Anda di halaman 1dari 51

MODUL READING

FARINGITIS

DR. SARI NURFAIZAH


Definisi

Faringitis adalah proses infeksi pada mukosa dan


submukosa dari faring. Jaringan yang berpengaruh
antara lain orofaring, nasofaring, hypofaring, tonsil.
 Penyebab faringitis antara lain infeksi, alergi,
kongenital dan neoplasma.
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
 Umumnya mengalami perbaikan setelah pemberian
antibiotika atau pengobatan simtomatis, kecuali
terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh kuman
oportunis atau neoplasma.
Komplikasi yang penting pada faringitis yaitu sepsis,
perdarahan dan obstruksi saluran nafas.
Anatomi
Faring merupakan bagian dari saluran nafas dan
pencernaan. Terbentuk dari endodermal foregut
primitif dan mempunyai panjang 12 – 14 cm.
Faring berbentuk seperti tabung
musculomembraneus mulai dari dasar tengkorak
dan belakang dari mulut dan hidung setingkat
vertebra cervical 6 sampai esophagus. Mukosa
bagian atas berupa epitel pseudostratified bersilia
dan bagian bawah berupa epitel squameus.
Faring dibagi 3 bagian yaitu: nasofaring, orofaring,
hypofaring atau laryngofaring.
 Bagian atas berhubungan
dengan hidung melalui
choana, muara tuba
eustachii terletak di dinding
posterolateral dan dibawah
choana.
 Palatum molle memisahkan
nasofaring dan orofaring.
 Hyphofaring melalui dasar
lidah dan meluas sampai
bagian bawah cartilago
cricoid.
 Faring terletak didepan,
ephiglotis pada dasar lidah,
terletak ditengah dan lateral
glossoepiglotik fold.
 Otot pada faring saling overlaping diatas,
ditengah dan bawah.
 Muskulus konstriktor quadrilateral superior
faringeal mulai dari prossesus pterigoid
bagian caudal, ramus pterigomandibula,
bagian posterior dari garis tengah mandibular
myelohyoid, dan dasar lidah. Serabut ini
melekat pada muskulus pterigofaringeal,
buccofaringeal, myelofaringeal dan
glossofaringeal.
 Muskulus konstriktor inferior dari
permukaan lateral kartilago tyroid dan
cricoid.
 Serabut dari kartilago tiroid ke dinding
poterior faring membentuk muskulus
thyrofaringeus, dan dari kartilago cricoid ke
dinding faring menjadi muskulus
cricofaringeus.
 .Tiga muskulus tambahan membujur secara
miring ke dalam dinding faring yaitu
muskulus palatofaringeus,
salphingofaringeus dan stylofaringeus.
Certain planes ada dibelakang dan lateral dari
muskulus faringeal.
Fascia Buccofaringeal
bagian dalam menutupi
muskulus faringeal.
Muskulus faringeal
teroisah dari fascia
prevertebra oleh jaringan
ikat membentuk
retrofaringeal space,
yang tertutup oleh
parotid sheats
Dilateral faring
membentuk
parafaringeal space yang
meluas keatas sampai
dasar tengkorak dan
batas bawah setingkat os
hyoid dengan glandula
submandibuler dan
stylohyoid dan muskulus
digastrikusposterior.
Perdarahan dan inervasi

Arteri faring dari cabang mayor arteri carotis


eksterna. Termasuk arteri faringeal ascending
cabang dari arteri lingua, tonsiler cabang dari arteri
fascialis, dan palatum cabang dari arteri maksillary.
 Vena faring bagian atas berhubungan dengan
pleksus pterigoideus dan pleksus vertebra, bagian
inferior berhubungan dengan vena jugularis interna.
Muskulus styloglosus mendapat inervasi dari nervus
glossofaringeal, muskulus faringeal mendapat
inervasi dari nervus phagus cabang pleksus
faringeal.
Fisiologi Faring
Fungsi faring terutama untuk pernapasan, penelanan,
resonansi suara dan artikulasi.
Fungsi Menelan 3 Fase ( Oral, Faringeal, Esofagal)
Pertama gerakan makanan dari mulut ke faring
secara volunter (fase oral).
Tahap kedua transport makanan melalui faring
secara involunter (fase faringeal)
Tahap ketiga jalannya bolus melalui esophagus
secara involunter (fase esofagal).
Langkah yang sebenarnya adalah pengunyahan makanan
dilakukan pada sepertiga tengah lidah.
Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke
orofaring.
Otot suprahioid berkonstraksi, elevasi tulang hioid dan
laring dengan demikian membuka hipofaring dan sinus
piriphormis.
Secara bersamaan otot laringitis instrinstik berkontraksi
dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi.
Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan
mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan
dibantu oleh konstraksi otot konstriktor faring media dan
superior.
Bolus dibawa melalui introitus esophagus ketika otot
konstriktor faring inferior berkontraksi dan otot
krikofaringeus berelaksasi.
Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan
makanan melalui esophagus dan masuk ke lambung.
Faringitis Akut

 Viral
- Rinovirus, Adenovirus
 Gejala  Demam,rinorea,mual,nyeri tenggorok, silt menelan
 PF  faring & tonsil hiperemis., eksudat - (virus influenza,coxsachievirus,
cytomegalovirus), Lesi vesikuler orofaring, maculopapular rash,
(coxcachievirus) Pembesaran KGB (EBV) ,Nyeri tenggorok, menelan,
mual,demam (HIV-1)
 Th/  Istirahat & minum cukup, kumur hangat, Analgetik (prn),
Antivirus
 Antivirus metisoprolol (isoprnosin) HSV 60-100mg/kgBB dibagi 4-6
kali
 Bakterial
- Grup A Streptokokus B Hemoliticus
 Dws 15 %, Anak 30 %
 Gejala  Nyeri kepala hebat, muntah, jarang demam, batuk
 PF  Tonsil besar, faring & tonsil hiperemis, eksudat +, Ptechiae palatum
& faring, Kgb leher besar, kenyal, nyeri tekan
 Th/  AB, Analgetika, Kumur hangat / Antiseptik
Faringitis fungal
- candida yang tumbuh di mukosa rongga mulut dan
faring
- Gejala dan tanda : nyeri tenggorokan dan menelan
- PF: Plak putih di orofaring dan mukosa farong
hiperemis.
- Terapi : Nystatin 100.000-400.000 2x/hari.
Analgetik
Faringitis gonorea
- akibat kontak orogenital
- Terapi : sefalosporin generasi 3 250mg iv
Faringitis Kronik
 Faringitis kronik hiperplastik  Faringitis Kronik Atrofi
- tampak perubahan mukosa posterior - bersamaan dengan rinitis
faring atrofi suhu dan kelembabannya tidak
- kelenjar linfa dibawah mukosa faring ada pengaturan  menimbulkan
dan rangsangan infeksi pada faring.
lateral band hiperplasia - Gejala dan tanda: tenggorokan kering
- mukosa dinding posterior tidak rata, dan
bergranular. tebal serta bau mulut
- Gejala: tenggorokan kering, gatal, - PF: mukosa faring ditutupi lendir dan
batuk bila
dan bereak diangkat tampak mukosa kering.
- Terapi: lokal  kaustik faring - Terapi: ditujukan pada rinitis atrofi,obat
nitras argenti atau kumur dan menjaga kebersihan mulut
elektro kauter.
Obat kumur/tablet isap.
Pykt
hidung dan paranasal harus
diobati
Faringitis Spesifik
Faringitis luetica Faringitis tuberculosa
 Etiologi: Treponema  Mrpk proses sekunder TB
Polidum
 Gejala klinik Tgtg Std
Primer, Sekunder, Tertier
I. Infeksi Oleh II. Infeksi Oleh
Karena Bakteri Karena Virus
Streptococcus Herpes Simplex

Staphylokokkus Virus
Campak
Diphteri
Epstein Barr Virus
Pertusis
Cytomegalovirus
Gonorrhea
Human
Siphilis
Immunodeficiency
Virus Tipe I
III. Infeksi Jamur V. Penyebab Lain
Infeksi Candida Faringitis
Deep-seated Faringitis Radiasi
Mycosis Steven-Johnson
Sindrom
IV. Granulomatous Pemphigus
Penyebab Faringitis Reflux Faringitis
Mycobacterium
Pfapa
Tuberculosa
Faringitis Idiopathic
Lepra
 Merupakan bakteri yang paling sering terutama
pada anak-anak yaitu Streptokokkus B
hemoliticus
 Kuman penyebab lain antara lain : Streptokokkus
Pneumoniae, Streprokokkus kelompok C
 Masa inkubasi untuk Streptokokkus B hemolitikus
adalah 12 jam sampai 4 hari. Faringotonsilitis
oleh karena bakteri ini jarang ditemukan pada
bayi. Insiden puncak umur 5 – 15 tahun.
 Gejala Klinik : Sakit tenggorok, Sulit menelan,
Demam
 Rhinorea dan batuk umumnya tidak terdapat
pada infeksi ini. Tampak Limphadenophati
Cervical.
 Komplikasi yang serius adalah demam rematik
 Komplikasi nonsupuratif :glomerulonephritis,
rheumatoid fever, grisel sindrom, subluxatio
atlantoaxial joint sampai proses inflamasi pada
kepala dan leher.
 Komplikasi supurasi adalah otitis media dan
sinusitis akut.
 Diagnosis untuk penyakit ini yang paling
sederhana dengan swab kultur dari faring. Secara
konvensional kultur memakai darah reguler pada
media agar. Pemeriksaan lain dengan:
Immunoessay mempunyai kepekaan dan
spesifitas yang baik, Kultur, Test rapid
 Penatalaksanaan: Pemberian Penisillin atau
amoxillin baik oral atau i.v . Bila alergi penicillin
bisa diberikan eritromicin dan cephalosporin.
 Terutama Staphilokokkus Aureus atau
Staphilokokkus Salivarius.
 Gejala klinik yang sering timbul adalah
eritem dan edem.
 Terapi dengan Antibiotika seperti
penicillin, eritromisin atau
cephalosporin sesuai hasil kultur dan
sensitivitas.
 Penyebab utama Corynebacterium
Diphteriae merupakan kuman gram
positif.
 Masa inkubasi 2 – hari, exotoxins yang
diproduksi menyebabkan jaringan
nekrosis dan inflamasi.
 Penyakit ini sering ditemukan pada anak-
anak dibawah usia 10 tahun.
 Diphteroid masuk melalui mulut dan
hidung kemudian dilokalisir di mukosal
permukaan respiratorius bagian atas.
Tampak pseudomembran warna abu-abu
yang menempel kuat pada dasar jaringan.
 Perluasan selaput sampai nasofaring atau
laryng menyebabkan ketidakmampuan
untuk membersihkan sekret dan obstruksi
saluran nafas.
 Toksin bisa masuk pembuluh darah dan
saluran limfe, terutama jika tonsil terkena
infeksi, sehingga akan menyebabkan sistem
respirasi dan vaskularisasi kolap (Infark
Miokardial ).
 Terapi spesifik adalah pemberian antitoksin.
 Antibiotika diberikan sebagai terapi adjuvan
dengan pemberian terapi asimptomatik.
 Etiologi : Bordetella Pertussis, merupakan penyakit akut
pada anak-anak.
 Gejala klinik : batuk dengan inspiratory yang nyaring
atau batuk rejan. Masuk ke host melalui inhalasi .
 Masa inkubasi kira-kira 1 minggu.
 Ada 3 stadium :

1. Stadium Cattarhal: Selama 1 -2 minggu


Tanda: demam ringan dan gejala yang berhubungan
dengan saluran nafas.
2. Stadium Paroximal: Batuk khas, tidak ada demam
Organisma menghasilkan endotoksin dan agglutinogen
pada epitel kolumner bersilia sehingga akan terjadi
proliferasi. Organisma berada pada superfisial epitel
sehingga terjadi nekrosisepitel yang ditandai dengan
eksudat yang mukopurulent. Berlangsung: 2 – 4
minggu
3. Masa konvalesen : antara 1 – 2 minggu
 Terapi: self-limiting dan kematian jarang terjadi
 Etiologi: Neisseria Gonorrhoeae, suatu
bekteri gram negatif Pyogenic Diplococcus.
Organisme menginfeksi mukosa dan
kelenjar sehingga menyebabkan ulcerasi
epitel dan infiltrat lekosit polimorphonuclear
. Biasanya asimptomatik, tetapi kadang-
kadang faring tampak sakit.
 Tampak: Tonsil hipertrofi dan adenopathy
cervical.
 Penatalaksanaan dengan penisillin,
tetrasiklin, cephalosporin atau kuinolon
berdasarkan sensitivitas dan kultur test.
Suatu penyakit kelamin sistemik yang
bermanifestasi klinik di kepala dan leher.
Etiologi oleh Treponema Pallidum. Masa inkubasi
bervariasi dari 3 – 90 hari (rata-rata 3 minggu)
Stadium Siphilis :
1 . Primer
Papula yang kemudian menjadi ulkus dengan
tepi mengalami indurasi.
Mikroskopis: infiltrasi dan inflamasi terdiri sel
plasma histiocyt, limphosit dan
polimorphonuklear leukosit.
Umumnya sembuh spontan dalam 3 – 6
minggu.
2. Sekunder
Tampak faringotonsilitis.
Mukosa mengalami erosi yang tidak sakit, dangkal
dengan warna keabu-abuan dengan tepi warna merah.
Sangat menular apabila tidak diobati sepertiga akan
sembuh sempurna, sepertiga menjadi carrier dan
sepertiga lagi ke stadium tertier.

3. Tersier
Berkembang beberapa tahun sejak infeksi awal
Terjadi secara pelan-pelan dan progresif
Umumnya sistem syaraf dan aorta terkena
Tampak adanya gumma yang menggambarkan proses
granulomatosus pada tepinya dikelilingi polisading
machrophage dan fibroblast
Test serologik pada siphilis ada 2 yaitu:

1. Nonspesifik Nontreponemal Antibody test


Murah, cepat dan bisa mengetahui adanya aktivitas penyakit
Dengan test Veneral Desease Reseach Laboratory (VDRL)
Modifikasi dari VDRL adalah Test Rapid Plasma Reagin
VDRL dan Rapid Plasma test bisa untuk skrening
Sangat sensitit pada stadium sekunder kira-kira 99 % positif

 
2. Spesifik Treponemal Antibody test
Adalah FTA-ABS Test
Bisa dipakai untuk diagnosis dan prognosis karena sangat
sensitif
False positif pada test serologi oleh karena suatu infeksi yang
sangat cepat dan noninfeksius, umumnya terjadi pada
Nontreponemal Antibody test.
Terapi: dosis tunggal penisilin. Bila alergi dengan penisillin
maka tetrasiklin atau erytromysin dapat digunakan.
 Herpes Simplek Virus mempunyai 2 subtype:
 Tipe 1 ( pada umumnya oral )
 Tipe 2 ( pada umumnya genital )
 Infeksi pada traktus aerodigestive atas bisa
terjadi baik primer ataupun rekuren
 Infeksi primer paling sering sebagai
ginggivostomatitis atau faringitis akut
 Mempunyai kecenderungan menginfeksi sel di
ektoderm asal, pada umumnya didalam selaput
lendir atau kulit
 Paling sering terladi pada anak umur 10 bulan
sampai 3 tahun
 Gambaran klinik pada remaja dapat berupa
faringitis eksudatif akut sedang pada orang
dewasa terlihat sebagai faringitis streptococcal
atau influenza.
 Penularan: melalui air liur atau ingus,
infeksi kuku atau mengisap ibu jari
 Masa inkubasi pendek antara 2 – 12 hari
 Gejala klinik:
 Rasa tidak enak pada badan, demam
 Sakit tenggorok
 Tampak lesi vasikuler yang mudah berdarah
pada faring atau tampak ulkus pada tonsil
yang tertutup suatu eksudat berwarna
kelabu
 Pembesaran dan rasa sakit pada limphonodi
cervikalis
 Kondisi-kondisi yang mempengaruhi terjadinya
Herpes simplek virus antara lain : Infeksi neonatal,
immunodefisiensi, kurang gizi, terapi
immunosupresi, kehamilan, luka bakar, trauma,
kelainan kulit (seperti dermatitis atopik, impetigo
bullosa dan phemphigus), sarcoidosis.
 Histopatologi : permukaan mukosa mengalami
ulserasi dengan sel raksasa multinukleated dan
intranuklear.
 Diagnosis: Test Enzymelinked immunosorbent
assay (ELISA), test radiometrik
 Biasanya self limited deseas
 Terapi untuk menghilangkan gejala yang timbul dan
Acyclovir dipakai untuk menghambat replikasi virus
nucleic acid
 Rubela atau campak suatu morbillivirus
yang sangat menular
 Gejala klinik: panas tinggi, coryza dan
conjunctivitis, buccal mukosa tampak lesi
exanthematous ( koplik nods ),
hiperplasia limphoretikuler, ruam
erithematous pada kulit.
 Penatalaksanaan : simptomatis dan
umumnya self-limited
 Sering berhubungan dengan carcinoma
nasofaring dan limphoma burkit
 Diperkirakan 80 – 90 % berhubungan dengan
mononukleosis
 EBV yang berhubungan dengan mononukleosis
menyerupai faringotonsilitis akut
 Gejala: sakit tenggorok, demam dan rasa tidak
enak badan
 Tampak eksudat pada faring maupun tonsil,
limphadenopati cervical
 Diagnosis: dari gejala klinik dan pemeriksaan
laboratorium
 Gejala klinik akan mengalami resolusi setelah
beberapa bulan
 Terapi: suportif antara lain istirahat dan minum
yang banyak
 Bisa kongenital atau akuisita
 Infeksi biasanya asimptomatis kecuali
pasien dengan immunokompresi
 Infeksi bisa melalui air susu ibu, kontak
dengan air liur, semen
 Virus dapat dideteksi melalui isolasi
kuman virus, serologi atau PCR
 Beda dengan EBV mononukleosis pada
cytomegalovirus tidak terlihat gejala
faringitis dan heterophile antibodi negatif
 Akhir-akhir ini terjadi peningkatan
pasien yang terinfeksi oleh HIV tipe 1,
terutama bersama dengan
Immunodeficiency sindrom (AIDS)
 Gejala klinis: sakit tenggorok, demam,
malaise, myalgia, arthralgia,
photophobia, lymphadenophati dan
ruam makulopapular
 Diagnosis: Analisa PCR dan
Immunohistochemical
 Merupakan penyebab faringitis jamur yang tersering
 Candida merupakan flora normal di mulut tetapi jika
sistem immun terganggu dapat menginvasi mukosa
sehingga menimbulkan sakit atau disphagia
 Terutama terjadi pada pasien HIV-positif dan setelah
radioterapi kanker leher dan kepala
 Mukosa tampak mengalami perlukaan dengan warna
keabuan
 Identifikasi jamur dengan: pengecatan gram Noda atau
acid-Schiff noda berkala, kultur dengan agar Sabauraud
 Histologi: tampak pseudohifa yang saling berhubungan,
infiltrasi sel-sel radang
 Penatalaksanaan: pemberian nystatin pada rongga
mulut atau faring, ketoconazol oral atau fluconazol
 Pencegahan pada pasien dengan HIV-positif dengan
fluconazol oral sangat efektif
 Bila terjadi peradangan diberi antibiotik Amphetericin B
Jamur lain yang menyebabkan faringitis
antara lain:
Cryptococcus neoformans,

Rhinosporidiosis seeberi,

Histoplasma capsulatum,

Blastomyces dermatitidis

Paracoccidioides brasiliensis
 Granuloma adalah suatu infeksi kronis
yang digambarkan dengan perubahan
machrophage (epithelioid histiocytes),
dengan adanya sel raksasa dan
fibroblast.
 Peradangan granulomatous biasanya
berhubungan dengan infeksi bakteri,
mycobacteria, jamur, siphilis, benalu,
sarcoidosis, Wegener Granulomatosis
dan keganasan
 Di Amerika Serikat, granulomatous
berhubungan dengan Mycobacterium
Tuberkulisa.
 Micobacterial faringotonsilitis dapat terjadi
oleh karena dahak dari paru-paru yang
mengalami infeksi.
 Penyakit ini terutama terjadi pasien dengan
sosial ekonomi rendah.
 Gejala Klinik: Sakit tenggorok, hidung
tersumbat, lymphadenophati cervical, dan
gejala yang berhubungan dengan paru-paru
 Mycobacterium Leprae
 Faring mengalami infeksi setelah rongga hidung
terinfeksi
 Digolongkan: tipe Lepramatous dan Tuberculoid
 Tipe Tuberculoid : Mitsuda test positif diameter > 5 mm
(Reaksi Lepromin sebagai area indurasi dimana respon
yang paling cepat timbul pada 48 jam dan respon lambat
pada 3 – 4 minggu)
 Tipe Lepramatous: Mitsuda test lemah atau negatif ( 0 –
2 mm ), boderline ( 3 – 5 mm )
 Gambaran histopatologik Tuberculoid : noncaseasing
granulomatous dengan atau tanpa sel raksasa
 Gambaran histopatologik Lepromatous: ada
perkembangbiakan machrophages yang berisi bacilli,
tetapi tidak ada bentuk granulomatpus
 Penatalaksanaan: pemberian Dapsone, clofazimin dan
rifampisin
 Radiasi dapat menyebabkan atropi pada mukosa mulut
dan faring.
 Dosis radiasi yang sering menimbulkan atropi adalah 16
– 22cGy
 Radiasi dapat menimbulkan produksi air liur menurun
sehingga mudah terjadi superinfeksi oleh karena bakteri
atau jamur.
 Faringitis radiasi tidak mungkin dicegah oleh karena
merupakan efek samping yang timbul pada radiasi
 Penatalaksanaan: secara simptomatik dengan pemberian
Sucralfat, diphenhidramin, antibacterial agent dan
corticosteroid topical
 Meningkatkan aliran ludah: pemberian Pilocarpine baik
selama atau sesudah radiasi
 Perawatan spesifik superinfeksi dengan Antifungal topikal
(nystatin) atau antifungal sistemik atau antibiotik
 Terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda,
pria lebih banyak dari perempuan
 Etiologi tidak diketahui, biasanya mengikuti suatu
infeksi infeksi pernapasan bagian atas atau
penggunaan obat tertentu seperti Sulfonamides,
Anticonvulsan dan obat tidur
 Tampak gambaran erythematous vasculer dan bullaa
terutama di daerah mukosa mulut, faring dengan
laring
 Bulla bisa mengalami ulserasi sehingga
menimbulkan perdarahan dan terbentuknya krusta
 Biasanya self limited dengan lesi kulit yang membaik
kira-kira 4 minggu
 Penatalaksanaan biasanya simptomatis dengan
memperhatikan keseimbangan cairan dan
keseimbangan elektrolit baik fase akut atau dengan
infeksi sekunder
 Merupakan infeksi autoimmun tetapi jarang
terjadi terutama mengenai kulit dan membran
mukosa
 Tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan
umumnya terjadi pada pasien diatas 30 tahun
 Pada daerah yang terkena tampak adanya
vesikel dan bula
 Yang terjadi di faring antara lain: phemphigus
vulgaris, phemphigus foliaceus, phemphigus
erythematous, drug-induse phemphigus
 P Vulgaris: tampak vesikel dan bula yang sering
mengalami erosi sehingga sering menimbulkan
sakit waktu makan atau menelan, produksi
saliva akan meningkat.
 Infeksi sekunder akan timbul pada oral higiene
yang buruk
 Nikolsky sign pada umumnya negatif
 Histopathologi : jaringan yang terkena berisi vesikel
intraephitelial atau bullae yang menimbulkan
robekan pada suprabasiler, Prevesiculer odem dan
intercelluler bride menghasilkan acantholysis.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan sel epitel
(Tzanck sel) mengambang di dalam vesiculer. Pada
sel nukleus membesar dan hiperchromasia, banyak
pengandung lekosit polimhorphonuklear dan
limfosit.
 Penatalaksanaan : Steroid, pemberian
immunosupresi dan antibiotika bila terjadi infeksi
sekunder.
 Gastroeshophageal reflux disease (GERD)
merupakan salah satu penyebab faringitis dan
laringitis
 Gejala klinik: serak, sakit tenggorok, batuk
kronis, globus faringeus, disphagia, nafas bau,
dingin tetapi perut tidak terasa nyeri atau
panas.
 Pada faring sering tampak erytema ringan dan
cobblestoning, arythenoid eritema
 Diagnosis test: pH 24-hour esophageal tetapi
test ini invasif dan mehal
 Penatalaksanaan : memperbaiki gaya hidup
dan aturan makan, pemberian histamin-2
 Suatu sindrom dengan gejala klinik:
Panas berkala (sampai 40,5oC), aphtous
stomatitis, faringitis dan cervical adenitis
 Terutama terjadi pada anak-anak sekitar
umur 3 tahun
 Etiologi tidak diketahui
 Penatalaksanaan : corticosteroid,
cimetidine serta tonsilektomi
 Faktor predisposisi: post nasal drip dan refluk
asam lambung, minum alkohol, merokok,
makanan panas dan pedas
 Penyebab lain pemberian spray tenggorok yang
berisi obat desinfektan dan astrigent, cairan
yang bersifat saline, trauma,penggunaan obat
bius, faktor psikis dan emosional
 Penatalaksanaan sukar, pendekatan psikologis
dan pemberian obat simptomatis perlu
dipikirkan
 Persiapan alat dan  Terapi kaustik
bahan - lilitkan kapas pada
- Hansdcoon pelilit kapas
- kapas - basahi dg sedikit
- pelilit kapas TCA/AgNO3
- TCA/AgNO3 - tempelkan paada
granul 1-2 menit
 penyakit granulomatous kronik: topikal:
1) oleskan larutan 10% dengan kapas
aplikator pada kutil atau lesi 2-3 kali
per minggu selama 2-3 minggu sesuai
kebutuhan
TCA AGNO3
 Nama umum: asam  Nama umum : Perak
trikloroasetat Nitrat (silver nitrate).
 Keasaman: 0.77  Keasamam: 5.5
 Indikasi: penghapus  Indikasi:Veruka dan kutil.
tatto. Kutil Granuloma umbilikus,
penyakit granulomatous
kronik, gonoccoccal
conjunctivitis
neonatorum, untuk luka
bakar dan bakteriostatik

Anda mungkin juga menyukai