Anda di halaman 1dari 13

Gangguan Sistem Respirasi Pada Anak

Faringitis

A. Definisi
Faringitis adalah inflamasi pada faring yang menyebabkan sakit tenggorokan,
Faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak. Insidensi puncak faringitis adalah pada
usia sekolah antara umur 4-7 tahun. Faringitis, terutama infeksi Group A -Hemolyticus
Steptococcus (GABHS), jarang pada anak kurang dari 3 tahun (Bailey, 2006)
Faringitis merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan semua infeksi
akut pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari
dan merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan strutur lain disekitarnya.
Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil jarang terjadi hanya pada
tonsillitis namun juga mencakup nasofaringitis dan tonsilofaringitis, dan ditandai dengan
keluhan nyeri tenggorok. Faringitis Streptokokus hemotalitik group A adalah infeksi
akut orofaring dan atau nasofaring oleh SBHGA. (Rahajoe,2012)
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submucosa,
tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid. Faringitis akut yaitu radang tenggorokan yang disebabkan
oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus grup A adalah organisme bakteri
yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai
streepthroat (Brunner &Suddarth, 2001)
B. Klasifikasi
Berdasarkan agen penyebabnya:
Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan Sering ditemukan nanah di tenggorokan
nanah di tenggorokan
Demam, biasanya tinggi. Demam
Jumlah sel darah putih normal Jumlah sel darah putih meningkat ringansampai sedang
atau agak meningkat
Kelenjar getah bening normal Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar
atau sedikit membesar getah bening
Tesapus tenggorokan Tesapus tenggorokan memberikan hasil positif
memberikan hasil negative untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
tidak tumbuh bakteri

C. Etiologi
Virus merupakan etiologi terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia < 3
tahun (prasekolah). Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus,
dan virus parainfluenza dapat menjadi penyebab faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein
Barr virus,EBV) dapat menyebabkan faringitis, tetapi disertai dengan gejala infeksi
mononikleosis seperti splenomegali dan limfadenopati genelisata. Infeksi sistemik seperti
infeksi virus campak, virus Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat menunjukan
gejala faringitis akut. Streptococcus hemolitikus grup A adalah bakteri penyebab
terbanyak faringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15 30 % dari penyebab faringitis
akut pada anak. ( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008)

Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:


a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
1. Rhinovirus
2. Coronavirus
3. Virus influenza
4. Adenovirus
5. Herpes simplex virus tipe 1 dan 2
6. Coxsackievirus A
7. Virus parainfluenza
8. Cytomegalovirus
9. Virus Epstein-Barr
b. Bakteri
Beberapa bakteri penyebab faringitis yaitu:
1. Streptococcus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
2. Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5-15 tahun,
namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
3. Streptokokus grup C dan G
4. Neisseria gonorrheae
5. Corynebacterium ulcerans
6. Yersinia enterocolitia
7. Treponema pallidum
8. Corynebacterium diphtheria
9. Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobic dan dapat menyebabkan
komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
1) Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan
oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
2) Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi
dan sakit kepala ringan.
3) Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak
terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
4) Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan
biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
5) Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat
faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
6) Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat
ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
7) Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum
molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
8) Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati
generalisata, dan splenomegali.
9) Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak
kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan
ulkus mukosa tanpa eksudat.
b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala
berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis
yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan
ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa,
dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam,
menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang
hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena
merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak
kemerahan dan lidah berwarna stoberi. Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya
eksudat faring dengan atau tanpa tanda klinis lainnya.

Tanda dan gejala faringitis:


1. Awitan akut disertai mual muntah
2. Faring hiperemis
3. Tonsil bengkak dengan eksudasi
4. Kelenjar getah bening anterior bengkak dan nyeri
5. Uvula bengkak dan merah
6. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
7. Ruam skarlatina
8. Petekie palatinum mole
9. Nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau
10. Demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit ditelinga)
Menurut Wong (2009) manifestasi klinis dari faringitis akut :
Demam (mencapai 40C)
Sakit kepala
Anorexia
Dysphagia
Mual, muntah
Faring edema atau bengkak

E. Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian
cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi,
pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,
menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus
dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang
sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan
kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis
karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Sumber : Nanda Nic-Noc, 2015

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapeutik dari faringitis akut jika terjadi infeksi tenggorokan
akibat streptococcus, penisilin oral dapat diberikan dengan dosis yang cukup untuk
mengendalikan manifestasi local akut. Penisillin memang tidak mencegah perkembangan
glomerunefritis akut pada anak-anak yang rentan namun dapat mencegah penyebab strein
nefrogenik dari streptococcus hemolitik grup A ke anggota keluarga lainnya. Antibiotic
lain yang di gunakan untuk mengobati streptococcus hemolitik grup A adalah
eritromisin, azitromisin, klaritromisin, sefalosporin seperti sefdinir (omnicef) dan
amoksisilin (Wong, 2009)

Penatalaksanaan( Gunawan, 2007 )

1. Tata laksana umum


- Istirahat cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup
- Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi
nyeri tenggorokan
- Pemberian antipiretik, dianjurkan parasetamol atau ibuprofen
2. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis streptokokus
dan diharapkan didukung hasil rapid antigen detection test dan atau kultur positif dari
usap tenggorok. Antibiotik empiris dapat diberikan pada anak dengan klinis
mengarah ke faringitis streptokokus, tampak toksik dan tidak ada fasilitas
pemeriksaan laboratorium. Golongan penisilin (pilihan untuk faringitis streptokokus)
yaitu penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau amoksilin
50mg/kgBB//hari dibagi 2 selama 6 hari. Bila alergi penisilin dapat diberikan
- Eritromisin estolat 20-40 mgkgBB/hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kali perhari
selama 10 hari.
- Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari
- Makrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari
Penanganan faringitis streptokokus persisten antara lain:
- Klindamisin oral 20-30 mg/kgBB/hari (10 hari) atau
- Amoksilin clavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis selama 10 hari atau
- Injeksi benzathine penicilin G intramuskular, dosis tunggal 600.000 IU (BB<30 kg)
atau 1.200.000 IU (BB>30 kg).

G. Discharge planning
1. Menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin.
2. Menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet.
3. Memakai masker dikawasan yang berdebu dan berpolusi.
4. Minum suplemen dan olahraga secara teratur untuk menjaga daya tahan tubuh.
5. Berkumur-kumur dengan air garam minimal 3-4 kali sehari.
6. Mengkompres dengan air hangat pada leher.
7. Istirahat dan tidur yang cukup.
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Faringitis
1. Pengkajian
Data fokus:
a. Data Subjektif
1) Anak mengeluh badannya terasa panas
2) Anak mengatakan tenggorokannya sakit
3) Anak mengeluh batuk
4) Anak mengatakan tidak bisa menelan
b. Data Objektif
1) Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius)
2) Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid
3) Nyeri tekan pada nodus limfe servikal

2. Diagnosa
a) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
(sputum).
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
menelan.
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.

3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional
o Keperawat
an
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Kaji suhu badan a. Mengetahui suhu
berhubunga tindakanperawatan, setiap 2 jam. badan anak
n dengan diharapakan suhu
inflamasi badan pasien normal 2. Anjurkan intake b. Intake cairan dan
pada faring Termoregulasi (0800) cairan dan nutrisi nutrisi dapat membantu
Kriteria hasil : yang adekuat. mempercepat dalam
Suhu kulit normal proses pengeluaran
Suhu badan panas tubuh.
35,9C-37,7C 3. Beri kompres hangat c. Kompres hangat
- misalnya pada dapat membuka pori-
ketiak pori kulit sehingga
mempercepat proses
evaporasi.
4. Berikan obat d. Obat antipiretik
antipiretik dapat membantu
menurunkan panas.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian a. Mengetahui
berhubung tindakankeperawatan nyeri secara tingkat nyeritermasuk
an dengan , diharapkan nyeri komprehensif lokasi, karakteristik,
inflamasi berkurang dengan termasuk lokasi, durasi,
pada kriteria hasil karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan
faring Anak melaporkan frekuensi, faktor presipitasi
bahwa nyeri kualitas dan faktor
berkurang presipitasi.
Anak melaporkan 2. Ajarkan tentang T b. Napas dalam
kebutuhan tidur dan ekniknon merupakan salah
istirahat tercukupi farmakologi (seperti satu relaksasi
Anak mampu napas dalam) mengurangi ketegangan
menggunakan metode dan membuat perasaan
non farmakologi lebih nyaman
untuk mengurangi 3. Berikan analgetik c. Analgetik
nyeri. untuk mengurangi berguna untuk
nyeri mengurangi nyeri
sehingga pasien
menjadi lebih nyaman
4. Tingkatkan istirahat d. Istirahat dapat
anak merileksasikan
sehingga dapat
mengurangi nyeri
3. Ketidakefek Setelah dilakukan 1. Kaji status a. Dengan
tifan perawatan, pernafasan mengkaji status
bersihan diharapakan bersihan (kecepatan, pernafasan maka
jalan nafas jalan nafas efektif kedalaman, serta akan diketahui
berhubunga dengan kriteria hasil: pergerakan dada). tingkat pernafasan
n dengan
Anak tidak batuk dan adanya kelainan
penumpuka Anak dapat bernpas pada sistem
n sekret dengan lega pernafasan.
(sputum) RR (u = 3 tahun) = 2. Auskultasi adanya b. Bunyi nafas
20-30 x/menit suara nafas bertambah sering
tambahan (mis : terdengar pada waktu
mengi, krekels) inspirasi dan
ekspirasi pada respon
terhadap
pengumpulan cairan,
sekret kental dan
spasme jalan nafas
obstruksi.

3. Ajarkan pada klien c. Pernafasan


untuk berlatih nafas dalam membatu
tambahan dalam dan expansi paru maximal
batuk efektif. dan batuk efektif
merupakan
mekanisme
pembersihan silla.
4. Berikan klien d. Cairan terutama
minuman hangat yang hangat
sedikitnya 2500 membantu di dalam
cc/hari. mengencerkan sekret
(bronkadilator).
5. Kolaborasi dengan e. Expectorantme
tim dokter dalam mbantu mengurangi
pemberian, terapi spasme pada
pemberian bronchus sehingga
expectorant dan pengeluaran sekret
broncodilatos. menjadi lancar.
3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. Mengkaji pola a. Untuk
mbangan tindakan ke- makan pasien mengetahui masalah
nutrisi perawatan selama 2 yang terjadi dan
kurang dari x 24jam kebutuhan memudahkan
kebutuhan nutrisi menyusun rencana
berhubunga pasienterpenuhi denga kegiatan.
n dengan nkriteria hasil : 2. Memberikan b. Mencukupi
kesulitan a. Anak dapat makanan lunak kebutuhan nutrisidan
menelan menghabiskan 1 porsi mempermudah anak
makanannya. untuk menelan
b. Berat bedan anak 3. Menganjurkan c. Menghilangkan
normal menjaga kebersihan rasa tidak enak pada
- oral/mulut mulut/lidah,dan dapat
meningkatkan nafsu
makan
4. Memberikan d. Untuk
makanan dalam mencukupi kebutuhan
porsi kecil tapi nutrisi dan
sering mencegah mual
dan muntah
4. Defisiensi Setelah diberikan 1. Mengkaji tingkat 1. Mengetahui
pengetahua asuhan keperawatan pengetahuan tingkat pengetahuan
n selama waktu yang keluarga pasien keluarga pasien
berhubunga telah direncanakan, tentang penyakit tentang penyakit anak
n dengan diharapkanpengetahua anak dan dan penanganannya.
kurangnya n keluarga pasien penangananya
terpajan tentang imunisasi 2. Beri KIE 2. Menambah
informasi meningkat dengan keluargatentang cara pengetahuan
kriteria hasil: penanganan demam keluarga dan keluarga
- Keluarga pasien pada anak seperti mampu memberi
mengerti tentang beri kompres kompres hangat
penjelasan yang hangat. ketika dirumah
diberikan
- Keluaga pasien
tampak tenang
DAFTAR PUSTAKA

Masjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Susi, Natalia. 2003. Penanganan ISPA pada anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai