Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE (ANC)

A. KONSEP DASAR KEHAMILAN


1. PENGERTIAN
Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yang
matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya
menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (BKKBN, 2004). Kehamilan memiliki
pengertian yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terahir.
Kehamilan dibagi atas 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan ke 2 dari bulan keempat sampai 6 bulan, dan triwulan ke 3 dari bulan
ketuju sampai 9 bulan. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2001).
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran
bayi cukup bulan dengan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah
selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal.

2. FISIOLOGI KEHAMILAN
Proses terjadinya kehamilan :
Konsepsi secara formal didefinisikan sebagai satuan antara sebuah telur dan
sebuah sperma, yang menandai awal suatu kehamilan. Peristiwa ini bukan merupakan
peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya.
Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi
(pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus.
Hanya jika semua peritiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio
dan janin dapat dimulai.
Ovum
Sel ovum adalah sel telur yang dihasilkan oleh ovarium pada wanita yang dimulai
dari proses oogenesis hingga membentuk ovum matang yang akan menjadi embrio
jika bertemu dan dibuahi oleh sel sperma dan memiliki bentuk bulat.
Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau ovum. Proses ini terjadi di
dalam ovarium, khususnya pada folikel ovarium. Setiap bulan satu ovum menjadi
matur, dengan sebuah pejamu mengelilingi sel-sel pendukung. Saat ovulasi, ovum
keluar dari folikel ovarium yang pecah. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan
gerakan tuba uterine, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan
menggerakkannya sepanjang tuba menuju rongga rahim. Ovum tidak dapat berjalan
sendiri. Ada dua lapisan jaringan pelindung yang mengelilingi ovum. Lapisan
pertama berupa membrane tebal tidak berbentuk, yang disebut zona pelusida.
Lingkaran luar yang disebut korona radiate, terdiri dari sel-sel oval yang dipersatukan
oleh asam hialuronat. Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila
tidak difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorpsi.
Sperma
Sel sperma adalah sel yang berperan dalam pembuahan, berbentuk seperti kecebong
dengan kepala sperma bulat agak pipih yang dilengkapi dengan membrane yang
menghasilkan enzi untuk menembus membrane yang melindungi sel ovum dan ekor
sperma untuk bergerak dan perkembangan sperma dimlai dari proses
spermatogenesis.
Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal mengakibatkan pengeluaran
satu sendok teh semen, yang mengandung 200 sampai 500 juta sperma, ke dalam
vagina. Sperma berenang dengan gerakan flagella pada ekornya. Beberapa sperma
dapat mencapai tempat fertilisasi dalam lima menit, tetapi rata-rata waktu yang
dibutuhkan ialah empat sampai enam jam. Sperma akan tetap hidup dalam system
reproduksi wanita selama dua sampai tiga hari. Kebanyakan sperma akan hilang di
vagina, di dalam servik, di endometrium atau sperma memasuki saluran yang tidak
memiliki ovum. Sewaktu sperma berjalan melalui tuba uterine, enzim-enzim yang
dihasilkan disana akan membantu kapasitasi sperma. Kapasitasi adalah perubahan
fisiologis yang membuat lapisan pelindung lepas dari kepala sperma, sehingga
terbentuk lubang kecil di akrosom, yang memungkinkan enzim (seperti
hialuronidase) keluar. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar sperma dapat menembus
lapisan pelindung ovum sebelum fertilisasi.
Proses Fertilisasi
Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus
untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan
penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami).
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk. Namun, pada fertilisasi mencakup 3 fase:
Fase 1 : penembusan korona radiate
Dari 300-500 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin
wanita, hanya 200-300 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu
diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma
lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar
yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas
menembus sel korona.
Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi
akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus
zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit.
Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan
oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-
granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-
enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk
menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi
spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain
ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma
sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom
telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah
antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma.
Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit,
tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada
oosit sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu
fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi : Mengaktifkan
sperma agar bergerak lebih cepat, menarik sperma secara kemotaksis
positif, mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder
Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara
yang berbeda :
1. Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah
penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi
dapat dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan
meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel
anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan
kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X)
tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus
wanita.
3. Penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh
spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi
kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan
awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan
pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria
sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus
wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat
dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus
wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika
tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA
separuh dari jumlah DNA normal.
Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus
spermatozoa juga mengandung jumlah kromosom yang haploid. Kedua
pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdir atas bahan
genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah
44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X
dan satu Y. sesudah pembelahan pematangan, maka ovum matang mempunyai 22
kromoson otosom serta satu kromosom X, dan satu spermatozoa mempuanyai 22
kromosam otosom serta satu kromosom X atau 22 kromosom otosom serta satu
kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom
otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedang yang
memiliki 44 kromosom otosom serta satu kromosom X dan satu kromosom Y
akan tumbuh menjadi janin laki-laki. Dalam beberapa jam setelah pembuahan
terjadi, mulailah pembuahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena
sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.
Proses Implantasi
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali
dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium, menembus
lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem sirukulasi ibu.
implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah dibuahi memasuki
uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai dengan menempelnya
blastosis pada epitel uterus.

Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas
embrioblas yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan
proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda :
1. Sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di
sebelah dalam (dekat embrioblas).
2. Sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar
(berhubungan dengan stroma endometrium).
Blastula terbentuk ketika sel struktur blastomer terus membelah, bergerak, daan
membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga).
Selanjutnya hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastotista (blastocyst),
suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblast dan di bagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblast akan
berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofoblast. Di antara massa embrioblas dengan lapisan
sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar, yang nantinya akan
menjadi rongga amnion . Sel-sel embrioblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapis
yang berbeda :
1. Epiblas : selapis sel kolumnar tinggi, di bagian dalam, berbatasan dengan bakal
rongga amnion.
2. Hipoblas: selapis sel kuboid kecil, di bagian luar, berbatasan dengan rongga
blastokista (bakal rongga kuning telur).
Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi JANIN.
Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi
bagian dalam sitotrofoblas (selaput Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas
membentuk dinding bakal yolk sac (kandung kuning telur). Rongga yang terjadi
disebut rongga eksoselom (exocoelomic space) atau kandung kuning telur sederhana.
Dari struktur-struktur tersebut kemudian akan terbentuk kandung kuningh
telur,lempeng korion,dan rongga korion.
Pada lokasi bekas implantasi blastokista di permukaan dinding uterus terbentuk
lapisan fibrin sebagai bagian dari proses penyembuhan luka. Jaringan endometrium di
sekitar blastokista yang berimplantasi mengalami reaksi desidua, berupa hipersekresi,
peningkatan lemak dan glikogen, serta edema. Selanjutnya endometrium yang
berubah di daerah-daerah sekitar implantasi blastokista itu disebut sebagai desidua.
Perubahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dalam kavum uteri
(selanjutnya lihat bagian selaput janin) Pada stadium ini, zigot disebut berada dalam
stadium bilaminar (cakram berlapis dua).

Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis oplasenta. Setelah nidasi
embrio ke dalam endrometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasai dan nidasi.
Dalam dua minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblast invasif telah
melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus
intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-
pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul
ruangan-ruangan intervilen dimana villi korialis seolah-olah terapung-apung diantara
ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan
dimulai pembentukan vili korealis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung
kapilar (kapilari loops) di dalam vili korealis yang ruang intervilinya dengan darah
maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine.vili
korealis ini akan bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum urteri disebut
desidua kapsularis; yang terletak anatara hasil nonsepsi dan dinding uterus disebut
desidua basalis, disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus
yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-
jonjot yang dinamakan vili korealis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblast
mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam trofoblast.
Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi korion. Selain
vili korealis yang berhubungan dengan desidua basalis tunbuh dan bercabang-
cangang dengan baik, disini korion disebut koriion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke
arah kavum urteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang gundul ini disebut
korion leave.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini
jelas tidak ada pencampuran darah antara darah janin dengan darah ibu. Dan juga sel-
sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblast dan sel-sel ini akhirnya
membentukn lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses
melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
Pada proses kehamilan juga dapat terjadi perubahan-perubahan, baik fisiologi
maupun psikologi, adapun perubahan fisiologi yang dimaksud khususnya pada alat
genetalia eksternal dan internal dan pada payudara (mamma).
Uterus
Uterus bertambah besar dengan panjang
32 cm, lebar 24 cm dan ukuran muka belakang 22 cm (Uterie Enlargement)
Uterus bertambah berat, dengan berat awal
30 gr menjadi 1000 gr.
Uterus bertambah besar, maka peredaran
darah kerahim bertambah.
Melunaknya cerviks dan berwarna ungu
kebiruan.
Godells sign adalah keadaan cerviks yang lunak dan akibat dari
peningkatan vaskulariasi daerah itu.
Chadwiks sign adalah keadaan kebiruan pada daerah cerviks, vagina, juga
akibat peningkatan vaskularisasi.
Hegars sign merupakan keadaan melunaknya bagian uterus bagian bawah
(segmen bawah rahim/SBR). Tanda ini ada pada umur kehamilan sekitar 2-3
bulan.
Uterine Enlargement terjadi selama masa bertambahnya umur kehamilan.
Uterus yang hamil sering berkontraksi
tanpa perasaan nyeri (UK bulan keempat) yang sifatnya irregular. Disebut
kontraksi Braxton hicks.
Vagina
Vagina berwarna kebiruan : Chadwiks
Elastisitas vagina bertambah
Sekresi berwarna putih dan bersifat sangat asam : Leukorrhea
Ovarium
Ovulasi terhenti dan pada trimester pertama ditemukan corpus luteum graviditas.
Pada bulan keempat corpus tersebut mengkisut.
Dinding Perut
Striae Gavidarum
Yaitu garis-garis pada abdomen yang berwarna putih ke abuan , terjadi akibat
peregangan pada jaringan bawah kulit. Kondisi ini juga terdapat di payudara,
paha, abdomen dan pantat.
Striae Lividae
Yaitu garis-garis seperti striae gravidarum namun warnanya membiru dan
sering terjadi pada primi gravida.
Striae Albicans
Yaitu garis-garis serupa namun berwarna putih.
Striae Gravidarum yang menjadi
cicatrix (jaringan perut) karena multigravida.
Enlargement of the abdomen yaitu
pembesaran abdomen
Kulit (Skin Pigmentasi Change)
Hiperpigmentasi pada areolamammae, papilla mamae dan linea alba (garis
berwarna putih) dan linea nigra (garis berwarna gelap/hitam).
Pada kulit muka (pipi) disebut chloasma gravidarum (bintik-bintik hitam pada
wajah).
Payudara
Pembesaran payudara
Puting susu-susu biasanya membesar dan
lebih tua warnanya dan mengeluarkan cairan kuning yang disebut
kolostrum.
Berat Badan
Wanita yang hamil bertambahnya berat
Dalam triwulan pertama penambahan
beratnya 1 kg
Dalam triwulan kedua penambahan
beratnya 5 kg
Dalam triwulan ketiga penambahan
beratnya 5,5 kg
Penambahan ini disebabkan oleh :
Berat janin (3 kg), plasenta (0,5 kg), air
ketuban (1 kg)
Berat rahim (dari 30 gr menjadi 1 kg)
Penimbunan lemak seperti di payudara,
pantat, dan lainnya ( 1,5 kg)
Penimbunan zat putih telur (2 kg)
Retensio air (1,5 kg), edema kaki (lama
berdiri/penyempitan pembuluh darah karena pembesaran rahim)
Penimbangan berat badan pada pemeriksaan kehamilan sangat penting, kenaikan
berat badan yang terlalu banyak menandakan retensi air yang berlebihan dan
merupakan gejalanya dini dari toksemia gravidarum. Sebalikmya, kurang naiknya
berat badan dapat menandakan gangguan pertumbuhan janin.
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan protein sedangkan
dalam darah kadar zat lemak naik, kecenderungan ada pada ketosis.
Kebutuhan akan kalsium dan phosphor bertambah untuk pembuatan tulang-tulang
janin begitu pula akan ferrum untuk pembentukan Hb janin.
Perhitungan Taksiran Berat Janin
TFU (12 belum masuk PAP) X 155 = .gr
TFU (11 sudah masuk PAP) X 155 = .gr
Darah
Volume darah bertambah (baik plasma
maupun eritrosit)
Hb menurun karena penambahan plasma
yang drastis
- Hb :10 gr %
- Eritrosit :3,5 juta per mm3
- Leukosit :8.000 10.000 per mm3
Leukosit naik secara fisiologis namun >
12.000 per mm3 menandakan adanya infeksi. Leukosit masih fisiologis sampai
dengan 15.000 per mm3.
Jantung
Bekerja lebih berat (karena meningkatnya
volume darah, aliran ke ibu dan janin).
Posisi jantung sedikit berubah secara
fisiologis karena pembesaran janin dalam rahim.
Paru paru
Bekerja lebih berat.
Diafragma terdesak ke atas namun
terdapat kompensasi yang melebarkan rongga thorak sehingga kapasitas paru
tidak berubah.
Namun, karena pendesakan diafragma
maka wanita hamil sering merasa sesak.

Pencernaan
Berkurangnya gerakan lambung dan
sekresi asam garam (HCL) bergejala mual, muntah
Ginjal
Meningkatkan kerja ginjal karena
mengeluarkan racun-racun badan janin
Pelebaran ureter dalam kehamilan
terutama ureter kanan, disebabkan pengaruh progesterone dan tekanan rahim
yang membesar dan dapat menyebabkan pyelum (infeksi saluran kemih)
Menurunnya kapasitas kandungan kencing
karena desakan pembesaran rahim yang membesar pada awal kehamilan. Dan
penurunan kepala bayi ke rongga panggul pada akhir kehamilan sehingga
bergejala polakisuri (inkontinensia) pada awal dan akhir kehamilan.
Kelenjar buntu seperti glandula tiroidea,
hipofise lobus anterior dan glandula suprarenalis menunjukkan hiperfungi dab
hipertrofi.
Pada akhir kehamilan dan dalam nifas
mungkin reduksi positif disebabkan oleh adanya laktosa ialah gula air susu.
Gula darah tetap harus diperiksa untuk menghindari diabetes. (Obsetri
Fisiologi, 1983)

3. TANDA-TANDA KEHAMILAN
a. Presumtif ( Bukti Subjektif)
Amenorea
Perubahan payudara
Anoreksia
Mengidam
Lelah (fatigue)
Mual & muntah (morning sickness)
Frekuensi berkemih
Konstipasi
b. Probabilitas/Kemungkinan (Bukti Objektif)
Pertumbuhan & perubahan uterus
Tanda Hegars (melunaknya segmen bawah uterus)
Ballotement (lentingan janin dalam uterus saat palpasi)
Braxton hicks (kontraksi selama kehamilan)
Perubahan pada rahim dan vagina
Pembesaran abdomen
Peningkatan temperatur basal tubuh
Perubahan kulit seperti stria gravidarum dan pigmentasi (kloasma, linea
nigra)
c. Absolut (Bukti Positif)
Gerakan janin dapat dirasa, diraba juga bagian-bagian janin
Terdengar denyut jantung janin yang berbeda dengan denyut jantung ibu
Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

4. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
1) Tanda-tanda vital dan keadaan umum
2) Berat badan
Perubahan berat badan (BB) yang dialami Ibu, BB dalam triwulan ke-3 tidak
boleh bertambah lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan.
Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut di atas disebabkan karena
penimbunan (retensi) air dan disebut praxoedema.
3) Pemeriksaan head to toe
Muka
Konjungtiva pucat, keadaan lidah dan gigi, keadaan mukosa bibir
Leher (kelenjar tiroid : membesar / tidak )
Apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
Payudara
Payudara tampak membesar, aerola mammae berwarna coklat kehitaman ,
papilla mammae menonjol
Ekstremitas (kaji adanya varises dan reflek patella)
Abdomen
Inspeksi : perut belum tampak membesar, belum tampak linea alba/nigra, strie
albikans/lividae
palpasi : sudah dapat dilakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan TFU
dan umur kehamilan
auskultasi : bising usus berkurang karena kontraksi otot polos menurun,
sehingga pengosongan lambung semakin lama yang dapat meningkatkan
asam lambung, DJJ
Genetalia ( vulva, vagina, perineum)
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu diperiksa dari
eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut perineum, tanda Chadwick
(berwarna merah kebiruan pada ibu hamil)

5. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI KEHAMILAN


Yang sering ditemukan pada antenatal care :
a. Anemia
b. Penyakit jantung
c. Hiperemis gravidarum
d. Perdarahan dalam kehamilan
e. Kelainan letak janin
f. Toxamia gravidarum (pre eklamsia, eklamsia)
g. Diabetes gestasional

B. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN ANTENATAL (ANTENATAL CARE)


1. PENGERTIAN
ANC atau pemeriksaan pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, pesiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.

2. TUJUAN ANC
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosialibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil , termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan secara
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan nomal dengan
pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3. KUNJUNGAN ANTENATAL CARE


Untuk menghindari komplikasi wanita hamil memerlukan paling sedikitnya 4 kali
kunjungan pada periode antenatal :
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 - 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah
minggu 36)

Kunjungan Waktu Infomasi penting


Trimester I sebelum 14 Membangun hubungan saling percaya
minggu antara petugas kesehatan dengan ibu
hamil
Mendeteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatus, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat, dsb.)
Trimester II 14 - 28minggu Sama seperti di atas , ditambah
kewaspadaan khusus mengenai pre-
eklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
pre-eklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
Perawatan payudara
Selama kehamilan payudara harus
dipersiapkan untuk menghasilkan ASI
bagi bayi neonates segera setelah lahir.
Bahaya ibu hamil, seperti :
- setiap perdarahan yang keluar dari
vagina atau keluarnya cairan
- sakit kepala berat atau terus-menerus
- gangguan penglihatan
- menggigil dan demam
- pembengkakan pada wajah, tangan,
kaki, atau lutut
- nyeri pada dada atau abdomen
- urin mengandung darah atau keruh
- muntah terus-menerus
Trimester III 28 - 36 Sama seperti di atas, ditambah palpasi
minggu abdominal untuk mengetahui apakah
kehamilan ganda
Latihan otot dasar panggul
Otot-otot dasar panggul melingkari outlet
tempat lewatnya bayi saat lahir.
Merupakan hal yang penting bagi ibu
untuk meregangkan otot ini sehingga
mereka dapat merelaksasi atau kontraksi
sesuai kemauan
Tanda-tanda persalinan
Keluaran vagina keluarnya operculum atau
lendir yang menyumbat dan show berupa
gumpalan darah, pecahnya membrane
amnion
Psikologis Ibu

4. PELAYANAN ASUHAN STANDAR MINIMAL 10 T


Pelayanan asuhan standar minimal 10 T :
1. Timbang berat badan dan Tinggi Badan
2. Tentukan status gizi
3. Tekanan darah
4. Tinggi fundus uteri
5. TT (tatanus toxoid)
6. Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
7. Tengok/ periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki
8. Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
9. Tata laporan kasus
10. Test laboratorium

5. KLASIFIKASI
Klasifikasi pada periode Antenatal ini dibedakan secara katagori kehamilan yang
akan diberikan asuhan antenatal adalah :
KATEGORI GAMBARAN
Kehamilan normal Ibu sehat
Tidak ada riwayat obsterri buruk,
ukuran uterus sama/sesuai usia
kehamilan. Pemeriksaan fisik dan
laboraturium lengkap.
Kehamilan dengan masalah Seperti masalah keluarga atau
khusus psikososial, kekerasan dalam rumah
tangga dan kebutuhan financial.
Kehamilan dengan masalah Seperti hipertensi, anemia berat,
kesehatan yang membutuhkan preeklamsia, pertumbuhan janin
rujukan untuk konsultasi dan terhambat, infeksi saluran kemih,
atau kerjasama penanganannya penyakit kelamin dan kondisi lain-lain.
Kehamilan dengan kondisi Seperti pendarahan , eklamsia,
kegawatdaruratan yang ketuban pecah dini atau kondisi-
membutuhkan rujukan segera. kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu
dan bayi.
(Buku Panduan Pelayanan Kesehatan maternal dan neonatal,2001)

6. INFORMASI PERIODE ANTENATAL


a. Gizi
Peningkatan konsumsi sampai 300 kal/hari dengan makanan yang mengandung
protein, zat besi, minum cukup cairan.
b. Kegiatan harian
Normal, istirahat jika lelah
c. Perubahan fisiologi (normal ) yang akan terjadi
- Peningkatan berat badan
- Breast change
- Penurunan tenaga
- Mual dan muntah serta punggung kiri di trimester I
- Rasa panas
- Varises
- Oedema
d. Segera mencari pertolongan medis jika mendapati tanda-tanda bahaya, seperti :
- Perdarahan pervaginam
- Sakit kepala luar biasa
- Gangguan penglihatan
- Pembengkakan pada wajah ataupun tangan
- Nyeri abdomen
- Janin tidak bergerak (tidak seperti biasa)
e. Merencanakan kebutuhan persiapan kelahiran
f. Menjaga kebersihan diri
g. Perawatan payudara
h. Memberikan zat besi untuk maturasi sel eritrosit
i. Pemberian Tetanus Toksoid (I, II atau Ulang) 0,5 ml.
Imunisasi tetanus toksoin adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT untuk ibu hamil
diberikan minimal 2 kali dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan secara IM. Jarak
pemberian atau interval imunisasi TT 1 dengan TT 2 adalah minimal 4 minggu.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL


1. PENGKAJIAN
Identitas
Keluhan-keluhan
Riwayat obstetri, meliputi :
Gravida, para, abortus, dan anak hidup (GPAH)
Berat badan bayi baru lahir dan usia gestasi
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan dan penolong
persalinan
Jenis anestesi dan kesulitan persalinan
Komplikasi maternal seperti : diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan
Komplikasi pada bayi
Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menentukan tafsiran
persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPTP dapat digunakan rumus
Naegle, yaitu : hari pertama ditambah 7, bulan dikurangi 3, tahun disesuaikan.
Riwayat kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut saat kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual janin.
Riwayat penyakit dan operasi
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu,
adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus didokumentasikan.
Riwayat kesehatan, meliputi :
Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko
tinggi untuk masalah genetis seperti anemia sickle sel, talasemia)
Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi
Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung
Penyakit sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberculosis
Riwayat dan perawatan anemia
Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan)
Jumlah konsumsi kafein setiap hari seperti kopi,teh, coklat dan minuman
ringan lainnya
Merokok, jumlah batang per hari
Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan
risiko terinfeksi toxoplasma
Alergi dan sensitifitas obat
Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit
Riwayat keluarga (penyakit keturunan)
Riwayat kesehatan pasangan
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Muka
Konjungtiva pucat, keadaan lidah dan gigi, keadaan mukosa bibir
Leher (kelenjar tiroid : membesar / tidak )
Apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
Payudara
Payudara tampak membesar, aerola mammae berwarna coklat kehitaman ,
papilla mammae menonjol
Ekstremitas (kaji adanya varises dan reflek patella)
Abdomen
Inspeksi : perut belum tampak membesar, belum tampak linea alba/nigra,
strie albikans/lividae
palpasi : sudah dapat dilakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan
TFU dan umur kehamilan
auskultasi : bising usus berkurang karena kontraksi otot polos menurun,
sehingga pengosongan lambung semakin lama yang dapat meningkatkan
asam lambung.
Genetalia ( vulva, vagina, perineum)
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu diperiksa
dari eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut perineum, tanda
Chadwick (berwarna merah kebiruan pada ibu hamil)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urine untuk mendeteksi glukosa, aseton, dan albumin/protein.
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas urine dan sample darah hanya dilakukan
bila ada gejala dan ada tanda yang menunjang.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pergeseran diafragma ke atas
ditandai dengan sesak, sulit bernapas
b. Nyeri akut berhubungan dengan kram otot
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan tentang
kehamilan dan persiapan persalinan
d. Kesiapan meningkatkan proses kehamilan-melahirkan ditandai dengan
melakukan kunjungan pranatal secara teratur, menyiapkan perlengkapan penting
bagi bayi baru lahir
e. Kesiapan meningkatkan nutrisi ditandai dengan mengonsumsi makanan dan
cairan adekuat
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC : Airway Management
berhubungan dengan selama x24 jam diharapkan pola nafas - Posisi pasien untuk memaksimalkan potensi
pergeseran diafragma ke atas klien normal dengan kriteria hasil: ventilasi
NOC Label Respiratory status :
ditandai dengan sesak, sulit - Ajarkan untuk napas dalam
- Respiratory rate normal
bernapas - TD, nadi, temperatur normal - Posisi untuk mengurangi dyspnea
- Tidak ada pemakaian otot bantu
- memonitor pernapasan dan status oksigenasi,
pernafasan
- Px tidak gelisah yang sesuai
- Ritme nafas normal NIC: Vital Sign Monitoring
- Monitor tekanan darah, nadi, temperature, dan
status respirasi yang sesuai
- Monitor respiratory rate dan irama respirasi
- Monitor sianosis sentral dan peripheral
NIC: Oxygen therapy
- Sediakan/ pastikan jalan nafas paten
- Monitor kebutuhan px akan O2
2 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Pain management
- Kaji TTV klien, catat jika ada perubahan.
dengan kram otot x 24 jam diharapkan klien melaporkan
- Lakukan penilaian yang komprehensif pada
nyeri berkurang/dapat terkontrol dengan
nyeri yang mencakup lokasi, karakteristik,
kriteria hasil :
Pain Level durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
- Klien melaporkan skala nyeri - Observasi isyarat non verbal dari kenyamanan
berkurang terutama pada klien dengan ketidakmampuan
- Ekspresi wajah tidak tampak meringis untuk berkomunikasi secara efektif.
- Ajarkan klien atau keluarga menggunakan
kesakitan
teknik nonfarmakologi (relaxation, guided
- TTV normal
imagery, music therapy, distraction, ect).
Pain control
- Kendalikan factor-faktor lingkungan yang
- Klien dapat mengenali faktor penyebab dapat mempengaruhi respon kenyamanan
nyeri klien
- Klien melaporkan nyeri sudah
terkontrol
- Klien dapat menggunakan terapi non
farmakologis untuk mengatasi nyeri
(teknik relaksasi nafas dalam, guided
imagery, distraksi, dll)
3 Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan Teaching : Disease Process
berhubungan dengan x 24 jam diharapkan klien mengetahui 1. Identifikasi pengetahuan pasien terkait
keterbatasan paparan tentang kehamilan dengan kriteria hasil : dengan kehamilan
2. Jelaskan proses kehamilan dan perubahan
kehamilan dan persiapan Knowledge : Disease Process
fisiologis yang terjadi
persalinan Setelah diberikan asuhan keperawatan
3. Jelaskan pada klien dan keluarga tanda-tanda
selama x24 jam, diharapkan pasien dan
bahaya kehamilan dan komplikasi yang
keluarga :
1. Mengetahui proses kehamilan mungkin timbul
2. Mampu menyebutkan tanda dan 4. Diskusikan frekuensi pemeriksaan kehamilan
gejala kehamilan dan persiapan untuk melahirkan
3. Mampu menyebutkan komplikasi dari
kehamilan
4. Mampu menyebutkan frekuensi
pemeriksaan kehamilan
4 Kesiapan meningkatkan Setelah diberikan asuhan keperawatan Prenatal Care
proses kehamilan-melahirkan x 24 jam diharapkan klien dapat - Anjurkan pasien tentang pentingnya perawatan
ditandai dengan melakukan meningkatkan proses kehamilan- kehamilan secara rutin selama kehamilan
kunjungan pranatal secara melahirkan dengan kriteria hasil : - Mendorong ayah dan yang lainnya untuk
Fetal Status : Antepartum
teratur, menyiapkan berpartisipasi dalam perawatan prenatal
- DJJ normal (120-160 x/menit)
perlengkapan penting bagi - Frekuensi pergerakan janin normal - Memantau pertambahan berat badan selama
bayi baru lahir - Frekuensi pergerakan janin normal
kehamilan
- Letak janin normal
- Pengukuran USG pertumbuhan janin - Menginstruksikan latihan yang tepat kepada
normal pasien selama kehamilan
Maternal status : Antepartum
- Memantau penyesuaian psikososial pasien dan
- Terdapat keterikatan emosional dengan
keluarga selama kehamilan
janin
- Memonitor tekanan darah
- Mengatasi ketidaknyamanan dalam
- Anjurkan pasien langsung untuk
kehamilan
memeriksakan kondisi ke petugas jika terdapat
- Perubahan berat badan normal
tanda-tanda bahaya
- TTV normal - Mengukur tinggi fundus dan membandingkan
dengan usia kehamilan

5 Kesiapan meningkatkan Setelah diberikan asuhan keperawatan Nutrition Management


- Anjurkan konsumsi makanan sehat yang
nutrisi ditandai dengan x 24 jam diharapkan klien dapat
sesuai dengan kebutuhan ibu hamil
mengonsumsi makanan dan meningkatkan asupan nutrisi dengan
- Anjurkan konsumsi cairan sesuai anjuran
cairan adekuat kriteria hasil : - Meberikan informasi terkait makanan yang
Nutrition Status
- Asupan makanan untuk ibu hamil dan harus dikurangi dan komponen gizi seimbang

janin tercukupi
- Asupan cairan adekuat
- Pola makan teratur
- Kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil
terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M. dkk., 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Ed.3, Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mitayani. 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Hamilton, Persis Mary. 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E., 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Guyton & Hall. 2012. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana.
Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai