Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FARINGITIS

Disusun Oleh :

Fitriyani Hasan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI D-III KEPERAWATANA POSO
TAHUN AJARAN 2021/2022

Poso,..................2022
Mahasiswa

(.....................................)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...........................................) (.......................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

FARINGITIS
A. Pengertian
Faringitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada faring.
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.
Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan
adenoid.
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis
(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak,
berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:

1. Virus

Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:

 Rhinovirus

 Coronavirus

 Virus influenza

 Virus parainfluenza

 Adenovirus

 Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2

 Coxsackievirus A

 Cytomegalovirus

 Virus Epstein-Barr

 HIV
2. Bakteri

Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:

 Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada


faringitis akut
 Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia
5 – 15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3
tahun.
 Streptokokus grup C dan G

 Neisseria gonorrheae

 Corynebacterium diphtheriae

 Corynebacterium ulcerans

 Yersinia enterocolitica

 Treponema pallidum

 Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat


menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan
peritonsilar.

C. Patofisiologi
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai
yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis.Pada
stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat.Eksudat mulamula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus
dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan
tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau
terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral
jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan
adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena
D. PATHWAYS

FARINGITIS

Inflamasi

Demam E dema mukosa Mukosa kemerahan Batuk

Penguapan N afsu makan turun K esulitan menelan S putum

Resti defisit G angguan N yeri Bersihan jalan nafas


volume cairan nutrisi tidak efektif

D roplet Resti p enularan

K urang pengetahuan

4. Klasifikasi
a. Faringitis akut
Adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu
streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih
berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
b. Faringitis kronis
Adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja
atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita
batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau
c. Faringitis Spesifik
1) Faringitis Luetika
a. Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole,
tonsil, dan dinding faring posterior.Kelainan ini berbentuk bercak
keputihan di tempat tersebut.
b. Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada
dinding faring yang menjalar ke arah laring.
c. Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum merupakan
tempat predileksi untuk tumuhnya guma.Jarang ditemukan guma di
dinding faring posterior.
2) Faringitis Tuberkulosa

Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil,


palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring
merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi
infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring
primer.
Klasifikasi berdasarkan agen penyebab :

Faringitis Virus Faringitis Bakteri


Biasanya tidak ditemukan nanah di Sering ditemukan nanah di tenggorokan
tenggorokan
Demam, biasanya tinggi. Demam

Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat ringan
meningkat sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan ringan sampai sedang
membesar pada kelenjar getah bening

Tesapus tenggorokan memberikan hasil Tesapus tenggorokan memberikan hasil


negative positif untuk strep throat

Pada biakan di laboratorium tidak Bakteri tumbuh pada biakan di


tumbuh bakteri laboratorium
D. Manifestasi klinis
1. Manifestasi klinis akut:

a. Nyeri Tenggorokan
b. Sulit Menelan, serak, batuk
c. Demam
d. Mual, malaise
e. Kelenjar Limfa Leher Membengkak
f. Tonsil kemerahan
g. Membran faring tampak merah
h. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
i. Nyeri tekan nodus limfe servikal
j. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
k. Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
l. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
m. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
n. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
2. Manifestasi klinis kronis:

a. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.


b. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
c. Kesulitan menelan.
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:

a. Virus
 Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang
disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan
konjungtivitis.

 Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak
terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.

 Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam,


dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.

 Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah
dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.

 Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival


dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
 Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan
dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.

 Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada


palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk
ulkus dangkal putih.

 Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,


limfadenopati generalisata, dan splenomegali.

 Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise,


bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan
pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.

b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan
gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari
380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki
pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit
kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri
faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi
tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati
servikal. Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab
virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai
dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring
dengan atau tanpa tanda klinis lainnya.
6. Pemeriksaan
penunjang
a. Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar
faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa
dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari halhal diluar
paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

7. Penatalaksanaan
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg
penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat.

Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat).
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat).
Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce

= 28 g)
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam
hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan
pelega tenggorokan bila perlu.
8. Komplikasi
1. Otitis media purulenta bakterialis

Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler

Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami


supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut

Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke


ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik

Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb
siella pneumoniae.
6. Meningitis

Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian


masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN FARINGITIS

A. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN

Data Subyektif Tanggal Pengkajian :


1) Identitas Klien
2) Riwayat Keperawatan
Nama :
1) Keluhan utama
No Register : Nyeri saat menelan pada leher
2) Riwayat keluhan utama
Umur :
 Pasien mengatakan nyeri dan merasa
Jenis kelamin :
tidak nyaman pada daerah leher.
Suku/ bangsa :  Pasien mengatakan mual dan muntah.

Agama :  Pasien mengatakan terasa sakit saat


menelan.
Pendidikan :
3) Riwayat Penyakit Sekarang Alasan masuk
Pekerjaan : rumah sakit.

Alamat : 4) Riwayat penyakit dahulu


Mengkaji apakah pasien sebelumnya pernah
Diagnosa Medis :
mengalami sakit yang sama atau yang
Tanggal MRS : berhubungan dengan penyakit yang diderita
sekarang. Missal pernah mengalami infeksi
pada saluran tenggorokan dan pernah dirawat di rumah sakit.

5) Riwayat penyakit keluarga


Mengakaji apakah di dalam keluarga pasien ada / tidak yang pernah mengalami
penyakit yang sama.

3) Pola fungsi Kesehatan

Pengkajian Pola fungsional Gordon


a. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Tanyakan kepada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
diderita dan pentingnya kesehatan bagi klien. Kebiasaan makan makanan yang
terpapar virus/kuman, makanan yang mengandung pengawet, dan terpapar
bahan kimia lain
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak
cukupnya nutrisi karena nyeri saat menelan akibat terjadinya inflamasi pada
faring.
c. Pola Eliminasi
Sejak masuk rumah sakit, klien melakukan BAB dan BAK masih di WC tapi
dipapah oleh keluarga. Klien mengaku lemah dan pusing.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari – hari. Dapat mengalami
gangguan bila inflamasi pada faring parah.
e. Pola istirahat dan tidur
Pasien terganggu istirahat dan tidurnya karena rasa nyeri pada telinga dan
sering berdenging-denging. Pada malam hari klien sering terbangun.
f. Pola kognitif-persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien. Apakah klien mengalami gangguan pendengaran
dan bagaimana klien dalam berkomunikasi. Namun biasanya klien mengalami
gangguan pendengaran jika infeksi menyebar sampai ke telinga melalui tuba
eustachius.
g. Pola peran dan hubungan
Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat atau interaksi sosial klien
tidak mengalami gangguan. Keluarga bergantian untuk menjaga klien di
rumah sakit.
h. Pola konsep diri
Pasien mengalami harga diri rendah karena penyakit yang dideritanya dan
dalam hal ini perlunya dukungan dari keluarga terdekat. Klien mengaku malu
dan taku mengalami ketergantungan pada keluarganya.
i. Pola seksual-reproduksi
Tanya kepada klien tentang hubunagn dengan istri atau suami, status
pernikahan.
j. Pola koping dan toleransi stress
Penderita mengalami stres dan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan. Pola
keyakinan dan kepercayaan
Penderita mengalami gangguan pada saat beribadah, diharapkan hubungan
klien dan sang penciptanya harus lebih dekat dan terjadinya peningkatan
ibadah pada klien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang kental
ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi.

C. INTERVENSI
N Diagnosa Kep Tujuan & Tujuan Rasional
o Kriteria
Hasil
1 Nyeri 1. Setelah 1. Kaji ulang 1. Agar tepat
berhubungan diberika tingkat dalam
dengan proses n asuhan nyeri memilih
inflamasi pada keperaw 2. Ajarkan tindakan
tenggorokan atan teknik untuk
diharapk relaksasi mengatasi
an nyeri 3. Kaji TTV nyeri
pasien 4. Kolaborasi 2. Meningkatka
berkura dalam n relaksasi
ng pemberian dan
Dengan analgetik mengurangi
kriteria nyeri
hasil: 3. Untuk
mengetahui
         nyeri keaadaan
pasien umum pasien
berkuran 4. Untuk
g dari mengurangi
skala 5 nyeri
menjadi
3
         Pasien
tidak
tampak
meringis
         TTV
normal
        
Nadi:60-
100 x
permenit
         RR:16-
20 x
permenit
        
TD:100-
140/60-
90 mmHg
        
Suhu:36,
8-37,2 C
2 Bersihan jalan 1. Pasien 1. Identifikasi 1. Untuk
napas tidak dapat kualitas mengetahui
efektif mengelu atau keadaan
berhubungan arkan kedalaman napas pasien
dengan dengan sputum nafas 2. Untuk
sekret yang 2. Pasien pasien mencairkan
kental ditandai mengata 2. Anjurkan sputum agar
dengan kan untuk mudah
kesulitan dapat minum air dikeluarkan
dalam bernapa hangat. 3. Untuk
bernafas, s dengan 3. Ajari melegakan
lancar pasien saluran
untuk pernapasan
batuk 4. Untuk
efektif mengencerka
4. Kolaborasi n dahak
untuk
pemberian
ekspektora
n
Ketidakseimba 1. Pasien 1. Kaji intake 1. Untuk
3 ngan nutrisi mengata makanan mengetahui
kurang dari kan pasien adanya
kebutuhan tidak 2. Anjurkan peningkatan
tubuh sakit pasien nafsu makan
berhubungan dalam untuk 2. Untuk
dengan menelan makan memenuhi
kesulitan makana makanan kebutuhan
menelan n yang tinggi nutrisi pasien
2. Pasien kalori dan 3. Untuk
makan serat mendapatkan
dengan 3. kolaborasi menu
lahap dengan makanan
3. Nafsu ahli gizi yang sesuai
makan dengan
pasien kebutuhanny
meningk a
at
4. Pasien
nampak
lebih
segar

4 Kurang 1. Pasien 1. Kaji 1. Untuk


pengetahuan dapat tingkat mengetahui
berhubungan menyeb pengetahu seberapa
dengan tidak utkan an pasien tahu pasien
familiar kembali 2.  Lakukan akan
dengan apa yang BHSP penyakitnya
sumber dijelaska 3. Berikan 2. Agar pasien
informasi. n Health percaya
perawat Education terhadap
2. Pasien 4. Lakukan perawat
mengang evaluas 3. Untuk
guk dan menambah
nampak pengetahuan
mengerti dan informasi
3. Pasien tentang
mengata penyakitnya
kan 4. Untuk
mengerti mengetahui
daya tangkap
pasien
setelah
diberikan HE
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition.
Missouri: Elsevier.

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta :
EGC.

Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan

Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford:
Wiley

Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Media Action Publlishing

Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri:
Elsevier.

Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai