerika yang memegang
nilai kesederhanaan dalam hidup dan keterikatan dalam suatu gereja. Mereka menekankan
pada kesejahteraan bersama dan menghindari kompetisi antar individu. Oleh karenanya
mereka yang tersebar di Pensylvania, Ohio, dan Indiana cenderung menjauh dari
masyarakat lain (menutup diri), menolak penggunaan teknologi yang berlebih, serta
menghindari media massa. Sedangkan contoh dari subculture yang umum ditemui ditengah
kehidupan masyarakat modern adalah kelompok punk, gay, atau seperti saat ini
berkembang kelompok pecinta harajuku (mode fashion ala komik Jepang)\

5. Kelas Sosial

Kelas sosial merujuk pada stratifkasi (pengkelasan atau penggolongan) berdasar kriteria
tertentu di dalam masyarakat, biasanya berdasar status sosial ekonomi. Variabel yang
tercakup adalah level pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan (financial income),
dan lingkungan tinggal. Secara umum, sesungguhnya kelas sosial lebih menggambarkan
keyakinan adanya subgroup yang berbeda dalam suatu kelompok, semacam : kelas atas
(upper class), kelas pekerja menengah, serta kelas bawah.

PENGARUH BUDAYA PADA KESEHATAN

1. KOMUNIKASI PELAYANAN KESEHATAN DALAM MASYARAKAT DENGAN


BUDAYA BERAGAM
MisscommunicationDokter Amerika dan Pasien Iran, Pasien Iran yang tidak bisa bahasa
Inggris dan dokter Amerika yang tidak memahami budaya Iran, ketika pasien Iran duduk di
lantai komat kamit dan berperilaku aneh menurut dokter amerika sedang sakit kemudian
dibantu namun pasien Iran tersebut merasa terganggu karena dia sedang berdo’a.

2.  DINAMIKA PENDIDIKAN YANG BERUBAH


Mahasiswa asal Jepang dan dokter Amerika, tentang kekuatan simbol, angka 4 di Jepang
merupakan simbol kesialan (mati) sedangkan di Amerika simbol kesialan itu angka 13.
sehingga ketika pasien asal Jepang mau dioperasi di ruang/kamar 4 menjerit histeris karena
ketakutan akan mati.
3. KOMUNIKASI PELAYANAN KESEHATAN
LUCKMAN mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang kompeten membutuhkan
komunikasi yang efektif diantara individu yang terlibat, pasien, dokter, tenaga medis yang
lain, penerjemah dan anggota keluargaKUNDHAL DAN KUNDHAL menyatakan bahwa
“latar belakang etnis dan budaya pasien dapat membentuk pandangan mereka terhadap
penyakit dan kesehatan fisik dan spiritual dan memengaruhi pandangan mereka terhadap
pelayanan kesehatan dan juga hasil dari perawatan tersebut.

4.  SISTEM KEPERCAYAAN PELAYANAN KESEHATAN YANG BERAGAM


Semua budaya memiliki kepercayaan mengenai penyakit dan kesehatan yang diperoleh
dari cara pandang mereka dan yang disampaikan dari generasi ke generasiDalam banyak
budaya ada kepercayaan bahwa ima, do’a dan bahkan kekuatan gaib dapat memberikan
kesehatan dan menyembuhkan penyakit.

5. Andrews menyarankan paradigma yang komprehensif dimana sistem kepercayaan


kesehatan dibagi dalam 3 kategori besar,
yaitu:Supernatural/magis/religius,HolistikIlmiah/biomedis

6. Tradisi Supernatural/magis/religius,
Premis yang mendasariOrang yang mengikuti pandangan supernatural/magis/religius
percaya bahwa keadaan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ilmu sihir, kekuatan magis
dan roh-roh jahat

f.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL


Interaksi sosial merupakan hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
antar kelompok. Interaksi sosial dapat terjadi bila adanya hubungan sosial serta apabila ada
komunikasi yang terjadi berupa langsung maupun dengan melalui perantara (tidak langsung),
oleh karena itu interaksi sosial menjadi acuan dari semua bentuk kehidupan sosial.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial :
a. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh termasuk salah satu faktor yang bisa menambah perkembangan atau
penghambat tumbuhnya kreativitas.kita yang sering terbiasa dengan kebiasaan dalam
keluarga yang saling menghargai, menerima perbedaan pendapat anggota keluarga,
sehingga kita akan tumbuh menjadi generasi terbuka, penuh dengan inisiatif yang baik,
produktif, suka akan tantangan serta percaya diri.
Proses bimbingan yang diberikan orang tua dapat mempengaruhi perkembangan dalam
mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau aturan saat berada dikehidupan
bermasyarakat serta memberikan motivasi dan contoh bagaimana menerapkan aturan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b. Lingkungan
Lingkungan juga sebagai wadah untuk ikut serta bergaul diluar rumah yang dapat
menemukan orang lebih banyak seperti, teman sebaya, usia lebih kecil darinya, orang
yang lebih tua, sehingga terjadi peningkatan dalam interaksi sosialnya kemudian peran di
lingkungannya juga dapat berjalan dengan lancar.
c. Hubungan antar Teman Sebaya
Ketika sudah memasuki masa perkembangan dalam hal differensiasi, dimana pada masa
tersebut telah mengerti dan memahami orang lain. Maka sudah tidak lagi melihat segala
sesuatu hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga akan memikirkan temannya, kita
akan memulai untuk memahami teman bermainnya yang bertujuan agar lebih mudah
mendekatkan diri dengan teman yang menjadi wadah dalam mempersatukan pemikiran
dan tingkah laku dirinya kepada teman seusianya. Sehingga munculnya percaya antar
teman yang membuat terjadinya aktivitas hubungan sosial serta terjalin keakraban satu
sama lain.
Bermain dengan teman sebaya juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
interaksi sosial sehingga akan meningkatkan pengembangan interaksi sosial karena saat
bermain akan mengalami semangat yang tinggi, dapat mengekpresikan diri,
meningkatkan meningkatkan kepercayaan pada diri dan melatih kemampuan
bersosialisasi yang membentuk sikap empati dan simpati.
d. Penggunaan Gadget
Saat ini gadget semakin berkembang menjadi sebuah barang yang sangat menarik
sehingga memudahkan pengguna. Dampak penggunaan gadget dapat menyebabkan
kurangnya interaksi serta komunikasi sehingnga beresiko terhadap hubungan sosialnya
sebab akan cenderung individualis, lebih asik menggunakan gadget, susah bergaul
sehinnga bila sudah ketergantungan akan sulit buat dikontrol, menyebabkan hilangnya
kreativitas, dan ancaman terjadinya cyberbullying.

Daftar pustaka
Fachrial, Lia Aulia, and M. SI. "Proses Sosial dan Interaksi Sosial." Avaliable: http://fachriallia. staff.
gunadarma. ac. id/Downloads/files (2015).

Komunikasi dan interaksi social anak buku pengantar sosiologi studio belajar,zona referensi.
(2020)
“Proses Sosial dan Interaksi Sosial.” Repository.unikom.ac.id. 2013. 12 Februari 2023.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi. untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai