FARINGITIS
Viral
- Rinovirus, Adenovirus
Gejala Demam,rinorea,mual,nyeri tenggorok, silt menelan
PF faring & tonsil hiperemis., eksudat - (virus influenza,coxsachievirus,
cytomegalovirus), Lesi vesikuler orofaring, maculopapular rash,
(coxcachievirus) Pembesaran KGB (EBV) ,Nyeri tenggorok, menelan,
mual,demam (HIV-1)
Th/ Istirahat & minum cukup, kumur hangat, Analgetik (prn),
Antivirus
Antivirus metisoprolol (isoprnosin) HSV 60-100mg/kgBB dibagi 4-6
kali
Bakterial
- Grup A Streptokokus B Hemoliticus
Dws 15 %, Anak 30 %
Gejala Nyeri kepala hebat, muntah, jarang demam, batuk
PF Tonsil besar, faring & tonsil hiperemis, eksudat +, Ptechiae palatum
& faring, Kgb leher besar, kenyal, nyeri tekan
Th/ AB, Analgetika, Kumur hangat / Antiseptik
Faringitis fungal
- candida yang tumbuh di mukosa rongga mulut dan
faring
- Gejala dan tanda : nyeri tenggorokan dan menelan
- PF: Plak putih di orofaring dan mukosa farong
hiperemis.
- Terapi : Nystatin 100.000-400.000 2x/hari.
Analgetik
Faringitis gonorea
- akibat kontak orogenital
- Terapi : sefalosporin generasi 3 250mg iv
Faringitis Kronik
Faringitis kronik hiperplastik Faringitis Kronik Atrofi
- tampak perubahan mukosa posterior - bersamaan dengan rinitis
faring atrofi suhu dan kelembabannya tidak
- kelenjar linfa dibawah mukosa faring ada pengaturan menimbulkan
dan rangsangan infeksi pada faring.
lateral band hiperplasia - Gejala dan tanda: tenggorokan kering
- mukosa dinding posterior tidak rata, dan
bergranular. tebal serta bau mulut
- Gejala: tenggorokan kering, gatal, - PF: mukosa faring ditutupi lendir dan
batuk bila
dan bereak diangkat tampak mukosa kering.
- Terapi: lokal kaustik faring - Terapi: ditujukan pada rinitis atrofi,obat
nitras argenti atau kumur dan menjaga kebersihan mulut
elektro kauter.
Obat kumur/tablet isap.
Pykt
hidung dan paranasal harus
diobati
Faringitis Spesifik
Faringitis luetica Faringitis tuberculosa
Etiologi: Treponema Mrpk proses sekunder TB
Polidum
Gejala klinik Tgtg Std
Primer, Sekunder, Tertier
I. Infeksi Oleh II. Infeksi Oleh
Karena Bakteri Karena Virus
Streptococcus Herpes Simplex
Staphylokokkus Virus
Campak
Diphteri
Epstein Barr Virus
Pertusis
Cytomegalovirus
Gonorrhea
Human
Siphilis
Immunodeficiency
Virus Tipe I
III. Infeksi Jamur V. Penyebab Lain
Infeksi Candida Faringitis
Deep-seated Faringitis Radiasi
Mycosis Steven-Johnson
Sindrom
IV. Granulomatous Pemphigus
Penyebab Faringitis Reflux Faringitis
Mycobacterium
Pfapa
Tuberculosa
Faringitis Idiopathic
Lepra
Merupakan bakteri yang paling sering terutama
pada anak-anak yaitu Streptokokkus B
hemoliticus
Kuman penyebab lain antara lain : Streptokokkus
Pneumoniae, Streprokokkus kelompok C
Masa inkubasi untuk Streptokokkus B hemolitikus
adalah 12 jam sampai 4 hari. Faringotonsilitis
oleh karena bakteri ini jarang ditemukan pada
bayi. Insiden puncak umur 5 – 15 tahun.
Gejala Klinik : Sakit tenggorok, Sulit menelan,
Demam
Rhinorea dan batuk umumnya tidak terdapat
pada infeksi ini. Tampak Limphadenophati
Cervical.
Komplikasi yang serius adalah demam rematik
Komplikasi nonsupuratif :glomerulonephritis,
rheumatoid fever, grisel sindrom, subluxatio
atlantoaxial joint sampai proses inflamasi pada
kepala dan leher.
Komplikasi supurasi adalah otitis media dan
sinusitis akut.
Diagnosis untuk penyakit ini yang paling
sederhana dengan swab kultur dari faring. Secara
konvensional kultur memakai darah reguler pada
media agar. Pemeriksaan lain dengan:
Immunoessay mempunyai kepekaan dan
spesifitas yang baik, Kultur, Test rapid
Penatalaksanaan: Pemberian Penisillin atau
amoxillin baik oral atau i.v . Bila alergi penicillin
bisa diberikan eritromicin dan cephalosporin.
Terutama Staphilokokkus Aureus atau
Staphilokokkus Salivarius.
Gejala klinik yang sering timbul adalah
eritem dan edem.
Terapi dengan Antibiotika seperti
penicillin, eritromisin atau
cephalosporin sesuai hasil kultur dan
sensitivitas.
Penyebab utama Corynebacterium
Diphteriae merupakan kuman gram
positif.
Masa inkubasi 2 – hari, exotoxins yang
diproduksi menyebabkan jaringan
nekrosis dan inflamasi.
Penyakit ini sering ditemukan pada anak-
anak dibawah usia 10 tahun.
Diphteroid masuk melalui mulut dan
hidung kemudian dilokalisir di mukosal
permukaan respiratorius bagian atas.
Tampak pseudomembran warna abu-abu
yang menempel kuat pada dasar jaringan.
Perluasan selaput sampai nasofaring atau
laryng menyebabkan ketidakmampuan
untuk membersihkan sekret dan obstruksi
saluran nafas.
Toksin bisa masuk pembuluh darah dan
saluran limfe, terutama jika tonsil terkena
infeksi, sehingga akan menyebabkan sistem
respirasi dan vaskularisasi kolap (Infark
Miokardial ).
Terapi spesifik adalah pemberian antitoksin.
Antibiotika diberikan sebagai terapi adjuvan
dengan pemberian terapi asimptomatik.
Etiologi : Bordetella Pertussis, merupakan penyakit akut
pada anak-anak.
Gejala klinik : batuk dengan inspiratory yang nyaring
atau batuk rejan. Masuk ke host melalui inhalasi .
Masa inkubasi kira-kira 1 minggu.
Ada 3 stadium :
3. Tersier
Berkembang beberapa tahun sejak infeksi awal
Terjadi secara pelan-pelan dan progresif
Umumnya sistem syaraf dan aorta terkena
Tampak adanya gumma yang menggambarkan proses
granulomatosus pada tepinya dikelilingi polisading
machrophage dan fibroblast
Test serologik pada siphilis ada 2 yaitu:
2. Spesifik Treponemal Antibody test
Adalah FTA-ABS Test
Bisa dipakai untuk diagnosis dan prognosis karena sangat
sensitif
False positif pada test serologi oleh karena suatu infeksi yang
sangat cepat dan noninfeksius, umumnya terjadi pada
Nontreponemal Antibody test.
Terapi: dosis tunggal penisilin. Bila alergi dengan penisillin
maka tetrasiklin atau erytromysin dapat digunakan.
Herpes Simplek Virus mempunyai 2 subtype:
Tipe 1 ( pada umumnya oral )
Tipe 2 ( pada umumnya genital )
Infeksi pada traktus aerodigestive atas bisa
terjadi baik primer ataupun rekuren
Infeksi primer paling sering sebagai
ginggivostomatitis atau faringitis akut
Mempunyai kecenderungan menginfeksi sel di
ektoderm asal, pada umumnya didalam selaput
lendir atau kulit
Paling sering terladi pada anak umur 10 bulan
sampai 3 tahun
Gambaran klinik pada remaja dapat berupa
faringitis eksudatif akut sedang pada orang
dewasa terlihat sebagai faringitis streptococcal
atau influenza.
Penularan: melalui air liur atau ingus,
infeksi kuku atau mengisap ibu jari
Masa inkubasi pendek antara 2 – 12 hari
Gejala klinik:
Rasa tidak enak pada badan, demam
Sakit tenggorok
Tampak lesi vasikuler yang mudah berdarah
pada faring atau tampak ulkus pada tonsil
yang tertutup suatu eksudat berwarna
kelabu
Pembesaran dan rasa sakit pada limphonodi
cervikalis
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi terjadinya
Herpes simplek virus antara lain : Infeksi neonatal,
immunodefisiensi, kurang gizi, terapi
immunosupresi, kehamilan, luka bakar, trauma,
kelainan kulit (seperti dermatitis atopik, impetigo
bullosa dan phemphigus), sarcoidosis.
Histopatologi : permukaan mukosa mengalami
ulserasi dengan sel raksasa multinukleated dan
intranuklear.
Diagnosis: Test Enzymelinked immunosorbent
assay (ELISA), test radiometrik
Biasanya self limited deseas
Terapi untuk menghilangkan gejala yang timbul dan
Acyclovir dipakai untuk menghambat replikasi virus
nucleic acid
Rubela atau campak suatu morbillivirus
yang sangat menular
Gejala klinik: panas tinggi, coryza dan
conjunctivitis, buccal mukosa tampak lesi
exanthematous ( koplik nods ),
hiperplasia limphoretikuler, ruam
erithematous pada kulit.
Penatalaksanaan : simptomatis dan
umumnya self-limited
Sering berhubungan dengan carcinoma
nasofaring dan limphoma burkit
Diperkirakan 80 – 90 % berhubungan dengan
mononukleosis
EBV yang berhubungan dengan mononukleosis
menyerupai faringotonsilitis akut
Gejala: sakit tenggorok, demam dan rasa tidak
enak badan
Tampak eksudat pada faring maupun tonsil,
limphadenopati cervical
Diagnosis: dari gejala klinik dan pemeriksaan
laboratorium
Gejala klinik akan mengalami resolusi setelah
beberapa bulan
Terapi: suportif antara lain istirahat dan minum
yang banyak
Bisa kongenital atau akuisita
Infeksi biasanya asimptomatis kecuali
pasien dengan immunokompresi
Infeksi bisa melalui air susu ibu, kontak
dengan air liur, semen
Virus dapat dideteksi melalui isolasi
kuman virus, serologi atau PCR
Beda dengan EBV mononukleosis pada
cytomegalovirus tidak terlihat gejala
faringitis dan heterophile antibodi negatif
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan
pasien yang terinfeksi oleh HIV tipe 1,
terutama bersama dengan
Immunodeficiency sindrom (AIDS)
Gejala klinis: sakit tenggorok, demam,
malaise, myalgia, arthralgia,
photophobia, lymphadenophati dan
ruam makulopapular
Diagnosis: Analisa PCR dan
Immunohistochemical
Merupakan penyebab faringitis jamur yang tersering
Candida merupakan flora normal di mulut tetapi jika
sistem immun terganggu dapat menginvasi mukosa
sehingga menimbulkan sakit atau disphagia
Terutama terjadi pada pasien HIV-positif dan setelah
radioterapi kanker leher dan kepala
Mukosa tampak mengalami perlukaan dengan warna
keabuan
Identifikasi jamur dengan: pengecatan gram Noda atau
acid-Schiff noda berkala, kultur dengan agar Sabauraud
Histologi: tampak pseudohifa yang saling berhubungan,
infiltrasi sel-sel radang
Penatalaksanaan: pemberian nystatin pada rongga
mulut atau faring, ketoconazol oral atau fluconazol
Pencegahan pada pasien dengan HIV-positif dengan
fluconazol oral sangat efektif
Bila terjadi peradangan diberi antibiotik Amphetericin B
Jamur lain yang menyebabkan faringitis
antara lain:
Cryptococcus neoformans,
Rhinosporidiosis seeberi,
Histoplasma capsulatum,
Blastomyces dermatitidis
Paracoccidioides brasiliensis
Granuloma adalah suatu infeksi kronis
yang digambarkan dengan perubahan
machrophage (epithelioid histiocytes),
dengan adanya sel raksasa dan
fibroblast.
Peradangan granulomatous biasanya
berhubungan dengan infeksi bakteri,
mycobacteria, jamur, siphilis, benalu,
sarcoidosis, Wegener Granulomatosis
dan keganasan
Di Amerika Serikat, granulomatous
berhubungan dengan Mycobacterium
Tuberkulisa.
Micobacterial faringotonsilitis dapat terjadi
oleh karena dahak dari paru-paru yang
mengalami infeksi.
Penyakit ini terutama terjadi pasien dengan
sosial ekonomi rendah.
Gejala Klinik: Sakit tenggorok, hidung
tersumbat, lymphadenophati cervical, dan
gejala yang berhubungan dengan paru-paru
Mycobacterium Leprae
Faring mengalami infeksi setelah rongga hidung
terinfeksi
Digolongkan: tipe Lepramatous dan Tuberculoid
Tipe Tuberculoid : Mitsuda test positif diameter > 5 mm
(Reaksi Lepromin sebagai area indurasi dimana respon
yang paling cepat timbul pada 48 jam dan respon lambat
pada 3 – 4 minggu)
Tipe Lepramatous: Mitsuda test lemah atau negatif ( 0 –
2 mm ), boderline ( 3 – 5 mm )
Gambaran histopatologik Tuberculoid : noncaseasing
granulomatous dengan atau tanpa sel raksasa
Gambaran histopatologik Lepromatous: ada
perkembangbiakan machrophages yang berisi bacilli,
tetapi tidak ada bentuk granulomatpus
Penatalaksanaan: pemberian Dapsone, clofazimin dan
rifampisin
Radiasi dapat menyebabkan atropi pada mukosa mulut
dan faring.
Dosis radiasi yang sering menimbulkan atropi adalah 16
– 22cGy
Radiasi dapat menimbulkan produksi air liur menurun
sehingga mudah terjadi superinfeksi oleh karena bakteri
atau jamur.
Faringitis radiasi tidak mungkin dicegah oleh karena
merupakan efek samping yang timbul pada radiasi
Penatalaksanaan: secara simptomatik dengan pemberian
Sucralfat, diphenhidramin, antibacterial agent dan
corticosteroid topical
Meningkatkan aliran ludah: pemberian Pilocarpine baik
selama atau sesudah radiasi
Perawatan spesifik superinfeksi dengan Antifungal topikal
(nystatin) atau antifungal sistemik atau antibiotik
Terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda,
pria lebih banyak dari perempuan
Etiologi tidak diketahui, biasanya mengikuti suatu
infeksi infeksi pernapasan bagian atas atau
penggunaan obat tertentu seperti Sulfonamides,
Anticonvulsan dan obat tidur
Tampak gambaran erythematous vasculer dan bullaa
terutama di daerah mukosa mulut, faring dengan
laring
Bulla bisa mengalami ulserasi sehingga
menimbulkan perdarahan dan terbentuknya krusta
Biasanya self limited dengan lesi kulit yang membaik
kira-kira 4 minggu
Penatalaksanaan biasanya simptomatis dengan
memperhatikan keseimbangan cairan dan
keseimbangan elektrolit baik fase akut atau dengan
infeksi sekunder
Merupakan infeksi autoimmun tetapi jarang
terjadi terutama mengenai kulit dan membran
mukosa
Tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan
umumnya terjadi pada pasien diatas 30 tahun
Pada daerah yang terkena tampak adanya
vesikel dan bula
Yang terjadi di faring antara lain: phemphigus
vulgaris, phemphigus foliaceus, phemphigus
erythematous, drug-induse phemphigus
P Vulgaris: tampak vesikel dan bula yang sering
mengalami erosi sehingga sering menimbulkan
sakit waktu makan atau menelan, produksi
saliva akan meningkat.
Infeksi sekunder akan timbul pada oral higiene
yang buruk
Nikolsky sign pada umumnya negatif
Histopathologi : jaringan yang terkena berisi vesikel
intraephitelial atau bullae yang menimbulkan
robekan pada suprabasiler, Prevesiculer odem dan
intercelluler bride menghasilkan acantholysis.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan sel epitel
(Tzanck sel) mengambang di dalam vesiculer. Pada
sel nukleus membesar dan hiperchromasia, banyak
pengandung lekosit polimhorphonuklear dan
limfosit.
Penatalaksanaan : Steroid, pemberian
immunosupresi dan antibiotika bila terjadi infeksi
sekunder.
Gastroeshophageal reflux disease (GERD)
merupakan salah satu penyebab faringitis dan
laringitis
Gejala klinik: serak, sakit tenggorok, batuk
kronis, globus faringeus, disphagia, nafas bau,
dingin tetapi perut tidak terasa nyeri atau
panas.
Pada faring sering tampak erytema ringan dan
cobblestoning, arythenoid eritema
Diagnosis test: pH 24-hour esophageal tetapi
test ini invasif dan mehal
Penatalaksanaan : memperbaiki gaya hidup
dan aturan makan, pemberian histamin-2
Suatu sindrom dengan gejala klinik:
Panas berkala (sampai 40,5oC), aphtous
stomatitis, faringitis dan cervical adenitis
Terutama terjadi pada anak-anak sekitar
umur 3 tahun
Etiologi tidak diketahui
Penatalaksanaan : corticosteroid,
cimetidine serta tonsilektomi
Faktor predisposisi: post nasal drip dan refluk
asam lambung, minum alkohol, merokok,
makanan panas dan pedas
Penyebab lain pemberian spray tenggorok yang
berisi obat desinfektan dan astrigent, cairan
yang bersifat saline, trauma,penggunaan obat
bius, faktor psikis dan emosional
Penatalaksanaan sukar, pendekatan psikologis
dan pemberian obat simptomatis perlu
dipikirkan
Persiapan alat dan Terapi kaustik
bahan - lilitkan kapas pada
- Hansdcoon pelilit kapas
- kapas - basahi dg sedikit
- pelilit kapas TCA/AgNO3
- TCA/AgNO3 - tempelkan paada
granul 1-2 menit
penyakit granulomatous kronik: topikal:
1) oleskan larutan 10% dengan kapas
aplikator pada kutil atau lesi 2-3 kali
per minggu selama 2-3 minggu sesuai
kebutuhan
TCA AGNO3
Nama umum: asam Nama umum : Perak
trikloroasetat Nitrat (silver nitrate).
Keasaman: 0.77 Keasamam: 5.5
Indikasi: penghapus Indikasi:Veruka dan kutil.
tatto. Kutil Granuloma umbilikus,
penyakit granulomatous
kronik, gonoccoccal
conjunctivitis
neonatorum, untuk luka
bakar dan bakteriostatik