Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

“FARINGITIS”

DISUSUN OLEH :
LOKAL B2

1. ADE ANISA AULIA : 1830702020


2. RIDWAN : 1830702032
3. DIKA DAYANTI : 1830702052
4. FITRI HERVIANA : 1830702058
5. KALEB MANGGASA : 1830702056

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Klien dengan
diagnosa Faringitis”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Najiha selaku
dosen mata kuliah Keperawatan KMB3 yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan juga wawasan mengenai penyakit “Faringitis”.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Tarakan, 10 Maret 2020

Penyusun

2
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Faringitis dalam bahasa latin : Pharyngitis, adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorokan tau faring yang disebabkan oleh
bakteri dan virus tertentu. Kadang juga disebut radang tenggorokan.
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa
faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan
bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian
dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh
virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring
eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher
dan malaise (Vincent, 2004).

2. Klasifikasi
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat
penting. Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut
yang mengenai dinding faring. Yang paling logis untuk
mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang
relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk faringitis akut
yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut
seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang
tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan.
2) Faringitis Kronis
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding
posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di
bawahnya dan di belakang arkus faring posterior (lateral band).
Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang
disebut granuler.
b. Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis
atrofi.Pada rinitis atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
faring.
c. Faringitis Spesifik
1. Faringitis Luetika
a) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum
mole, tonsil, dan dinding faring posterior.Kelainan ini
berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.
b) Stadium Sekunder

3
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat
pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.
c) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum
merupakan tempat predileksi untuk tumbuhnya
guma.Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior.
2. Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole,
tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya
infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari
tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam
jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer.

3. Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan
oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
 Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,
Coxsackievirus, Epstein Barr virus, Herpes virus.
 Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria
gonorrhoeae.
 Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita
imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi
makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus atau
yang memperberat (Departemen Kesehatan, 2007).

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan faringitis tergantung pada
mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis
menunjukkan tanda dan gejala umum seperti lemas, anorexia, demam,
suara serak, kaku dan sakit pada otot leher. Gejala khas berdasarkan
jenisnya, yaitu:
a. Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rinorea dan mual.
b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.
c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal
dan akhirnya batuk yang berdahak.
e. Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta
mulut berbau.
f. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
dengan pengobatan bakterial non spesifik.

4
g. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan
riwayat hubungan seksual (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).

5. Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus
dapat secara langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan
respon inflamasi lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan
mengikis epitel sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal
dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan
melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan
didapatkan di dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak
lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus
seperti Rhinovirus dan 18 Coronavirus dapat menyebabkan iritasi
sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal (Bailey, 2006; Adam,
2009).
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi
lokal dan pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein
dari Streptococcus ß hemolyticus group A memiliki struktur yang sama
dengan sarkolema pada miokard dan dihubungkan dengan demam
reumatik dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan
glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigenantibodi (Bailey, 2006; Adam, 2009)

Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,
bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi.
Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui
adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah
merupakan petunjuk yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP), Peningkatan komponen sel darah putih dapat
menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.

5
b. Analisa Gas Darah, Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat,
perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang
diangkut oleh sistem sirkulasi.

Penatalaksanaan
Menurut Wong (2009) penatalaksanaan terapeutik dari faringitis akut jika
terjadi infeksi tenggorokan akibat streptococcus, penisilin oral dapat diberikan
dengan dosis yang cukup untuk mengendalikan manifestasi local akut. Penisillin
memang tidak mencegah perkembangan glomerunefritis akut pada anak-anak
yang rentan namun dapat mencegah penyebab strein nefrogenik dari streptococcus
hemolitik ß grup A ke anggota keluarga lainnya.
Antibiotic lain yang di gunakan untuk mengobati streptococcus hemolitik ß
grup A adalah eritromisin, azitromisin, klaritromisin, sefalosporin seperti sefdinir
(omnicef) dan amoksisilin.
Pendapat lain dikemukakan oleh Natalia (2003) jika diduga faringitis
streptokokus (biasanya pada anak usia 3 tahun atau lebih), berikan Benzatin
penisilin (suntikan tunggal) 600.000 unit untuk anak usia di bawah 5 tahun,
1.200.000 unit untuk usia 5 tahun atau lebih. Ampisilin atau amoksisilin selama
10 hari atau penisilin V (fenoksimetilpenisilin) 2-4 kali sehari selama 10 hari.
Kortrimolsasol tidak direkomendasikan untuk nyeri tenggorok yang disebabkan
oleh streptokokus karena tidak efektif, jika penisilin V digunakan berikan 125mg
dua kali sehari selama 10 hari.

