Disusun Oleh :
IAN SETIAWAN
21317052
A. Definisi
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa
faring atau dapat juga tonsilopalatina. Biasanya merupakan bagian dari
infeksi akut orofaring yaitu tongsilofaringitis akut atau bagian dari
influenza (rinofaringitis). (Depkes, 2017).
Faringitis merupakan perandangan dinding faring yang disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.
Jaringan yang mungkin terlibat antara lain nasofaring, orofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid. (kementrian kesehatan republik indonesia,
2015)
B. Etiologi
Banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis yaitu,
virus (40-60%) bakteri (5-40%) respiratory viruses merupakan penyebab
pada faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan rhonvirus
(±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada influenza virus,
parainfluenza virus, adenovirus, herpes simplex virus tipe 1 dan 2,
coxsackie virus A, cytomegalovirus dan epstein-barr virus (EBV). Selain
itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis.
Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.
Pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Grup A
streptococus merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak
berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia ≤3 tahun.
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (≤1%) antara lain neisseria
gonorrhoeae, corynebacterium difteriae, carynebacterium ulcerans,
yersinia eneterolitica dan trofonema pallidium, mycobacterium
tuberculosis.
1
2
C. Klasifikasi
1. Faringitis akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang
sangat penting. Beberapa usaha yang dilakukan pada klasifikasi
peradangan akut yang mengenai dinding faring. Yang paling logis
untuk pengelompokan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang
relatif sederhana “faringitis akut”. Disini termasuk faringitis akut yang
terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti
eksanterna atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa
seperti manifestasi herpes dan sariawan.
2. Faringitis kronis
a. Faringitis kronis hiperflasi
Faring kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding
pusterior. Tampak mukosa menebal serta hipertrofi kelenjar limpe
dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band).
Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang
disebut granuler.
b. Faringitis kronis atrofi (faringitis sika)
Faring kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi.
Pada riniitis atrofi udara pernafasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
faring.
3. Faringitis Spesifik
1) Faringitis luetika
3
a) Stadium primer
kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah,
palatum mole, tonsil, dan dinding faring posteior. Kelainan
ini berbentuk becak keputihan ditempat tersebut.
b) Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini
terdapat pada dinding faring yang menjalar kearah laring.
c) Satdium tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan
pallatum merupakan tempat prediknesi untuk tumbuhnya
guma. Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior .
2) Faringitis tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum
mole, tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasaya
infeksi didaerah faring merupakan proses sekunder dari
tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam
jenis bovinum, dapa timbul tuberkulosis faring perimer.
D. Manefestasi klinis
Pada infeksi firus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring
mengalami peradangan yang berat atau ringan dan tertutup oleh selaput
yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah, tonsil menjadi
berwarna merah dan membengkak. Gejala lainnya adalah
1. Demam
2. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3. Peningkatan jumlah sel darah putih
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum faringitis akibat virus sebagai berikut :
1. Rasa pedih atau gatal dan kering.
4
E. Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus
dapat secara langsung menginflasi mukosa faring dan akan menyebabkan
respon inplamasi lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu
akan mengikis epitel sehingga jaringan limpoid supervisial bereaksi dan
akan terjadi pembendungan radang dengan inviltrasi leukosit
polimorponuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian
edema dan sekresi yg meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa
tetapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring. Dengan keadaan hiporemis, pembuluh darah
dinding faring akan melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih atau abu- abu akan didapatkan didalam polikel atau jaringan limpoid.
Tampak bahwa polikel limpoid dan bercak – bercak pada dinding faring
posterior atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang dan
membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat
menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal
(Baile,2006: Adam 2009)
Infeksi sreptoccocal memiliki karakteristik khusus yaitu infasi
lokal dan pelepasan ekstra selular toxsin dan protease yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein
dari steptoccocus β hemolyticusgrup A memiliki struktur yang sama
dengan sarkolema pada miokard dan di hubungkan dengan demam
reomatik dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan
gromerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya komplek antigen antibody (Baile, 2006 : Adam 2009)
5
F. Penatalaksanaan
1. Antibiotik golongan penilicin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus palong baik diobati dengan penicilin (125-
250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125mg/6 jam
untuk usia 0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk 2-8 tahun) atau
klindamisin
2. Tirah baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat
sehingga penderita dapat menahan cairan dengan rasa enak. Gelas kedua
dan ketiga dapat diberikan air yang lebih hangat. Anjurkan 2 jam, obatnya
yaitu :
a. Cairan saline isotonik (1/2 sendok teh garam dalam 8 oncesair
hangat)
b. Bubuk sodium perbonat ( 1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air
hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau
penyakit mulut (1 ounce = 28 g)
6. Pendidikan kesehatan
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai
demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau
dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal
salin dan pelega tenggorokan bila perlu.
6
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel,
lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan
nyeri tekan, terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopis
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernafasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi.
Jaringan tersebut akan di periksa dengan mikroskop untuk mengetahui
adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna, bau adanya darah
merupakan petunjuk yang berharga
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel Darah Putih (SPD)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukan adanya
infeksi atau inflamasi
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernafasan secara adekuat, perlu juga
mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang
diangkat oleh sistem sirkulasi.
2. Pengobatan Mandiri
d. Jika usaha ini juga tidak berhasil, gunakan logenzes atau semburan
yang mengandungi bius (anastesi) setempat setiap 4-6 jam sekali
untuk menenangkan kadaan buat sementara waktu. Obat lozenges
ini tidak di sarankan untuk anak-anak
3. Pencegahan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis
yaitu:
8
a. Cukuip beristirahat
b. Berkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari
c. Bagi perokok harus berhenti merokok
d. Banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan
iritasi
e. Minum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik
f. Menghindari pemakaian pelembab udara yang berlebihan
g. Mencuci tangan secara teratur
h. Menghindari penggunaan alat makan yang terkena faringitis
( PSYSICAL ASSASSMENT )
BIODATA PASIEN
1. Nama : Tn. B
2. Umur : 23 tahun
4. No. Register :-
6. Status : menikah
1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
seperti terbakar, terasa nyeri saat batuk, skala nyeri 5. Dia tidak merokok dan
tidak ada riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi atau penyakit lainnya.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan faring tampak merah, pembesaran kelenjar
getah bening pada leher, suara paru-paru normal. Td : 110/80 mmHg, N :
88x/menit, Rr : 28x/menit, S: 38,5ºC.
3 Pantangan -
4 Kesulitan -
Makan /
Minum
10
5 Usaha-usaha -
mengatasi
masalah
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi BAB
/BAK
2 Warna Kuning
kecoklatan
3 Bau ya
4 Konsistensi Lembek
sedikit keras
5 Masalah Eliminasi
6 Cara Mengatasi -
Masalah
2 Gangguan Tidur
3 Upaya Mengatasi -
Gangguan tidur
Hygiene
1 Frekuensi Mencuci
Rambut
2 minggu 1x
e. Aktivitas Lain
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :-
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
a. Tensi : 110/80 e. BB : 60
b. Nadi : 88 f. TB : 167
c. RR : 28 G. Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith
d. Suhu : 38.7 Pasien termasuk : ( Kurus / Ideal / Gemuk )
B. KEADAAN UMUM
baik
1. Tipe Primer
2. Tipe Sekunder
Vitiligo/Hipopigmentasi ( + / - ), Tatto ( + / - ),
Naevi ( + / - ), Strie ( + / - )
2.Pemeriksaan Rambut
3. Pemeriksaan Kuku
Px. Kulit : .-
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Nigtasmus ( + / - )
Strabismus ( + / - )
Adakahpembesarantonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4
6. Pemeriksaan Wajah
7. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Pola nafas :
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan
kiri teraba (sama / tidak sama). Lebih bergetar
sisi ............................
c. Perkusi
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
d. Auskultasi
1. Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial :
( bersih / halus /
2. Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ),
Pectoriloqy ( + / - )
18
3. Suara tambahan
Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ),
...............................................................................................
G. PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Ictus cordis( + / - ), pelebaran ........cm
b. Palpasi
Pulsasi pada dindingtorakteraba : ( Lemah / Kuat /
Tidakteraba )
c. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
d. Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler /
irreguler )
....................................................................................................
19
H. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : ( cembung / cekung / datar )
Massa/Benjolan ( + / - ), Kesimetrisan ( + / - ),
b. Auskultasi
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Ddiskripsikan :
Palpasi Lien :
Palpasi Appendik :
Palpasi Ginjal :
..........................................................................................................
b. Palpasi
Oedem : -
J. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
21
- Cabang
Mandibularis : ..........................
e. Reflek achiles ( + / -)
2. Reflek Pathologis
a. Reflek babinski ( + / -)
b. Reflek chaddok ( + / -)
c. Reflek schaeffer ( + / -)
d. Reflek oppenheim ( + / -)
e. Reflek Gordon ( + / -)
23
f. Reflek bing ( + / -)
g. Reflek gonda ( + / -)
.................................................................................................
V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status Nyeri :
1. Menurut Skala Intensitas Numerik
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
merasa nyeri
c. Status Emosi
……………………………..................................................................
d. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ),
apakah pola komunikasinya ( spontan / lambat ), apakah klien
menolak untuk diajak komunikasi ( ya / tdk ), Apakah komunikasi
klien jelas ( ya / tdk ), apakah klien menggunakan bahasa isyarat
ya / tdk ).
e. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon :
……………………………………… Siapa orang yang dekat
dan dipercaya klien : …………………
25
f. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam
mengatasimasalahnya : …………………………………
..............................................................................................
b. Identitasdiri :............................................................................
c. Ideal diri : ............................................................................
d. Gambaran diri : ........................................................................
e. Hargadiri :......................................................................
f. Peran : .............................................................................
.
J.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. DARAH LENGKAP :
B. KIMIA DARAH :
Ureum : ............................. ( N : 10 – 50 mg / dl )
SGOT : ............................. ( N : 2 – 17 )
SGPT : ............................. ( N : 3 – 19 )
BUN : ............................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT :
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
A. Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG,CT-
Scan, MRI, Endoscopy dll.
DAFTAR PUSTAKA
Rusmarjono, Soepardi EA, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Dan
Tenggorokan Edisi Ketujuh, Cetakan Pertama, Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 2016. hl 95-8.
Adam GL. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. In: boies
fundamentals of otolaryngology. Text book of ear, nose and throat
diseases 6 Ed. 2009. hl 332-69.
Bailey Bj, Johnson JT, American Acedemy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. Lippincott Williams & Wilkins, Fourth Edition, Volume One,
2006. hl 601-13
30
Disusun Oleh :
IAN SETIAWAN
21317052
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Tn. B umur 23tahun, alamat Mekar Baru. Pasien mengeluh lemas, demam,
dan batuk-batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan
pilek,merasa nyeri di bagian tenggorokan, nyeri seperti terbakar, terasa nyeri
saat batuk, skala nyeri 3. Dia tidak merokok dan tidak ada riwayat penyakit
kencing manis, darah tinggi atau penyakit lainnya. Hasil pemeriksaan fisik
ditemukan faring tampak merah, pembesaran kelenjar getah bening pada leher,
suara paru-paru normal. Td : 110/80 mmHg, N : 88x/menit, Rr : 28x/menit, S:
38,5ºC.
B. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. B
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mekar Baru
C. Analisa Data
D. Intervensi Keperawatan
(2-4) pernafasan)
2. 041012 Kemampuan Untuk 3. Anjurkan untuk batuk
Mengeluarkan Secret (2-4) efektif
3. 041019 Batuk (2-4)
E. Implementasi