6
Pathway

FARINGITIS Inflamasi

Demam Nyeri Edema Mukosa Mukosa Kemereahan Batuk

Penguapan Hipertermi Kesulitan Sputum

Menelan Mukosa

Ketidak seimbangan elektrolit Defisit Nutrisi

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Sumber: (Bailey, 2006; Adam, 2009).

7
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas / Biodata
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin Bayi
4) Suku / Bangsa
5) Pendidikan Orang Tua
6) Pekerjaan Orang Tua
7) Alamat Klien

b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan atau keadaan pasien saat
ini.

c. Riwayat Kesehatan Anak


Untuk mengetahui adanya riwayat infeksi saluran pernapasan
sebelumnya: batuk, pilek, demam.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
ada tidaknya yang merokok.

e. Riwayat alergi dalam keluarga


Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
alergi.

f. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti


malnutrisi

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum
 TTV
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh bayi melalui teknik
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi menunjukkan bayi
dalam keadaan normal dan tidak ada tanda-tanda kelainan pada
bayi.

8
 Inspeksi
 Kepala :
Muka : Bersih, simetris.
Mata : Terlihat Bersih, simetris, sklera putih,
conjungtiva merah muda.
Hidung : Terlihat Bersih, simetris, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak terlihat sekret.
Mulut : Terlihat Bersih, lidah tidak kotor, tidak ada
kelainan seperti labyoskisis dan palatoskisis.
Telinga : Terlihat Bersih, simetris, tidak ada serumen.
Leher : Terlihat Bersih, simetris, tampak fleksibel, dan
tidak terdapat struma.
 Dada : Bersih, Tidak terlihat adanya retraksi dinding
dada.
 Abdomen :tidak ada pembesaran hepar
 Punggung : Bersih, simetris.
 Genitalia : Bersih, Labia mayora sudah menutupi labia
minora dan vagina serta uretra yang berlubang (pada
anak perempuan), testis sudah turun dan ujung penis
berlubang (pada anak laki-laki)
 Anus : Bersih, Anus berlubang.
 Ekstremitas atas dan bawah : Bersih, simetris, tidak ada
kelainan seperti syndactily dan polidactily.

 Palpasi
 Kepala : Tidak teraba adanya oedema.
 Leher : Tidak teraba adanya massa abnormal, tidak
teraba fraktur, tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
 Abdomen : tidak teraba pembesaran hati.
 Punggung : Tidak teraba adanya kelainan.
 Kulit : Turgor kulit baik.

 Perkusi
 Ekstremitas : reflek patella : +/+  
 
 Auskultasi
 Dada : Tidak terdengar ronchi, tidak terdengar
wheezing, bunyi jantung normal.
 Abdomen : Bising usus normal (+) 16-20 x/menit.

9
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(mis.Inflamasi)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis.Infeksi)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan.
5. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidak
seimbangan cairan (mis.dehidrasi)

3. Intervensi

No Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TTV klien,pola 1. Mengetahui intervensi
keperawatan 3x24 jam irama nafas dilakukan selanjutnya
diharapkan Bersihan jalan klien,saturasi oksigen 2. Bunyi ronchi menandalan
nafas tidak efektif 2. Auskultasi paru klien penumpukan secret pada
terpenuhi dengan criteria 3. Berika O2 paru
menggunakan nasal
hasil : 3. Menfasilitasi sucion
kanul
1. jalan nafas pasien nasotrakeal
4. Lakukan sucion
kembali normal 4. Membersikan penumpuka
5. Anjurkan klien untuk
2. tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas
istirahat dan nafas
secret 5. Pengencer secret secara
dalam setelah kateter
3. TTV dalam batas inhalasi/uap
dilepaskan dari
normal
nasotrakeal
4. Irama dan pola nafas 6. Kolaborasi pemberian
normal inhalasi

2 Setelah diberikan asuhan 1. Ajarkan pola istirahat 1. Untuk mengurangi nyeri


tidur
keperawatan 3x24 jam 2. Untuk mengentahuai keadaan
2. Kaji PQRST
diharapkan Nyeri akut 3. Mengidentifikasi umum klien
tindakan nyeri
dapat berkurang dengan 3. Untuk mengetahui tingkat
4. Kaji kualitas, lokasi
criteria hasil : frekuensi nyeri nyeri klien
5. Posisikan klien

10
INDIKAT I E senyaman mungkin 4. Untuk mengetahui sejauh
OR R R 6. Ajarkan teknik distraksi
mana nyeri dirasakan
Penurunan dan relaksasi
aktivitas 7. Kolaborasikan pemberian 5. Mengurangi rasa nyeri
nyeri analgetik
6. Membantu klien menjadi
Nyeri
berkurang rileks
Ekspresi 7. Untuk mengurangi rasa nyeri
wajah
Keterangan :
 Sangat berat
 Berat
 Sedang
 Ringan
 Tidak ada

3 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan 1. Mengetahui perkembangan


umum pasien
keperawatan 2 keadaan umum dari pasien
2. Observasi tanda-tanda
x24 jam diharapkan vital 2. Mengetahui perubahan tanda-
3. Anjurkan pasien untuk
Hipertemia klien dapat tanda vital pasien
banyak minum
membaik dengan criteria 4. Anjurkan pasien untuk 3. Mencegah terjadinya
banyak istirahat
hasil : dehidrasi sewaktu panas
5. Anjurkan pasien untuk
1. Suhu badan kembali memakai pakaian yang 4. Meminimalisir produksi
tipis
normal 36,5OC panas yang diproduksi oleh
6. Beri kompres hangat di
2. Klien tidak beberapa bagian tubuh
berkeringat 5. Membantu mempermudah
3. Klien tidak gelisah penguapan panas
4. Nadi normal 60- 6. Mempercepat dalam
100/m penurunan produksi panas

4 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor adanya Malnutrisi adalah kondisi


keperawatan 2x24 jam penurunan BB gangguan minat yang
2. Anjurkan untuk makan
diharapkan pemenuhan menyebabkan depresi,
makanan tinggi serat
nutrisi klien terpenuhi untuk mencegah agitasi , dan mempengaruhi
dengan criteria hasil : konstipasi kondisi kognitif atau
3. Anjurkan banyak minum
1. Tidak ada penurunan pengambilan keputusan.
4. Anjurkan makan sedikit

11
BB tapi sering Perbaikan status nutrisi
2. BB pasien dalam 5. Informasikan pada klien meningkatkan kemampuan
tentang manfaat nutrisi
batas normal berpikir dan kerja psikologis
3. Asupan nutrisi klien
terpenuhi
4. Tidak ada kelemahan

5 Setelah diberikan 1. Jaga pola minum 1. Meningkatkan pengetahuan


2. Kolaborasi dengan ahli
asuhan keperawatan agar px lebih kooperatif.
gisi tentang penentuan
3x24 jam diharapkan diet
Bersihan jalan nafas tidak
efektif terpenuhi
dengan criteria hasil :
1. Px mampu
mengontrol tentang
menjaga pola minum

12
DAFTAR PUSTAKA

Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000. Buku ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung,
dan Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Buku saku diagnosis Keperawtan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 . NANDA


Internasional.

Brunner dan Suddath, 2001. Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol 1.
Jakarta : EGC.

http://digilib.unila.ac.id/6550/14/BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/28445314/ASKEB_FARINGITIS

https://www.academia.edu/8947589/FARINGITIS

https://www.academia.edu/5224267/Faringitis

13

Anda mungkin juga menyukai